Kelompok 113
Asisten Praktikum :
NIM : 13115047
Email : diar.nova23@gmail.com
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengujian mesin diesel ini adalah:
1. Menentukan parameter prestasi pengujian mesin diesel pada putaran 1200 rpm
dan bukaan katup gas 34%.
2. Menentukan hubungan parameter prestasi pengujian mesin diesel terhadap
daya poros pada putaran konstan.
3. Menentukan hubungan parameter prestasi pengujian mesin diesel terhadap
putaran pada bukaan katup gas konstan.
3
BAB II
Landasan Teori
4
Keterangan proses siklus diesel:
1-2 : Proses kompresi isentropik. Udara yang ada di ruang bakar dikompresi
oleh piston yang bergerak naik dari posisi titik mati bawah menuju ke
posisi titik mati atas
4-1 : Proses pelepasan kalor secara isokhorik. Kalor ini dilepas oleh gas hasil
pembakaran saat piston berada di titik mati bawah
Secara umum, motor bakar torak terbagi menjadi dua yaitu spark ignition
engine dan compression ignition engine. Spark ignition engine adalah motor
bakar yang menggunakan busi untuk menyalakan campuran udara dan bahan
bakar. Sedangkan, compression ignition engine memanfaatkan udara yang sudah
terkompresi sehingga menaikkan tekanan dan temperatur, hal tersebut
mengakibatkan pembakaran akan terjadi secara spontan setelah bahan bakar
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Umumnya spark ignition engine lebih sering
digunakan pada kendaraan karena konstruksi yang lebih ringan dan murah.
Selain itu, compression igniton engine digunakan untuk menghasilkan daya
yang lebih besar. Perbedaan antara kedua jenis motor bakar ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan motor bakar otto dengan motor bakar diesel
No Motor bakar Otto Motor bakar Diesel
1 Efisiensi termal relatif lebih tinggi Efisiensi termal relatif lebih rendah
2 Rasio kompresi relatif rendah Rasio kompresi relatif tinggi
5
3 Butuh pemantik untuk membakar Bahan bakar menyala secara otomatis
bahan bakar karena temperatur dan tekanan tinggi
4 Penambahan kalor terjadi secara Penambahan kalor terjadi secara
isokhorik isobarik
5 Campuran udara-bahan bakar Langkah hisap hanya memasukan
udara ke silinder. Bahan bakar
masuk silinder pada langkah hisap
diinjeksi oleh injektor pada akhir
langkah tekan.
P = daya poros, kW
T = torsi, Nm
n = putaran poros, rpm
z = jumlah silinder
6
V1 = volume langkah torak (cm3)
7
g. Laju massa aliran udara ideal
h. Efisiensi Volumetrik
ηv = efisiensi volumetrik
i. Efisiensi termal
ηt = efisiensi termal, %
j. Neraca Energi
Energi Masuk
8
2.3 Instalasi Pengujian
Alat pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:
9
Spesifikasi engine yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
10
BAB III
Prosedur Percobaan
11
3.3 Metode Pengujian
1. Bukaan katup gas konstan, beban berubah dan kecepatan berubah.
2. Kecepatan konstan, bukaan katup gas berubah dan beban berubah.
(a) (b)
12
BAB IV
Data Pengamatan
Kondisi Ruangan
Tekanan Udara (bar) 76
Temperatur (oC) 300
Jenis Bahan Bakar Solar
Metode Pengujian Putaran Konstan
Kondisi Ruangan
Tekanan Udara (bar) 76
Temperatur (oC) 300
Jenis Bahan Bakar Solar
Metode Pengujian Putaran Konstan
13
Tabel 4.5 Data lainnya yang diperlukan dalam perhitungan
Diameter 104 mm
Luas area 8494.86654 mm2
Volume langkah 883466.12 mm3
siklus/putaran 0.5
Jumlah silinder 4
LHV (kJ/kg) 44800
Massa jenis air 1000 kg/m3
Kalor jenis air 4.2
14
BAB V
Perhitungan dan Analisis
5.1 Perhitungan
Putaran Katup Gas Torsi Konsumsi Daya Poros Tekanan eff Laju Pemakaian
No t 50 cc (s)
(rpm) (%) (Nm) BB (cc/s) (kW) rata2 (kPa) Bahan Bakar (kg/jam)
1 1200 30 145 1,577 31,709 18,221 515,618 4,655
2 1202 32 167 1,774 28,184 21,021 593,850 5,237
3 1200 34 187 1,922 26,021 23,499 664,969 5,672
4 1202 36 199 2,070 24,155 25,049 707,641 6,110
5 1201 38 203 2,068 24,179 25,531 721,865 6,104
6 1201 40 206 2,133 23,442 25,908 732,533 6,297
15
5.1.2 Bukaan Katup Gas Konstan
5.2 Analisis
5.2.1 Kecepatan Putar Konstan
700.000
650.000
600.000
550.000
500.000
17.000 18.000 19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000
Daya Poros (kW)
Gambar 5.1 Kurva tekanan efektif vs daya poros pada kecepatan putar konstan
16
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan daya poros pada motor diesel
mengakibatkan tekanan efektif meningkat. Hal ini diakibatkan daya poros
berbanding lurus dengan torsi pada kecepatan konstan, untuk meningkatkan torsi
diperlukan kompresi yang lebih besar untuk mengompensasinya. Hubungan antara
tekanan efektif dengan daya poros dapat didekati dengan garis linear.
6.000
5.500
(kg/jam)
5.000
4.500
4.000
17.000 19.000 21.000 23.000 25.000 27.000
Daya Poros (kW)
Gambar 5.2 Kurva laju pemakaian bahan bakar vs daya poros pada kecepatan putar
konstan
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan daya poros motor diesel
mengakibatkan kenaikan laju pemakaian bahan bakar untuk menghasilkan torsi
yang lebih besar. Hubungan antara laju pemakaian bahan bakar dan daya poros bisa
didekati dengan garis linear.
0.260
0.255
0.250
0.245
0.240
0.235
17.000 18.000 19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000
Daya Poros (kW)
Gambar 5.3 Kurva konsumsi bahan bakar spesifik vs daya poros pada kecepatan putar
konstan
17
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa meningkatnya daya poros akan
mengakibatkan penurunan konsumsi bahan bakar spesifik. Terdapat titik dimana
konsumsi bahan bakar spesifik paling rendah yaitu pada saat daya poros sekitar 25,5
kW, setelah titik tersebut, konsumsi bahan bakar spesifik akan meningkat seiring
meningkatnya daya poros.
15.000
14.000
13.000
12.000
17.000 18.000 19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000
Daya Poros (kW)
Gambar 5.4 Kurva AFR vs daya poros pada kecepatan putar konstan
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan daya poros mengakibatkan
penurunan AFR. Hal ini terjadi akibat meningkatnya daya (beban) akan
membutuhkan bahan bakar yang lebih besar sehingga rasio udara terhadap bahan
bakar akan menurun.
52.500
52.000
51.500
51.000
50.500
17.000 18.000 19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000
Daya Poros (kW)
Gambar 5.5 Kurva efisiensi volumetrik vs daya poros pada kecepatan putar konstan
18
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kurva efisiensi volumetrik berkisar
pada rentang 50,5 % hingga 53%. Pada daya diatas 25 kW akan mengakibatkan
kurva efisiensi volumetrik meningkat.
33.500
33.000
32.500
32.000
31.500
31.000
17.000 19.000 21.000 23.000 25.000 27.000
Daya Poros (kW)
Gambar 5.6 Kurva tekanan efektif vs daya poros pada kecepatan putar konstan
Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa efisiensi termal berkisar pada rentang
31,5% hingga 33,6% saat daya poros berkisar pada rentang 18 kW hingga 26 kW.
Kenaikan daya poros akan menyebabkan efisiensi termal cenderung naik berbeda
dengan efisiensi volumetrik.
350.000
Tekanan eff (kPa)
330.000
310.000
290.000
270.000
250.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)
Gambar 5.7 Kurva tekanan efektif vs putaran pada bukaan gas konstan
19
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan putaran pada motor diesel
mengakibatkan tekanan efektif menurun. Hal ini diakibatkan akibat torsi
berbanding terbalik dengan kecepatan putar, untuk meningkatkan torsi diperlukan
kompresi yang lebih besar untuk mengompensasinya dengan kata lain torsi akan
berbanding lurus dengan tekanan efektif. Hubungan antara tekanan efektif dengan
putaran dapat didekati dengan garis linear.
7.600
7.400
7.200
(kg/jam)
7.000
6.800
6.600
6.400
6.200
6.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)
Gambar 5.8 Kurva laju pemakaian bahan bakar vs putaran pada bukaan gas konstan
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa putaran motor diesel mengakibatkan
penurunan laju pemakaian bahan bakar untuk menghasilkan torsi yang lebih besar.
Hubungan antara laju pemakaian bahan bakar dan putaran motor bisa didekati
dengan garis linear.
0.320
(kg/kWh)
0.310
0.300
0.290
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)
Gambar 5.9 Kurva konsumsi bahan bakar spesifik vs putaran pada bukaan gas konstan
20
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa meningkatnya putaran akan
mengakibatkan kenaikan konsumsi bahan bakar spesifik. Hubungan antara
keduanya bisa didekati dengan garis linear.
AFR Vs Putaran
22.000
21.000
20.000
AFR
19.000
18.000
17.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan daya poros mengakibatkan
kenaikan AFR. Hal ini terjadi akibat meningkatnya torsi/beban akan membutuhkan
bahan bakar yang lebih besar dan torsi/beban akan berbanding terbalik dengan
kecepatan putar sehingga rasio udara terhadap bahan bakar akan meningkat.
45.000
Efisiensi Volumetrik (%)
44.500
44.000
43.500
43.000
42.500
42.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)
21
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kurva efisiensi volumetrik berkisar
pada rentang 42 % hingga 45%. Pada putaran 2460 rpm akan menyebabkan
efisiensi volumetrik menurun dan naik lagi mulai 2470 rpm.
27.000
26.500
26.000
25.500
25.000
24.500
24.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)
Gambar 5.12 Kurva efisiensi termal vs putaran pada bukaan gas konstan
Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi putaran akan
menyebabkan penurunan efisiensi termal. Efisiensi termal berkisar pada rentang
24,5% hingga 27,5%.
22
BAB VI
Kesimpulan
1. Pada putaran 1200 rpm dan bukaan gas 34% akan menghasilkan daya poros
sebesar 23,5 kW, tekanan efektif 664,97 kPa, efisiensi termal 33,29%,
efisiensi volumetrik 52,65%, laju pemakaian bahan bakar 5,67 kg/jam,
konsumsi bahan bakar spesifik 0,24 kg/kWh, dan AFR 14,17.
2. Hubungan parameter prestasi pengujian mesin diesel terhadap daya poros
paa putaran konstan terdapat pada sub bab 5.2.1.
3. Hubungan parameter prestasi pengujian mesin diesel terhadap putaran pada
bukaan katup gas konstan terdapat pada sub bab 5.2.2.
23
Daftar Pustaka
Program Studi Teknik Mesin FTMD ITB. (2019). Modul 7 - Pengujian Mesin
Diesel. Bandung.
24
LAMPIRAN
Tugas
350.000
300.000
250.000
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)
8.000
7.500
7.000
(kg/jam)
6.500
6.000
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)
25
Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Vs Daya Poros
0.330
0.310
0.300
0.290
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)
19.000
18.000
17.000
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)
45.000
44.500
44.000
43.500
43.000
42.500
42.000
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)
26
Kurva Efisiensi Termal Vs Daya Poros
28.000
26.000
25.000
24.000
17.000 19.000 21.000 23.000 25.000 27.000
Daya Poros (kW)
27