Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

MINYAK DAN GAS BUMI

Dosen Pembimbing: Zurohaina, S.T., M.T

Disusun oleh :
AHMAD KHAIRUM AMALA 061840411702
DIMAS GUNAWAN PRASETYO 061840411704
LENA TRIANA 061840411709
MEGA PERSADA PUTRI 061840411711
MUHAMMAD RAVIQ VITRUVI 061840411713
PUTRI AGUSTINA 061840411719
RIZKI ZULKARNAIN 061840411720
VENNY KRYSTHIN 061840411722
ZAKIYAH SRI REZEKI 061840411723

Kelas/Kelompok : 5 EGC/2

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK KIMIA PRODI DIV TEKNIK ENERGI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami naikkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia yang diberikan, sehingga pembuatan Laporan Tetap Praktikum ini dapat
terselesaikan. Adapun makalah ini kami susun sebagai bagian dari mata kuliah
Praktikum Minyak dan Gas Bumi.
Dalam penyusunan laporan tetap ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Adapun pihak-pihak tersebut anatara lain:
1. Zurohaina, S.T., M.T selaku dosen mata kuliah.
2. Orang tua, sahabat, kerabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bias disebutkan
satu persatu.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan tetap praktikum ini belumlah
dikatakan sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran
yang membangun agar laporan tetap praktikum ini dapat lebih baik lagi. Kami berharap
semoga laporan tetap praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.

Palembang, 26 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

PENENTUAN SMOKE POINT (TITIK ASAP)................................................... 4


DISTILASI MINYAK MENTAH .......................................................................... 8
REKTIFIKASI ......................................................................................................... 22
DISTILASI ASTM D-86 .......................................................................................... 37

iii
PENENTUAN SMOKE POINT (TITIK ASAP)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu :
• Menjelaskan metode smoke point (titik asap) dan perannya dalam analisa
minyak bumi
• Mampu mengoprasikan alat smoke point apparatus
• Menentukan smoke point pada masing-masing sampel minyak bumi

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat
• Seperangkat alat smoke point apparatus
• Gelas kimia
2.2 Bahan
• Solar
• Kerosin

III. DASAR TEORI


Titik asap (smoke point) didefinisikan sebagai tinggi nyala maksimum
dalam millimeter dimana kerosin terbakar tanpa timbul asap apabila ditentukan
dalam alat uji baku pada kondisi tertentu (IP 57). Disamping dikenakan kepada
kerosin, uji titik asap juga dikenakan kepada bahan bakar jet (ASTM D 1322-90).
Titik asap ditentukan dengan cara membakar contoh kerosin atau bahan bakar jet
dalam lampu titik asap. Nyala dibesarkan dengan jalan menaikkan sumbu sampai
timbul asap. Kemudian nyala dikecilkan sampai asap tepat hilang. Tinggi nyala
dalam keadaan terakhir ini dalam millimeter adalah titik asap. Asap terutama
disebabkan oleh adanya senyawa aromat dalam bahan minyak.
Kepentingan smoke point dalam praktek ialah untuk menentukan
kualitas kerosin yang penggunaan utamanya ialah sebagai bahan bakar lampu
penerang. Kerosin yang baik harus memiliki titik asap yang tinggi, sehingga nyala
api bahan bakar kerosin ini dapat dibesarkan dengan kecenderungan untuk
memberikan asap yang kecil.

4
Karena kerosin terutama digunakan sebagai bahan bakar lampu untuk
penerang, maka salah satun sifat kerosin ialah bahwa kerosin harus dapat
memberikan intensitas terang nyala yang tinggi dan sedikit mungkin memberikan
asap yang dapat mengganggu lingkungan. Uji baku yang berkaitan dengan ini ialah
uji titik asap (ASTM D 1322; IP 57).

Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar


semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 Rpm), yang juga
dapat dipergunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-
dapur kecil, yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih.
Typical nyala pada alat smoke point apparatus (sumber: ASTM D-1322).
Pada alat smoke point apparatus nyala api terdiri dari 3 puncak. Pada bagian atas
api berwarna jingga disebut dengan titik maksimum, kemudian puncak tengah api
berwarna kuning disebut titik asap, dan bagian bawah api berwarna putih disebut
titik minimum.

IV. LANGKAH KERJA


1. Membersihkan alat smoke point apparatus
2. Menuangkan 25 ml bahan bakar ke gelas kimia
3. Merendam sumbu ke dalam gelas kimia selama 5 menit
4. Mengisi candle dengan 25 ml bahan bakar
5. Memasang sumbu pada wick tube (tabung sumbu)
6. Memotong ujung sumbu hingga permukaannya rata
7. Menghidupkan sumbu dengan api hingga nyala konstan

5
8. Mengatur ketinggian sumbu hingga terlihat jelaga yang melewati cerobong
9. Mengamati nyala api dan ketinggian api
10. Mengulang langkah 1 – 9 dengan bahan bakar yang berbeda

V. DATA PENGAMATAN
Sample Titik Max Titik Min Titik Asap
Kerosin 15 mm 25 mm  22 mm
Solar 18 mm 20 mm  17 mm

VI. ANALISIS PERCOBAAN


Pada pratikum kali ini yaitu penentuan smoke point pada bahan bakar,
bahan bakar yang digunakan adalah kerosin dan solar. Percobaan menggunakan alat
bernama smoke point lamp yang terdiri dari sumbu, tabung sumbu dan kaca yang
digunakan untuk melihat jelaga yang dihasilkan pada saat penyalaan api. Prinsip
kerja alat ini yaitu berdasarkan titik nyala yang dihasilkan oleh lampu tanpa terjadi
jelaga.
Dalam menentukan titik asap terdapat 3 titik yaitu titik maksimum, titik
tengah dan titik minimum. Nilai dari titik asap pada sampel bahan bakar berada di
titik tengah. Nilai titik asap kerosin yang didapatkan adalah  22 mm sedangkan
untuk nilai titik asap solar didapatkan sebesar  17 mm.
Dalam menentukan titik asap ini, diperlukan ketelitian yang tinggi dalam
melihat range api karena hal ini diperlukan untuk melihat yang mana titik asap, titik
maksimum dan titik minimum

VII. KESIMPULAN
• Titik asap digunakan sebagai parameter untuk menentukan kualitas bahan bakar
yang penggunaannya ialah sebagai bahan bakar penerangan
• Nilai titik asap bahan bakar kerosin yang di dapat adalah  22 mm
• Nilai titik asap bahan bakar solar yang di dapat adalah  17 mm

6
VIII. DAFTAR PUSTAKA
• Jobsheet Penuntun Pratikum Minyak dan Gas Bumi, Politeknik Negeri
Sriwijaya, 2020/2021
• https://kupdf.net/download/laporan-titik-asap-danapi_5bf17e92e2b6f51646ce7e
7c_pdf

IX. LAMPIRAN

Gelas Kimia Alat Smoke Point

7
DISTILASI MINYAK MENTAH
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu :
• Mengetahui fraksi-fraksi minyak bumi yang dihasilkan sebagai distilat dan
residu
• Menjelaskan mengenai titik didih fraksi-fraksi tersebut

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang Digunakan :
• Heating mantel, 1000 ml : 1 buah
• Double necked round bottom flask : 1 buah
• Bubble cap column with 2 tray : 1 buah
• Distillation bridge, 2ST 29/32, GI 18 : 1 buah
• Counterflow cooler after dimroth : 1 buah
• Distillation adapter, straight : 1 buah
• Round bottom flask, 500 ml : 1 buah
• Beaker, 100 ml : 2 buah
• Thermometer, (-100C) – (2500C) : 2 buah
• Water batch : 1 buah

2.2 Bahan yang Digunakan :


• Minyak bumi (crude oil) : 1000 ml
• Batu didih : 5 buah
• Aquadest : secukupnya
• Silicone grease : secukupnya

III. DASAR TEORI


3.1 Struktur dan Komposisi Minyak Mentah
Kebanyakan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam minyak dan gas
bumi terdiri dari hidrogen dan karbon sebagai unsur-unsur utamanya. Senyawa-
senyawa tersebut disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Selain daripada
senyawa-senyawa tersebut terdapat pula senyawa-senyawa lain dalam jumlah

8
yang sedikit mengandung unsur-unsur belerang atau sulfur, oksigen dan
nitrogen.
Komposisi minyak mentah dan gas bumi berdasarkan unsur-unsur
penyusunnya adalah sebagai berikut :
Karbon : 83,5 – 87, 5% (berat)q
Hidrogen : 11,5 – 14,0%
Sulfur : 0,1 – 3,0%
Oksigen : 0,1 – 1,0%
Nitrogen : 0,01 – 0,3%
Selain unsur-unsur di atas terdapat juga unsur-unsur logam seperti vanadium,
besi, nikel, khrom, posfor dan logam-logam lain yang jumlahnya kurang dari
0,03% berat.

3.2 Klasifikasi Minyak dan Gas Bumi


Sekitar 85% dari minyak mentah (crude oil) di dunia diklasifikasikan
menjadi 3 golongan, yaitu :
Minyak dasar aspal (asphaltic base)
Minyak dasar parafin ( paraffinic base)
Minyak dasar campurab ( mixed base)
Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin parafin dengan aspal
sebagai residu utama. Minyak dasar aspal sangat dominan mengandung
aromatik. Kandungan sulfur, oksigen dan nitrogen relatif lebih tingggi
dibandingkan dengan minyak-minyak dasar lainnya. Minyak mentah dengan
dasar aspal sangat cocok untuk memproduksi gasolin yang berkualitas tinggi,
minyak pelumas mesin dan aspal. Fraksi-fraksi ringan dan menengah
mengandung presentase naftalen yang tinggi.
Minyak dasar paraffin mengandung sangat sedikit aspal, sehingga sangat
baik sebagai sumber untuk memproduksi lilin paraffin, minyak pelumas motor
dan kerosin dengan kualitas tinggi.
Minyak dasar campuran mengandung sejumlah lilin dan aspalsecara
bersamaan. Produk yang dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah kualitasnya
dibandingkan dengan dua tipe minyak di atas.

9
Berdasarkan jarak titik didih tiap fraksi yang dihasilkan, maka susunan
molekul menurut jumlah atom karbon dari fraksi dan produk akhir kilang dapat
dilihat pada tabel 1.
Jumlah Atom Karbon
Fraksi / Produk Jarak Didih, 0C
dalam Molekul Minyak
Gas-gas <30 C1 – C4
Gasolin 30 – 210 C5 – C12
Nafta 100 – 200 C8 – C12
Kerosin dan avtur 150 – 250 C11 – C13
Diesel dan fuel oil 160 – 400 C13 – C17
Gas oil 220 – 345 C17 – C20
Fuel oil berat 315 – 540 C20 – C45
Atm residu >450 >C30
Vac residu >650 >C60
Tabel 1. Susunan Hidrokarbon Fraksi/Produk Minyak dan Gas Bumi

3.3 Proses Pengolahan Dasar


Proses epngolahan dasar sebagai proses utama untuk mengolah minyak
mentah menjadi produk dan fraksi-fraksinya terdiri dari :
Pengolahan secara fisik , yaitu distilasi terdiri dari :
• Distilasi Atmosfir
• Distilasi Hampa
• Distilasi Bertekanan
Pengolahan secara kimia , disebut juga sebagai proses konversi atau reforming
terdiri dari :
• Proses perengkahan (cracking) terdiri dari :
• Perengkahan Termis ( Thermal Cracking )
• Perengkahan Katalis (Catalytic Cracking )
• Perengkahan Hidro ( Hydrocracking )
• Proses Pembentukan Kembali (reforming ) terdiri dari :
• Reformasi Termis ( Thermal Reforming )
• Reformasi Katalis ( Catalytic Reforming )

10
Proses Penggabungan Molekul , terdiri dari :
Polimerisasi Katalis , yakni :Polimerisasi Selektif dan Polimerisasi tidak selektif
Alkilasi Katalis , yang terdiri dari :Alkilasi H2SO4 dan alkilasi HF
Pengolahan secara fisik :
Proses distilasi dalam kilang minyak merupakan proses pengolahan
secara fisik yang primer mengawali semua proses-proses yang diperlukan untuk
memproduksi BBM dan non BBM.
Proses distilasi/fraksionasi adalah proses untuk memisahkan campuran
yang terdapat dalam minyak mentah ( crude oil ) menjadi komponen-komponen
nya atas dasar fraksi atau pemotongan (cut) yang dibatasi oleh jarak titik didih
tertentu , bukan atas dasar titik didih masing-masing komponen. Proses distilasi
ini dapat menggunakan satu kolom atau lebih menara fraksionasi, misalnya
residu dari menara distilasi atmosfir dialirkan ke menara distilasi hampa , atau
salah satu fraksi dari menara distilasi atmosfir dialirkan ke menara distilasi
bertekanan. Fraksi-fraksi yang dapat ditarik dari kolom distilasi/menara
fraksionasi antara lain adalah sebagai berikut:
Fraksi Jarak didih , °F
Gas < 80

Nafta ringan 80 – 220

Nafta berat 180 – 520


Gas oil ringan 420 – 650

Gas oil berat 610 – 800


Residu > 800

Contoh proses distilasi /fraksionasi di PERTAMINA RU III


Distilasi Atmosfir :
Crude Batterry (CB)
Crude Distiller (CD)
- Distilasi Hampa :
1) High Vacuum Unit ( HVU)
2) Vacuum Distillation Unit (VDU)
Distilasi Bertekanan : Stabilizer

11
Proses pertama dalam pemrosesan minyak bumi adalah fraksionasi dari
minyak mentah dengan menggunakan proses destilasi bertingkat, adapun hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Sisa:
1. Minyak bisa menguap : Minyak-minyak pelumas, lilin, parafin dan vaselin.
2. Bahan yang tidak bisa menguap : aspal dan arang minyak bumi.

a. Fraksi Gas
Gas alam dapat diperoleh secara terpisah maupun bersama-sama dengan
minyak bumi. Gas alam sebagian besar terdiri dari alkana berantai karbon
rendah yaitu antara lain metana, etana, propana, butana dan iso-butana. Gas alam
dapat dipergunakan sebagai:
1. Bahan bakar rumah tangga atau pabrik
Gas alam merupakan bahan bakar yang paling bersih dan praktis,
tetapi gas alam mempunyai keburukan yaitu sifatnya yang tidak berbaun
(bila dibandingkan dengan gas dari batubara) sehingga sering terjadi
kecelakaan karena bocor. Oleh karena itu kadang-kadang gas ini diberi "bau"
yaitu sedikit zat yang berbau sekali. Propana yang merupakan salah satu
fraksi gas pada perusahaan biasanya digunakan sebagai :
• Mengelas paduan-paduan tembaga, alumunium dan magnesium.
• Mengelas besi tuang.
• Menyolder dan mengelas solder.
• Menyemprot Jogam.
2. Karbon hitam (Carbon Black)
Karbon hitam (Carbon black) adalah arang harus yang dibuat oleh
pembakaran yang tidak sempurna. Pegunaannya antara lain sebagai :
• Bahan dalam pembuatan cat, tinta cetak dan tinta Gina.

12
• Zat pengisi pada karet terutama dalam pembuatan ban-ban mobil dan
sepeda.
Karbon hitam dibuat dengan membawa nyala gas bumi ke sebuah
bidang datar yang didinginkan, arang yang terbentuk kemudian dipisahkan
dari bidang ini dan dibagi berdasarkan kehalusannya. Metana yang
mengandung 75% karbon akan menghasilkan 4 atau 4,5% zat penghitam
dan sisanya hilang sebagai asap, zat asam arang dan sebagainya.

3. Tujuan-tujuan Sintesis
Hasil sintesis dibuat dengan oksidasi zat-zat hidrokarbon dari gas
alami. Proses pembuatan lainnya, yaitu :
• Pembuatan zat cair dari metana.
• Pembuatan bensin-bensin untuk kapal terbang yang bernilai tinggi
dengan caramenggandeng (alkylering) iso-butana dengan butena-butena.

b. Bensin
Bensin dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain yaitu ;
Penyulingan langsung dari minyak bumi (bensin straight run), dimana
kualitasnya tergantung pada susunan kimia dari bahan-bahan dasar. Bila
mengandung banyak aromatik-aromatik dan napthen-naphten akan
menghasilkan bensin yang tidak mengetok (anti knocking).
Merengkah (cracking) dari hasil-hasil minyak bumi berat, misalnya dari
minyak gas dan residu. Merengkah (retor ming) bensin berat dari kualitas yang
kurang baik. Sintesis dari zat-zat berkarbon rendah. Bensin biasanya digunakan
sebagai :
1. Bahan bakar motor
Sebagai bahan bakar motor ada beberapa sifat yang diperhatikan
untuk menentukan baik atau tidaknya bensin tersebut.
➢ Keadaan terbang (titik embun)
Gangguan yang disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung
gas didalam karburator dari sebuah motor yang disebabkan oleh adanya
kadar yang terlalu tinggi dari fraksi-fraksi yang sangat ringan dalam

13
bensin. Hal ini terutama disebabkan oleh terlalu banyaknya propana dan
butana yang berasal dari bensin. Gelembung-gelembung gas yang
terdapat dalam keadaan tertentu dapat menutup lubang-lubang perecik
yang sempit dan pengisian bensin akan terhenti.
➢ Kecendrungan mengetok (knocking)
Ketika rasio tekanan dari motor relatif tinggi, pembakaran bisa
menyebabkan peletusan (peledakan) didalam sijinder, sehingga :
• Timbulnya kebisingan knock
• Kekuatan berkurang
• Menyebabkan kerusakan mesin
➢ Titik beku
Jika dalam bensin terdapat prosentasi yang tinggi dari aromatik-
aromatik tertentu maka pada waktu pendinginan, aromatik itu akan
mengkristal dari mengakibatkan tertutupnya lubang-lubang alai
penyemprotan dalam karburator. Titik beku ini terutama dipengaruhi
oleh benzen (titik beku benzen murni ± 5ºC).
➢ Kadar belerang
Kerugian yang disebabkan bila kadar belerang terlalu tinggi, adalah :
• Memberikan bau yang tidak enak dari gas-gas yang dihasilkan.
• Mengakibatkan korosi dari bagian-bagian logam, seperti
rusaknya silinder-silinder yang disebabkan oleh asam yang
mengembun pada didnding silinder.
• Mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap bilangan oktan.

c. Kerosin
Pemakaian kerasin sebagai penerangan di negara-negara maju semakin
berkurang, sekarang kerasin digunakan untuk pemenasan. Pemakaian terpenting
dari kerosin antara lain:
1. Minyak Lampu
Kerosin sebagai minyak lampu dihasilkan dengan jalan penyulingan
langsung, sifat-sifat yang harus diperhatikan bila kerasin digunakan sebagai
minyak lampu adalah :

14
➢ Warna
Kerosin dibagai dalam berbagai kelas warna:
• Water spirit (tidak berwarna)
• Prime spirit
• Standar spirit
Di India, pemakai di pedalaman tidak mau membeli kerosin putih
karena mengira ini adalah air dan mengira hanya yang berwarna kuning
atau sawo matang saja yang dapat membakar dengan baik.
➢ Sifat bakar
Nyala kerasin tergantung pada susunan kimia dari minyak tanah :
• Jika mengandung banyak aromatik maka apinya tidak dapat dibesarkan
karena mulai berarang.
• Alkana-alkana memiliki nyala api yang paling baik.
• Sifat bakar napthen terletak antara aromatik dan alkana.
➢ Viskositas
Minyak dalam lampu kerasin mengalir ke sumbu karena adanya
gaya kapiler dalam saluran-saluran sempit antara serat-serat sumbu.
Aliran kerosin tergantung pada viskositas yaitu jika minyak cair kental dan
lampu mempunyai tinggi-naik yang besar maka api akan tetap rendah dan
sumbu menjadi arang (hangus) karena kekurangan minyak.
➢ Kadar belerang
Sama seperti kadar belerang pada bensin.

2. Bahan bakar untuk pemanasan untuk memasak


Macam-macam alat pembakar kerosin:
• Alat pembakar dengan sumbu gepeng: baunya tidak enak.
• Alat pembakar dengan sumbu bulat: mempunyai pengisian hawa yang
dipusatkan.
• Alat pembakar dengan pengabutan tekan: merek dagang primus

3. Bahan bakar motor


Motor-motor yang menggunakan kerosin sebagai bahan bakar adalah :

15
• Alat-alat pertanian (traktor).
• Kapal perikanan.

d. Minyak Gas
Minyak gas pada awalnya banyak digunakan sebagai penerangan dalam
gerbong kereta api, tetapi sekarang sebagian telah diganti oleh listrik karena
lebih mudah dipakai dan sedikit bahaya kebakaran jika ada kecelakaan kereta
api. Minyak gas juga digunakan sebagai bahan bakar untuk motor diesel.
Pesawat-pesawat pemanasan pusat otomatis dengan nama minyak bakar untuk
keperluan rumah tangga, biasanya adalah minyak gas tanpa bagian-bagian
residual. Seperti pada bensin untuk menaikkan bilangan oktan pada minyak gas
maka perlu ditambahkan persenyawaan yang mengandung banyak sekali zat
asam, misalnya amilnitrit dan etilnitrit. Untuk memperoleh hasil yang nyata
maka persentasenya harus besar yaitu kira-kira 5% sehingga pemakaian senyawa
ini menjadi mahal. Persenyawaan yang penggunaannya lebih sedikit peroksida
(peroxyden) dan berbagai persenyawaan organik, dipakai 0,5% untuk menaikkan
10 atau 15 titik bilangan oktan.

e. Minyak Bakar
Walaupun setiap minyak yang dibakar dapat dinamakan minyak bakar
tetapi nama ini biasanya hanya digunakan untuk bahan bakar residual dan untuk
bahan bakar sulingan. Bahan bakar residua! biasanya diperoleh dengan cara
mengentalkan minyak bumi atau merengkah minyak gas dan residu minyak
tanah. Bahan bakar digunakan sebagai :
• Motor diesel tipe besar.
• Minyak yang dinyalakan dengan pembakar dalam tungku masak
• Pengerjaan panas dari logam
• Mencairkan hasil perindustrian
Sifat-sifat yang harus ada pada minyak bakar adalah :
➢ Memiliki batas viskositas tertentu
Viskositas minyak bakar terletak antara viskositas minyak gas yaitu
kira-kira 4 cs = 1,30E pada 50°C dan kira-kira 550/650 cs = 75/850E pada

16
50°C. Minyak bakar yang lebih encer diperlukan untuk pesawat bakar yang
lebih kecil, misalnya untuk alat pemanasan sentral otomatis dalam rumah.
➢ Banyaknya panas yang diberikan
Kalor pembakaran minyak bakar batasnya kira-kira 10.000 dan 10.550
cal/g.
➢ Kadar belerang
Lebih penting pada minyak diesel daripada minyak bakar karena pada
minyak disesi belerang dapat menyebabkan kerusakan silinder dan kerosi dari
sistem buang.
➢ Titik beku
• Mempunyai titik beku maksimal tertentu.
• Biasanya titik beku tergantung pada perlakuan terlebih dahulu yang
dikerjakan terhadap bahan.

IV. DATA PENGAMATAN

17
18
V. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini dilakukan distilasi minyak mentah dengan
menggunakan seperangkat alat petroleum distilation yg di hubungkan ke
perangkat komputer sehingga secara otomatis di dapat suhu proses yg terjadi di
layar komputer.
Pada alat distilation, terdapat 4 titik/tray yaitu A11, B11, B12 dan A12.
Tray A11 merupakan tempat atau wadah dari minyak yg akan di distilasi. Suhu
awal sebelum pemanasan pada A11 adalah 28oC. Fraksi yg memiliki titik didih
paling rendah akan terkondensasi terlebih dahulu. Untuk mengetahui jenis
komponen yg terdistilat dilakukan pengujian indeks bias, dengan menggunakan
alat refraktometer.
Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa kenaikan suhu tertinggi terdapat
pada kolom umpan (A11). Hal ini dapat disebabkan karena kondisi umpan yg
berdekatan dengan sumber pemanas. Pada percobaan ini hanya 2 tray yg berisi
oleh produk. Tray pertama ditunjukkan pada grafik dengan kode A12. Dan tray
kedua dengan kode B11. Hal ini disebabkan karena crude oil yg di distilasi tidak
murni atau masih terdapat banyak senyawa-senyawa pengotor atau fraksi-fraksi
berat sehingga hanya 2 tray yg terisi. Kode B11 Diidentifikasi Sebagai Kerosin
Dengan Proses Pembauan Dan Pembakaran Pada Tahap Ke2.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Distilasi minyak mentah merupakan pemisahan fraksi-fraksi berdasarkan titik
didih. Jenis distilasi yang digunakan merupakan distilasi atmosfer dimana
tekanan yang digunakan sama dengan tekanan udara / diluar (1 atm).
Fraksi yang memiliki titik didih paling rendah akan menguap lebih dulu dan
terkondensasi.
Dari data yang didapat :
• Tray B11 = kerosin

19
VII. DAFTAR PUSTAKA
• Jobsheet. 2015. Praktikum Teknologi Minyak Bumi. POLSRI : Palembang
• http://www.scribd.com

VIII. LAMPIRAN
TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud distilasi.
Jawab:
Distilasi merupakan proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing komponen.
2. Apa perbedaan Distilasi atmosfer dan Distilasi vakum
Jawab:
Distilasi vakum merupakan distilasi pada tekanan di bawah 1 atm sedangkan
distilasi atmosfer merupakan distilasi pada tekana 1 atm.
3. Bagaimana mengetahui produk hasil distilasi.
Jawab:
Untuk mengetahui produk hasil distilasi dapat dilakukan dengan melakukan
pengujian indeks bias dengan menggunakan alat refraktometer. Setelah
mendapat nilai indeks bias secara praktek kemudian dilakukan perbandingan
dengan indeks bias di literatur (secara teori) setelah itu barulah kita bisa
menentukan produk hasil distilasi tersebut.

20
GAMBAR

SEPERANGKAT ALAT DESTILASI

PRODUK TRAY A 12 PRODUK TRAY B 11

21
REKTIFIKASI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
• Menjelaskan pengertian kurva baku dan kurva kesetimbangan
• Mebuat campuran biner untuk kurva baku
• Menggambarkan kurva kesetimbangan berdasarkan hasil perhitungan
• Menjelaskan pengertian rektifikasi
• Menghitung jumlah pelat teoritis

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan :
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Pipet ukur
• Bola karet
• Pipet tetes
• Rak tabung reaksi
• Botol obat
• Refraktometer
• Gelas kimia
• Seperangkat alat rektifikasi

Bahan yang digunakan :


• Aquadest
• Etanol
• Air

III. DASAR TEORI


Pengolahan reaksi campuran dengan metoda pemisahan termal merupakan
suatu teknologi produksi kimia yang krusial, karena energy yang dibutuhkan

22
sangat mahal dan tinggi. Hamper 80 % total kebutuhan energy dalam industry
kimia diperlukan pengolahan produk secara termal. Meskipun kebutuhan energy
tinggi, rektifikasi (countercurrent distillation) adalah salah satu metoda pemisahan
yang sering digunakan.
Pelat teoritis adalah suatu ukuran untuk konsentrasi maksimum yang
diharapkan pada pelat dari suatu kolom rektifikasi pada kondisi ideal. Pelat
teoritis harus memenuhi kondisi sebagai berikut :
1. Cairan pada pelat tercampur secara ideal
2. Fraksi mol dari fasa gas dan fasa cairan konstan
3. Perubahan panas dan zat diantara fasa gas dan cairan adalah ideal
4. Kedua fasa dalam keadaan setimbang
5. Uap tidak membawa tetesan cairan
a. Penentuan jumlah pelat teoritis pada refluks total menurut Mc. Cabe and Thiele.
Overall mass flux melalui kolom memberikan persamaan :
G=L+D (1)
G = aliran gas ,
L = jumalah refluk konstan,
D = discharge current
Pada kondisi diatas overall komponen mudah menguap ( volatile ) adalah :
G.yi = L . Xi + 1 + E . Xe (2)
yi = fraksi mol komponen dalam fasa gas pada pelat i
Xi + 1 = fraksi mol komponen mudah menguap dalam cairan dari pelat (i+l)
Xe = fraksi mol komponen mudah menguap dalam produk
Subtitusi persamaan 1, diperoleh garis aggregate atau kurva khusus :

(3)

Dengan reflux ratio VR


(4)

Didapatkan persamaan 5

23
Mengerti tentang fasa kesetimbangan adalah dasar teori dalam praktek
pokok-pokok pemisahan panas. Tanpa mengenal hokum dasar untuk pemisahan
campuran biner, maka tidak akan mungkin mengerti rektifikasi atau distilasi
azeotrop.
Bila campuran dipisahkan dengan mengunakan proses termal, panas dan
zat biasanya dipindahkan diantara fasa yang saling kontak satu sama lain. Suatu
fasa ditentukan sebagai bagian dari suatu system dengan sifat-sifat macroscopic
homogeneous yang dipisahkan dari bagian lain oleh lapisan fasa. Suatu system
dikatakan setimbang bila tidak ada perubahan yang terjadi pada kondisi eksternal.
Semua perpindahan zat dan energy melalui lapisan reversible phase. Fasa dari
suatu campuran heteregenous dikatakan setimbang bila tidak ada perbedaan
tekanan maupun temperature.

b. Skema gambar dari fasa kesetimbangan


Fasa kesetimbangan biasanya sifat-sifat dari komposisi fasa
kesetimbangan oleh sejumlah zat ( fraksi mol ) dengan titik didih yang rendah.
Pada waktu ti, nilai Xi, Yi, Ti dan Pi berubah diperoleh, tergantung
kesetimbangan.

c. Percobaan penentuan data kesetimbangan


Bila suatu campuran bersifat ideal , Yi bisa dihitung jika kurva tekanan
uap komponen murni Xi diketahui.
Penggunaan hokum Raoult untuk campuran gas ideal adalah :
P1 = P1,0 x X1 (1)
P2 = P2,0 x X2 (2)
P1, P2 = tekanan partial
P1,0, P2,0 = tekanan uap saturasi
X1, X2 = fraksi mole dari liquid

24
Dengan menggunakan hokum Dalton
P tot = P1 + P2 (3)

Subtitusi persamaan 1 dan 2 kedalam persamaan 3


P tot = P1,0 x X1 + P2,0 x ( 1 – X1 ) (4)
P tot = ( P10 – P2,0 ) x X1 + P2,0 (5)

Susun kembali persamaan 4, maka diperoleh


(6)

Dengan mengambil tekanan partiel P1,0 dalam perhitungan didapatkan Y1 :


Y1 =

Untuk menghitung tekanan uap P1,0 menggunakan persamaan Clausius-


Clapeyron selanjutnya diintegrasikan pada kondisi tertentu :
{ }

IV. PROSEDUR KERJA


A. Kurva Baku
• Membuat campuran etanol – air seperti yang ditampilkan pada table 1,
kedalam tabung reaksi
• Menghitung fraksi volume etanol
• Mengukur indeks bias masing-masing campuran menggunakan
refraktometer

B. Kurva Kesetimbangan
Contoh perhitungan :
• Menyiapkan 10 g etanol dan 3,942 g air, sehingga diperoleh fraksi mol X1 =
X2 = 0.5
• Menghitung volume air ( V1 ) dan volume etanol ( V2 ) sebagai berikut :
V1 = 3.942 g : 0.998 g/ml = 3.950ml
V2 = 10 g : ).79 g/ml = 12.658 ml
Volume total = 16.608 ml

25
• Menghitung harga K dengan cara volume bejana 500 ml sebagai volume
total 16.608 ml, maka didapat harga K = 500 : 16.608 = 30.105973
• Mengisi peralatan dengan volume masing-masing :
V.air = V1 x K = 3.950 x 30.105973 = 118.918 ml
V.etanol = V2 x K = 12.658 x 30.105973 = 381.082 ml
• Diperoleh fraksi mol X1 = X2 = 0.5, dengan cara mencampurkan 381.082
ml etanol dengan 118.918 ml air kedalam bejana.

Langkah Percobaan :
• Mengisi bejana dengan campuran air dan etanol ( binary mixture ) sampai
memenuhi tabung ( kira-kira 175 ml )
• Menghidupkan cooler, atau temperature cooler pada 20 oC.
• Menyalakan computer dan CASSY board.
• Memanggil program CASSY dengan double klik pada icon CASSY LAB
pada desktop computer.
• Mengaktifkan CASSY dengan menekan tombol F5 atau mengklik icon
TOOL pada program CASSY.
• Membuka program REKTIFICATION dengan menekan tombol F3 atau
icon.
• CASSY akan membaca temperature T1 (əB22), T2(əB21), T3(əA22),
T4(əA21), T5(əB12), T6(əB11), T7(əA12), T8(əA11).
• Menyalakan pemanas pada bejana leher 4 pada skala 10 dan setting 111.
Isopad pada pemanas deprogram untuk bekerja selama 3 jam( pada program
S1 = t > 0 dan t < 3:00:00 ).
• Menyetart percobaan dengan menekan tombol F9 atau icon clock sekaligus
mencatat perubahan suhu selama proses.
• Mengamati proses rectification pada semua kolom fraksionasi.
• Mengambil hasil rektifikasi dengan menggunakan syringe pada kepala tutup
merah untuk setiap perubahan suhu. Mengukur indeks bias menurut table 2.
• Rektifikasi dianggap selesai bila tidak ada perubahan gas dan cair pada
semua kolom rektifikasi.

26
• Menyimpan hasil percobaan dengan menekan tombol F2 atau icon dengan
menggunakan nama file yang berbeda.
• Mengeprint hasil percobaan.
• Mematikan pemanas bila percobaan sudah selesai, lalu menjauhkan
pemanas dari bejana.
• Mematikan cooler setelah 15 menit pemanas dimatikan, dan seluruh
peralatan.

V. DATA PENGAMATAN
Tabel 5.1
Volume
Volume Air Fraksi Volume Fraksi Mol
Etanol Indeks Bias
(ml) Etanol Etanol
(ml)
0 5.0 0 0 1.330
0.5 4.5 0.1 0.03173 1.332
1.0 4.0 0.2 0.0686 1.335
1.5 3.5 0.3 0.1122 1.337
2.0 3.0 0.4 0.16432 1.338
2.5 2.5 0.5 0.22778 1.339
3.0 2.0 0.6 0.3067 1.340
3.5 1.5 0.7 0.4076 1.341
4.0 1.0 0.8 0.5412 1.342
4.5 0.5 0.9 0.9085 1.343
5.0 0 1.0 1.0 1.343

Tabel 5.2
Waktu
Tahap
5 10 15
1 133.6 133.6 133.7
2 133.4 133.5 133.5
3 133.2 133.4 133.2

27
4 133.1 133.2 133.2
5 133.0 132.9 132.8
6 132.7 132.7 132.7

VI. PERHITUNGAN

Metanol =

= 0.0164 mol/ml
Maquadest =

= 0.0556 mol/ml
1. Etanol 0 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 0 ml
= 0 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 5 ml
= 0.278 mol
Xetanol =

= = 0 mol

Fraksi vol. = = 0 ml

2. Etanol 0.5 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 0.5 ml
= 0.0082 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 4.5 ml
= 0.2502 mol

28
Xetanol =

= = 0.03173 mol

Fraksi vol. = = 0.1 ml

3. Etanol 1 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 1 ml
= 0.0164 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 4 ml
= 0.2224 mol
Xetanol =

= = 0.0686 mol

Fraksi vol. = = 0.2 ml

4. Etanol 1.5 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 1.5 ml
= 0.0246 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 3.5 ml
= 0.1946 mol
Xetanol =

= = 0.0686 mol

Fraksi vol. = = 0.3 ml

5. Etanol 2 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 2 ml
= 0.0328 mol
naquadest = M.V

29
= 0.0556 mol/ml . 3 ml
= 0.1668 mol
Xetanol =

= = 0.16432 mol

Fraksi vol. = = 0.4 ml

6. Etanol 2.5 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 2.5 ml
= 0.041 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 2.5 ml
= 0.139 mol
Xetanol =

= = 0.22778 mol

Fraksi vol. = = 0.5 ml

7. Etanol 3 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 3 ml
= 0.0492 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 2 ml
= 0.1112 mol
Xetanol =

= = 0.3067 mol

Fraksi vol. = = 0.6 ml

30
8. Etanol 3.5 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 3.5 ml
= 0.0574 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 1.5 ml
= 0.0834 mol
Xetanol =

= = 0.4076 mol

Fraksi vol. = = 0.7 ml

9. Etanol 4 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml . 4 ml
= 0.0656 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 1 ml
= 0.0556 mol
Xetanol =

= = 0.5412 mol

Fraksi vol. = = 0.8 ml

10. Etanol 4.5 ml


Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml .4.5 ml
= 0.2763 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml . 0.5 ml
= 0.0278 mol
Xetanol =

31
= = 0.9085 mol

Fraksi vol. = = 0.9 ml

11. Etanol 5 ml
Netanol = M.V
= 0.0164 mol/ml .5 ml
= 0.307 mol
naquadest = M.V
= 0.0556 mol/ml 0 ml
= 0 mol
Xetanol =

= = 1 mol

Fraksi vol. = = 1 ml

VII. ANALISA PERCOBAAN


Setelah melakukan percobaan ini yaitu mengenai rektifikasi dapat dianalisa
bahwa rektifikasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu
campuran yang mudah menguap berdasarkan titik didihnya. Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini adalah etanol dan air. Pada prinsipnya rektifikasi sama seperti
distilasi hanya saja pada rektifikasi ini menggunakan kolom bertingkat, panas
keluar dari refluks dan kondensasi ditampung.
Pada pratikum kali ini menggunakan program CASSY LAB yang telah
dipasang pada perangkat computer dan telah dihubungkan dengan alat rektifikasi,
dimana CASSY LAB merupakan suatu program yang dihubungkan dengan alat
rektifikasi. Sehingga program ini dapat mengontrol dan mencatat suhu pada saat
prosesnya berlangsung. Sebelum mendapatkan kurva kesetimbangan, terlebih
dahulu membuat kurva baku yaitu fraksi volume etanol terhadap indeks bias.
Dimana, dari masing-masing campuran yang dibuat indeks biasnya diukur dengan
menggunakan refraktometer. Dimana, indeks bias itu sendiri merupakan percepatan
cahaya dalam zat tersebut.

32
Dari hasil percobaan dan kurva baku dapat dilihat bahwa indeks
bias berbanding lurus dengan fraksi etanol. Semakin besar indeks bias dari
campuran maka semakin besar pula fraksi mol etanolnya. Percobaan dilakukan
dengan perbandingan tambahan sebesar 0.5 untuk etanol dan dikurangi sebesar 0.5
untuk air.
Kurva bagian atas grafik menunjukkan bahan berada dalam fasa uap
sedangkan diruang bagian bawah menunjukkan bahwa berada dalam fasa cair dan
diantara kedua kurva tersebut, bahan berada dalam fasa campuran.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
• Rektifikasi adalah proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran
yang mudah menguap. Panas keluar dari refluks dan kondensat di tampung.
• Prinsip kerja dari rektifikasi sama seperti distilasi, hanya saja pada
rektifikasi menggunakan kolom bertingkat.
• Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa udara
terhadap kecepatan cahaya dalam zat tersebut.
• Fasa kesetimbangan adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki
komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu.
• Semakin besar % volume etanol, maka semakain besar nilai indeks bias dan
fraksi molnya.
• Dari hasil percobaan indeks biasnya sebanding dengan fraksi etanol,
semakin besar indeks bias dari campuran maka semakin besar pula
fraksi mol etanolnya.

IX. DAFTAR PUSTAKA


• Suparni. S. R. (2009). “Dasar Kesetimbangan Uap-Cair”, Jurnal Penelitian
Teknik Kimia.
• http://www.chemis-try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologiproses/dasar-
kesetimbangan-uap-ca.

33
X. LAMPIRAN

Tabung reaksi Gelas ukur

Pipet ukur Bola karet

Pipet tetes Rak tabung reaksi

34
Botol obat Refraktometer

Gelas kimia Seperangkat alat rektifikasi

35
36
DISTILASI ASTM D-86
I. TUJUAN
• Menjelaskan pengertian dan peranan titik didih petroleum benzine berdasarkan
ASTM D-86
• Menentukan titik didih yan dimiliki oleh petroleum benzene
• Menyelesaikan perhitungan untuk menentukan panas laten penguapan

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


a. Alat yang digunakan
• Double necked round bottom flask : 1 buah
• Heating mantel, 1000 ml : 1 buah
• Distillation top after clasein : 1 buah
• Liebig cooler : 1 buah
• Distilation adapter : 1 buah
• Graduated cylinder, 100 ml : 1 buah
• Thermometer, (-10°C) – (+ 360°C) : 2 buah
• Water batch : 1 buah
• Klem, Bisshed, Joint Clip
b. Bahan yang digunakan
• Petroleum Ether : 100 ml
• Bensin : 100 ml

III. DASAR TEORI


A. Analisa Minyak Bumi
Metode yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan terhadap
minyak dan produknya adalah :
1. ASTM (American Society for Testing Material)
2. API (American Petroleum Institute)
3. IP (Institude du Petrol)
4. ISI (Indian Spesification Institute)

37
Macam-macam pemeriksaan rutin yang dilakukan di laboraturium
dimaksudkan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pada proses dan
operasi pengilangan terutama menyangkut kualitas produk yang dihasilkan.
Pemeriksaan rutin tersebut antara lain meliputi :
a. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline,
nafta dan kerosin adalah dengan metode ASTM D-86, untuk bensin alam
dengan ASTM D-216, dan untuk gas oil dengan ASTM D-158. Distilasi
laboratorium dilakuakn pada volume 100 ml dengan kecepatan tetesan yang
keluar adalah 5 ml/menit. Suhu uap mula – mula menetes (setelah
mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Pint).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang
bagaimana fraksi – fraksi seperti komponen gasoline, bahan bakar jet, minyak
diesel dapat diambil dari minyak mentah yang disajikan melalui kinerja dan
volatilitas dalam bentuk persen penguapannya.
b. Panas Laten Penguapan
Panas laten penguapan yang lazim disebut panas laten didefinisikan
sebagai panas yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 lb cairan pada titik
didihnya pada tekanan atmosfer. Penguapan dapat terjadi pada tekanan lain
atau suhu lain. Panas laten berubah dengan berubahnya suhu atau tekanan
dimana terjadi penguapan. Panas laten pada tekanan atmosfir untuk fraksi
minyak bumi dapat dilihat pada grafik 5-5 s/d 5-9 Nelson.
c. Titik Didih
Sifat – sifat fisik minyak mentah maupun produknya mempunyai
hubungan yang erat dengan titik didih rata – rata seperti terlihat pada Table 1.
Titik didih rata – rata (MABP = Molal Average Boiling Point) lebih memuaskan
dibandingkan dengan penguapan. Hubungan titik didih rarta – rata dapat dilihat
pada grafik 5-4 dan 5-5 Nelson.
Titik didih rata – rata volumetrik (VABP = Volume Average Boiling
Point) langsung dapat dihitungdari data distilasi dalam bentuk persen volume
distilat terhadap suhu penguapan, baik pada distilasi TBP maupun distilasi
ASTM seperti terlihat pada Tabel 2.

38
Table 1. Hubungan titik didih dan sifat fisik
No Macam Titik Didih Sifat – sifat fisik
Titik didih rata – rata volume
1 Viskositas dan panas jenisn ( dan Cp)
(VABP)
Titik didih rarta – rata berat
2 Suhu kritis nyata (Tc)
(WABP)
Titik didih rata – rata molal Suhu kritis pseudo (T/Tc+) dan ekspansi
3
(MABP) termis (kt+)
Berat molekul (M), factor karakteristik
4 Titik didih rata – rata (MnABP) (K), berat jenis (ρ), tekanan kritis pseudo
(P/+Pc) dan panas pembakaran (Hc)

Tabel 2. VABP berbagai minyak


Grafik Distilasi
Jenis Minyak
TBP ASTM

Minyak Mentah tv tv =

Fraksi – fraksi tv = tv =

Titik didih rata – rata yang lain dapat dihitung menggunakan VABP dan
sudut garis miring (slpoe) dari grafik 5 – 4 dan 5 – 5 Nelson. Slpoe dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut : S = , oF / %

Hubungan antara titik didih rata – rata molal ( MABP) dan titik didih rata – rata
volumetrik (VABP) terhadap sifat – sifat fisik lain seperti o API gravity, berat
molekul, faktor karakteristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat pada
grafik 5 – 9 s/d 5 – 12 Nelson.

B. Spesifikasi Produk Kilang


Persyaratan diperlukan untuk menentukan spesifikasi minyak, fraksi
serta produk – produk kilang dimana produk kilang berbeda satu sama lainnya.
Pada topik ini akan dibahas tiga produk utama kilang yaitu mogas, kerosine dan
minyak diesel.

39
1. Mogas ( motor gasoline)
Persyaratan umum untuk gasoline atau bensin antara lain ;
a. Bebas air, getah minyak dan sulfur korosif
b. Mempunyai ketukan uap yang minimum
c. Pemanasan dan akselarisanya lebih muda
d. Mempunyai kualitas anti ketukan
e. Dapat diencerkan sendiri dalam silinder mesin
2. Kerosine
Kerosine yang banyak dipakai sebagai minyak untuk keperluan rumah
tangga tidak hanya mempunyai kualitas pembakaran yang layak, tetapi harus
juga aman untuk dibawa dan dapat dipakai untuk keperluan lampu dan kompor.
Secara umum kerosine harus bebas dari air, zat aditif, getah minyak dan zat – zat
terlarut.
Kerosine yang lebih dikenal sebagai minyak pemanas merupakan produk
kilang yang murni mempunyai spesifikasi standar yaitu :
o
API gravity : 43 – 45
Jarak didih : 350 – 550 oF
3. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah kebersihannya,
kualitas penyalaan, fluiditas, volaritas dan atomisasi. Kebersihan minyak diesel
meliputi residu karbon dan kandungan sulfur yang terdapat dalam minyak.
Kualitas penyalaan yang baik dinyatakan dengan pengukuran bilangan setana
(cetane number) atau indeks diesel yang ditunjukan dengan mudah tidaknya
mesin di start pada suhu rendah, tekanan mesin yang rendah, tekanan mesin
yang rendah dan operasi mesin yang halus. Fluiditas dan atomisasi minyak
diesel ditandai dengan titik tuang (pour point) dan viskositas minyak yang
rendah, namun tidak demikian rendah sehingga menyebabkan kesulitan
pelumasan pada injector, kebocoran dan efisiensi yang rendah. Volatilitas
minyak ditandai dengan titik nyala, residu karbon, dan distilasi.
Di indonesia minyak diesel dijual dalam 2 kategori yaitu minyak diesel
untuk kendaraan bermotor (ADO = automotive diesel oil).

40
IV. LANGKAH KERJA
• Mempersiapkan dan Menyusun peralatan distilasi
• Memberikan silicon grease pada setiap sambungan alat.
• Mengisi bottom flask dengan petroleum benzene 100 ml
• Menghidupkan air pendingin
• Menghidupkan heating mantel dan memanaskannya secara perlahan-lahan
• Mencatat temperature tetesan pertama distilat
• Menjaga laju pemanas secara hati – hati
• Setiap kenaikan temperature 5°C atau 10°C volume distilat dicatat, dan
sebaliknya
• Distilasi selesai apabila tidak ada tetesan lagi dan mencatat temperaturnya
• Titik didih akhir temperature paling tinggi yang terbaca di thermometer adalah
pada volume 5 ml bensin

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Temperatur (0C) 49 51 53 54 56 58 59,5 61 62


(oF) 120,2 123,8 127,4 129,2 132,8 136,4 139,1 141,8 143,6
Volume Distilat 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Keterangan :
• Volume petroleum benzine yang digunakan sebanyak 100 ml
• (IBP = 49 0C dan FBP = 620C )
a. Temperatur operasi
= (49+51+53+54+55+58+59,5+61+62)0C / 10 = 55,83oC = 132,7 oF
b. Destilat petroleum benzine = 0,645 gr/liter
o
API = - 131,5

= 87,88
c. Penentuan Panas Penguapan Petroleum
dik : Temperatur operasi = 132,7 oF
o
API Petroleum benzine = 87,88
dit :
Panas penguapan petroleum…..?

41
Penyelesaian :
Tahap 1
▪ Mencari nilai VABP =

Di sini kami tidak mendapatkan data t90, maka berdasarkan kenaikan suhu di
sana, kami perkirakan
t90 = 64 oC = 147,2 oF, maka

= 135,95 oF
▪ Slope =

= 0,3 oF/%

▪ Dari grafik 3.6 : terhadap slope dan VABP, maka didapat factor koreksi = 3

Maka MeABP = VABP + Faktor koreksi


= 148,1 – 3
= 145,1 oF
Sehingga pada grafik didapat BM Petroleum Benzene = 82

Tahap 2
▪ BM Petroleum benzine = terhadap MeABP dan oAPI maka didapat = 88
Tahap 3
▪ Panas laten n-parafin (pada grafik) terhadap tekanan uap n-parafin
= x tekanan uap petroleum

▪ Pc n-parafin = terhadap BM n-parafin maka didapat 30,25 atm


▪ Pc-semu = terhadap MeABP dan OAPI maka didapat 455 Psia, dimana 1 atm
= 14,7 Psia.
▪ Psia = 455psia/14,7 atm x atm
= 30,95 atm

42
▪ Tekanan uap petroleum terhadap temperature operasi dan MeABP maka
didapatkan 1,2 atm.
▪ Sehingga tekanan uap n-parafin = x Tekanan uap petroleum =

x 1,2 atm = 1,17 atm

▪ Panas laten n-parafin terhadap takanan uap


n-prafin dan MeABP adalah 143,75 Btu/lb
▪ Panas peguapan petroleum = x panas laten penguapan

= x 143,75 Btu/lb

= 133,95 Btu/lb

VII. ANALISA PERCOBAAN


Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa distilasi ASTM D-
86, bahan yang digunakan adalah petroleum. Distilasi (American Society for Testing
Material) ASTM D-86 dilakukan untuk pengawasan pengendalian pada proses dan
operasi pemisahan terutama menyangkut kualitas produk yang dihasilkan. Distilasi
ASTM D-86 biasanya dilakukan untuk gasoline, nafta dan kerosin. Pada saat praktikum,
petroleum yang digunakann sebanyak 100 ml, kemudian petroleum tadi dimasukkan ke
dalam lanu bundar lalu merangkai peralatan destilasi. Pada destilasi ASTM D-86 ini
menggunakan gelas ukur sebagai tempat penampung destilat hasil dari distilasi.
Kemudian melakukan proses distilasi. Kecepatan tetesan distilast yang keluar
dicatat pada selang waktu 10 ml. Setelah selang waktu 10 ml suhu pada labu bundar
dicatat. Suhu mula – mula setelah menetes disebut IBP (Indeks Boling Point). IBP nya
49 oC. Suhu uap dijaga sekitar 20oC agar tidak menguap dan agar tidak terjadi
pengembunan. Dari proses distilasi didapat 80 ml distilat yang ada didalam gelas ukur
dengan tempertaur akhir pada volume 80 ml yaitu 62oC.
Dari data yang didapat dapat dianalisa bahwa semakin banyak destilat yang
dihasilkan, maka suhu petroleum benzine akan semakin tinggi hingga mencapai final
boiling point nya. Secara teoritis titik didih petroleum benzine 40-60 oC dan secara
praktik mendidih pada 49 oC. Ini menunjukkan bahwa titik didih zat ini sama antara
teori dan praktiknya.

43
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa:
• Distilasi ASTM D-86 adalah salah satu jennies distilasi untuk menentukan titik
didih fraksi minyak bumi, serta menentukan panas laten penguapannya.
• Titik didih petroleum benzine adalah suhu ketika tekanan uapnya sama dengan
tekanan eksternal yang dialami oleh cairan.
• Fungsi mengetahui titik didih petroleum benzine :
1) melakukan pengawasan dan pengendalian pada proses dan operasi
pengilangan terutama menyangkut kulitas produk yang dihasilkan.
2) Mengetahui panas yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 lb petroleum
benzine
• Nilai IBP adalah 120,2 oF
• Volume distilat yang didapat yaitu 80 ml pada suhu 62oC

IX. DAFTAR PUSTAKA


• Fadarina. 2014. ‘Petunjuk Praktikum Hidrikarbon’. Palembang; POLSRI
• www.academia.edu
• aya-snura.blogspot.com

X. LAMPIRAN

Seperangkat Peralatan Distilasi ASTM D-86

44
45

Anda mungkin juga menyukai