Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK


TAHUN 2019

Pratikum Rock Mass Rating


1. Pendahuluan
Klasifikasi massa batuan merupakan pengelompokan massa batuan dengan
menggunakan metode empiris yang digunakan untuk merancang sebuah model
sesuai dengan pendekatan dengan keadaan sebenarnya. Tujuan dari klasifikasi
massa batuan RMR adalah penentuan kemiringan lereng, waktu runtuh
terowongan, serta merekomendasikan penguatan dan penyanggaan dalam
pembuatan terowongan. Terdapat enam parameter yang mempengaruhi nilai
massa batuan RMR, yaitu:
a. Kekuatan batuan (Rock strength),
b. Kualitas batuan (Rock Quality Designation),
c. Spasi diskontinuitas (Spacing of discontinuities),
d. Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities),
e. Kondisi air tanah (Groundwater condition),
f. Orientasi diskontinuitas (Orientation of discontinuities). *hanya berlaku pada
terowongan (tunnel)

1.1 Kekuatan Batuan (Rock Strength)


Kekuatan batuan merupakan kekuatan suatu batuan untuk menahan suatu gaya
hingga pecah (Tabel 1). Bieniawski (1984), kekuatan suatu batuan secara utuh
dapat diperoleh dari Point Load Strength Index, Uniaxial Compressive Strength,
Triaxial Compressive Strength, Smith Hammer, atau Hammer Test.

Tabel 1. Klasifikasi Kekuatan Batuan (ISRM, 1981; dalam Hutchinson, 1996)


Hammer Test UCS (MPa) Rating
Chipped by geological hammering (exceptionally
> 250 15
strong)
Many blow geological hammering (very strong) 100 - 250 12
More than one blow geological hammering (strong) 50 - 100 7
Not scraped or peeled knive - blow hammering
25 - 50 4
(average)
Hard peeled knive - blow hammer (weak) 5 - 25 2
Crumble and peeled by pocket knive (very weak) 1-5 1
Thumb nail (extremely weak) <1 0

1.2 Kualitas Batuan (Rock Quality Designation)


Menurut Deere et al., (1967, dalam Hoek, 1995) kualitas massa batuan dapat
dinilai dari harga RQD, yaitu suatu pedoman secara kuantitatif berdasarkan pada

Halaman 1 dari 8
perolehan inti yang mempunyai panjang 100 mm atau lebih tanpa rekahan. RQD
dapat didefinisikan seperti pada Gambar 1. RQD berguna untuk menghitung
kualitas batuan secara kuantitatif berdasarkan kerapatan kekar (Tabel 2).

 panjang potongan-potongan inti


RQD = x 100 %
Total panjang inti sekali run

38 + 17 + 20 + 35
RQD = x 100 %
200
RQD = 55 %

Gambar 1. Pengukuran dan perhitungan RQD (Deree, 1989; dalam Hoek, 1995)

Sedangkan untuk mengukur RQD suatu massa batuan yang berada langsung di
singkapan atau lereng menggunakan rumus Priest dan Hudson (1976) sebagai
berikut:

RQD = 100e- 0.1 (0.1  + 1) 

RQD : Rock Quality Deignation


e : Bilangan Euler ≈ 2,7182818284
 : indeks rekahan (kekar/meter)

Tabel 2. Kualitas massa batuan berdasarkan nilai RQD (Deere and Miller, 1966;
dalam Hutchinson, 1996)
RQD (%) Kualitas Batuan Rating
90 – 100 Excelent 20
75 – 90 Good 17
50 – 75 Fair 13
25 – 50 Poor 8
< 25 Very Poor 3

1.3 Jarak Diskontinuitas (Spacing of Discontinuities)


Diskontinuitas adalah bentuk-bentuk ketidakmenerusan massa batuan, seperti
kekar, bedding atau foliasi, shear zones, sesar minor, atau bidang lemah lainnya.
Jarak diskontinuitas dapat diartikan sebagai jarak rekahan bidang-bidang yang
tidak sejajar dengan bidang-bidang lemah lain. Sedangkan spasi bidang
diskontinuitas adalah jarak antar bidang yang diukur secara tegak lurus dengan
bidang diskontinuitas (Tabel 3).
Tabel 3. Klasifikasi Jarak Diskontinuitas (Bieniawski, 1979)
Description Spacing (m) Rating
Very Wide >2 20
Wide 0,6 – 2 15
Moderate 0,2 - 0,6 10
Close 0,06 - 0,2 8
Very Close < 0,06 5

1.4 Kondisi Diskontinuitas (Condition of Discontinuities)


Kondisi diskontinuitas merupakan suatu parameter yang terdiri dari beberapa
sub-sub parameter, yakni kemenerusan bidang diskontinuitas (persistence), lebar
rekahan bidang diskontinuitas (aperture), kekasaran permukaan bidang
diskontinuitas (roughness), material pengisi bidang diskontinuitas (infilling), dan
tingkat pelapukan dari permukaan bidang diskontinuitas (weathered) (Table 4).

Tabel 4. Kondisi Diskontinuitas (Bieniawski, 1979)


Parameter Rating
Panjang diskontinuitas <1m 1-3 m 3-10 m 10-20m >20m
( Persistence / 6 4 2 1 0
continuity )
Lebar diskontinuitas - <0.1m 0.1-1.0mm 1-5mm >5mm
(aperture) m
6 5 4 1 0
Kekasaran Sangat Kasar Sedikit Halus Slicken-
diskontinuitas kasar kasar side
( roughness )
6 5 3 1 0
Material Pengisi ( Tidak Keras Lunak
infilling / gouge ) ada
6 4 2 2 0
Kelapukan Tidak Sedikit Lapuk Sangat hancur
( weathering ) lapuk Lapuk lapuk
6 5 3 1 0

1.5 Kondisi Air Tanah (Groundwater Condition)


Air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang bukaan suatu terowongan, sehingga
posisi muka air tanah terhadap posisi lubang bukaan sangat perlu diperhatikan.
Kondisi air tanah dapat dinyatakan secara umum (Tabel 5), yaitu kering (dry),
lembab (damp), basah (wet), menetes (dripping), dan mengalir (flowing).

Tabel 5. Kondisi air tanah (Bieniawski,1989)


Kondisi Umum Kering Lembab Basah Terdapat Terdapat
( completely dry ) ( damp ) ( wet ) tetesan air aliran air
( dripping ) ( flowing )
Debit air tiap Tidak ada <10 10-25 25-125 >125
10 m panjang
terowongan
( ltr / menit )
Tekanan air 0 <0.1 0.1-0.2 0.1-0.2 >0.5
pada
diskontinuitas /
tegangan
principal
mayor
Rating 15 10 7 4 0

1.6 Orientasi Diskontinuitas (Orientation of Discontinuities)


Orientasi diskontinuitas merupakan strike/dip diskontinuitas (dip/dip direction).
Orientasi bidang diskontinuitas hanya digunakan untuk terowongan karena sangat
mempengaruhi kestabilan lubang bukaan terowongan, terutama apabila adanya
gaya deformasi yang mengakibatkan berkurangnya suatu kuat geser. Orientasi
bidang diskontinuitas yang tegak lurus sumbu lintasan terowongan, sangat
menguntungkan. Sebaliknya orientasi bidang diskontinuitas yang sejajar dengan
sumbu lintasan terowongan, akan sangat tidak menguntungkan. Di lapangan,
orientasi bidang diskontinuitas dapat diperoleh dengan mengukur strike/dip kekar
menggunakan kompas geologi. Begitu pula dengan arah lintasan terowongan,
dapat diperoleh dengan mengukur azimuth arah lintasan terowongan
menggunakan kompas geologi.
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengamatan dan pengambilan data
pratikum penilaian massa batuan di lapangan adalah:
a. Palu geologi, d. Alat tulis,
b. Kompas geologi, e. Papan jalan.
c. Meteran +-10m, f. Penggaris

3. Langkah Kerja
a. Menentukan singkapan lapangan yang akan dilakukan observasi penilaian
massa batuan RMR.
b. Membagi lokasi observasi di singkapan sebagai batas pengamatan sepanjang
10 meter.
c. Sketsa dan foto singkapan beserta rekahannya.
d. Mendeskripsikan singkapan secara geologi serta menentukan nama
litologi batuan.
e. Jika terdapat litologi yang berbeda, maka dilakukan pemisahan pengukuran RMR
pada setiap litologi yang berbeda.
f. Memperkirakan kekuatan batuan dengan menggunakan hammer test, kemudian
mencatatnya.
g. Menghitung jumlah indeks rekahan setiap meter.
h. Menentukan kedudukan rekahan dengan menggunakan kompas kemudian
mencatatnya.
i. Menghitung panjang setiap rekahan yang berada di area pengamatan.
j. Menghitung lebar bukaan setiap rekahan kemudian mencatatnya.
k. Mengukur letak rekahan dihitung dari titik awal batas pengamatan kemudian
mencatatnya.
l. Mengukur spasi antar setiap rekahan terhadap rekahan sebelumnya
kemudian
mencatatnya.
m. Mendeskripsi kondisi rekahan dan kondisi keairan di rekahan tersebut kemudian
mencatatnya.
n. Memasukan data diatas ke dalam tabel RMR, kemudian tentukan persentase,
rock class, dan rock type batuan berdasarkan penilaian massa batuan RMR.

4. Daftar Pustaka
Bieniawski, Z.T. 1984. “Rock Mechanic Design in Mining and Tunneling”. A Halsted Press,
John Willey and Sons, New York - Toronto.
Bieniawski, Z.T. 1989. “Engineering Rock Mass Clasification : A Complete Manual for
Engineers and Geologist in Mining, Civil, and Petroleum Engineering”. John Wiley & Sons
Inc, Canada.
Hoek, Kaiser, Bawden. 1995. “Support Of Underground Excavation in Hard Rock”. A.A.
Balkema, Rotterdam.
Hutchinson, D.J. and Diederichs, M.S. 1996. "Cablebloting in Underground Mines".
Geomechanics Research Centre, Canada.
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK
TAHUN 2019

5. Tabel RMR (Bieniawski,1989)

Halaman 6 dari 8
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK
TAHUN 2019

Nama Stasiun :……………………….……… Cuaca:………………………...........


Tanggal / Jam :………….…................../….......................... Lokasi:………………………………..
Koordinat :…………………………………………………………………
Tabel Pengamatan Batuan Klasifikasi RMR
Ground
Rock test Spacing of Condition Of Rock
Chainage Is RQD Water RMR Rock Class
(Mpa) Discontinuities Discontinuities Description
Condition

Halaman 7 dari 8
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK
TAHUN 2019

Halaman 8 dari 8

Anda mungkin juga menyukai