DI SUSUN OLEH :
Kelompok I
Kelas 5 EGC
2019 / 2020
TITIK NYALA DAN TITIK API
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan peranan titik nyala, titik api solar dan kerosin
2. Menentukan titik nyala, titik api yang dimiliki solar dan minyak tanah
- DIESEL ( Solar )
Diesel adala salah satu jenis bahan bakar minyak. Di Indonesia, Diesel lebih
di kenal dengan nama solar. Diesel khusus digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel, sebuah mesin yang diciptakan oleh Rudolf Diesel dan disempurnakan oleh
Charles F.Kettering.
Diesel digunakan dalam mesin diesel ( mobil, kapal, sepeda motor, dll )sejenis
mesin pembakaran dalam. Rudolf Diesel awalnya mendesain mesin diesel untuk
menggunakan batu bara sebagai bahan bakar, namun ternyata minyak lebih efektif.
Bahan bakar cair seperti minyak tungku/ furnaceoil dan LSHS (low sulphur heavy
stock) terutama digunakan dalam penggunaan industri. Berbagai sifat bahan bakar
cair diberikan dibawah ini.
1.1. Densitas
1.3 Viskositas
Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap aliran. Viskositas
tergantung pada suhu dan berkurang dengan naiknya suhu. Viskositas diukur dengan
Stokes /Centistokes. Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt
atau Redwood.Tiap jenis minyak bakar memiliki hubungan suhu – viskositas
tersendiri. Pengukuran viskositas dilakukan dengan suatu alat yang disebut
Viskometer.
Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan dan penggunaan
bahan bakar minyak. Viskositas mempengaruhi derajat pemanasan awal yang
diperlukan untuk handling, penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan. Jika
minyak terlalu kental,maka akan menyulitkan dalam pemompaan, sulit untuk
menyalakan burner, dan sulit dialirkan. Atomisasi yang jelek akam mengakibatkan
terjadinya pembentukan endapan karbon pada ujung burner atau pada dinding-
dinding. Oleh karena itu pemanasan awal penting untuk atomisasi yang tepat.
1.4 Titik Nyala
Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar dapat
dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar bila dilewatkan suatu nyala
api. Titik nyala untuk minyak tungku/ furnace oil adalah 66 0C.
Titik tuang suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar akan
tertuang atau mengalir bila didinginkan dibawah kondisi yang sudah ditentukan. Ini
merupakan indikasi yang sangat kasar untuk suhu terendah dimana bahan bakar
minyak siap untuk dipompakan.
Panas jenis adalah jumlah kKal yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 kg minyak
sebesar 10C. Satuan panas jenis adalah kkal/kg0C. Besarnya bervariasi mulai dari 0,22
hingga 0,28 tergantung pada specific gravity minyak. Panas jenis menentukan berapa
banyak steam atau energi listrik yang digunakan untuk memanaskan minyak ke suhu
yang dikehendaki. Minyak ringan memiliki panas jenis yang rendah, sedangkan
minyak yang lebih berat memiliki panas jenis yang lebih tinggi.
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan., dan diukur sebagai
nilai kalor kotor/ gross calorific value atau nilai kalor netto/ nett calorific value.
Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap air yang dihasilkan
selama proses pembakaran. Nilai kalor kotor/. gross calorific value (GCV)
mengasumsikan seluruh uap yang dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya
terembunkan/terkondensasikan. Nilai kalor netto (NCV) mengasumsikan air yang
keluar dengan produk pengembunan tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar
harus dibandingkan berdasarkan nilai kalor netto. Nilai kalor batubara bervariasi
tergantung pada kadar abu, kadar air dan jenis batu baranya sementara nilai kalor
bahan bakar minyak lebih konsisten. GCV untuk beberapa jenis bahan bakar cair
yang umum digunakan terlihat dibawah ini:
1.8 Sulfur
Jumlah sulfur dalam bahan bakar minyak sangat tergantung pada sumber minyak
mentah dan pada proses penyulingannya. Kandungan normal sulfur untuk residu
bahan bakar minyak (minyak furnace) berada pada 2 - 4 %.
Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam bahan bakar
minyak. Kadar abu pada distilat bahan bakar diabaikan. Residu bahan bakar memiliki
kadar abu yang tinggi. Garam- garam tersebut mungkin dalam bentuk senyawa
sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi, alumunium, nikel, dll.
Umumnya, kadar abu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %. Abu yang berlebihan dalam
bahan bakar cair dapat menyebabkan pengendapan kotoran pada peralatan
pembakaran. Abu memiliki pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan
kerusakan pada refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan korosi suhu tinggi
dan penyumbatan peralatan.
Kadar air minyak tungku/furnace pada saat pemasokan umumnya sangat rendah
sebab produk disuling dalam kondisi panas. Batas maksimum 1% ditentukan sebagai
standar. Air dapat berada dalam bentuk bebas atau emulsi dan dapat menyebabkan
kerusakan dibagian dalam permukaan tungkuselama pembakaran terutama jika
mengandung garam terlarut. Air juga dapat menyebabkan percikan nyala api di ujung
burner, yang dapat mematikan nyala api, menurunkan suhu nyala api atau
memperlama penyalaan.
Menyusun alat
Mengisi breaker dengan solar yang telah dingin
Memanaskan dengan laju pemanasan 3-40 C per menit
Jika nyala warna biru kelihatan bearti ini menunjukkan titik nyala dan jika
nyala terus membakar, ini menunjukkan bahwa titik bakar/api.
V. DATA PENGAMATAN
Titik Api(ºC) Titik Titik Api(ºC) Titik
Sampel Secara praktek Nyala(ºC) Secara teori Nyala(ºC)
Secara praktek Secara teori
Solar 94 60 51-60 40-100
Kerosin 63 79 39-72 39-65
VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa dapat disimpulkan bahwa :
Titik nyala dan titik api digunakan untuk mengetahui titik aman suhu untuk
penyimpanan dan pada temperature berapa bahan bakar itu dapat terbakar
Titik nyala kerosene : 60ºC
Titik api kerosene : 630C
Titik nyala solar : 790C
Titik api solar : 940C
o
API GRAVITY DAN TITIK ASAP
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menjelaskan pengertian dan peranan oAPI Gravity dan titik asap, solar dan
kerosene.
Menetukan oAPI Gravity dan titik asap yang dimiliki oleh solar dan
kerosene.
Karakteristik Kerosin
Karena kerosin digunakan sebagai bahan bakar lampu penerangan, maka salah
satu sifat yang terpenting bagi kerosin ialah bahwa kerosin harus dapat memberikan
intensitas terang nyala yang tinggi, dan sedikit mungkin memberikan asap yang dapat
mengganggu lingkungan. Uji baku yang berkaitan dengan ini ialah iji titik asap
(ASTM D-1322 : IP57) dan uji kualitas pembakaran.
Titik asap ialah tinggi nyala maksimum dalam milimeter dalam kerosin yang
dibakar dengan menggunakan uji baku tidak memberikan asap. Makin tinggi titik
asap, makin tinggi mutu kerosin. Asap yang ditimbulkan pada pembakaran kerosin
sibebakan senyawa aromat. Dewasa ini kerosin diindonesia menurut spesifikasi
pemasaran mempunyai titik asap minimum 16 mm, apabila ditentukan dengan
metode IP57, minimum 15 mm apabila ditentukan dengan metode ASTM D-1322
Sifat lain yang perlu diperhatikan ialah titik nyala, warna dan kadar belerang.
Ttitik nyala yang berkaitan dengan keamanan dengan menangani kerosin, ditetapkan
minimum titik nyala 105oF (ASTM D56). Kerosin harus berwarna jernih seperti air,
sehingga kerosin juga disebut water white distilate, warna saybolt (ASTM D-150)
50oF selama 3 jam hasilnya maksimum kadar belerang yang ditentukan dengan
metode lampu (ASTM D-1266). Menurut spesifikasi maksimum ditetapkan 0,2 %
berat, indonesia hanya memproduksi satu jenis kerosin.
KEROSINE
Minyak tanah (minyak gas; bahasa Inggris: kerosene atau paraffin)
adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia
diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150 °C dan
275 °C (rantai karbon dari C12 sampai C15).
Kerosene dipakai sebagai bahan bakar lampu penerangan dan bahan bakar
kompor untuk rumah tangga. Karena penggunaa utamanya untuk bahan bakar lampu
penerangan, maka kerosene harus memberikan intensitas nyala yang baik dan sedikit
mungkin timbulnya asap.
Kegunaan kerosin
Bahan Bakar rumah tangga
Burning oil, pembersih mesin, bahan pelarut
Bahan bakar pesawat turbin
Bahan bakar transportasi, dll
SOLAR/ DIESEL
Minyak diesel adalah fraksi minyak bumi yang mempunyai trayek titik didih
antara 200 - 350oC dan digunakan untuk bahan bakar mesin diesel. Mesin diesel
sistem penyalaannya tidak menggunakan busi, tetapi penyalaannya terjadi karena
suhu tinggi yang dihasilkan dari pemampatannya dengan udara didalam silinder
mesin. Oleh karena itu mesin diesel dirancang dengan perbandingan kompresi
(compression ratio) yang tinggi (diatas 12 : 1). Tekanan kompresi bisa mencapi 400 -
700 psi dan suhu udara setelah dimampatkan mencapai 1000oF atau lebih. Supaya
bahan bakar diesel dapat masuk kedalam silinder yang berisi udara bertekanan tinggi,
maka bahan bakar harus ditekan dengan pompa injektor sampai 20000 psi.
Bahan bakar diesel mempunyai sifat utama sebagai berikut :
Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan
Berbau
Encer dan tidak menguap dibawah temperatur normal
Mempunyai titik nyala tinggi (40oC-100oC)
Terbakar spontan pada 350oC, sedikit dibawah temperatur bensin yang
terbakar sendiri sekitar 500oC
Mempunyai berat jenis 0,82-0,86
Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10.500 kcal/kg)
Mempunyai kandungan sulfur lebih besar dibanding bensin
Spesifikasi Solar/ Diesel
O
API Gravity
Metoda yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan terhadap minyak dan
produknya adalah:
3. IP (Institute du Petrol)
o
API Gravity dan Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis oAPI Gravity menyatakan densitas atau berat per satuan volume suatu
zat. oAPI dapat diukur dengan Hidrometer (ASTM D-287), sedangkan berat jenis
dapat ditentukan dengan piknometer (ASTM D-941 dan D-1217). Pengukuran oAPI
Gravity dengan hidrometer dinyatakan dengan angka 0 s/d 100. Hubungan oAPI
Gravity dengan berat jenis adalah sebagai berikut:
141,5
°𝐴𝑃𝐼 𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦 = − 131,5
𝑆𝑝𝑔𝑟 60/60°𝐹
Satuan berat jenis dapat dinyatakan dengan lb/gal atau lb/barrel atau m3/ton.
Tujuan dilaksanakan pemeriksaan terhadap oAPI Gravity dan berat jenis adalah
untuk indikasi mutu minyak. Makin tinggi oAPI atau makin rendah berat jenis maka
minyak tersebut makin berharga, karena banyak mengandung bensin. Sebaliknya
o
makin rendah API maka mutu minyak makin rendah, karena lebih banyak
mengandung lilin.
Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi berarti minyak tersebut mempunyai
kandungan panas (heating value) yang rendah dan sebaliknya bila minyak
mempunyai berat jenis rendah berarti memiliki kandungan panas yang tinggi.
Derajat API (API Gravity) merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan
berat jenis minyak dan digunakan sebagai dasar klasifikasi minyak bumi yang paling
sederhana. Hubungan berat jenis dengan derajat api adalah saling berkebalikan.
Makin kecil berat jenis minyak bumi atau makin tinggi derajat APInya, makin
berharga minyak bumi itu karena lebih banyak mengandung bensin. Tinggi
rendahnya berat jenis minyak bumi juga berpengaruh pada viskositasnya. Pada
umumnya semakin tinggi derajat API atau makin ringan minyak bumi tersebut, makin
kecil viskositasnya. Tinggi rendahnya derajat API juga berpengaruh pada titik didih
minyak bumi, kalau API Gravity minyak bumi rendah, maka titik didihnya tinggi.
Demikian sebaliknya kalau derajat APInya tinggi, maka titik didihnya rendah, dan
juga lebih mudah terbakar atau mempunyai titik nyala yang lebih rendah daripada
yang derajat APInya rendah. Ternyata terdapat hubungan antara berat jenis dengan
nilai kalori minyak bumi, pada umumnya minyak bumi dengan API tinggi
menghasilkan kalori yang lebih kecil dari pada minyak bumi dengan API lebih
rendah.
Berdasarkan derajat API, minyak mentah dibagi kedalam lima jenis minyak mentah
yaitu: minyak mentah ringan, minyak mentah ringan sedang, minyak mentah berat
sedang, minyak mentah berat, minyak mentah sangat berat.
IV. LANGKAH KERJA
Percobaan titik asap kerosin dan solar
1. Mencelupkan sumbu yang telah dicelupkan (panjang > 125 mm) ke dalam
contoh dan memasukkan ke dalam tabung suhu, mencelupkan sekali lagi ke
dalam contoh.
2. Memasukkan 20 cc contoh yang bersih pada suhu kamar, ke dalam tempat
(tabung contoh).
3. Meletakkan tabung sumbu dan sumbunya ke dalam contoh tadi,
megusahakan supaya benar-benar rapat.
4. Memotong sumbu kira-kira 6 mm dari tabung sumbu, kemudian memasang
seluruh tabung pada sumbunya.
5. Menyalakan sumbu dan mengatur sumbunya sehingga tinggi nyala kira-kira
1 cm, dan membiarkan lampu menyala sampai 5 menit.menaikkan sumbu
sampai asap hilang.
6. Mencatat tinggi nyala sewaktu tepat tak mengeluarkan asap, sampai
ketelitian 0,3 mm.
Percobaan oAPI Gravity kerosin dan solar
1. Penentuan awal, Menetukan volume piknometer menggunaka ait pada 60 oF
2. Menimabng piknometer kosong
3. Mengisi piknometer kosong dengan sampel yang akan diperiksa
4. Menimbang piknometer setelah diisi dengan sampel
5. Memasukkan piknometer ke dalam beaker gelas yang berisi es pada
temperatur 60 oF
6. Menghitung berat jenis sampel.
V. DATA PENGAMATAN
Tabel titik asap/ Smoke Point
Titik Minimum Titik Maksimum Titik Asap
Sampel
(mm) (mm) (mm)
Kerosine 6 28 25
Solar 3 25 22
oAPI Gravity
Sampel oAPI Gravity
Solar 61.0340
Kerosene 54.5469
VI. PERHITUNGAN
Berat air = b – a
= (59,3413 – 33,7431) gr
= 25,5982 gr
𝑚 25,5982 gr
V = =
𝜌 0,999 gr / ml
= 25,6235 ml
2) oAPI kerosene pada suhu 15,5 oC
a. Berat piknometer kosong + termometer = 33,7431 gr
b. Berat piknometer + termometer = kerosene = 53,2142 gr
Berat =b–a
= (53,2142 - 33,7431) gr
= 19,4711 gr
m 19,4711gr
ρ =
v 25,6238ml
= 0,7598 gr/ml
141,5
o
API = − 131,5
𝑆𝑝𝑔𝑟 60⁄60 𝐹
141,5
= – 131,5
0,7598 gr / ml
0,999 gr / ml
= 54.5469
Berat =b–a
= (52,5578 - 33,7431) gr
= 18,8147 gr
m 18,8147 gr
ρ = =
v 25,6238ml
= 0,7342 gr/ml
141,5
o
API = − 131,5
𝑆𝑝𝑔𝑟 60⁄60 𝐹
141,5
= – 131,5
0,7342 gr / ml
0,999 gr / ml
= 61.0340
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan kal ini terdapat dua kali percobaan yaitu menentukan
o
titik asap/ smoke point dan penetuan API. Kedua percobaan tersebut
menggunakn sampel berupa kerosin dan solar. Pada percobaan penentuan titik
asap digunakan alat smoke point apparatus.
Prinsip kerja alat ini berdasarkan titik nyala yang dihasilkan oleh lampu
tanpa terjadi jelaga dalam alat ini terdapat tipikal nyala api yang dihasilkan
yaitu apiyang dihasilkan terdiri dari 3 puncak : Puncak maksimum,puncak
minimum, dan puncak tengah. Nilai dari titik asap pada sampel yang diuji yaitu
berada dalam puncak yang kedua atau puncak tengah.
Pada percobaan kedua adalah menetukan oAPI Gravity. Berat jenis dan
o
API Gravity menyatakan densitas atau berat jenis persatuan volume suatu zat.
Untuk menetukan nilai oAPI Gravity kita harus menetukan berat jenis zat
tersebut. Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan alat piknometer.
Dari alat tersebut kita dapat mengetahui volume dan dari suatu zat/minyak
bakar. Setelah berat jenis diketahui maka spesifik gravity dapat ditentukan
dengan membandingkannya dengan berat jenis air. Kemudian didapatkan oAPI
o
Gravity kerosin adalah 54,5469 dan solar 61,0340. API Gravity dapat
digunakan untuk menentukan kualitas minyak. Semakin tinggi nilai oAPI maka
kualitas dari minyak bakar tersebut akan semakin baik karena banyak
mengandung bensin.
VIII. KESIMPULAN
Pik Piknometer
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan peranan sifat fisik batubara
2. Menentukan densitas batubara
Sama halnya evaluasi batubara dapat dicapai dengan penentuan dari beberapa
propertis yang penting, disinipun berbagai propertis batubara telah disediakan
banyak informasi yang bernilai tentang potensi penggunaan batubara (Van
Krevelen, 1957). Tentu saja, itu juga merupakan propertis dari material-material
organik yang merupakan informasi bernilai yang menawarkan tentang perilaku
lingkungan (Lyman et al., 1990). Karenanya, adalah alasan yang baik untuk
mempelajari ciri khas daripada batubara tersebut.
Dalam pengertian yang lebih luas, merupakan suatu hal yang telah diterima
bahwa pada butiran alamiah dari batubara berperingkat tinggi adalah penting
untuk dapat dipahami sifat fisik alamiahnya jika ingin dimodelkan dengan
medium butiran yang mana terdiri dari graphite-like material embedded dalam
batasan matriks organik.
Propertis Fisik
Sebagai pertimbangan awal, perlunya mengenal sifat fisik secara tidak langsung
juga menerangkan tentang hubungannya dengan sifat kimia. Sebagai contoh,
ukuran pori batubara, yang mana merupakan sifat fisik batubara, merupakan
faktor utama dalam penentuan reaktivitas kimiawi batubara (Walker, 1981). Dan
efek kimiawi dari swelling indeks dan pengkokasan batubara memiliki efek
substansial pada penanganan batubara atau selama operasi konversi batubara.
Particle density adalah berat suatu unit volume padatan termasuk pori dan
rekahan (Mahajan dan Walker, 1978). Densitas partikel dapat ditentukan dengan
cara satu dari tiga metode; (1) mercury displacement (Gan et al, 1982), (2) aliran
gas (Ergun, 1951), atau (3) Silanization (Ettinger dan Zhupakhina, 1960).
Densitas batubara dapat bervariasi yang menunjukkan hubungan antara rank dan
kandungan karbon. Batubara dengan kandungan karbon 85% biasanya
menunjukkan suatu derajat ciri hidropobik yang lebih besar dari batubara berank
paling rendah.
Walaupun variasi densitas tidak begitu besar, umumnya densitas untuk maseral
(memilki kandungan karbon yang sama) adalah exinite
B.In-Place Density
Dalam standar ASTM D291 dinyatakan dalam berat batubara tercrusher per
kubik feet, yang mana bervariasi dengan ukuran partikel batubara dan dengan
cara pengisian dalam sebuah container.
3 Piknometer+Typol 163,39
4 Piknometer+Typol+Batubara 163,44
5 Piknometer+Typol+Batubara(Setelah 163,51
Mengendap)
VI. Perhitungan
P = 163,39 gram
W1 = 163,51 gram
0,98643
=
0,884
=1,1158 gram/ml
VII. Analisis Percobaan
VIII. Kesimpulan
https://www.scribd.com/penentuan_kadar_densitas_batubara.html (diakses
pada tanggal 28 Oktober 2019)
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui fraksi-fraksi minyak bumi yang dihasilkan sebagai distilat
dan residu
2. Menjelaskan mengenai titik didih fraksi-fraksi tersebut
Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin parafin dengan aspal sebagai
residu utama. Minyak dasar aspal sangat dominan mengandung aromatik. Kandungan
sulfur, oksigen dan nitrogen relatif lebih tingggi dibandingkan dengan minyak-
minyak dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat cocok untuk
memproduksi gasolin yang berkualitas tinggi, minyak pelumas mesin dan aspal.
Fraksi-fraksi ringan dan menengah mengandung presentase naftalen yang tinggi.
Minyak dasar paraffin mengandung sangat sedikit aspal, sehingga sangat baik
sebagai sumber untuk memproduksi lilin paraffin, minyak pelumas motor dan kerosin
dengan kualitas tinggi.
Minyak dasar campuran mengandung sejumlah lilin dan aspalsecara
bersamaan. Produk yang dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah kualitasnya
dibandingkan dengan dua tipe minyak di atas.
Berdasarkan jarak titik didih tiap fraksi yang dihasilkan, maka susunan
molekul menurut jumlah atom karbon dari fraksi dan produk akhir kilang dapat
dilihat pada tabel 1.
Fraksi / Produk Jarak Didih, 0C Jumlah Atom Karbon
dalam Molekul Minyak
Gas-gas <30 C1 – C4
Gasolin 30 – 210 C5 – C12
Nafta 100 – 200 C8 – C12
Kerosin dan avtur 150 – 250 C11 – C13
Diesel dan fuel oil 160 – 400 C13 – C17
Gas oil 220 – 345 C17 – C20
Fuel oil berat 315 – 540 C20 – C45
Atm residu >450 >C30
Vac residu >650 >C60
Gas < 80
Sisa: 1. Minyak bisa menguap : Minyak-minyak pelumas, lilin, parafin dan vaselin.
2. Bahan yang tidak bisa menguap : aspal dan arang minyak bumi.
a. Fraksi Gas
Gas alam dapat diperoleh secara terpisah maupun bersama-sama dengan
minyak bumi. Gas alam sebagian besar terdiri dari alkana berantai karbon rendah
yaitu antara lain metana, etana, propana, butana dan iso-butana. Gas alam dapat
dipergunakan sebagai:
Karbon hitam (Carbon black) adalah arang harus yang dibuat oleh
pembakaran yang tidak sempurna. Pegunaannya antara lain sebagai :
- Bahan dalam pembuatan cat, tinta cetak dan tinta Gina.
- Zat pengisi pada karet terutama dalam pembuatan ban-ban mobil dan sepeda.
Karbon hitam dibuat dengan membawa nyala gas bumi ke sebuah bidang
datar yang didinginkan, arang yang terbentuk kemudian dipisahkan dari bidang ini
dan dibagi berdasarkan kehalusannya. Metana yang mengandung 75% karbon akan
menghasilkan 4 atau 4,5% zat penghitam dan sisanya hilang sebagai asap, zat asam
arang dan sebagainya.
3. Tujuan-tujuan Sintesis
Hasil sintesis dibuat dengan oksidasi zat-zat hidrokarbon dari gas alamo
Proses pembuatan lainnya, yaitu :
- Pembuatan zat cair dari metana.
- Pembuatan bensin-bensin untuk kapal terbang yang bernilai tinggi dengan
caramenggandeng (alkylering) iso-butana dengan butena-butena.
b. Bensin
Bensin dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain yaitu ;
1. Penyulingan langsung dari minyak bumi (bensin straight run), dimana
kualitasnya tergantung pada susunan kimia dari bahan-bahan dasar. Bila
mengandung banyak aromatik-aromatik dan napthen-naphten akan
menghasilkan bensin yang tidak mengetok (anti knocking).
2. Merengkah (cracking) dari hasil-hasil minyak bumi berat, misalnya dari
minyak gas dan residu.
3. Merengkah (retor ming) bensin berat dari kualitas yang kurang baik.
4. Sintesis dari zat-zat berkarbon rendah.
Bensin biasanya digunakan sebagai :
* Kadar belerang
Kerugian yang disebabkan bila kadar belerang terlalu tinggi, adalah :
- Memberikan bau yang tidak enak dari gas-gas yang dihasilkan.
- Mengakibatkan korosi dari bagian-bagian logam, seperti rusaknya silinder-silinder
yang disebabkan oleh asam yang mengembun pada didnding silinder.
- Mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap bilangan oktan.
C. Kerosin
Pemakaian kerasin sebagai penerangan di negara-negara maju semakin
berkurang, sekarang kerasin digunakan untuk pemenasan. Pemakaian terpenting dari
kerasin antara lain:
1. Minyak Lampu
Kerosin sebagai minyak lampu dihasilkan dengan jalan penyulingan langsung,
sifatsifat
yang harus diperhatikan bila kerasin digunakan sebagai minyak lampu adalah :
* Warna
Kerosin dibagai dalam berbagai kelas warna:
- Water spirit (tidak berwarna) - Prime spirit - Standar spirit
Di India, pemakai di pedalaman tidak mau membeli kerosin putih karena mengira ini
adalah air dan mengira hanya yang berwarna kuning atau sawo matang saja yang
dapat membakar dengan baik.
* Sifat bakar
Nyala kerasin tergantung pada susunan kimia dari minyak tanah :
- Jika mengandung banyak aromatik maka apinya tidak dapat dibesarkan karena
mulai berarang.
- Alkana-alkana memiliki nyala api yang paling baik.
- Sifat bakar napthen terletak antara aromatik dan alkana.
* Viskositas
Minyak dalam lampu kerasin mengalir ke sumbu karena adanya gaya kapiler
dalam saluran-saluran sempit antara serat-serat sumbu. Aliran kerosin tergantung
pada viskositas yaitu jika minyak cair kental dan lampu mempunyai tinggi-naik yang
besar maka api akan tetap rendah dan sumbu menjadi arang (hangus) karena
kekurangan minyak.
* Kadar belerang
Sama seperti kadar belerang pada bensin.
2. Bahan bakar untuk pemanasan untuk memasak
Macam-macam alat pembakar kerosin:
- Alat pembakar dengan sumbu gepeng: baunya tidak enak.
- Alat pembakar dengan sumbu bulat: mempunyai pengisian hawa yang dipusatkan.
- Alat pembakar dengan pengabutan tekan: merek dagang primus
d. Minyak Gas
Minyak gas pada awalnya banyak digunakan sebagai penerangan dalam
gerbong kereta api, tetapi sekarang sebagian telah diganti oleh listrik karena lebih
mudah dipakai dan sedikit bahaya kebakaran jika ada kecelakaan kereta api.
Minyak gas juga digunakan sebagai :
Bahan bakar untuk motor diesel.
Pesawat-pesawat pemanasan pusat otomatis dengan nama minyak bakar untuk
keperluan rumah tangga, biasanya adalah minyak gas tanpa bagian-bagian
residual.
Seperti pada bensin untuk menaikkan bilangan oktan pada minyak gas maka perlu
ditambahkan :
Persenyawaan yang mengandung banyak sekali zat asam, misalnya amilnitrit
dan etilnitrit. Untuk memperoleh hasil yang nyata maka persentasenya harus
besar yaitu kira-kira 5% sehingga pemakaian senyawa ini menjadi mahal.
Persenyawaan yang penggunaannya lebih sedikit peroksida (peroxyden) dan
berbagai persenyawaan organik, dipakai 0,5% untuk menaikkan 10 atau 15
titik bilangan oktan.
e. Minyak Bakar
Walaupun setiap minyak yang dibakar dapat dinamakan minyak bakar tetapi
nama ini biasanya hanya digunakan untuk bahan bakar residual dan untuk bahan
bakar sulingan. Bahan bakar residua! biasanya diperoleh dengan cara mengentalkan
minyak bumi atau merengkah minyak gas dan residu minyak tanah. Bahan bakar
digunakan sebagai :
Motor diesel tipe besar.
Minyak yang dinyalakan dengan pembakar dalam tungku masak
Pengerjaan panas dari logam
Mencairkan hasil perindustrian
* Kadar belerang
Lebih penting pada minyak diesel daripada minyak bakar karena pada minyak disesi
belerang dapat menyebabkan kerusakan silinder dan kerosi dari sistem buang.
* Titik beku
- Mempunyai titik beku maksimal tertentu.
- Biasanya titik beku tergantung pada perlakuan terlebih dahulu yang dikerjakan
terhadap bahan.
Menara destilasi
Di menara inilah terjadi proses destilasi (penyulingan). Yaitu proses
pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah. Prinsip dasar
penyulingan bertingkat adalah perbedaan titik didih di antara fraksi-fraksi minyak
mentah. Jika selisih titik didih tidak berbeda jauh maka penyulingan tidak dapat
diterapkan Hidrokarbon yang memiliki titik didih paling rendah akan terpisah lebih
dulu, disusul dengan hidrokarbon yang memiliki titik didih lebih tinggi.
Menara Distilasi
Destilasi Fraksinasi Minyak Bumi
Meskipun komposisinya kompleks, terdapat cara mudah untuk memisahkan
komponen-komponennya berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya, yang disebut
proses distilasi bertingkat. Destilasi merupakan pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Diagram pemisahan komponen-komponen
minyak bumi dengan cara destilasi ditunjukkan oleh gambar di bawah.
Deskripsi Proses Crude Distillaton Unit (CDU) CDU merupakan bagian unit
proses dari sebuah kilang minyak di Indonesia dengan kapasitas 1700 ton/hari. Unit
ini berfungsi untuk memisahkan fraksi – fraksi dari crude oil. Proses pengolahannya
dilakukan dengan cara memisahkan fraksi–fraksinya atas dasar perbedaan titik didih
pada tekanan atmosfer.
Feed yaitu crude oil dipompa menuju preheater furnace yang kemudian dipompa
lagi menuju furnace dan kemudian masuk ke evaporator untuk memisahkan crude oil
yang berupa uap dan liquid, produk bawah evaporatortersebut kemudian dipompa
menuju furnace kedua untuk memanaskannya lagi dan menjadikannya berfase uap
sebelum dimasukkan ke kolom C-4. Sementara produk atas dari evaporator langusng
dialirkan ke kolom C-1 yang kemudian mengalami proses distilasi pada kolom C-1
menghasilkan produk atas yang langsung masuk sebagai feed di kolom C-3, produk
bawahnya dialirkan ke kolom C-4 sebagai feed dan juga aliran refluksuntuk kolom C-
4. Produk samping C-1 ada yang langsung dialirkan menuju kolom C-2 dan ada yang
dikembalikan ke kolom C-1 sebagai aliran refluks. Produk atas kolom C-2
digabungkan denganproduk samping kolom C-1 yang dialirkan kembali ke kolom C-
1 sebagai aliran refluks, sementara produk bawahnya yaitu Light Kerosene
Distillate(LKD) langsung dialirkan ke tangki penampung untuk diolah di unit
berikutnya. Pada kolom C-4 terjadi proses distilasi yang menghasilkan produk atas
berupa gas yang ditampung di tangk itertentu untuk diproses lebih lanjut, produk
samping yaitu Light Cold Test (LCT) sebagian langsung ditampung dan sebagian
dikembalikan ke kolom sebagai aliran refluks, sementara produk bawahnya adalah
residu yang langsung ditampung di tangki untuk diolah lebih lanjut pada High
Vacuum Unit (HVU) untuk memisahkan fraksi-fraksinya. Hal ini dilakukan karena
residu terdiri dari komponen–komponen yang mempunyai titik didih tinggi, sehingga
bila dilakukan pada tekanan atmosferik diperlukan temperatur operasi yang tinggi,
padahal pada temperatur tinggi sebagian residu akan mengalami perekahan.Produk
atas dari kolom C-1 yang dialirkan ke kolom C-3 didistilasi lebih lanjut menghasilkan
produk atas dari kolom C-3 yang dipisahkan lebih lanjut di dalam separator untuk
menghasilkan off gas, crude butane dan straight run top. Sementara produk bawahnya
dialirkan ke kolom C-1 sebagai feed dan produk sampingnya adalah nafta yang
sebagian dikembalikan dalam kolom sebagai aliran refluks dan sebagian lagi
langsung ditampung pada tangki untuk diolah di unit berikutnya.
PARAMETER KUALITAS BAHAN BAKAR
Crude Oil
Alat destilasi
DISTILASI ASTM D-86
I. Tujuan
- Menjelaskan pengertian dan peranan titik didih petroleum ether dan bensin
berdasarkan ASTM D-86
- Menentukan titik didih yan dimiliki oleh petroleum ether dan bensin
- Menyelesaikan perhitungan untuk menentukan panas laten penguapan
a. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline, nafta dan
kerosin adalah dengan metode ASTM D-86, untuk bensin alam dengan ASTM D-
216, dan untuk gas oil dengan ASTM D-158.Distilasi laboratorium dilakuakn pada
volume 100 ml dengan kecepatan tetesan yang keluar adalah 5 ml/menit.Suhu uap
mula – mula menetes (setelah mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Pint).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang bagaimana
fraksi – fraksi seperti komponen gasoline, bahan bakar jet, minyak diesel dapat
diambil dari minyak mentah yang disajikan melalui kinerja dan volatilitas dalam
bentuk persen penguapannya.
Fraksi – fraksi tv =
𝑡0 + 4𝑡50 + 𝑡100
tv =
𝑡10 + 2𝑡50 + 𝑡90
6 4
Titik didih rata – rata yang lain dapat dihitung menggunakan VABP dan sudut
garis miring (slpoe) dari grafik 5 – 4 dan 5 – 5 Nelson. Slpoe dapat dihitung dengan
𝑡70 − 𝑡10
rumus sebagai berikut : S = , oF / %
70 − 10
Hubungan antara titik didih rata – rata molal ( MABP) dan titik didih rata – rata
volumetrik (VABP) terhadap sifat – sifat fisik lain seperti o
API gravity, berat
molekul, faktor karakteristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat pada grafik
5 – 9 s/d 5 – 12 Nelson.
1. Refluks yang terjadi dari hasil pengembunan uap didaerah leher labu distilasi
relatif sedikit, sehingga fraksionasinya tidak berjalan sempurna
2. Fraksi minyak bumi yang dianalisa titik didih awalnya yang nyata (aktual)
lebih rendah dari IBP yang dicatat, demikian pula sebaliknya dengan FBP nya
3. Distilasi dilakukan pada tekanan atmosfir, sehingga temperatur distilasi
maksimum hanya dapat dicapai pada saat mulai terjadi secara perengkahan
thermal
4. Angka hasil analisa bukan merupakan angka yang mutlak karena
termometernya tidak sepenuhnya terkena radiasi atau konveksi panas yang
merata
V. Data Pengamatan
Temperatur 63 64 64 64 64 66 67 68 71 77
(°C)
Temperatur 145,4 147,2 147,2 147,2 147,2 150,8 152,6 154,4 159,8 170,6
(0F)
Volume 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Distilat
Keterangan :
a. Temperatur operasi
Temperatur operasi
=(145,4+147,2+147,2+147,2+147,2+150,8+152,6+154,4+159,8+170,6)0F / 10
= 152,24oF
= 84,86
Penyelesaian :
Tahap 1
t10 + 2t50 + t90
Mencari nilai VABP = 4
147,2+2(150,8)+ 170,6
= 4
o
= 154,85 F
𝑡70−𝑡10
Slope = 60
154,4 ℉−147,2 ℉
= 60
= 0,12
Dari grafik 3.6 = terhadap slope dan VABP, maka didapat factor koreksi-8
Tahap 2
BM Petroleum eter (grafik hal 21) = terhadap MeABP dan oAPI maka
didapat = 89
Tahap 3
Panas laten n-parafin (grafik hal 96) terhadap tekanan uap n-parafin
𝑃𝑐 𝑛−𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛
= x tekanan uap petroleum
𝑃𝑐 𝑠𝑒𝑚𝑢
29,6𝑎𝑡𝑚
= 29,26 𝑎𝑡𝑚 x 1,5 atm = 1,5174 atm
84
= x 147 Btu/lb
89
= 138,7415 Btu/lb
VII. Analisa Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa distilasi ASTM
D-86, bahn yang digunakan adalah petroleum.Distilasi (American Society for Testing
Material) ASTM D-86 dilakukan untuk pengawasan pengendalian pada proses dan
operasi pemisahan terutama menyangkut kualitas produk yang dihasilkan. Distilasi
ASTM D-86 biasanya dilakukan untuk gasoline, nafta dan kerosin.Pada saat
praktikum, petroleum yang digunakann sebanyak 100 ml, kemudian petroleum tadi
dimasukkan ke dalam lanu bundar lalu merangkai peralatan destilasi.Pada destilasi
ASTM D-86 ini menggunakan gelas ukur sebagai tempat penampung destilat hasil
dari distilasi.
Kemudian melakukan proses distilasi. Kecepatan tetesan distilast yang keluar
dicatat pada selang waktu 10 ml. Setelah selang waktu 10 ml suhu pada labu bundar
dicatat.Suhu mula – mula setelah menetes disebut IBP (Indeks Boling Point).IBP nya
63oC.Suhu uap dijaga sekitar 20oC agar tidak menguap dan agar tidak terjadi
pengembunan.
Dan pada percobaan ini tujuannya adalah untuk mengetahui titik didih sampel
petroleum dan menghitung panas laten penguapan.
Perhitungan panas laten penguapan dan API gravity dilakukan untuk
mengetahui kualitas minyak. Seperti yang diketahui distilasi ASTM D-86 adalah
suatu metode yang sering digunakan untuk operasi pemisahan fraksi yang
berhubungan dengan kualitas produk. Dan dari hasil percobaan petroleum ether yang
diuji tersebut memiliki kualitas yang tinggi dan bagus.
VIII. Kesimpulan
Gambar alat
Seperangkat Peralatan Pistilasi ASTM D-86