Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MS4121 – PRAKTIKUM PENGUJIAN PRESTASI MESIN


MODUL: PENGUJIAN MESIN DIESEL

Kelompok 113

Yudha Cahyanindra 13116073

Taufik Aditya Pradana 13116078

Muhamad Yhoga Nugraha 13116096

Tanggal Praktikum : 11 September 2019


Tanggal Pengumpulan Laporan : 16 September 2019
Asisten Praktikum : Diar Nova Amanta 13115047

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
1
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Pendahuluan
Laporan Praktikum modul Pengujian Mesin Pendingin ini dibuat sebagai syarat
kelulusan Mata Kuliah MS4121 Praktikum Pengujian Prestasi Mesin. Adapun
kegiatan praktikum ini telah dilakukan yakni dengan informasi sebagai berikut:

Kelompok Praktikum : Kelompok 113

Anggota Kelompok Praktikum :

1. Yudha Cahyanindra : 13116073


2. Taufik Aditya Pradana : 13116078
3. Muhamad Yhoga Nugraha : 13116096

Email penanggung jawab kelompok : cahyanindrayudha@gmail.com

Asisten Praktikum :

Nama : Diar Nova Amanta

NIM : 13115047

Email : diar.nova23@gmail.com

Jadwal Pelaksanaan Praktikum : Rabu, 11 September 2019. 13:00 – 15:00

Jadwal Pengumpulan Laporan: Senin, 16 September 2019

Foto kegiatan praktikum :

Gambar 1.1 Foto kegiatan praktikum

2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengujian mesin diesel ini adalah:

1. Menentukan parameter prestasi pengujian mesin diesel pada putaran 1200 rpm
dan bukaan katup gas 34%.
2. Menentukan hubungan parameter prestasi pengujian mesin diesel terhadap
daya poros pada putaran konstan.
3. Menentukan hubungan parameter prestasi pengujian mesin diesel terhadap
putaran pada bukaan katup gas konstan.

3
BAB II
Landasan Teori

2.1 Diesel Engine


Mesin diesel ditemukan oleh Dr. Rudolf Diesel, seorang insinyur dari Jerman
bernama pada tahun 1893. Cara kerja mesin diesel terdiri dari 4 langkah. Motor
bakar diesel menggunakan prinsip compression ignition engine. Ketika langkah
hisap, udara akan masuk ke dalam silinder. Kemudian ketika piston mencapai
titik mati atas, bahan bakar akan disemprotkan ke dalam silinder. Bahan bakar
akan terbakar akibat tekanan dan temperatur udara yang sangat tinggi di dalam
ruang bakar. Persyaratan ini hanya cocok digunakan pada motor bakar dengan
rasio kompresi antara 12 hingga 25. Berikut adalah siklus enginse diesel ideal
yang digambarkan dalam diagram P-V

Gambar 2. 1 Diagram p-v siklus mesin diesel

Gambar 2. 2 Langkah-langkah siklus mesin diesel

4
Keterangan proses siklus diesel:
1-2 : Proses kompresi isentropik. Udara yang ada di ruang bakar dikompresi
oleh piston yang bergerak naik dari posisi titik mati bawah menuju ke
posisi titik mati atas

2-3 : Proses penambahan kalor secara isobarik. Udara bertekanan dan


bertemperatur tinggi disemprotkan bahan bakar. Temperatur dalam
ruang bakar mencapai titik auto ignition sehingga bahan bakar menyala
tanpa dipantik.

3-4 : Proses ekspansi isentropik. Gas hasil pembakaran berekspansi dan


mendorong piston dari titik mati atas menuju ke titik mati bawah dan
menghasilkan kerja (Wout)

4-1 : Proses pelepasan kalor secara isokhorik. Kalor ini dilepas oleh gas hasil
pembakaran saat piston berada di titik mati bawah

Secara umum, motor bakar torak terbagi menjadi dua yaitu spark ignition
engine dan compression ignition engine. Spark ignition engine adalah motor
bakar yang menggunakan busi untuk menyalakan campuran udara dan bahan
bakar. Sedangkan, compression ignition engine memanfaatkan udara yang sudah
terkompresi sehingga menaikkan tekanan dan temperatur, hal tersebut
mengakibatkan pembakaran akan terjadi secara spontan setelah bahan bakar
diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Umumnya spark ignition engine lebih sering
digunakan pada kendaraan karena konstruksi yang lebih ringan dan murah.
Selain itu, compression igniton engine digunakan untuk menghasilkan daya
yang lebih besar. Perbedaan antara kedua jenis motor bakar ini adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan motor bakar otto dengan motor bakar diesel
No Motor bakar Otto Motor bakar Diesel
1 Efisiensi termal relatif lebih tinggi Efisiensi termal relatif lebih rendah
2 Rasio kompresi relatif rendah Rasio kompresi relatif tinggi

5
3 Butuh pemantik untuk membakar Bahan bakar menyala secara otomatis
bahan bakar karena temperatur dan tekanan tinggi
4 Penambahan kalor terjadi secara Penambahan kalor terjadi secara
isokhorik isobarik
5 Campuran udara-bahan bakar Langkah hisap hanya memasukan
udara ke silinder. Bahan bakar
masuk silinder pada langkah hisap
diinjeksi oleh injektor pada akhir
langkah tekan.

2.2 Parameter Prestasi Diesel Engine


Berikut adalah parameter prestasi motor bakar torak:
a. Daya poros (P)
b. Tekanan efekftif rata-rata (pe), efisiensi termal (ηt) efisiensi volumetrik
(ηv)
c. Konsumsi bahan bakar (mf) dan konsumsi bahan bakar spesifik (Be)
d. Air to fuel ratio (AFR)

Berikut merupakan persamaan yang digunakan untuk menghitung prestasi


motor bakar diesel:

a. Daya poros efektif

P = daya poros, kW
T = torsi, Nm
n = putaran poros, rpm

b. Tekanan efektif rata-rata

pe = Tekanan efektif rata-rata, kPa

z = jumlah silinder

6
V1 = volume langkah torak (cm3)

a = jumlah siklus per putaran

c. Laju pemakaian bahan bakar

𝑚̇𝑏 = laju massa aliran bahan bakar, kg/jam

t = waktu pemakaian bahan bakar sebanyak 50 cm3, s

ρb = massa jenis solar, 0.82 g/cm3

d. Konsumsi bahan bakar spesifik

Be = konsumsi bahan bakar spesifik, kg/ kWh

e. Laju aliran massa udara

𝒎̇𝒖 = laju aliran massa udara, kg/jam

D = diameter orifice, mm H2O

pu = tekanan udara luar, cm Hg

Tu = temperature udara luar, K

D = diameter orifice, 55cm

f. Air to Fuel Ratio

AFR= air fuel ratio, kg/kg

7
g. Laju massa aliran udara ideal

ṁiu = laju massa aliran udara ideal

h. Efisiensi Volumetrik

ηv = efisiensi volumetrik

i. Efisiensi termal

ηt = efisiensi termal, %

LHV = low heating value, kJ/kg

j. Neraca Energi
 Energi Masuk

Ein = energi masuk, kW


 Energi Keluar

Eout = energi keluar, kW


Eap = energi yang diserap air pendingin, kW
Eloss = rugi energi, kW
Q = debit air pendingin, L/s
Ca = kalor jenis air, 4,2 oC/ kg
ρa = massa jenis air, 1.000 g/cm3
ΔTa = perbedaan temperature air pendingin masuk dan keluar, oC

8
2.3 Instalasi Pengujian
Alat pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Instalasi Pengujian

Gambar 2.4 Skema Pengujian Motor Diesel

9
Spesifikasi engine yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Spesifikasi Motor Bakar Diesel

Pabrik : Hino Motor, Jepang


Model : W04D TP
Model tipe : mesin diesel 4 langkah, direct
injection, turbocharger
intercooler
Daya maksimum (PS/rpm) : 110/ 2,800
Torsi maksimum (kgm/rpm) : 29/1,800
Jumlah silinder :4
Diameter x langkah piston (mm) : 104 x 118
Volume silineder (cc) : 4.009

10
BAB III
Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan dari pengujian mesin diesel adalah sebagai berikut:

3.1 Prosedur Persiapan


1. Pastikan bahan bakar sudah terisi dan siap untuk pengujian dengan bahan
bakar jenis solar.
2. Pastikan kecukupan minyak pelumas.
3. Alirkan air pendingin ke dalam dinamometer, blok mesin, pendingin
pelumas dan gas kalorimeter.
4. Lakukan penyalaan pompa air pendingin 1 dan 2 dengan menekan tombol
pada panel yang sudah tersedia.
5. Lakukan penyalaan cooling tower 1 dan 2 dengan menekan tombol pada
panel yang sudah tersedia.
6. Hidupkan komputer dan dinamometer controller Texcel V4. Pastikan
dynamometer controller dan komputer tersebut saling terhubung.
7. Jika sudah terhubung, lakukan log-in di localhost/diesel-engine.php dengan
memasukkan username dan password.

3.2 Prosedur Pengujian


1. Lakukan pengujian diawali arahan dari asisten dengan memasukkan
kondisi pengujian yang diinginkan (putaran konstan atau bukaan katup gas
konstan) dan batas-batas pengujian.
2. Nyalakan mesin dan lakukan pengujian.
3. Lakukan pencatatan parameter untuk setiap kondisi pengujian yang
meliputi torsi, konsumsi bahan bakar, tekanan udara masuk, temperatur air
pendingin masuk, temperatur air pendingin keluar, temperatur gas buang
dan laju aliaran air pendingin. Pencatatan ini sudah otomatis langsung
dalam excel dan praktikan hanya mendownload datanya saja dengan
melakukan record.
4. Setelah melakukan pengujian, matikan pompa 1 dan 2, cooling tower 1 dan
2 serta komputer.

11
3.3 Metode Pengujian
1. Bukaan katup gas konstan, beban berubah dan kecepatan berubah.
2. Kecepatan konstan, bukaan katup gas berubah dan beban berubah.

3.4 Parameter Data


1. Torsi
2. Konsumsi bahan bakar
3. Perbedaan tekanan pada orifice
4. Temperatur masuk dan keluar air pendingin
5. Debit aliran air pendingin
6. Temperatur gas buang

(a) (b)

Gambar 3.1 Dokumentasi kegiatan praktikum

12
BAB IV
Data Pengamatan

Berdasarkan hasil pengujian mesin diesel, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kondisi Ruangan pengujianss pada Putaran Konstan

Kondisi Ruangan
Tekanan Udara (bar) 76
Temperatur (oC) 300
Jenis Bahan Bakar Solar
Metode Pengujian Putaran Konstan

Tabel 4.2 Pengujian pada Putaran Konstan


No Putaran Katup Torsi Air Pendingin Q T Gas Udara Konsumsi
(rpm) Gas (Nm) T Masuk T Keluar (liter/min) Buang Masuk BB
(%) (oC) (oC) (oC) (mm H2O) (cc/min)
1 1200 30 145 17.83 20.53 25 152.81 10.25 94.611
2 1202 32 167 17.91 21.17 25 179.69 9.94 106.445
3 1200 34 187 18.09 21.77 25 208.61 10.62 115.29
4 1202 36 199 18.13 21.92 25 207.44 10.23 124.196
5 1201 38 203 18.32 22.14 25 229.19 10.39 124.074
6 1201 40 206 18.39 22.41 25 253.06 10.73 127.978

Tabel 4.3 Kondisi Ruangan pengujian pada Throttle Konstan

Kondisi Ruangan
Tekanan Udara (bar) 76
Temperatur (oC) 300
Jenis Bahan Bakar Solar
Metode Pengujian Putaran Konstan

Tabel 4.4 Pengujian pada Bukaan Katup Gas Konstan


No Putaran Katup Torsi Air Pendingin Q T Gas Udara Konsumsi
(rpm) Gas (Nm) T Masuk T Keluar (liter/min) Buang Masuk BB
(%) (oC) (oC) (oC) (mm H2O) (cc/min)
1 2488 50 75 18.43 24.06 25 190.82 31.69 130.174
2 2473 50 80 18.66 24.09 25 198.39 28.95 135.298
3 2462 50 85 18.92 24.02 25 201.71 32.55 141.52
4 2453 50 90 19.03 24.39 25 212.83 31.77 145.607
5 2439 50 95 19.33 24.39 25 215.47 30.51 148.352
6 2422 50 100 19.44 24.43 25 220.34 29.99 151.097

13
Tabel 4.5 Data lainnya yang diperlukan dalam perhitungan

Diameter 104 mm
Luas area 8494.86654 mm2
Volume langkah 883466.12 mm3
siklus/putaran 0.5
Jumlah silinder 4
LHV (kJ/kg) 44800
Massa jenis air 1000 kg/m3
Kalor jenis air 4.2

14
BAB V
Perhitungan dan Analisis

Dari data pengamatan dan rumus-rumus di atas kemudian didapatkan


pengolahan data sebagai berikut:

5.1 Perhitungan

5.1.1 Putaran Konstan

Tabel 5.1 Parameter prestasi putaran konstan bagian 1

Putaran Katup Gas Torsi Konsumsi Daya Poros Tekanan eff Laju Pemakaian
No t 50 cc (s)
(rpm) (%) (Nm) BB (cc/s) (kW) rata2 (kPa) Bahan Bakar (kg/jam)
1 1200 30 145 1,577 31,709 18,221 515,618 4,655
2 1202 32 167 1,774 28,184 21,021 593,850 5,237
3 1200 34 187 1,922 26,021 23,499 664,969 5,672
4 1202 36 199 2,070 24,155 25,049 707,641 6,110
5 1201 38 203 2,068 24,179 25,531 721,865 6,104
6 1201 40 206 2,133 23,442 25,908 732,533 6,297

Tabel 5.2 Parameter prestasi putaran konstan bagian 2


Putaran Katup Gas Torsi Konsumi BB Laju Aliran Laju massa aliran Efisiensi
No AFR
(rpm) (%) (Nm) Spesifik (kg/kWh) Massa Udara udara ideal Volumetrik
1 1200 30 145 0,255 78,968 16,965 152,663 51,727
2 1202 32 167 0,249 77,764 14,849 152,917 50,854
3 1200 34 187 0,241 80,380 14,171 152,663 52,652
4 1202 36 199 0,244 78,890 12,911 152,917 51,590
5 1201 38 203 0,239 79,505 13,024 152,790 52,035
6 1201 40 206 0,243 80,795 12,832 152,790 52,880

Tabel 5.3 Parameter prestasi putaran konstan bagian 3


Putaran Katup Gas Torsi Efisiensi Termal Energi masuk Energi Air
No Eloss (kW) Eout (kW)
(rpm) (%) (Nm) (%) (kW) Pendingin
1 1200 30 145 31,455 57,927 78,750 -39,044 57,927
2 1202 32 167 32,254 65,173 95,083 -50,931 65,173
3 1200 34 187 33,290 70,588 107,333 -60,244 70,588
4 1202 36 199 32,941 76,041 110,542 -59,549 76,041
5 1201 38 203 33,608 75,966 111,417 -60,981 75,966
6 1201 40 206 33,065 78,357 117,250 -64,802 78,357

15
5.1.2 Bukaan Katup Gas Konstan

Tabel 5.4 Parameter prestasi bukaan katup gas konstan bagian 1


Putaran Katup Torsi Konsumsi Daya Poros Tekanan eff Laju Pemakaian
No t 50 cc (s)
(rpm) Gas (%) (Nm) BB (cc/s) (kW) rata2 (kPa) Bahan Bakar
1 2488 50 75 2,170 23,046 19,541 266,699 6,405
2 2473 50 80 2,255 22,173 20,718 284,479 6,657
3 2462 50 85 2,359 21,198 21,915 302,259 6,963
4 2453 50 90 2,427 20,603 23,119 320,039 7,164
5 2439 50 95 2,473 20,222 24,264 337,819 7,299
6 2422 50 100 2,518 19,855 25,363 355,599 7,434

Tabel 5.5 Parameter prestasi bukaan katup gas konstan bagian 2


Putaran Katup Torsi Konsumi BB Laju Aliran Laju massa aliran Efisiensi
No AFR
(rpm) Gas (%) (Nm) Spesifik Massa Udara udara ideal Volumetrik
1 2488 50 75 0,328 138,851 21,680 316,521 43,868
2 2473 50 80 0,321 132,712 19,937 314,613 42,183
3 2462 50 85 0,318 140,722 20,211 313,213 44,928
4 2453 50 90 0,310 139,026 19,407 312,069 44,550
5 2439 50 95 0,301 136,241 18,666 310,287 43,908
6 2422 50 100 0,293 135,075 18,170 308,125 43,838

Tabel 5.6 Parameter prestasi bukaan katup gas konstan bagian 3


Putaran Katup Torsi Efisiensi Energi masuk Energi Air
No Eloss (kW) Eout (kW)
(rpm) Gas (%) (Nm) Termal (%) (kW) Pendingin
1 2488 50 75 24,517 79,701 164,208 -104,048 79,701
2 2473 50 80 25,010 82,838 158,375 -96,254 82,838
3 2462 50 85 25,292 86,648 148,750 -84,017 86,648
4 2453 50 90 25,933 89,150 156,333 -90,302 89,150
5 2439 50 95 26,713 90,831 147,583 -81,016 90,831
6 2422 50 100 27,416 92,512 145,542 -78,393 92,512

5.2 Analisis
5.2.1 Kecepatan Putar Konstan

Tekanan eff Vs Daya Poros


750.000
Tekanan eff (kPa)

700.000

650.000

600.000

550.000

500.000
17.000 18.000 19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000
Daya Poros (kW)

Gambar 5.1 Kurva tekanan efektif vs daya poros pada kecepatan putar konstan

16
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan daya poros pada motor diesel
mengakibatkan tekanan efektif meningkat. Hal ini diakibatkan daya poros
berbanding lurus dengan torsi pada kecepatan konstan, untuk meningkatkan torsi
diperlukan kompresi yang lebih besar untuk mengompensasinya. Hubungan antara
tekanan efektif dengan daya poros dapat didekati dengan garis linear.

Laju Pemakaian Bahan Bakar Vs Daya Poros


6.500
Laju Pemakaian Bahan Bakar

6.000

5.500
(kg/jam)

5.000

4.500

4.000
17.000 19.000 21.000 23.000 25.000 27.000
Daya Poros (kW)

Gambar 5.2 Kurva laju pemakaian bahan bakar vs daya poros pada kecepatan putar
konstan

Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan daya poros motor diesel
mengakibatkan kenaikan laju pemakaian bahan bakar untuk menghasilkan torsi
yang lebih besar. Hubungan antara laju pemakaian bahan bakar dan daya poros bisa
didekati dengan garis linear.

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Vs Daya Poros


Konsumi BB Spesifik (kg/kWh)

0.260
0.255
0.250
0.245
0.240
0.235
17.000 18.000 19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000
Daya Poros (kW)

Gambar 5.3 Kurva konsumsi bahan bakar spesifik vs daya poros pada kecepatan putar
konstan

17
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa meningkatnya daya poros akan
mengakibatkan penurunan konsumsi bahan bakar spesifik. Terdapat titik dimana
konsumsi bahan bakar spesifik paling rendah yaitu pada saat daya poros sekitar 25,5
kW, setelah titik tersebut, konsumsi bahan bakar spesifik akan meningkat seiring
meningkatnya daya poros.

AFR Vs Daya Poros


18.000
17.000
16.000
AFR

15.000
14.000
13.000
12.000
17.000 18.000 19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000
Daya Poros (kW)

Gambar 5.4 Kurva AFR vs daya poros pada kecepatan putar konstan

Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan daya poros mengakibatkan
penurunan AFR. Hal ini terjadi akibat meningkatnya daya (beban) akan
membutuhkan bahan bakar yang lebih besar sehingga rasio udara terhadap bahan
bakar akan menurun.

Kurva Efisiensi Volumetrik Vs Daya Poros


53.000
Efisiensi Volumetrik (%)

52.500

52.000

51.500

51.000

50.500
17.000 18.000 19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000 27.000
Daya Poros (kW)

Gambar 5.5 Kurva efisiensi volumetrik vs daya poros pada kecepatan putar konstan

18
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kurva efisiensi volumetrik berkisar
pada rentang 50,5 % hingga 53%. Pada daya diatas 25 kW akan mengakibatkan
kurva efisiensi volumetrik meningkat.

Kurva Efisiensi Termal Vs Daya Poros


34.000
Efisiensi Termal (%)

33.500
33.000
32.500
32.000
31.500
31.000
17.000 19.000 21.000 23.000 25.000 27.000
Daya Poros (kW)

Gambar 5.6 Kurva tekanan efektif vs daya poros pada kecepatan putar konstan

Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa efisiensi termal berkisar pada rentang
31,5% hingga 33,6% saat daya poros berkisar pada rentang 18 kW hingga 26 kW.
Kenaikan daya poros akan menyebabkan efisiensi termal cenderung naik berbeda
dengan efisiensi volumetrik.

5.2.2 Bukaan Gas Konstan

Tekanan eff Vs Putaran


370.000

350.000
Tekanan eff (kPa)

330.000

310.000

290.000

270.000

250.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)

Gambar 5.7 Kurva tekanan efektif vs putaran pada bukaan gas konstan

19
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan putaran pada motor diesel
mengakibatkan tekanan efektif menurun. Hal ini diakibatkan akibat torsi
berbanding terbalik dengan kecepatan putar, untuk meningkatkan torsi diperlukan
kompresi yang lebih besar untuk mengompensasinya dengan kata lain torsi akan
berbanding lurus dengan tekanan efektif. Hubungan antara tekanan efektif dengan
putaran dapat didekati dengan garis linear.

Laju Pemakaian Bahan Bakar Vs Putaran


Laju Pemakaian Bahan Bakar

7.600
7.400
7.200
(kg/jam)

7.000
6.800
6.600
6.400
6.200
6.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)

Gambar 5.8 Kurva laju pemakaian bahan bakar vs putaran pada bukaan gas konstan

Dari kurva di atas dapat diamati bahwa putaran motor diesel mengakibatkan
penurunan laju pemakaian bahan bakar untuk menghasilkan torsi yang lebih besar.
Hubungan antara laju pemakaian bahan bakar dan putaran motor bisa didekati
dengan garis linear.

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Vs Putaran


0.330
Konsumi BB Spesifik

0.320
(kg/kWh)

0.310

0.300

0.290
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)

Gambar 5.9 Kurva konsumsi bahan bakar spesifik vs putaran pada bukaan gas konstan

20
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa meningkatnya putaran akan
mengakibatkan kenaikan konsumsi bahan bakar spesifik. Hubungan antara
keduanya bisa didekati dengan garis linear.

AFR Vs Putaran
22.000

21.000

20.000
AFR

19.000

18.000

17.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)

Gambar 5.10 Kurva AFR vs putaran pada bukaan gas konstan

Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kenaikan daya poros mengakibatkan
kenaikan AFR. Hal ini terjadi akibat meningkatnya torsi/beban akan membutuhkan
bahan bakar yang lebih besar dan torsi/beban akan berbanding terbalik dengan
kecepatan putar sehingga rasio udara terhadap bahan bakar akan meningkat.

Kurva Efisiensi Volumetrik Vs Putaran


45.500

45.000
Efisiensi Volumetrik (%)

44.500

44.000

43.500

43.000

42.500

42.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)

Gambar 5.11 Kurva efisiensi vs putaran pada bukaan gas konstan

21
Dari kurva di atas dapat diamati bahwa kurva efisiensi volumetrik berkisar
pada rentang 42 % hingga 45%. Pada putaran 2460 rpm akan menyebabkan
efisiensi volumetrik menurun dan naik lagi mulai 2470 rpm.

Kurva Efisiensi Termal Vs Putaran


28.000
27.500
Efisiensi Termal (%)

27.000
26.500
26.000
25.500
25.000
24.500
24.000
2410 2420 2430 2440 2450 2460 2470 2480 2490 2500
Putaran (rpm)

Gambar 5.12 Kurva efisiensi termal vs putaran pada bukaan gas konstan

Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi putaran akan
menyebabkan penurunan efisiensi termal. Efisiensi termal berkisar pada rentang
24,5% hingga 27,5%.

22
BAB VI
Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, dapat


disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada putaran 1200 rpm dan bukaan gas 34% akan menghasilkan daya poros
sebesar 23,5 kW, tekanan efektif 664,97 kPa, efisiensi termal 33,29%,
efisiensi volumetrik 52,65%, laju pemakaian bahan bakar 5,67 kg/jam,
konsumsi bahan bakar spesifik 0,24 kg/kWh, dan AFR 14,17.
2. Hubungan parameter prestasi pengujian mesin diesel terhadap daya poros
paa putaran konstan terdapat pada sub bab 5.2.1.
3. Hubungan parameter prestasi pengujian mesin diesel terhadap putaran pada
bukaan katup gas konstan terdapat pada sub bab 5.2.2.

23
Daftar Pustaka

Mechanical Booster. (2019, September 15). Diesel Cycle. Retrieved from


https://www.mechanicalbooster.com/2017/10/diesel-cycle.html

Program Studi Teknik Mesin FTMD ITB. (2019). Modul 7 - Pengujian Mesin
Diesel. Bandung.

Wikipedia. (2019, September 15). Diesel Cycle. Retrieved from


https://en.wikipedia.org/wiki/Diesel_cycle

24
LAMPIRAN

Tugas

1. Hitung seluruh parameter prestasi pada pengujian ini!


Jawab: Parameter prestasi sudah dihitung dan hasil perhitungannya terdapat
pada sub bab 5.1.
2. Gambarakan parameter prestasi tersebut terhadap putaran pada bukaan
katup gas konstan!
Jawab: Hubungan parameter prestasi terhadap putaran sudah terdapat pada
sub bab 5.2.2.
3. Gambarakan parameter prestasi tersebut terhadap daya poros pada bukaan
katup gas konstan!
Jawab:

Tekanan eff Vs Daya Poros


400.000
Tekanan eff (kPa)

350.000

300.000

250.000
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)

Laju Pemakaian Bahan Bakar Vs Daya Poros


Laju Pemakaian Bahan Bakar

8.000

7.500

7.000
(kg/jam)

6.500

6.000
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)

25
Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Vs Daya Poros
0.330

Konsumi BB Spesifik (kg/kWh)


0.320

0.310

0.300

0.290
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)

AFR Vs Daya Poros


22.000
21.000
20.000
AFR

19.000
18.000
17.000
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)

Kurva Efisiensi Volumetrik Vs Daya Poros


45.500
Efisiensi Volumetrik (%)

45.000
44.500
44.000
43.500
43.000
42.500
42.000
19.000 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 26.000
Daya Poros (kW)

26
Kurva Efisiensi Termal Vs Daya Poros
28.000

Efisiensi Termal (%)


27.000

26.000

25.000

24.000
17.000 19.000 21.000 23.000 25.000 27.000
Daya Poros (kW)

4. Berikan analisis dan kesimpulan terhadap hasil!


Jawab: Analisis sudah dilakukan pada sub bab 5.2 dan kesimpulan pada bab
6.

27

Anda mungkin juga menyukai