Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam sistem pengapian mesin multi silinder konvensional dikenal

komponen Distributor sebagai pembagi tegangan sekunder coil pengapian yang


selanjutnya disalurkan ke busi pada silinder yang membutuhkan. Sebagai satu unit
kerja, komponen Distributor ini memiliki bagian-bagian umum yang secara garis
besar meliputi contact point atau platina dan kapacitor atau kondensor (pada
sistem Kettering), hall IC atau magnetic pick-up atau optical sensor (sistem TCI),
modul igniter (model internal, TCI), coil pengapian (model interna TCI),
mechanical advancer, vacuum advancer, Distributor shaft, bearing atau ushing,
distributor housing, o-ring atau oil seal, Distributor cap, Distributor rotor dan
brake, sebagaimana Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Distributor Konvensional.

Komponen-komponen diatas secara individu maupun sebagai sistem ternyata


memiliki banyak permasalahan diantaranya :
1. Terjadinya kerusakan permanen pada platina dan capasitor akibat dialiri arus
yang cukup besar yang digunakan untuk mensuplai arus ke kabel primer coil.
Kondisi ini menyebabkan platina dan kapasitor harus diganti pada periode
tertentu.
2. Terjadinya keausan pada komponen bergerak (moving parts) seperti
mechanical advancer, Distributor shaft dan bearing atau bushing. Salah
satunya disebabkan terjadinya kemacetan hingga terjadi kehilangan daya.
Gangguan ini secara langsung mempengaruhi sistem pengapian. Distributor
shaft yang berputar tidak rata akibat kerusakan bearing atau bushing-nya
mengakibatkan timing pengapian tidak stabil, sehingga mesin tidak dapat
digunakan dengan baik (idle). Mechanical advancer yang tidak berfungsi baik
akan mengakibatkan timing pengapian tidak dapat maju seiring dengan
naiknya putaran mesin sehingga proses pembakaran tidak sempurna.
3. Terjadinya kerusakan pada komponen vacuum advancer maupun komponen
terkait yang akan mengakibatkan melemahnya akselerasi mesin.
4. Kerusakan terjadi pada o-ring atau oil seal yang disebabkan karena seringnya
menerima beban panas, tekanan dan exposure yang terus menerus dari oli,
hingga kehilangan daya perapatnya pada gilirannya pelumas bocor.
5. Terjadinya keausan pada carbon electrode sehingga menimbulkan gangguan
pada distributor cap yang mengakibatkan gangguan pada pengapian atau
misfiring.
6. Pengapian sistem Distributor melibatkan pemakaian kabel busi untuk
menyalurkan dan membagi tegangan sekunder coil pengapian ke silinder yang
memerlukan. Adanya kabel busi juga memiliki potensial masalahnya sendiri.
7. Pada sistem pengapian distributor, tegangan sekunder dari coil pengapian
tidak dapat tersalur langsung ke busi melainkan harus melewati rotor, cap
antara rotor dan elektroda karbon pada Distributor cap dan juga kabel busi
dengan nilai resistensi yang tinggi (dalam satuan Kilo Ohm). Rute perjalanan
yang panjang ini tentu saja mengakibatkan berkurangnya daya pengapian itu
sendiri setelah sampai ke tujuannya.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, beberapa produsen kendaraan


telah mengeluarkan produknya diantaranya Mitsubishi Eterna DOHC ECI Multi
(1990), Suzuki Baleno (1997), Daihatsu Taruna EFI (2000) dan Hyundai Atoz
(2005) telah merancang sistem pengapian kendaraan yang meniadakan komponen
Distributor (distributorless) atau dikenal dengan direct ignition. Sistem
Distributorless yang dikembangkan oleh kendaraan diatas menggunakan sistem
Distributorless Dual Ignition System (Waste Spark) dengan power ignitor analog
dan kemudian dikoreksi timing pengapiannya dengan sistem digital yang ada
didalam Electronic Control Module (ECM).

Dalam disain dual ignition,

pengapian secara bersamaan diterapkan pada dua silinder yang berpasangan


(keduanya pada posisi TDC) dimana satu silinder pada posisi yang membutuhkan
dan silinder pasangannya pada posisi tidak membutuhkan. Oleh karena pengapian
dibuang pada satu silinder yang tidak membutuhkan, maka sistem ini dikenal juga
dengan istilah waste spark ignition. Untuk mesin yang menggunakan bahan bakar
bensin empat silinder dengan (firing order) 1-3-4-2, terdapat dua pasang silinder,
yaitu 1-4 dan 2-3. Oleh karenanya diperlukan dua coil pengapian untuk melayani
dua pasang silinder tersebut, seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.2. Distributorless Dual Spark Ignition.


Sementara tipe dual ignition yang murni analog baik sensor maupun
timing device-nya tanpa ada koreksi oleh sistem digital telah banyak
dikembangkan sebagai komponen alternative atau aftermarket sebagai upgrade

kit dari tipe mobil yang masih menggunakan karburator sebagai unit pasokan
bahan bakarnya. Melalui penelitian ini dirancang sistem pengapian tanpa
Distributor (distributorless) dengan kontrol digital untuk berbagai kendaraan
(multi purpose). Sistem pengapian ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan
dan masalah potensial yang diakibatkan oleh sistem pengapian Distributor
konvensional maupun Distributorless yang mengadaptasi sistem dual spark.
Dalam sistem ini, kontrol sepenuhnya dikendalikan oleh mikroprosesor dengan
menggunakan bahasa pemrograman C++, maka sistem ini diharapkan mampu
digunakan untuk berbagai kendaraan bermotor.
1.2

Permasalahan
Dari hasil analisis terhadap Distributor yang digunakan pada kendaraan

bermotor, maka dirumuskan permasalahan diantaranya :


1.

Bagaimana memperoleh hasil rancangan simulasi komputer agar time delay


sesuai dengan kebutuhan kenderaan.

2. Bagaimana memilih dan merakit komponen Distributorless Digital Ignition


Multi Purpose yang mengacu pada hasil rancangan simulasi komputer agar
memiliki arus dan tegangan yang dapat memperbaiki proses pembakaran.
3. Bagaimana menghasilkan sistem Distributorless Digital Ignition Multi
Purpose yang mampu diprogram sesuai dengan tipe dan kebutuhan kendaraan.
4. Sistem Distributorless digital yang ada saat ini merupakan sistem black box
yang sulit bahkan tidak dapat diakses oleh pengguna atau programmer.
1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :


1.

Memperoleh hasil rancangan simulasi komputer dan prototipe sistem


Distributorless Digital Ignition Multi Purpose, yang memiliki arus dan
tegangan primer dan sekunder coil lebih baik dari Distributor.

2.

Memperoleh prototipe sistem pengapian yang tidak menggunakan Distributor


(distributorless)

diharapkan

mampuh

Distributor dan Distributorless analog

mengatasi

permasalahan

pada

3.

Memberikan solusi alternatif bagi kendaraan yang memiliki sistem


Distributorless atau kendaraan yang berbasis komponen digital untuk
mengurangi biaya maintenance.

1.4

Manfaat Penelitian
Adapun maanfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Sistem pengapian Distributorless ini diharapkan mampu mengantisipasi


kekurangan dan masalah potensial yang diakibatkan oleh sistem pengapian
Distributor konvensional serta kelemahan pada Distributorless analog.

2.

Sistem ini diharapkan mampu diakses oleh programmer (programmable) dan


dapat disesuaikan untuk berbagai kendaraan bermotor. Pada saatnya akan
mengurangi ketergantungan teknologi.

3.

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi dunia industri
otomotif dalam bidang perancangan sistem kontroler dengan menggunakan
mikroprosesor dalam pengembangan sistem pengapian lainnya.

4.

Dapat memberikan konstribusi dalam perancangan dan analisa secara


menyeluruh dan terarah pada pengembangan prototipe distributorless.

1.5

Batasan Masalah
Agar perancangan analisa yang dilakukan menjadi lebih terarah tanpa

mengurangi maksud dan tujuannya, maka ditentukan batasan permasalahan


sebagai berikut :
1.

Mikroprosesor yang digunakan intel MCS51 yang di produksi oleh ATMEL


dengan seri AT89S51 sebagai alat kontroler.

2.

Dengan menggunakan bahasa pemograman atau bahasa mesin C++ pada


mikroprosesor dalam pengembangan Distributor sebagai Distributorless
Digital Ignition Multi Purpose.

3.

Distributorless Digital Ignition Multi Purpose atau sistem pengapian yanag


terjadi pada mesin mobil empat silinder dengan urutan pembakaran atau
(firing order) 1-3-4-2, dengan kecepatan yang bervariasi, tidak melibatkan
sistem pembakaran.

4.

Penelitian dalam bentuk uji simulasi komputer dan prototipe dengan sample
dua jenis kenderaan (Toyota dan Daihatsu).

5.

Pengujian dilakukan pada satu silinder yang merupakan representasi untuk


silinder yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai