Anda di halaman 1dari 36

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM SEDIMENTOGRAFI
ACARA V: MORFOLOGI BUTIR SEDIMEN

DISUSUN OLEH :
BAIQUNI RACHMANSYAH
(18/425067/TK/46762)
Hari, Romb/Kel: Jumat /A4 11
ASISTEN ACARA:
AGUNG RIZKI PERDANA
AMALIA PRAYOGA
NADA SALSABILA IRSANI
ASISTEN KELOMPOK :
AULIA AGUS PATRIA

YOGYAKARTA
APRIL
2019

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 1

BAB 1 PENDAHUUAN ................................................................................................. 2

1.1. Maksud .............................................................................................................. 2

1.2. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB 2 DASAR TEORI .................................................................................................. 3

2.1. Bentuk Butir ..................................................................................................... 3

2.2.Spherecity ............................................................................................................ 4

2.3.Roundness ........................................................................................................... 6

BAB 3 METOFOLOGI .................................................................................................. 8

3.2 . Alat dan Bahan ................................................................................................ 9

3.2.Langkah Kerja ................................................................................................. 10

BAB 4 ANALISIS DATA ............................................................................................. 11

4.1. Bentuk Butir ................................................................................................. 11


4.2. Spherecity ....................................................................................................... 14
4.3. Roundness ....................................................................................................... 20
4.4. Perhitungan Mean dan Ralat ........................................................................ 23
BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................................... 28
5.1. Pembahasan .................................................................................................... 28
5.2. Interpretasi ...................................................................................................... 30
5.3. Kesimpulan ......................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................35
LAMPIRAN ................................................................................................................... 36

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Maksud
Agar mampu melakukan analisis morfologi butir dengan ukuran pasir seperti bentuk butir ,
derajat kebolaan , dan derajat kebundaran.

1.2. Tujuan
Agar mampu mengetahui kemungkinan proses proses geologi yang berlangsung terhadap
mekanisme transportasi dan deposisi sedimen berdasarkan data morfologi yang diperoleh,serta
mampu menginterpretasikan level abrasi butiran , jarak dan durasi transportasi , mekanisme
transportasi , dan maturitas tekstur.

2
BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Bentuk Butir

Bentuk butir (form atau shape) merupakan keseluruhan kenampakan partikel secara tiga
dimensi yang berkaitan dengan perbandingan ukuran panjang menengah dah pendeknya. Cara
yang paling sederhana untuk mengklasifikaskan ukuran butir dikenalkan oleh Zingg (1935)
dengan menggunakan perbandingan b/a dan c/b, di mana a adalah sumbu terpanjang, b adalah
sumbu menengah, dan c adalah sumbu terpendek. Berdasarkan parameter tersebut, bentuk
butir dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kelas, yaitu oblate, equant, bladed, dan prolate.

Gambar 2.1. Klasifikasi butir pebel (kerangkal-berangkal) berdasarkan perbandingan


antar sumbu (Zingg, 1935, diambil dari Pettijohn, 1975 dengan modifikasi)

Tabel 2.1. Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935)


Kelas b/a c/b Bentuk
Oblate
I >2/3 <2/3
(discoidal)

3
II >2/3 >2/3 Equant
(Equiaxial/spherical)
Bladed
III <2/3 <2/3
(Triaxial)
Prolate
IV <2/3 >2/3
(Rod-shaped)

2.2. Spherecity
Sphericity adalah kecenderungan butiran untuk menyerupai bentuk bola. Semakin
mendekati bentuk bola maka sphericitynya akan semakin tinggi. Penghitungan sphericity
pertama kali dicetuskan oleh Wadell (1932) yang mendefinisikan true sphericity sebagai luas
permukaan butir dibagi luas permukaan sebuah bola yang keduanya memiliki volume yang
sama. Sehingga rumus sphericity menurut Wadell adalah:

3 Vp
Ψ= √
Vcs

Di mana Vp : volume butir yang diukur


Vcs : volume terkecil suatu bola yang melingkup partikel tersebut

Kemudian pada tahun 1941, Krumbein menyempurnakan persamaan tersebut dengan


memberikan nilai volume bola menjadi π/6D3 di mana D adalah diameter bola. Diameter bola
dijabarkan dalam bentuk DL (sumbu terpanjang), DI (sumbu menengah), dan DS (sumbu
terpendek). Sehingga rumus sphericity menurut Krumbein yang akhirnya disebut intercept
sphericity (ΨI ) menjadi

3 π6DL DI DS 3 DS DI
ΨI = √ = √ 2
π6DL 3 DL

Di tahun 1958, Sneed&Folk melakukan penyempurnaan kembali rumus sphericity yang


dicetuskan oleh Krumbein. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa intercept
sphericity tidak dapat menggambarkan perilaku butiran yang diendapkan secara tepat. Oleh
karena itu mereka mengusulkan rumus sphericity yang akhirnya disebut maximum projection

4
sphericity (Ψ𝑃 ) yaitu perbandingan antara area proyeksi maksimum bola dengan proyeksi
maksimum partikel bervolume sama, yang dapat ditulis menjadi

DS 2
3
Ψ𝑃 = √
DL DI

Dari hasil perhitungan nilai sphericity tersebut, Folk mengklasifikasikan sphericity ke


dalam 7 kelas.

Tabel 2.2. Klasifikasi sphericity menurut Folk (1968)

HitunganMatematis Kelas
< 0.60 Very elongate
0.60 – 0.63 Elongate
0.63 – 0.66 Subelongate
0.66 – 0.69 Intermediate shape
0.69 – 0.72 Subequent
0.72 – 0.75 Equent
>0.75 Very Equent

5
Gambar 2.2. Perbandingan visual spherecity (Rittenhouse 1943)
2.3. Roundess
Roundness merupakan morfologi butir yang berkaitan dengan ketajaman pinggir dan
sudut suatu partikel sedimen klastik. Penentuan nilai roundness dapat dilakukan menggunakan
perhitungan matematis (Waddel, 1932) atau cukup dengan membandingkan kenampakan
butiran dengan tabel visual sketsa (Krumbein, 1945) atau tabel visual foto (Powers, 1953).
Roundness oleh Waddel dihitung dengan membandingkan jari-jari lengkungan pada sudut
butiran dengan jari-jari lingkaran maksimum yang dapat dimasukkan dalam butiran tersebut.
𝑟
∑( ) ∑(𝑟)
𝑅𝑤 = 𝑅 =
𝑁 𝑅𝑁

6
Gambar 2.3.1. Ilustrasi pengukuran jari-jari lingkaran maksimum pada butiran dan jari-
jari lengkungan pada sudut-sudut butiran (Boggs, 1987 dengan modifikasi)

Perhitungan matematis sangat jarang dilakukan karena dianggap sulit dan tidak
memungkinkan. Oleh karena itu cara yang umum digunakan adalah dengan perbandingan
secara visual.

Gambar 2.3.2. Tabel visual roundness secara sketsa (Tucker, 2003)

7
Gambar 2.3.3. Tabel visual foto roundness butiran (Power, 1953)

Tabel 2.3. Hubungan antara roundness Waddel (1932) dan korelasinya dengan
roundness Powers (1953)
Interval Kelas (Waddel, Visual Kelas (Powers,
1932) 1953)
0.12 – 0.17 Very angular
0.17 – 0.25 Angular
0.25 – 0.35 Subangular
0.35 – 0.49 Subrounded
0.49 – 0.70 Rounded
0.70 – 1.0 Well Rounded

8
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali adalah sebagai berikut:
 Plastik sampel
 Kalkulator
 Alat tulis
 Kertas HVS
 Kamera digital
 Mikroskop
 Tusuk gigi atau jarum pentul
 Kertas label
 Laptop

Bahan yang digunakan adalah sampel pasir mesh 60 ( yang telah dipisah mineral berat
dan mineral ringan ) dari 3 lokasi pengamatan dengan koordinat tertentu, untuk data berikut
diperoleh pada koordinat :

 -7.710868 110.243207
 -7.715403 110.231950
 -7.723630 110.231375

9
3.2. Langkah Kerja

Untuk tiap sampel, lakukan


pemisahan di bawah mikroskop
dengan rincian kuarsa, feldspar, litik,
dan mineral berat masing masing 25
butir.

Amati aspek bentuk, roundess, dan


spherecity

Penentuan bentuk butir pasir


dibandingkan dengan tabel visual
kelas bentuk butir (T. Zingg, 1935)

Penentuan spherecity dilakukan


dengan tabel visual spherecity visual
(Rittenhouse, 1943)

Penentuan Roundness dilakukan


dengan tabel visual roundness visual
(Powers, 1953)

Langkah langkah diatas dilakukan


untuk ketiga LP dan hasilnya dicatat
serta dianalisa untuk menyusun
spherecity

10
BAB 4

ANALISIS DATA

4.1. Bentuk Butir

Tabel 4,1,1, Tabel frekuensi kumulatif bentuk butir LP 1

Mineral
Bentuk Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
f fk f fk f fk f fk

Oblate 0 0 2 2 4 4 4 4

Equant 15 15 11 13 12 16 10 14

Prolate 10 25 7 20 6 22 8 22

Bladed 0 25 5 25 3 25 3 25

Jumlah 25 25 25 25

Grafik Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 1


30

25
Frtekuensi Kumulatif

20
Kuarsa
15
Feldspar
10 Litik

5 Mineral Berat

0
Oblate Equant Prolate Bladed
Bentuk Butir

Gambar 4.1.1. Kurva frekuenasi kumulatif bentuk butir LP 1

11
Tabel 4,1,2, Tabel frekuensi kumulatif bentuk butir LP 2

Mineral
Bentuk Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
f fk f fk f fk f fk
Oblate 0 0 2 2 2 2 3 3
Equant 17 17 13 15 15 17 10 13
Prolate 8 25 8 23 5 22 10 23
Bladed 0 25 2 25 3 25 2 25
Jumlah 25 25 25 25

Grafik Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 2


30

25
Frtekuensi Kumulatif

20
Kuarsa
15
Feldspar
10 Litik

5 Mineral Berat

0
Oblate Equant Prolate Bladed
Bentuk Butir

Gambar 4.1.2. Kurva frekuenasi kumulatif bentuk butir LP 2


Tabel 4,1,3, Tabel frekuensi kumulatif bentuk butir LP 3

Mineral

Bentuk Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat

f fk f fk f fk f fk

Oblate 3 3 4 4 5 5 3 3

Equant 12 15 9 13 15 20 9 12

Prolate 10 25 8 21 5 25 11 23

12
Bladed 0 25 4 25 0 25 2 25

Jumlah 25 25 25 25

Grafik Frekuensi Kumulatif Bentuk Butir LP 3


30

25
Frtekuensi Kumulatif

20
Kuarsa
15
Feldspar
10 Litik
Mineral Berat
5

0
Oblate Equant Prolate Bladed
Bentuk Butir

Gambar 4.1.3. Kurva frekuenasi kumulatif bentuk butir LP 3

13
4.2. Spherecity
Tabel 4.2.1. Tabel freuensi kumulatif Spherecity LP 1

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


Sphericity a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0
0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0
0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0
0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very 1 0 0 0 0
Elongate 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0
0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0
0.5 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 7 0 0 0
0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0
0.6 0.0 0.0 0.0 0.0
Elongate 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
0.6 1.0 0.6 0.0 0.0 0.0
1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Subelonga 3 0 3 0 0 0
te 0.6 0.0 0.0 0.0 0.0
0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0
0.6 1.0 0.6 1.0 0.6 1.0 0.6 1.0 0.6
1 3 1 1 1 1 1 1
Intermedia 7 0 7 0 7 0 7 0 7
te Shape 0.6 0.0 2.0 1.3 2.0 1.3 2.0 1.3
0 3 0 4 3 4 3 4 3
9 0 0 8 0 8 0 8
0.7 1.0 0.7 4.0 1 2.8 4.0 1 2.8 4.0 1 2.8
Subequent 1 4 7 7 7
1 0 1 0 6 4 0 6 4 0 6 4
0.7 2.0 1.4 1.0 0.7 1.0 0.7 1.0 0.7
4 6 1 8 1 8 1 8
3 0 6 0 3 0 3 0 3
Equent
0.7 0.0 3.0 1 2.2 3.0 1 2.2 3.0 1 2.2
0 6 0 9 9 9
5 0 0 1 5 0 1 5 0 1 5
0.7 3.0 2.3 1.0 1 0.7 1.0 1 0.7 1.0 1 0.7
9 9 1 1 1
7 0 1 0 2 7 0 2 7 0 2 7
0.7 2.0 1 1.5 3.0 1 2.3 3.0 1 2.3 3.0 1 2.3
4 9 9 9
9 0 1 8 0 5 7 0 5 7 0 5 7
Very 0.8 2.0 1 1.6 4.0 1 1 3.2 4.0 1 1 3.2 4.0 1 1 3.2
4
Equent 1 0 3 2 0 6 9 4 0 6 9 4 0 6 9 4
0.8 4.0 1 1 3.3 2.0 2 1.6 2.0 2 1.6 2.0 2 1.6
4 4 4
3 0 6 7 2 0 1 6 0 1 6 0 1 6
0.8 6.0 3 2 1.0 2 0.8 1.0 2 0.8 1.0 2 0.8
5.1 1 1 1
5 0 6 3 0 2 5 0 2 5 0 2 5
14
0.8 1.0 2 0.8 1.0 2 0.8 1.0 2 0.8 1.0 2 0.8
1 1 1 1
7 0 4 7 0 3 7 0 3 7 0 3 7
0.8 1.0 2 0.8 2.0 2 1.7 2.0 2 1.7 2.0 2 1.7
1 4 4 4
9 0 5 9 0 5 8 0 5 8 0 5 8
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 5 0 5 0 5 0 5
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 5 0 5 0 5 0 5
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 5 0 5 0 5 0 5
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 5 0 5 0 5 0 5
7 19. 6 19. 6 17. 6 19.
Jumlah 25 25 25 25
9 7 7 4 7 6 7 4
Mean 0.7892 0.7764 0.7052 0.7764

Ralat 0.061237244 0.054006172 0.054006172 0.054006172

Kurva Frekuansi Kumulatif Spherecity LP 1


30.0

25.0
Frekuensi Kumulatif

20.0

15.0
Kuarsa
10.0
Feldspar

5.0 Litik
Mineral Berat
0.0

Spherecity

Gambar 4.2.1. Kurva freuensi kumulatif Spherecity LP 1


Tabel 4.2.2. Tabel freuensi kumulatif Spherecity LP 2

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


Sphericity a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f

15
0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0
0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0
0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0
0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very 1 0 0 0 0
Elongate 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0
0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0
0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0
0.5 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 9 0 0 0
0.6 0.0 0.0 0.0 1.0 0.6
Elongate 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 1
0.6 0.0 0.0 1.0 0.6 0.0
0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0
Subelonga 3 0 0 0 3 0
te 0.6 1.0 0.6 1.0 0.6 1.0 0.6 2.0
1 2 1 1 1 2 4 3 1.3
5 0 5 0 5 0 5 0
0.6 2.0 1.3 1.0 0.6 0.0 1.0 0.6
4 4 1 2 0 2 0 1 4
Intermedia 7 0 4 0 7 0 0 7
te Shape 0.6 6.0 3 1 4.1 1.0 0.6 2.0 1.3 2.0 1.3
1 3 4 4 4 6
9 0 6 0 4 0 9 0 8 0 8
0.7 2.0 1 1.4 1.0 0.7 0.0 1.0 0.7
Subequent 4 1 4 0 4 0 1 7
1 0 2 2 0 1 0 0 1
0.7 0.0 1 2.0 1.4 1.0 0.7 0.0
0 0 4 6 1 5 0 7 0
3 0 2 0 6 0 3 0
Equent
0.7 1.0 1 0.7 1.0 0.7 2.0 3.0 1 2.2
1 1 7 4 7 1.5 9
5 0 3 5 0 5 0 0 0 5
0.7 0.0 1 2.0 1.5 3.0 1 2.3 5.0 2 1 3.8
0 0 4 9 9
7 0 3 0 4 0 0 1 0 5 5 5
0.7 0.0 1 2.0 1 1.5 1.0 1 0.7 1.0 1 0.7
0 0 4 1 1
9 0 3 0 1 8 0 1 9 0 6 9
0.8 3.0 1 2.4 4.0 1 1 3.2 4.0 1 1 3.2 3.0 1 2.4
9 9
1 0 6 3 0 6 5 4 0 6 5 4 0 9 3
0.8 2.0 1 1.6 6.0 3 2 4.9 4.0 1 1 3.3 0.0 1
4 0 0
Very 3 0 8 6 0 6 1 8 0 6 9 2 0 9
Equent 0.8 5.0 2 2 4.2 3.0 2 2.5 4.0 1 2 4.0 1 2
9 3.4 3.4
5 0 5 3 5 0 4 5 0 6 3 0 6 3
0.8 1.0 2 0.8 1.0 2 0.8 2.0 2 1.7 1.0 2 0.8
1 1 4 1
7 0 4 7 0 5 7 0 5 4 0 4 7
0.8 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 4 0 5 0 5 0 4
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 1.0 2 0.9
0 0 0 0 0 0 1
1 0 4 0 5 0 5 0 5 1

16
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 4 0 5 0 5 0 5
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 4 0 5 0 5 0 5
0.9 1.0 2 0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2
1 0 0 0 0 0 0
7 0 5 7 0 5 0 5 0 5
8 19. 7 19. 7 19. 7 18.
Jumlah 25 25 25 25
7 1 9 7 3 1 2 6
Mean 0.7628 0.7876 0.7624 0.7424

Ralat 0.065616732 0.061237244 0.057735027 0.057130455

Kurva Frekuansi Kumulatif Spherecity LP 2


30

25
Frekuensi Kumulatif

20

15
Kuarsa
10
Feldspar

5 Litik
Mineral Berat
0

Spherecity

Gambar 4.2.1. Kurva freuensi kumulatif Spherecity LP 2


Tabel 4.2.3. Tabel freuensi kumulatif Spherecity LP 3

Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat


Sphericity a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0
Very 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 7 0 0 0 0
0.4 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0

17
0.5 0.0 0.0 0.0 1.0 0.5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 1
0.5 0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
3 0 0 0 0
0.5 0.0 0.0 0.0 1.0 0.5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
5 0 0 0 0 5
0.5 0.0 0.0 0.0 1.0 0.5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
7 0 0 0 0 7
0.5 0.0 0.0 0.0 2.0 1.1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 5
9 0 0 0 0 8
0.6 0.0 0.0 0.0 1.0 0.6
Elongate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
1 0 0 0 0 1
0.6 0.0 1.0 0.6 0.0 1.0 0.6
0 0 0 1 1 0 0 0 1 7
Subelonga 3 0 0 3 0 0 3
te 0.6 0.0 0.0 1.0 0.6 2.0
0 0 0 0 1 0 1 1 4 9 1.3
5 0 0 0 5 0
0.6 1.0 0.6 2.0 1.3 0.0 1.0 1 0.6
1 1 4 3 0 1 0 1
Intermedia 7 0 7 0 4 0 0 0 7
te Shape 0.6 5.0 2 3.4 4.0 1 2.7 0.0 1.0 1 0.6
6 7 0 1 0 1
9 0 5 5 0 6 6 0 0 1 9
0.7 3.0 2.1 3.0 1 2.1 0.0 1.0 1 0.7
Subequent 9 9 9 0 1 0 1
1 0 3 0 0 3 0 0 2 1
0.7 0.0 1.0 1 0.7 1.0 0.7 0.0 1
0 9 0 1 1 2 0 0
3 0 0 1 3 0 3 0 2
Equent
0.7 3.0 1 2.2 4.0 1 1 2.0 1.0 1 0.7
9 3 4 4 1.5 1
5 0 2 5 0 6 5 0 0 3 5
0.7 0.0 1 1.0 1 0.7 1.0 0.7 1.0 1 0.7
0 0 1 1 5 1
7 0 2 0 6 7 0 7 0 4 7
0.7 2.0 1 1.5 4.0 1 2 3.1 2.0 1.5 2.0 1 1.5
4 4 7 4
9 0 4 8 0 6 0 6 0 8 0 6 8
0.8 4.0 1 1 3.2 2.0 2 1.6 3.0 1 2.4 1.0 1 0.8
4 9 1
1 0 6 8 4 0 2 2 0 0 3 0 7 1
0.8 4.0 1 2 3.3 3.0 2 2.4 5.0 2 1 4.1 1.0 1 0.8
9 1
3 0 6 2 2 0 5 9 0 5 5 5 0 8 3
0.8 0.0 2 0.0 2 4.0 1 1 2.0 2
0 0 0 0 3.4 4 1.7
5 0 2 0 5 0 6 9 0 0
Very 0.8 3.0 2 2.6 0.0 2 4.0 1 2 3.4 4.0 1 2 3.4
9 0 0
Equent 7 0 5 1 0 5 0 6 3 8 0 6 4 8
0.8 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 5 0 5 0 3 0 4
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 1.0 2 0.9
0 0 0 0 0 0 1
1 0 5 0 5 0 3 0 5 1
0.9 0.0 2 0.0 2 1.0 2 0.9 0.0 2
0 0 0 0 1 0 0
3 0 5 0 5 0 4 3 0 5
0.9 0.0 2 0.0 2 1.0 2 0.9 0.0 2
0 0 0 0 1 0 0
5 0 5 0 5 0 5 5 0 5
0.9 0.0 2 0.0 2 0.0 2 0.0 2
0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 5 0 5 0 5 0 5

18
8 19. 7 7 18. 3 14.
Jumlah 25 25 18 25 25
9 3 7 9 7 6 2
Mean 0.77 0.72 0.7476 0.568

Ralat 0.066666667 0.060092521 0.061237244 0.02763854

Kurva Frekuansi Kumulatif Spherecity LP 3


30

25
Frekuensi Kumulatif

20

15
Kuarsa
10
Feldspar

5 Litik
Mineral Berat
0

Spherecity

Gambar 4.2.1. Kurva freuensi kumulatif Spherecity LP 3

19
4.3. Roundness
Tabel 4,3,1, Tabel frekuensi kumulatif Roundness LP 1
Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Roundness a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very
0.15 2 4 2 0.3 0 0 0 0 1 1 1 0.15 5 25 5 0.75
Angular
Angular 0.2 5 25 7 1 4 16 4 0.8 8 64 9 1.6 11 121 16 2.2
Subangular 0.3 11 121 18 3.3 13 169 17 3.9 10 100 19 3 6 36 22 1.8
Subrounded 0.4 6 36 24 2.4 4 16 21 1.6 6 36 25 2.4 3 9 25 1.2
Rounded 0.6 1 1 25 0.6 3 9 24 1.8 0 0 25 0 0 0 25 0
Very
0.85 0 0 25 0 1 1 25 0.85 0 0 25 0 0 0 25 0
Rounded
Jumlah 25 187 7.6 25 211 8.95 25 201 7.15 25 191 5.95
Mean 0.304 0.358 0.286 0.238
Ralat 0.106066017 0.113651514 0.11055416 0.107367489

Kurva Freuensi Kumulatif Roundness LP 1


30

25

20
Freuensi Kumulatif

Kuarsa
15
Feldspar
Litik
10
Mineral Berat

0
Very Angular Angular Subangular Subrounded Rounded Very Rounded
Roundness

Gambar 4,3,1, Kurva frekuensi kumulatif Roundness LP 1


Tabel 4,3,2, Tabel frekuensi kumulatif Roundness LP 2
Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Roundness a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very Angular 0.15 2 4 2 0.3 3 9 3 0.45 5 25 5 0.75 6 36 6 0.9
Angular 0.2 5 25 7 1 8 64 11 1.6 9 81 14 1.8 7 49 13 1.4

20
Subangular 0.3 14 196 21 4.2 6 36 17 1.8 5 25 19 1.5 5 25 18 1.5
Subrounded 0.4 3 9 24 1.2 4 16 21 1.6 3 9 22 1.2 7 49 25 2.8
Rounded 0.6 1 1 25 0.6 4 16 25 2.4 3 9 25 1.8 0 0 25 0
Very Rounded 0.85 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 235 7.3 25 141 7.85 25 149 7.05 25 159 6.6
Mean 0.292 0.314 0.282 0.264
Ralat 0.120761473 0.089752747 0.092796073 0.096465308

Kurva Freuensi Kumulatif Roundness LP 2


30

25

20
Freuensi Kumulatif

Kuarsa
15
Feldspar
Litik
10
Mineral Berat

0
Very Angular Angular Subangular Subrounded Rounded Very Rounded
Roundness

Gambar 4,3,2, Kurva frekuensi kumulatif Roundness LP 2


Tabel 4,3,3, Tabel frekuensi kumulatif Roundness LP 3
Kuarsa Feldspar Litik Mineral Berat
Roundness a
f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very
0.15 3 9 3 0.45 3 9 3 0.45 4 16 4 0.6 3 9 3 0.45
Angular
Angular 0.2 5 25 8 1 8 64 11 1.6 11 121 15 2.2 6 36 9 1.2
Subangular 0.3 10 100 18 3 6 36 17 1.8 2 4 17 0.6 10 100 19 3
Subrounded 0.4 6 36 24 2.4 6 36 23 2.4 6 36 23 2.4 3 9 22 1.2
Rounded 0.6 1 1 25 0.6 2 4 25 1.2 2 4 25 1.2 3 9 25 1.8
Very
0.85 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Rounded
Jumlah 25 171 7.45 25 149 7.45 25 181 7 25 163 7.65
Mean 0.298 0.298 0.28 0.306
Ralat 0.10069205 0.092796073 0.1040833 0.097894501

21
Kurva Freuensi Kumulatif Roundness LP 3
30

25

20
Freuensi Kumulatif

Kuarsa
15
Feldspar
Litik
10
Mineral Berat

0
Very Angular Angular Subangular Subrounded Rounded Very Rounded
Roundness

Gambar 4,3,3, Kurva frekuensi kumulatif Roundness LP 3

22
4.4. Perhitungan Mean dan Ralat

4.4.1. Perhitungan mean roundness dan sphericity

Perhitungan mean roundness

Lokasi Pengamatan I Lithik


∑𝑎𝑓 8,6
Mean = = = 0,344
Kuarsa 𝑁 25

∑𝑎𝑓 7,9 Mineral Berat


Mean = = = 0,316
𝑁 25 ∑𝑎𝑓 8,3
Mean = = = 0,332
Feldspar 𝑁 25

∑𝑎𝑓 7,65
Mean = = = 0,306
𝑁 25

Lithik Lokasi Pengamatan III


∑𝑎𝑓 8
Mean = = 25 = 0,32 Kuarsa
𝑁

Mineral Berat ∑𝑎𝑓 7,6


Mean = = = 0,304
𝑁 25
∑𝑎𝑓 7,6
Mean = = = 0.304 Feldspar
𝑁 25
∑𝑎𝑓 8,6
Mean = = = 0,344
𝑁 25

Lithik
Lokasi Pengamatan II ∑𝑎𝑓 8
Mean = = 25 = 0,32
𝑁
Kuarsa Mineral Berat
∑𝑎𝑓 8,6 ∑𝑎𝑓 8,8
Mean = = = 0,344 Mean = = = 0.3
𝑁 25 𝑁 25
Feldspar
∑𝑎𝑓 8,7
Mean = = = 0,348
𝑁 25

23
Perhitungan mean sphericity

Lokasi Pengamatan I Lokasi Pengamatan III

Kuarsa Kuarsa
∑𝑎𝑓 20,59 ∑𝑎𝑓 20,27
Mean = = = 0,8236 Mean = = = 0,8108
𝑁 25 𝑁 25

Feldspar Feldspar
∑𝑎𝑓 21,11 ∑𝑎𝑓 21,11
Mean = = = 0,8444 Mean = = = 0,8444
𝑁 25 𝑁 25

Lithik Lithik
∑𝑎𝑓 20,75 ∑𝑎𝑓 21,23
Mean = = = 0,83 Mean = = = 0,8492
𝑁 25 𝑁 25

Mineral Berat Mineral Berat


∑𝑎𝑓 19,33 ∑𝑎𝑓 21,63
Mean = = = 0.7732 Mean = = = 0,8652
𝑁 25 𝑁 25

Lokasi Pengamatan II

Kuarsa
∑𝑎𝑓 20,39
Mean = = = 0,8156
𝑁 25

Feldspar
∑𝑎𝑓 20,57
Mean = = = 0,8228
𝑁 25

Lithik
∑𝑎𝑓 21,01
Mean = = = 0,8404
𝑁 25

Mineral Berat
∑𝑎𝑓 20,99
Mean = = = 0,8396
𝑁 25

24
4.4.2. Perhitungan ralat roundness dan sphericity

Perhitungan ralat roundness

Lokasi Pengamatan I

Kuarsa
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.185−625 1⁄ √4000
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,1054092553
𝑁−1 24 24

Feldspar
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.219−625 1⁄ √4850
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,116069902
𝑁−1 24 24

Lithik
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.219−625 1⁄ √4850
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,116069902
𝑁−1 24 24

Mineral Berat
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.257−625 1⁄ √5800
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,126929552
𝑁−1 24 24

Lokasi Pengamatan II

Kuarsa
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.225−625 1⁄ √5000
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,11785113
𝑁−1 24 24

Feldspar
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.291−625 1⁄ √6650
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,135912554
𝑁−1 24 24

Lithik
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.231−625 1⁄ √5150
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,119605834
𝑁−1 24 24

Mineral Berat
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.307−625 1⁄ √7050
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,139940464
𝑁−1 24 24

Lokasi Pengamatan III

Kuarsa
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.229−625 1⁄ √5100
𝑁 25 25
Ralat = 𝑁−1
= 24
= 24
= 0,119023807

Feldspar

25
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.273−625 1⁄ √6200
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,131233465
𝑁−1 24 24

Lithik
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.269−625 1⁄ √6100
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,130170828
𝑁−1 24 24

Mineral Berat
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.297−625 1⁄ √6800
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,137436854
𝑁−1 24 24

Perhitungan ralat sphericity

Lokasi Pengamatan I

Kuarsa
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.61−625 1⁄ √900
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,05
𝑁−1 24 24

Feldspar
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.79−625 1⁄ √1350
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,061237244
𝑁−1 24 24

Lithik
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.67−625 1⁄ √1050
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,054006172
𝑁−1 24 24

Mineral Berat
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.119−625 1⁄ √2350
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,080794664
𝑁−1 24 24

Lokasi Pengamatan II

Kuarsa
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.83−625 1⁄ √1450
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,063464776
𝑁−1 24 24

Feldspar
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.93−625 1⁄ √1700
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,068718427
𝑁−1 24 24

Lithik
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.83−625 1⁄ √1450
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,063464776
𝑁−1 24 24

26
Mineral Berat
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.79−625 1⁄ √1350
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,061237244
𝑁−1 24 24

Lokasi Pengamatan III

Kuarsa
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.71−625 1⁄ √1150
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,056519417
𝑁−1 24 24

Feldspar
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.93−625 1⁄ √1700
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,068718427
𝑁−1 24 24

Lithik
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.111−625 1⁄ √2150
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,077280154
𝑁−1 24 24

Mineral Berat
1⁄ √𝑁∑𝑓 2 − (∑𝑓)2 1⁄ √25.113−625 1⁄ √2200
𝑁 25 25
Ralat = = = = 0,078173596
𝑁−1 24 24

27
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Pembahasan
Klasifikasi menurut Tucker dan Sneed & Folk yang terdiri dari 3 aspek, yakni bentuk
butir, derajat kebolaan (spherecity), dan derajat kebundaran (roundness) tanpa tekstur
permukaan milik Sneed & Folk menjadi dasar analisis morfologi butir pada praktikum kali ini.
Perhitungan pengamatan morfologi butir pada praktikum kali ini menggunakan 3 aspek
dengan klasifikasi masing masing ahli, sebagai contoh untuk aspek bentuk butir menggunakan
klasifikasi Zingg (1935) yang membagi klasifikasi bentuk butir menjadi 4 macam berdasarkan
ukuran sumbu-sumbu masing-masing, yaitu oblate, equant, bladed, dan prolate. Untuk
mengetahui bentuk butir berdasarkan klasifikasi tersebut. metode yang dipakai dengan cara
melakukan perbandingan visual terhadap tabel klasifikasi Zingg (1935). Pengukuran dan
pengamatan Sphericity menggunakan klasifikasi menurut Rittenhouse (1943). Hal ini
didasarkan pada rumitnya pengukuran spherecity menggunakan klasifikasi Wadell karena
penggunaan volume dan luas permukaan yang sulit untuk dilakukan pengamatan terhadapnya.
Sedangkan untuk pengukuran roundness sampel digunakan perbandigan visual terhadap tabel
Krumbein (1941).

5.1.1. LP 1
Pada pengamatan bentuk butir LP 1 diperoleh 15 butir berbentuk equant dan 10
butir berbentuk bladed pada mineral kuarsa. Pada mineral feldspar, diperoleh 2 butir
berbentuk oblate, 11 butir berbentuk equant, 7 butir berbentuk bladed, dan 5 butir
berbentuk prolate. Sedangkan pada pengamatan litik, diperoleh bentuk butir oblate
sebanyak 4 butir, 12 butir berbentuk equant, 6 butir berbentuk bladed, dan 3 butir
berbentuk prolate. Pada pengamatan mineral berat, diperoleh 4 butir berbentuk oblate,
10 butir berbentuk equant, 8 butir berbentuk bladed, dan 3 butir berbentuk prolate.
Apabila dijumlahkan, tampak bentuk butir pada LP 1 didominasi bentuk Equant dengan
total 48 butir, diikuti bladed 31 butir, lalu prolate 11 butir, dan oblate 10 butir.

Pada pengamatan spherecity LP 1, diperoleh dominansi very equant dengan


jumlah 53 butir, diikuti equant 1 butir, intermediate shape 10 butir, subequant 9 butir,
dan subelongate 5 butir, serta very elongate 2 butir. Pada pengamatan roundness LP1,

28
diperoleh dominansi subangular 40 butir, angular 28 butir, subrounded 19 butir, very
angular 8 butir, rounded 4 butir, dan very rounded 1 butir.

5.1.2. LP 2
Pada pengamatan bentuk butir LP 2 diperoleh 17 butir berbentuk equant dan 8
butir berbentuk bladed pada mineral kuarsa. Pada mineral feldspar, diperoleh 2 butir
berbentuk oblate, 13 butir berbentuk equant, 8 butir berbentuk bladed, dan 2 butir
berbentuk prolate. Sedangkan pada pengamatan litik, diperoleh bentuk butir oblate
sebanyak 2 butir, 15 butir berbentuk equant, 5 butir berbentuk bladed, dan 3 butir
berbentuk prolate. Pada pengamatan mineral berat, diperoleh 3 butir berbentuk oblate,
10 butir berbentuk equant, 10 butir berbentuk bladed, dan 2 butir berbentuk prolate.
Apabila dijumlahkan, tampak bentuk butir pada LP 2 didominasi bentuk Equant dengan
total 55 butir, diikuti bladed 31 butir, lalu oblate dan prolate dengan jumlah sama yaitu
7 butir.

Pada pengamatan spherecity LP 2, diperoleh dominansi very equant dengan


jumlah 63 butir, intermediate shape 15 butir, diikuti equant 10 butir, subelongate 6 butir,
subequant 4 butir, serta very elongate dan elongate 1 butir. Pada pengamatan roundness
LP2, diperoleh dominansi subangular 30 butir, angular 29 butir, subrounded 17 butir,
very angular 16 butir, rounded 8 butir, dan tidak ada very rounded.

5.1.3. LP 3
Pada pengamatan bentuk butir LP 3 diperoleh 3 butir berbentuk oblate, 12 butir
berbentuk equant dan 10 butir berbentuk bladed pada mineral kuarsa. Pada mineral
feldspar, diperoleh 4 butir berbentuk oblate, 9 butir berbentuk equant, 8 butir berbentuk
bladed, dan 4 butir berbentuk prolate. Sedangkan pada pengamatan litik, diperoleh
bentuk butir oblate sebanyak 5 butir, 15 butir berbentuk equant, 5 butir berbentuk bladed,
dan tidak ada butir berbentuk prolate. Pada pengamatan mineral berat, diperoleh 3 butir
berbentuk oblate, 9 butir berbentuk equant, 11 butir berbentuk bladed, dan 2 butir
berbentuk prolate. Apabila dijumlahkan, tampak bentuk butir pada LP 3 didominasi
bentuk Equant dengan total 45 butir, diikuti bladed 34 butir, lalu oblate 15 butir, dan
prolate 6 butir.
29
Pada pengamatan spherecity LP 3, diperoleh dominansi very equant dengan
jumlah 56 butir, intermediate shape 14 butir, diikuti equant 12 butir, subequant 7 butir,
subelongate 5 butir, serta very elongate 5 butir dan elongate 1 butir. Pada pengamatan
roundness LP 3, diperoleh dominansi angular 30 butir, subangular 28 butir, subrounded
21 butir, very angular 13 butir, rounded 8 butir, dan tidak ada very rounded.

5.2. Interpretasi
5.2.1. Media Transportasi
Media transportasi ukuran butir seperti pasir sangat mungkin jika ditransportasikan
oleh agen angin dan air , namun didalam Analisa ini sudah menjadi jelas jika faktor agen
terbesar yang mempengaruhi adalah air dibanding angin.Hal ini dikarenakan lokasi yang
diamati ialah bentang alam fluvial dimana bentang alam dipengaruhi oleh faktor air yang
terbesar.Berdasarkan morfologinya bentang alam fluvial ini dikenal juga denga sungai ,
sungai merupakan salah satu kenampakkan fisik geologi yang mengalirkan air dari suatu
tempat ke tempat yang lain dalam hal ini sesuai dengna sifat air itu sendiri yaitu bergerak
dari tempat tinggi ke rendah.Maka berdasarkan media transportasinya , menjadi jelas
bahwa air merupakan agen transport pada sedimen berikut.

5.2.2. Mekanisme Transportasi


Mekanisme transportasi pada lokasi pengamatan ini secara dominan ialah saltasi
dan suspense , hal ini dapat terjadi karena sampel yang diamati merupakan butiran
butiran pasir yang berdasarkan diagram hjulstorm tentunya sangat mudah sekali untuk
tertransportasi dengan arus yang begitu cepat.Berhubung berdasarkan kenampakan pada
peta topografi relief pada lokasi ini merupakan tergolong relief tinggi – sedang sehingga
kecepatan air masih sangat cepat.Pada lokasi pengamatan I , mineral kuarsa memiliki
bentukan yang bladed dan prolate maka dapat disimpulkan berdasarkan teoritis umum
bahwasannya kuarsa ini cenderung akan sliding dan rolling.Untuk lokasi pengamatan 2
dan 3 , kuarsa juga memiliki bentukan prolate dan bladed yang cukup banyak yang
menunjukan mekanisme transportasinya masih sliding dan rolling.Namun setelah
melakukan analisis pada diagaram hjulstorm , hal ini tentu sangat bertolak belakang
karena kecepatan arus yang begitu tinggi sudah mengerosi begitu kuat suatu butiran

30
dengan ukuran pasir. Maka berdasarkan analisa mineral ringan dapat dikatakan sudah
cukup jelas karena kecepatan arus yang begitu deras , tidak diperlukan Analisa lebih
lanjut mengenai bagaimana mekanisme transportasinya karena bentuk bentuk butir
tersebut pada akhirnya semua akan menjadi suspensi karena dengan ukuran butir yang
sedemikian rupa tidak memiliki massa yang cukup untuk melakukan rolling ataupun
sliding pada dasar permukaan namun memungkinan rolling dan sliding pada kondisi
melayang di air .Berdasarkan mineral ringan dengan data kecepatan arus yang
diperkiraan cepat pada sungai yang masih tergolong bagian hulu maka hipotesa
sementaranya ialah semua butiran tersebut akan tersuspensi namun dengan adanya
Analisa pada mineral berat memungkinan bahwa mekanisme yang terjadi tidaklah hanya
suspensi melainkan saltasi , saltasi yang dimaksud disini ialah kondisi dimana mineral
berat tersebut pada awalnya tersebut tersuspensi kemudian karena massanya yang cukup
besar dan bantuan gravitasi mineral berat tersebut lama kelamaan akan turun
perlahan.Namun dikarenakan arus yang masih cepat ,gelombang air mampu menaikkan
mineral tersebut kembali ke atas , hal ini terjadi berulang ulang sehingga didapatkan
bahwa mineral berat ini memiliki mekanisme transportasi yaitu saltasi.

5.2.3. Level Erosi


Pada STA 1 secara dominan didominasi oleh subangular dan subrounded , maka
berdasarkan data terlebih dahulu dapat dikatakan bahwa level erosi diwilayah ini masih
rendah karena masih memiliki ambang batas peralihan angular ke rounded yang belum
mencapai nilai rounded itu sendiri.Maka jika dianalisa pada level erosi lebih ke arah hulu
dapat dipredisikan bahwa pada bagian hulu yang lebih atas dari lokasi pengamatan ini ,
hasil erosi pada batuan sumber secara rata rata berbentuk angular dan sub angular.Hal
ini dapat terjadi karena dalam proses transportasinya terjadi erosi yang bisa dikatakan
berpengaruh namun tidak begitu significan karena butiran butiran yang semula dari
hulunya berbentuk angular dan sub angular akan terubah menjadi sub angular dan sub
rounded dengan sedikit bentukan angular yang mungkin belum mengalamin erosi yang
cukup.

5.2.4. Jarak dan Waktu Transpostasi


Data roundness menunjukkan pada semua LP memberikan nilai dominansi pada
subangular dan subrounded yang menjelaskan bahwa pada lokasi pengamatan ini ,jarak

31
dari sumber masih tergolong dekat dan waktu transportasinya belum begitu
Panjang.Untuk data sphericity sendiri menjelaskan bahwa pada ketiga LP didominasi
oleh bentukkan very equent yang menunjukkan bahwa settling pengendapan ini
seharusnya berlangsung cepat namun karena arus yang begitu cepat membuat butiran ini
masih harus tertransportasi akibat besarnya gaya yang diberikan oleh aliran sungai
beserta relief sungai yang masih tinggi. Rendahnya bentuk prolate menunjukkan bahwa
bentuk tersebut sudah terlebih dahulu terendapkan, sehingga menyisakan banyak bentuk
equant yang juga selaras dengan data spherecity. Data sphericity yang menunjukkan
bahwa dominannya berada pada nilai very equent ini memberikan prediksi pada batuan
asal yaitu hasil erosi pada batuan asal yang berada pada relief tinggi tersebut cenderung
bersifat equent akibat gaya erosinya tidak hanya dari gaya horizontal namun juga vertical
maka dari itu bentukan hasil erosi batuan asalnya cenderung berbentuk equent – very
equent.

5.2.5. Gambar Contoh Mineral dengan Dominansinya

Dominansi Spherecity
Very Equant

Dominansi Bentuk
Equant
Dominansi Roundness
Sub-angular

Gambar 5.2.5.1. Litik STA 1

32
Dominansi Spherecity
Very Equant
Dominansi Bentuk
Equant
Dominansi Roundness
Sub-angular

Gambar 5.2.5.2. Feldspar STA 1


Dominansi Spherecity
Very Equant
Dominansi Bentuk
Equant

Dominansi Roundness
Sub-angular

Gambar 5.2.5.3. Mineral Berat (Olivin) STA 1

Dominansi Roundness
Sub-angular
Dominansi Bentuk
Equant

Dominansi Spherecity
Very Equant

Gambar 5.2.5.4. Kuarsa STA 1


33
5.3. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan data praktikum serta pembahasan dan interpretasi data tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa:
 Berdasarkan tinjauan lapangan tempat pengambilan sampel, media transport dan media
pengendapan material sedimen pada STA 1 berupa air
 Mekanisme transportasi material sedimen untuk butir pasir halus adalah suspended load
dan saltasi
 Level erosi pada STA 1 masih rendah yang ditunjukkan dengan maturitas butir yang sangat
rendah yaitu banyak ditemukannya butir sub angular.
 Jarak dan waktu transportasi belum terlalu jauh dan lama yang ditunjukkan dengan masih
banyak ditemukan butir equant yang memang terendapkan tidak jauh dari hulu. Namun
rendahnya jumlah butir prolate mengindikasikan bahwa lokasi pengambilan sampel juga
tidak begitu dekat dengan hulu.
 Berdasarkan data perubahan bentuk butir pasir dan sphericity dari LP 1 sampai LP 3 maka
kecepatan pengendapan partikel sedimen pada STA 1 semakin melemah ke hilir.

34
DAFTAR PUSTAKA

Amijaya, D.H. & Surjono,S.S. (2017). Sedimentologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Boggs , Sam Jr. 2005. Principles of sedimentology and Sedimentology.New Jersey. University of
Oregon
Pettijohn, F.J.,Paul Edwin Potter , Raymond Siever.1973.Sand and Sandstone. Heidelberg :
Springer-Verlag Berlin.
Surjono,S.S., Amijaya,D.H.,& Winardi, S. (2017) Analisis Sedimentologi. Yogyakarta: Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

35

Anda mungkin juga menyukai