Anda di halaman 1dari 19

BAB II

DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN KADAR MINYAK


PADA LUMPUR BOR

2.1. TUJUAN PERCOBAAN


Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi utamanya.
Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud Balance.
Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.
Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur bor.
Menentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam lumpur bor (emulsi).
2.2. DASAR TEORI
2.2.1. Densitas Lumpur
Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya
suatu operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat sifat dari lumpur
tersebut, seperti densitas viskositas, gel strength, atau filtration loss. Dalam
percobaan ini akan dibahas satu sifatnya saja, yaitu densitas.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting,
karena peranannya berhubugan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai
pengontrol tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (loss circulation), sedangkan jika terlalu
kecil dapat menyebabkan kick (masuknya fluida ke lubang sumur). Maka
densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatik dari lumpur bor
dalam psi/ft. Tetapi di lapangan biasanya dipakai satuan ppg (pound per gallon).

Asumsi asumsi:
1. Volume setiap material adalah merupakan additive:
Vs + Vml = Vmb..(2.1)
2. Jumlah berat adalah merupakan additive:
ds x Vs + dml x Vml = dmb x Vmb .

(2.2)

Dimana :
Vs : Volume solid, bbl
Vml : Volume lumpur lama, bbl
Vmb : Volume lumpur baru
ds

: berat jenis solid, ppg

dml : berat jenis lumpur lama, ppg


dmb : berat jenis lumpur baru, ppg
Dari persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh:

(d mb d ml )
x Vml
(d s d mb )
Vs =

....

(2.3)

Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah:


Ws = Vs x ds
Bila dimasukkan ke dalam persaman (2.3)

(d mb d ml )
x (d s xVml )
( d s d mb )
Ws =

..(2.4)

% volume solid :

Vs
(d d ml )
x 100% mb
x 100%
Vmb
(d s d mb )
..(2.5)
% berat solid :

d s xVs
d (d d ml )
x 100% s mb
x 100%
d mb xVmb
d ml (d s d mb )
.

(2.6)

Maka bila yang digunakan adalah barit dengan SG = 4.3, untuk menaikkan
densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl
lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :

(d mb d ml )
(35.8 d mb )
Ws = 684 x

...(2.7)

Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG = 2.5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan :

(d mb d ml )
(20.8 d mb )
Ws = 398 x

...(2.8)

Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama


2.2.2. Sand Content
Tercampurnya serpihan serpihan formasi (cutting) ke dalam pemboran
akan menbawa pengaruh kepada operasi pemboran. Serpihan serpihan
pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat mempengaruhi karakteristik
lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini akan menambah densitas lumpur yang
telah mengalami sirkulasi. Bertambahnya densitas lumpur yang tersikulasi ke
permukaan akan menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu,
setelah lumpur disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama
menghilangkan partikel partikel yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi.
Alat alat ini, yang biasanya disebut Conditioning Equipment, adalah :

Shale Shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan serpihan atau cutting yang
berukuran besar.

Degasser
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
lumpur pemboran.

Desander

Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel partikel padatan yang


berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.

Desilter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat membersihkan
lumpur dari partikel partikel yang berukuran lebih kecil.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah merupakan

persen volume dari partikel partikel yang diameternya lebih besar dari 74
mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan saringan tertentu. Jadi,
rumus untuk menentukan kandungan pasir atau sand content pada lumpur
pemboran adalah :

Vs
x 100%
Vm
n=
dimana :
n

= kandungan pasir

Vs = volume pasir dalam lumpur


Vm = volume Lumpur

2.3. PERALATAN DAN BAHAN


2.3.1. Alat

Mud Balance

Retort Kit

Multi Mixer

Sand Content Set

Gelas Ukur 500 cc

2.3.2. Bahan

Bentonite

Barite

Aquadest

Wetting Agent

Oil

Pasir

2.3.3. Gambar Alat

Keterangan
1.

Lid

2.

Cup

3.

Base

4.

Knife dan Fulcrum

5.

Rider

6.

Arm Balance

7.

Calibrator

Gambar 2.1. Mud Balance


(http://www.ofite.com/products/Drilling/Balances/115-2.jpg)

Keterangan:
1. Sieve (Saringan Ukuran : 200)
2. Funnel
3. Aquadest
4. Tube

Gambar 2.2. Sand Content Set


(http://www.durhamgeo.com/testing/misc/images/DE-11600.jpg)

Keterangan:
1. Kondensator
2. Gelas Ukur
3. Insulator Block
4. Wetting Agent

Gambar 2.3. Retort Kit


(http://www.ofite.com/products/Drilling/Retorts/180-195.jpg)

Keterangan:
1. Mixer Cup
2. Mixer Hanging
3. Mixer

Gambar 2.4. Multi Mixer


(http://www.geocities.com/nostalgia_diner/hambeachmilkshake3cream.jpg)

2.4. PROSEDUR PERCOBAAN


1

Prosedur Operasi Standar

2.1.1.1. Mud Balance


a. Mengambil alat Mud Balance dari box.
b. Mencuci cup pada wastafel, kemudian di lap dengan kanebo.
c. Melakukan kalibrasi alat dengan mengukur densitas air, caranya dengan
mengisi air ke dalam cup sampai penuh kemudian ditutup (apabila ada air
yang tumpah dilap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).
d. Meletakkan Mud Balance pada box (posisi knife berada di atas fulcrum),
kemudian mengukur densitas air yang sudah diketahui harganya (p =
8,33 ppg pada 70o F), caranya dengan menggeser rider ke angka 8,33 ppg
(pada skala bagian atas) atau ke angka 1 gr/cc (pada skala bagian bawah),
jika kalibrasi berhasil gelembung udara pada level glass akan berada di
tengah-tengah atau menyentuh garis tengah, jika masih belum tepat, takar
ulang lah pasir yang ada pada ujung balance arm sampai kalibrasi
berhasil. Setelah itu air dibuang lalu cup dibersihkan kembali.
e. Mengukur densitas lumpur yang akan diuji dengan cara memasukkan
lumpur pada cup sampai penuh kemudian di tutup (apabila ada lumpur
yang tumpah di lap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).
f. Meletakkan Mud Balance pada box kemudian mengukur densitas lumpur
dengan cara menggeser rider, sampai gelembung udara pada level glass
berada di tengah-tengah.
g. Setelah harga densitas diketahui, lumpur dibuang, lalu cup dibersihkan
lalu Mud Balance ditaruh kembali ke dalam box.
2.1.1.2. Multi Mixer
a. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lumpur.
b. Mengisi cup lumpur dengan air.
c. Mengkaitkan cup pada Multimixer dengan menekan pada penjepit atas
dan meletakkan cup pada penyangga bawah hingga mixer berputar
d. Memasukkan bahan-bahan solid yang akan digunakan.

e. Setelah campuran lumpur selesai dibuat, lepas cup dengan menaikkan


cup, kemudian tarik ke bawah.
f. Membersihkan mixer dengan memasang cup berisi air bersih lalu lap
hingga bersih.
2.1.1.3. Sand Content Set
a. Mengambil alat dari box kemudian membersihkan Sieve, Funnel, dan
tube dengan air.
b. Mengisi tube dengan lumpur yang akan di uji sampai batas mud to here
kemudian tambahkan air sampai batas water to here.
c. Kocok tube dengan menutup mulut tube sampai campuran lumpur dan air
menyatu.
d. Menyaring campuran tersebut dengan cara menuangkannya ke dalam
Sieve sehingga endapan pasir akan terpisah diatas mesh.
e. Membilas Sieve dengan air dengan cara menggabungkan Funnel ke
bagian bawah Sieve dan mulut tube sehingga endapan pasir akan
terendapkan di bagian bawah tube.
f. Apabila masih ada endapan pasir di dalam mesh, bilas dengan air.
g. Dengan menggunakan skala yang ada pada tube, kita dapat membaca
volume pasir yang terkandung dalam lumpur.
h. Setelah itu alat-alat dibersihkan kembali, kemudian diletakkan ke dalam
box.
2.1.1.4. Retort Kit
a. Menyiapkan lumpur yang akan diuji (sebelumnya sudah disaring oleh
Marsh Funnel untuk melepaskan LCM dan pasir).
b. Mengisi Upper Chamber dengan sabut baja.
c. Mengisi Mud Chamber dengan lumpur, lalu tutup dengan Lid, bersihkan
jika ada lumpur yang tumpah dengan kanebo.
d. Pasangkan Mud Chamber dengan Upper Chamber kemudian tempatkan
kembali ke Insulator Block.
e. Menambahkan beberapa tetes (umumnya 3 tetes) Wetting Agent pada
gelas ukur dan tempatkan di bawah Kondensator.

f. Menancapkan kabel Insulator Block agar pemanasan lumpur bisa


dimulai. Menunggu sampai tak terjadi kondensasi lagi yang ditandai
dengan matinya lampu indikator pada Insulator Block.
g. Setelah diperoleh data hasil percobaan bersihkan Mud Chamber dan
ambil sabut baja dari Upper Chamber. Bersihkan kembali alat-alatnya
kemudian letakkan kembali ke dalam box.
2.4.1. Prosedur Percobaan
2.1.1.5. Densitas Lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan Mud Balance sebagai berikut :

Membersihkan peralatan Mud Balance.

Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu ditutup dan dibersihkan
bagian luarnya. menegeringkannya dengan kertas tissue.

Meletakkan kembali Mud Balance pada kedudukan semula.

Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.

Mengecek pada Level Glass, bila tidak seimbang, mengatur


Calibration Screw sampai seimbang.

2. Menimbang beberapa zat yang digunakan sesuai dengan petunjuk asisten.


3. Menakar air 350 cc dan mencampurnya dengan 22,5 gr bentonite.
Caranya memasukkan air ke dalam bejana, lalu memasang bejana pada
Multimixer dan memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah mixer
dijalankan, selang beberapa menit setelah tercampur, mengambil bejana
dan menuangkan lumpur yang telah dibuat kedalam cup Mud Balance.
4. Menutup cup dan membersihkan lumpur yang melekat pada dinding
bagian luar dan penutup cup sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur rider
hingga seimbang dan membaca densitas yang ditunjukkan pada skala.
6. Mengulang langkah 5 untuk kompisisi campuran yang diberikan asisten.

2.1.1.6. Sand Content


1. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.
Menambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan
mengocoknya dengan kuat.
2. Menuangkan campuran tersebut ke dalam saringan. Bairkan cairan
mengalir keluar melalui saringan. Menambahkan air ke dalam tabung,
mengocok dan menuangkan kembali ke dalam saringan. Mengulangi
hingga tabung menjadi bersih. Mencuci pasir yang tersaring untuk
melepaskan sisa sisa dari lumpur yang masih melekat.
3. Memasang Funnel tersebut pada sisi atas Sieve. Membalikkan rangkaian
tersebut dengan perlahan lahan dan memasukkan ujung Funnel ke
dalam gelas ukur. Menghanyutkan pasir ke dalam tabung dengan
menyemprotkan air melalui saringan hinggga semua pasir tertampung ke
dalam gelas ukur. Membiarkan pasir mengendap. Dari skala yang ada
dalam tabung, membaca prosen volume dari pasir yang mengendap.
4. Mencatat sand content dari lumpur dalam prosen volume.
2.1.1.7. Penentuan Kadar Cairan Tapisan
1. Mengambil himpunan retort keluar dari Insulator Block, mengeluarkan
Mud Chamber dari Retort.
2. Mengisi Upper Chamber dengan steel wall.
3. Mengisi Mud Chamber dengan lumpur dan menempatkan kembali
penutupnya lalu membersihkan lelehan lumpur.
4. Menghubungkan Mud Chamber dengan Upper Chamber, kemudian
menempatkan kembali ke dalam Insulator Block.
5. menambahkan setetes Wetting Agent pada gelas ukur dan menempatkan
di bawah Kondensator.
6. Memanaskan lumpur sampai tidak terjadi kondensasi lagi yang ditandai
dengan matinnya lampu indikator.

2.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


2.5.1. Hasil Percobaan
Tabel II-1
Tabel Pengukuran Densitas, % Sand Content, Kandungan Minyak
Lumpur Dasar

PLUG

Air
(ml
)

Asiste

Bentonit

Barit

e (gr)

e (gr)

350

22,5

350
350
350

22,5
22,5
22.5

350

F
G
H
I
J
K
L

350
350
350
350
350
350
350

n
A
B
C

Sand

Additive

Air
(ml

Content
LD
Densita
s (ppg)

Kadar
Minyak
LD
+

Kadar

Sola

minya

k (%)

(gr)

(ml)

Pasi

%SC

8,63

0,2

7
6
8

8,65
8,7
8,8

4
6
8

2
8
16

0
2.22
3.33

22.5

10

8,8

10

0,4
0,25
0,25
0,10

24

4.44

22.5
22.5
22.5
22.5
22.5
22.5
22.5

12
14

8,8
8,86
8,2
8,12
8,43
8,43
8,45

12
14
16
18
20
22
24

32
40
48
56
64
72
80

6.67
12.2
11.11
6.66
8.88
10
8.88

100
125
150
175
200

4
0,5
0,45
0,5
0,55
0,2
0,75
0,65

2.5.2. Perhitungan
1. Pengukuran Densitas
a)

Lumpur dasar : 350 ml air + 22,5 gr Bentonite + 10 ml air

b)

Densitas lumpur dasar = 8,65 ppg

2. Pengukuran Sand Content


a)

Lumpur dasar : 350 ml air + 22.5 gr bentonite + 4 gr pasir

b)

Menghasilkan Sand Content

= 0.4 % pasir

3. Pengukuran Kadar Minyak


a) Lumpur dasar

= 350 ml

air + 22.5 gr bentonite + 2 ml solar


b)

Volume minyak

c)

Volume air = 10 ml

d)

% Volume minyak

= 0 ml
= 0 ml x 10
= 0%

e) % Volume air

= 10 ml x 10
= 100 %

f) % Volume padatan

= 100 - ( ml minyak ml air ) x 10


= 100 - (0 + 10 ) x 10
= 0%

g) Gram minyak

= ml minyak x 0,8
= 0 x 0,8
= 0 gr

h) Gram lumpur

= lb/gal lumpur x 1,2


= 8,65 x 1,2
= 10,38 gr

i) Gram padatan

= massa lumpur (gr minyak + gr air)


= 10,38 (0 + 10)
= 0,38 gr

j) Volume padatan

= 10 (ml minyak + ml air)


= 10 (0 + 10)
= 0 ml

k) SG padatan rata rata

= gr padatan / ml padatan
= 0,38 / 0
= (tak terhingga)

l) % Berat padatan

= (gr padatan / gr lumpur) x 100 %


= (0,38/ 10,38) x 100 %
= 3,66 %

PEMBAHASAN
2.6.

Percobaan kali ini adalah Densitas, Sand Content dan Pengukuran

Kadar Minyak pada Lumpur Bor yang bertujuan untuk menentukan densitas,
kandungan pasir serta kadar minyak dan padatan yang ada pada lumpur
pemboran. Sifat-sifat tersebut berperan dalam fungsi lumpur untuk mengontrol
tekanan sumur, serta untuk mengindikasikan adanya cutting yang mempengaruhi
optimalisasi operasi pemboran.
2.7.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu operasi

pemboran adalah ketepatan dalam penggunaan lumpur pemboran. Lumpur


mempunyai banyak fungsi dalam menunjang suatu operasi pemboran, diantaranya
adalah untuk mengimbangi tekanan yang dihasilkan oleh formasi. Tekanan yang
berasal dari dalam formasi harus diimbangi oleh tekanan hidrostatik. Besarnya
tekanan hidrostatik dipengaruhi oleh densitas dan kedalaman.
2.8.

Densitas merupakan salah satu sifat lumpur pemboran yang sangat

penting sekali, karena densitas lumpur akan mempengaruhi fungsi lumpur sebagai
berikut, yaitu: mengangkat cutting kepermukaan, menjaga kestabilan lubang bor
dengan mengontrol tekanan formasi. Operasi pemboran akan berjalan seimbang
dan lancar apabila tekanan formasi sama atau minimal mendekati dengan tekanan
fluida pemboran. Pengontrolan pada fluida pemboran sangat erat kaitannya
dengan densitas lumpur itu sendiri, dimana tekanan hidrostatik lumpur pemboran
= 0.052..h. sedangkan densitas merupakan massa per volume dari lumpurnya.
2.9.

Dalam pengukuran densitas, kita menggunakan lumpur yang

dicampur dengan additive air atau bentonite/barite. Alat yang digunakan adalah
Mud Balance. Prinsip kerja alat Mud Balance, menggunakan prinsip
kesetimbangan. Pada pengukuran Sand Content, menggunakan alat Sand Content
Set. Prinsip kerjanya adalah menggunakan hukum gravitasi, dimana densitas pasir
yang lebih berat akan terendapkan dalam dasar tube. Lalu, pada pengukuran
kandungan minyak, menggunakan alat Retort Kit. Prinsip kerja alat ini,
menggunakan prinsip kondensasi, dimana saat lumpur dipanaskan, uapnya akan
tertampung pada kondensator, kemudian didinginkan sehingga volume uapnya
akan tertampung pada tube. Karena tube sudah diberi wetting agent, maka akan

2.6.
GRA
FIK

terlihat dengan jelas berapa banyak volume minyak dan air nya. Volume tersebut
merupakan % kadar cairan dalam lumpur, sehingga kita dapat menentukan %
berat padatan dari lumpur juga. Sebelum mengukur sifat-sifat fisik yang telah
disebutkan diatas, kita terlebih dahulu membuat lumpur dengan menggunakan alat
Multimixer.
2.10.

Pada percobaan pengukuran densitas, mula-mula mengkalibrasi alat

dengan air, yang mana takaran ukurnya adalah densitas air yaitu 8,33 ppg. Setelah
dikalibrasi, alat dibersihkan dan mengukur densitas lumpur yang telah dibuat
sebelumnya pada Multimixer. Memasukkan lumpur tersebut pada cup, lalu
menutupnya dengan lid dan menghitung besar densitas lumpur dengan menggeser
rider hingga level glass. Pada percobaan pengukuran sand content, mula-mula
mengisi tube dengan lumpur yang akan di uji sampai batas mud to here
kemudian tambahkan air sampai batas water to here lalu, menyaring campuran
tersebut dengan cara menuangkannya ke dalam Sieve sehingga endapan pasir akan
terpisah diatas mesh. Kemudian membilas Sieve dengan air dengan cara
menggabungkan Funnel ke bagian bawah Sieve dan mulut tube sehingga endapan
pasir akan terendapkan di bagian bawah tube. Apabila masih ada endapan pasir di
dalam mesh, bilas dengan air. Sand content pada lumpur bisa diketahui dengan
membaca skala pada tube. Kemudian pada percobaan penentuan kandungan
minyak, mula-mula mengambil himpunan retort keluar dari Insulator Block,
mengeluarkan Mud Chamber dari Retort. Mengisi Upper Chamber dengan steel
wall dan Mud Chamber dengan lumpur dan menempatkan kembali penutupnya
lalu membersihkan lelehan lumpur. Menghubungkan Mud Chamber dengan
Upper Chamber, kemudian menempatkan kembali ke dalam Insulator Block.
Menambahkan setetes wetting agent pada gelas ukur dan menempatkan di bawah
Kondensator, dan memanaskan lumpur sampai tidak terjadi kondensasi lagi yang
ditandai dengan matinnya lampu indikator. Setelah itu dapat diketahui kadungan
minyak yang ada pada lumpur tersebut.
2.11.

Dari hasil percobaan tersebut, diperoleh harga densitas lumpur

sebesar 8,65 ppg, kandungan pasir pada lumpur sebesar 0,4 % serta besar
kandungan minyak dan banyaknya berat padatan (%) dalam sampel lumpur

sebesar 0 % dan 3,66 %. Dari grafik 2.1, dapat dilihat bahwa semakin banyak
penambahan barite maka densitas lumpur semakin besar, sehingga grafik tersebut
cenderung naik sedangkan pada penambahan air, semakin banyak volume air yang
ditambahkan, menyebabkan densitas lumpur menjadi turun namun pada grafik
terjadi kenaikan. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya ketelitian atau
kebersihan alat yang digunakan. Untuk grafik 2.2, seiring dengan penambahan
pasir pada lumpur, sand content juga meningkat, seharusnya terjadi peningkatan
pada grafik, namun grafik hasil percobaan cenderung menurun (pada additive
barite) atau stabil (pada additive air). Hal ini mungkin disebabkan karena kurang
bersihnya pencucian alat atau kurangnya ketelitian saat praktikum. Sedangkan
pada grafik 2.3, seharusnya seiring dengan penambhan solar, kadar minyaknya
semakin besar, namun lagi-lagi grafik mengalami penyimpangan, grafik
cenderung turun atau stabil. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang lama nya
proses pemanasan pada Retort Kit atau kemampuan alat yang sudah menurun
karena termakan usia.
2.12.

Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui

apakah proses pemboran telah mencapai formasi produktif melalui pengamatan


pada lumpur pemboran. Selain itu juga dapat menentukan volume minyak dan
volume air yang dapat digunakan untuk menentukan % berat padatan. Berat
padatan dalam lumpur diharapkan seminimal mungkin karena padatan tersebut
dapat mengerus alat-alat pemboran yang digunakan, dan juga bisa menambah
densitas yang mengakibatkan pemboran terhambat. Apabila saat dilakukan
pengeboran Ph > Pf disebut Overbalance Drilling, sedangkan jika Ph < Pf disebut
Underbalance Drilling.

2.13.

KESIMPULAN

1. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan:


Besarnya densitas lumpur (LD + Air) = 8,65 ppg.
Besarnya Sand Content
= 0,4 %.
Besarnya % kadar minyak
= 0 %.
Besarnya % berat padatan
= 3,66 %.
2. Harga densitas lumpur dapat diperbesar dan diperkecil tergantung pada jenis
additive yang ditambahkan (bentonite/barite) pada lumpur.
3. Densitas akan bernilai besar (naik) dengan adanya kandungan pasir dalam
lumpur
4. Jika densitas lumpur terlalu tinggi kita bila menambahkan air agar
densitasnya turun.
5. Densitas ini sangat erat kaitannya dengan besarnya tekanan hidrostatis dari
lumpur itu sendiri dimana tekanan hidrostatis= 0.052..h. dan tekanan
hidrostatis sangat mempengaruhi stabilitas suatu pemboran.
6. Aplikasi lapangan pada percobaan tersebut adalah:
Menentukan besarnya tekanan hidrostatis di dalam lubang bor
Menentukan % kadar pasir dalam lumpur, dimana kandungan pasir
dalam lumpur dapat merusak peralatan pemboran karena bersifat
abrasif, serta dapat meningkatkan densitas lumpur sehingga

mempersulit proses pemisahan cutting.


Menentukan volume minyak dan volume air yang dapat digunakan
untuk menentukan % berat padatan.

Anda mungkin juga menyukai