Anda di halaman 1dari 15

4.

Buatlah resume buku mekanika batuan oleh Made Astawa dkk halaman 404-
409, 427-440, 441-454.
Halaman 404 - 409

Karakteristik Ukuran Bidang Diskontinuitas

Spasi dan frekuensi bidang diskontinuitas

Spasi bidang diskontinuitas atau kekar adalah jarak tegak lurus antar kekar (lihat
Gambar 8.15). Beberapa massa batuan dapat memiliki spasi kekar dari yang sangat
rapat hingga sangat jarang (lihat Tabel 8.1). Pengukuran spasi kekar ini hams dilakukan
di sepanjang garis bentangan pada singkapan massa batuan.
Hasil sebuah pengukuran spasi kekar perlu dilakukan analisa statistik dan salahsatu
produknya adalah dalam bentuk histogram distribusi normal spasi seperti ditujukkan
oleh Gambar 8.16 yang merepresentasikan statistik spasi kekar di Formasi Kali
Keluarga kekar-1. Secara statistik hubungan antara spasi kekar dengan frekuensinya
adalah dalam bentuk eksponensial negative

Gambar :Definisi Spasi Bidang Diskontinuitas

Kezia Veronika/ 7100210045/01


Tabel : Klasifikasi Spasi Bidang Diskontinuitas (Attewell.1993)

Deskripsi Struktur Bidang Jarak pisah-mm


Diskontinuitas
Very Wide Spaced Very Thickly Bedded >2000
Widely Spaced Thickly Bedded 600-2000
Moderately Widely
Medium Bedded 200-600
Spaced
Closely Spaced Thinly Bedded 60-200
Very Tjinly Bedded 20-60
Thickly Laminated
6-20
(sedimentary)
Very Closely Spaced Narrow ( Metamorphic
6-20
and Igneous)
Foliated, Cleaved, Flow-
6-20
Banded, etc. metorphic
Thinly Laminated
<20
(sedimentary)
Extremely Closely Very Closely Foliated,
Spaced Cleaved, Flow-Banded,
<6
etc (Metamorphic and
Igneous)

Gambar : Histogram Distribusi Normal Spasi Formasi Kali Keluarga Kekar -1

Kezia Veronika/ 7100210045/01


B. Rock Quality Designation (RQD - Deere, 1964)

Kehadiran bidang diskontinuitas di dalam massa batuan sering memberi


pengaruh buruk pada sifat mekaniknya sehingga besaran kuantitatif bidang
diskontinuitas perlu diketahui. Parameter yang dapat menunjukkan kualitas massa
batuan sebelum penggalian dilakukan adalah Rock Quality Designation (RQD)
yang dikembangkan oleh Deere (1964) yang mana datanya diperoleh dari
pengeboran eksplorasi dalam bentuk inti bor yang merupakan wakil massa batuan
berbentuk silinder, Diameter inti bor bervariasi mulai dari BQ, NQ dan HQ.

Inti bor hasil pemboran eksplorasi dan atau geoteknik disimpan dalam
boks seperti' pada Gambar 8.17. Ada empat boks pada gambar tersebut dengan
catatan nomor boks dan variasi kedalaman yang ditulis pada masing-masing boks.
Panjang boks pada umumnya satu meter dan terdiri dari paling tidak empat slot
atau kolom untuk meletakkan inti bor.

Tampak jelas bahwa pada boks dengan kedalaman dari 0,00 meter hingga
5,30 m inti bor sangat rusak dan menyerupai tanah. Sedangkan pada boks
selanjutnya kenampakan batuan sudah mulai jelas, walaupun pada boks dengan
kedalaman 38,00 m - 42,00 inti batuan banyak mengalami rekahan dan retakan
sehingga hampir sebagian batuan inti bor lembek dan hancur. Sedangkan pada
kedua boks terakhir tampak bahwa batuan inti bor dapat dikatakan baik dengan
beberapa retakan miring.

Gambar :Core Drill (Inti Bor)

Kezia Veronika/ 7100210045/01


Untuk mengkuantifikasi inti bor dari boks tersebut maka RQD harus dihitung. RQD dihitung dari persen

Bila bor inti tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung dengan melakukan pengukuran or
RQD = 100 e-0,1λ -a (0.1λ+ 1)

λ= frekuensi diskontinuitas per meter. Untuk λ= 6 -16/m, maka


RQD = 110.4 — 3.68λ

Berikut adalah hubungan antara RQD dan kualitas batuan (Lihat tabel 8.2) yang dikemukakan oleh Deer
RQD = Panjang total bor ini > 0.10 m Panjang total bor (m) x 100 %

Kezia Veronika/ 7100210045/01


King & McConnel (Braybrooke, 1988) menggunakan Indeks Kecepatan (VI) untuk
menjelaskan hubungannya dengan kualitas massa batuan, RQD dan Fraktur
Frekuensi (Tabel 8.2).

Tabel :Hubungan antar RQD, Kualitas batuan dan Indeks Kecepatan

Kualitas Massa RQD (%) FF (M-1) Indeks


Batuan Kecepatam
Sangat Buruk 0-25 >15 < 0,2
Buruk 25-50 >16-8 0,2 – 0,4
Sedang 50-75 8-5 0,4 – 0,6
Baik 75-90 5-1 0,6 – 0,8
Sangat Baik 90-100 1 0 – 1,0

C. Ukuran blok bidang diskontinuitas

Selain RQD ada juga sebuah ukuran untuk menentukan kualitas massa
batuan yaitu dengan menggunakan ukuran blok (Jv, lihat Tabel 8.3).

Tabel 8.3 Ukuran Blok Massa Batuan

Kelas Ukuran Jv Ukuran Blok


Volumetrik Kekar
/ m3
Blok Sangat <1 <1 Masif
Besar
Blok Besar 1-3 1-3 Besar
Blok Sedang 3-10 3-10 Sedang
Blok Kecil 10-30 10-30 Kecil
Blok Sangat Kecil >30 >30 Sangat Kecil
Pecahan Blok >60 # #

Kezia Veronika/ 7100210045/01


Menurut Palmstorm (1975), mcnduga RQD dapat juga dilakukan dengan
menggunakan parameter Jv yang dihitung dengan persamaan berikut.

RQD = 115 – 3,3

Jika Jv lebih kecil daripada 4,5 maka RQD dianggap 100.

Nilai Jv lebih banyak dpengaruhi oleh frekuensi kekar dari pada RQD.

Halaman 427-440

A. Prosedur Normal Untuk Pengukuran Kekar

Pengukuran spasi harus dilakukan di sepanjanggaris bentangan pada


singkapan massa batuan. Seperti ditunjukkan pada gambar 3.36 notas S adalah spasi
kekar yaitu merupakan jarak antara kekar J. Pada gambar tersebut terdapat tiga spasi
kekar. Karena kekar diukur pada permukaan singkapan massa batuan maka
diperlukan suatu koreksi spasi sebesar sin ∅, dimana ∅ adalah sudut yang
dibentuk antara bidang kekar dan bidang permukaan singkapan. Hasil yang
didapat setelah dikoreksi adalah jarak kekar yang sesungguhnya.

Gambar 8.36 Penentuan Spasi Kekar

Spasi atau jarak pisah antar kekar adalah jarak tegak lurus antara dua bidang
kekar yang berurutan sepanjang sebuah garis bentangan tertentu dan dinyatakan
sebagai intach length. Panjang garis bentangan minimum untuk pengukuran jarak
kekar sekitar 50 kali jarak rata-rata kekar yang hendak diukur. Sedangkan
menurut ISRM (1980) Panjang ini cukup sekitar 10 kali, tergantung kepada tujuan
pengukurannya. Kestabilan massa batuan tidak saja tergantung oada frekuensi

Kezia Veronika/ 7100210045/01


tetapi juga tergantung pada kemenerusan, lebar celah kekar dan isian kekar yang
diamati. Oleh karena itu pengujian laboratorium untuk menentukan sifat-sifat
mekanik pbatuan pada daerah kekar perlu dilakukan. Pemilihan lokasi muka
massa batuan yang akan diukur jarak kekarnya perlu memperhatikan beberapa hal
seperti
:

 Panjang minimum garis pengukuran yang tersedia, siapkan scan-line untuk


jarak 10 kali jarak rata-rata kekar atau minimum 50 m
 Permukaan dinding atau lereng massa batuan jelas dan aman tersedia dan
survey dilakukan minimum 2 orang
 Pengukuran setinggi mata dari lantai jenjang
 Meliputi variasi orrientasi kekar dan jarak
 Lakukan pada dua muka bidang lereng yang saling tegak lurus dann
kerataan permukaan singkapan massa batuan
 Variasi jenis batuan
 Pengukuran maju dan mundur
 Amati cuaca dan kondisi air permukaan
 Miliki peralatan pembantu secukupnya seperti : paku beton, palu,
compass, meteran, loupe, penggaris, comparator, point scratcher, panduan
standard, dll

Pengukuran jarak kekar dimulai dengan membentangkan tali sepanjang


muka bidang massa batuan yang akan diukur dengan arah kemiringan (α4) dan
kemiringan (β) tertentu (Gambar 8.39). selanjutnya dengan pita ukur ditentukan
posisi kekar-kekar yang berpotongan dengan garis bentangan tanpa
memperhatikan orientasi setiap kekar. Jarak yang diukur ini disebut jarak semu
kekar. Jarak semu ini akan menjadi jarak duga atau sebenarnya bila semua kekar
yang ditemukan berpotongan dengan garis bentangan secara tegaklurus (Gambar
8.39).

Kezia Veronika/ 7100210045/01


Kezia Veronika/ 7100210045/01
Gambar : Kejadian Acak Bidang Kekar pada Garis Pengukuran Kekar A-B

B. Prosedur Penentuan Perkiraan Jarak Antar Kekar Dari Pengukuran Suatu Garis Bentang
1. Asumsikan ada tiga pasangan bidang kekar dalam keluarga kekar A

𝑑𝑠𝑤𝐴12𝐶𝑜𝑠(∅12)+𝑑𝑠𝑤𝐴23𝐶𝑜𝑠(∅23)+𝑑𝑠𝑤𝐴34𝐶𝑜𝑠(∅34)
dsw A = 3

= ∅2+ ∅3
∅23
2
= ∅1+ ∅2
∅12 2

= ∅3+ ∅4
∅34
2

Di,i+1 = ji, i+1Cos (∅𝑖+ ∅𝑖+1)


2
2. Bentuk persamaan umum diatas dapat dituliskan kembali sebagai (k = n-1 =
jumlah pasangan bidang kekar dalam satu keluarga)

∑𝑛 𝑑𝑠𝑤𝐴𝑖+(𝑖+1)𝐶𝑜𝑠(∅𝑖+(𝑖+1)
dsw A = 𝑖−1
𝑘

3. Perkiraan jarak antar bidang kekar sepanjang garis bentangan adalah (m =


jumlah keluarga bidang kekar)

∑𝑛 𝑑𝑠𝑤𝑚
dsw A = 𝑖−1
𝑚

Kezia Veronika/ 7100210045/01


C. penggunaan Faktor Koreksi Untuk Jarak Kekar

Untuk mengatasi masalah ini, Terzaghi (1965) pertama kali yang


mengusulkan untuk memberikan koreksi dengan cara membobotkan pengukuran
pada bidang diskontinuitas yang sangat mirip terhadap garis bentangan.

Pada kasus umum, jumlah pengamatan dari suatu keluarga kekar didaerah
pengukuran dapat diberi factor bobot W yaitu

Penggunaan factor
W =bobot
Faktorinibobot
sebetulnya tidak
Terzaghi akan menampilkan
= {1/Cos (∅)} semua
bidang kekar yang tdaik terukur. Oleh karena itu dalam melakukan pengukuran
jarak kekar perlu memperhatikan hal hal berikut ini.

 Kurangi bias selama pengukuran di lapangan


 Proses data pengukuran dengan melakukan konturing
 Proses data secara analitis dengan metoda statistic

Hal pertama dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran tiga kali


yang masing-masing tegaklurus. Koreksi konturing dapat dilakukan di proyeksi
hemisphere bawah. Sedangkan cara analitik adalah dengan menghitung koordinat
titik kutub dengan persamaan-persamaan transformasi. Kedua hal terakhir biasanya
sudah adapada program komputer untuk pengukuran kekar, misalnya DIPS,
WEDGE, dan STEREONET.

D. Upaya Mengurangi Bias Pengukuran Kekar

 Kurangi bias selama pengukuran di lapangan


 Proses data pengukuran dengan melakukan konturing
 Proses data secara analitis dengan metoda statistic
 Factor bobot W = bila jumlah data pengukurannya banyak
 Factor bobot akan mengurangi kesalahan yang mungkin timbul akibat garis
bentangan tunggal

Kezia Veronika/ 7100210045/01


 Bila sudut mendekati 90, W menjadi tak hingga, maka sebuah titik
pengukuran akan mendominasi distribusi
 Pada kenyataannya koreksi ini hanya dibuat untuk nilai- nilai tertentu
 Terzaghi (1965) : ∅ 70
 Hergert (1988 ) : ∅ 85
 Priest (1993) : W=10 (∅= 84,30 )

Halaman 441-454
A. Klasifikasi Massa Batuan
latar belakang
System klasifikasi massa batuan seringnya menggunakan lebih dari dua
parameter, tetapi tergantung juga pada kepentingannya. Meurut beberapa pihak
termasuk Bieniawski, bahwa klasifikasi massa batuan dibuat untuk memenuhi
kepentingan berikut :
 Mengidentifikasi parameter yang paling mempengaruhi perilaku massa
batuan
 Membagi massa batuan kedalam kelompok group yang berperilaku sama,
yaitu kelas massa batuan dengan kualitas berbeda .
 Melengkapi suatu dasar pengertian karakteristik masing-masing kelas.
 Menghubungkan pengalaman atas pengamatan suatu kondisi massa batuan
disatu tempat dengan lainnya.
 Menghasilkan data kuantitatif untuk desain rekayasa.
 Melengkapi suatu dasar umum komunikasi.
Beberapa klasifikasi massa batuan yang banyak digunakan untuk kepentingan
geomekanika adalah sebagai berikut ;
 Metode klasifikasi beban batuan (rock load, Terzaghi, 1946)
 Klasifikasi stand-up time (Lauffer,1958)
 Rock Quality Designation (RQD Deere, 1964)
 Rock Structure Rating(RSR, Wickham et al, 1972)
 Q-system (Barton, Lien&Lunde, 1974)
 Klasifikasi size strength

Kezia Veronika/ 7100210045/01


Klasifikasi ISRM
RMR (Bieniawski, 1973, 1976, 1989)
MRMR (Laubshcer, 1977, 1990)
RMS (Selby, 1980)
SMR (Romana, 1985)
Slope Rock Mass Rating (Robertson, 1988)
CSMR (Chen, 1995)
GSI (Hoek et al, 1995)
M-RMR (Unal, 1996)
BQ (Lin, 1998 )
Rock Mass Rating (RMR, Bieniawski, 1973)
Terdiri dari 5 parameter utama dan 1 parameter pengontrol untuk membagi massa batuan :
Kuat tekan batuan utuh (UCS)
Rock Quality Designation (RQD)
Jarak diskontinu/kekar
Kondisi diskontinu/kekar
Kondisi air tanah
Koreksi dapat dilakukan bila perlu untuk orientasi diskontinuitas/kekar
Rock Mass Quality- Q system
Pembobotan Q- system didasarkan atas penaksiran numerik kulitas massa batuan dengan menggunakan
RQD
Jumlah set kekar
Kekerasan kekar atau kekar utama
Derajat alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah
Aliran air
Faktor reduksi tegangan

𝑅𝑄𝐷𝐽𝑛𝐽𝑤
𝑄 = 𝐽𝑛 𝑥 𝐽𝑎 𝑥 𝑆𝑅𝐹

Kezia Veronika/ 7100210045/01


Keterangan :
RQD = rock quality designation Jn = jumlah set kekar
Jr = angka kekasaran kekar Ja = angka alterasi kekar
Jw = angka reduksi kondisi air SRF = faktor reduksi tegangan

Deskripsi dan nilai Q-sistem ( barton dkk, 1974)


1. Rock quality designation RQD (%)
a. Very poor 0-25
b. Poor 25-50
c. Fair 50-75
d. Good 75-90
e. Excellent 90-100
2. Modified joint set number ( kirsten,1982 ) jn
a. Massive, none of few joint 1.0
b. One joint set/fissure set 1.22
c. One joint/ fissure set/plus random 1.5
3. Joint roughness number jn
a. Discontinuous joint 4.0
b. Rough or irregular, undulataing 3.0
c. Smooth, undulating 2.0
d. Slickensided, undulating 1.5
e. Rought or irregular, planar 1.5
f. Smooth, planar 1.0
g. Slickensided planar 0.5

Kezia Veronika/ 7100210045/01


Kezia Veronika/ 7100210045/01

Anda mungkin juga menyukai