Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM MINYAK DAN GAS BUMI

DI SUSUN OLEH :

Kelompok I

Kelas 5 EGC

INSTRUKTUR: Zurohaina, S.T., M.T.

Ahmad Amirullah 061740411812


Anis Khansa Putri 061740411814
Diah Iswandari 061740411816
Dicky Irawan 061740411817
Heru Afriansyah 061740411820
Ivo Renita 061740411821
Kms.David Sapalian 061740411823
Muhammad Fadhil Fadli 061740411826
Rika Damayati 061740411829
Sapril Berlian 061740411831

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ENERGI

2019 / 2020
TITIK NYALA DAN TITIK API

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan peranan titik nyala, titik api solar dan kerosin
2. Menentukan titik nyala, titik api yang dimiliki solar dan minyak tanah

II. BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN


- Bahan yang digunakan :
1. Solar Secukupnya
2. Kerosin Secukupnya
- Alat yang digunakan :
1. Termometer 1 buah
2. Glass Nozzle 1 buah
3. Hot Plate 1 buah
4. Cover plate for flame point 1 buah
5. Klem, bisshed, joint clip 1 buah
III. TEORI
Metoda yang digunakan untuk pemeriksaan terhadap minyak dan produknya
adalah :
1. ASTM ( American Society for Testing Material )
2. API ( American Petroleum Institute )
3. IP ( Institute du Petrol )
4. ISI ( Indian Specification Institute )
Macam-macam pemeriksaan rutin yang dilakukan dilaboratorium
dimaksudkan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pada proses dan
operasi pengilangan terutama menyangkut kualitas produk yang dihasilkan.
Pemeriksaan rutin tersebut antara lain meliputi :
- Titik Nyala dan Titik Api
Titik nyala atau flash point adalah suhu dimana uap berada di atas minyak
dapat menyala sementara atau meledak seketika kalau ada api, sedangkan titik api
atau fire point adalah suhu di mana uap yang berada di atas minyak akan cepat
terbakar seluruhnya secara terus menerus.
Titik nyala dan titik api menunjukkan indikasi jarak titik didih, dimana pada
suhu tersebut minyak akan aman untuk dibawa tanpa adanya bahaya terhadap api (
tidak terjadi kebakaran ). Peralatan umum yang digunakan untuk pemeriksaan titik
nyala dan titik api adalah open cup ( ASTM-D56 ) dan ( ASTM-D93 ) untuk
pemeriksaan minyak berat, sedangkan peralatan Tag-Tester ( ASTM-D56 ) dipakai
untuk pemeriksaan minyak-minyak ringan.
Minyak-minyak berat akan diperiksa dipanaskan pada keacepatan 100 F per
menit, sedangkan untuk minyak ringan pada kecepatan 1,80F/menit. Pada tiap
pemeriksaan nyala api dimasukkan ke dalam uap selama selang waktu 30 detik, lalu
suhu dicatat.

- KEROSEN ( Minyak tanah )


Kerosen atau minyak tanah adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan
mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada
1500 C dan 2750 C ( rantai karbon dari C12 sampai C15 ). Pada suatu waktu dia banyak
digunakan sebagai bahan bakar mesin jet ( lebih teknikal avtur , jet-A, jet-B, JP-4
atau JP-8 ). Sebuah bentuk dari minyak tanah dikenal sebagai RP-1 dibakar dengan
oksigen cair sebagai bahan bakar roket. Nama kerosene diturunka dari bahasaYunani
Keros( malam ).
Biasanya minyak tanah didistilasi langsung dari minyak mentah
membutuhkan peralatan khusus, dalam sebuah unti merox atau hidrotreater, untuk
mengurangi kadar belerang dan pengaratannya. Minyak tanah dapat juga diproduksi
oleh hydrocracker yang digunakan untuk memperbaiki kualitas bagian dari minyak
mentah yang akan bagus untuk bahan bakar minyak,

- DIESEL ( Solar )
Diesel adala salah satu jenis bahan bakar minyak. Di Indonesia, Diesel lebih
di kenal dengan nama solar. Diesel khusus digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel, sebuah mesin yang diciptakan oleh Rudolf Diesel dan disempurnakan oleh
Charles F.Kettering.
Diesel digunakan dalam mesin diesel ( mobil, kapal, sepeda motor, dll )sejenis
mesin pembakaran dalam. Rudolf Diesel awalnya mendesain mesin diesel untuk
menggunakan batu bara sebagai bahan bakar, namun ternyata minyak lebih efektif.

Sifat-Sifat Fisik Bahan Bakar

Bahan bakar cair seperti minyak tungku/ furnaceoil dan LSHS (low sulphur heavy
stock) terutama digunakan dalam penggunaan industri. Berbagai sifat bahan bakar
cair diberikan dibawah ini.
1.1. Densitas

Densitas didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan bakar terhadap volum


bahan bakar pada suhu acuan 15°C. Densitas diukur dengan suatu alat yang disebut
hydrometer. Pengetahuan mengenai densitas ini berguna untuk penghitungan
kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas adalah kg/m.

1.2 Specific gravity


Didefinisikan sebagai perbandingan berat dari sejumlah volum minyak bakar
terhadap berat air untuk volum yang sama pada suhu tertentu. Densitas bahan bakar,
relatif terhadap air, disebut specific gravity. Specific gravity air ditentukan sama
dengan 1. Karena specificgravity adalah perbandingan, maka tidak memiliki satuan.
Pengukuran specific gravity biasanya dilakukan dengan hydrometer. Specific gravity
digunakan dalam penghitungan yang melibatkan berat dan volum. Specific gravity
untuk berbagai bahan bakar minyak diberikan dalam tabel dibawah:

1.3 Viskositas

Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap aliran. Viskositas
tergantung pada suhu dan berkurang dengan naiknya suhu. Viskositas diukur dengan
Stokes /Centistokes. Kadang-kadang viskositas juga diukur dalam Engler, Saybolt
atau Redwood.Tiap jenis minyak bakar memiliki hubungan suhu – viskositas
tersendiri. Pengukuran viskositas dilakukan dengan suatu alat yang disebut
Viskometer.

Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan dan penggunaan
bahan bakar minyak. Viskositas mempengaruhi derajat pemanasan awal yang
diperlukan untuk handling, penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan. Jika
minyak terlalu kental,maka akan menyulitkan dalam pemompaan, sulit untuk
menyalakan burner, dan sulit dialirkan. Atomisasi yang jelek akam mengakibatkan
terjadinya pembentukan endapan karbon pada ujung burner atau pada dinding-
dinding. Oleh karena itu pemanasan awal penting untuk atomisasi yang tepat.
1.4 Titik Nyala

Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar dapat
dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar bila dilewatkan suatu nyala
api. Titik nyala untuk minyak tungku/ furnace oil adalah 66 0C.

1.5 Titik Tuang

Titik tuang suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar akan
tertuang atau mengalir bila didinginkan dibawah kondisi yang sudah ditentukan. Ini
merupakan indikasi yang sangat kasar untuk suhu terendah dimana bahan bakar
minyak siap untuk dipompakan.

1.6 Panas Jenis

Panas jenis adalah jumlah kKal yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 kg minyak
sebesar 10C. Satuan panas jenis adalah kkal/kg0C. Besarnya bervariasi mulai dari 0,22
hingga 0,28 tergantung pada specific gravity minyak. Panas jenis menentukan berapa
banyak steam atau energi listrik yang digunakan untuk memanaskan minyak ke suhu
yang dikehendaki. Minyak ringan memiliki panas jenis yang rendah, sedangkan
minyak yang lebih berat memiliki panas jenis yang lebih tinggi.

1.7 Nilai Kalor

Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan., dan diukur sebagai
nilai kalor kotor/ gross calorific value atau nilai kalor netto/ nett calorific value.
Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap air yang dihasilkan
selama proses pembakaran. Nilai kalor kotor/. gross calorific value (GCV)
mengasumsikan seluruh uap yang dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya
terembunkan/terkondensasikan. Nilai kalor netto (NCV) mengasumsikan air yang
keluar dengan produk pengembunan tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar
harus dibandingkan berdasarkan nilai kalor netto. Nilai kalor batubara bervariasi
tergantung pada kadar abu, kadar air dan jenis batu baranya sementara nilai kalor
bahan bakar minyak lebih konsisten. GCV untuk beberapa jenis bahan bakar cair
yang umum digunakan terlihat dibawah ini:
1.8 Sulfur

Jumlah sulfur dalam bahan bakar minyak sangat tergantung pada sumber minyak
mentah dan pada proses penyulingannya. Kandungan normal sulfur untuk residu
bahan bakar minyak (minyak furnace) berada pada 2 - 4 %.

1.9 Kadar Abu

Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam bahan bakar
minyak. Kadar abu pada distilat bahan bakar diabaikan. Residu bahan bakar memiliki
kadar abu yang tinggi. Garam- garam tersebut mungkin dalam bentuk senyawa
sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi, alumunium, nikel, dll.

Umumnya, kadar abu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %. Abu yang berlebihan dalam
bahan bakar cair dapat menyebabkan pengendapan kotoran pada peralatan
pembakaran. Abu memiliki pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan
kerusakan pada refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan korosi suhu tinggi
dan penyumbatan peralatan.

1.10 Residu Karbon

Residu karbon me mberikan kecenderungan pengendapan residu padat karbon pada


permukaan panas, seperti burner atau injeksi nosel, bila kandungan yang mudah
menguapnya menguap. Residu minyak mengandung residu karbon 1 persen atau
lebih.

1.11 Kadar Air

Kadar air minyak tungku/furnace pada saat pemasokan umumnya sangat rendah
sebab produk disuling dalam kondisi panas. Batas maksimum 1% ditentukan sebagai
standar. Air dapat berada dalam bentuk bebas atau emulsi dan dapat menyebabkan
kerusakan dibagian dalam permukaan tungkuselama pembakaran terutama jika
mengandung garam terlarut. Air juga dapat menyebabkan percikan nyala api di ujung
burner, yang dapat mematikan nyala api, menurunkan suhu nyala api atau
memperlama penyalaan.

IV. LANGKAH KERJA

 Menyusun alat
 Mengisi breaker dengan solar yang telah dingin
 Memanaskan dengan laju pemanasan 3-40 C per menit
 Jika nyala warna biru kelihatan bearti ini menunjukkan titik nyala dan jika
nyala terus membakar, ini menunjukkan bahwa titik bakar/api.

V. DATA PENGAMATAN
Titik Api(ºC) Titik Titik Api(ºC) Titik
Sampel Secara praktek Nyala(ºC) Secara teori Nyala(ºC)
Secara praktek Secara teori
Solar 94 60 51-60 40-100
Kerosin 63 79 39-72 39-65

VI. ANALISA PENGAMATAN


Setelah melakukan percobaan titik nyala dan titik api pada kerosene dan solar
diketahui bahwa secara actual titik nyala solar lebih besar dibanding kerosin, di mana
temperature titik nyala solar ialah 790C, sedangkan titik nyala pada kerosin kurang
lebih 600C. Secara teoritis titik nyala kerosin adalah 39-650C dan titik nyala pada
solar 40-1000C.
Jika dibandingkan antara nilai secara teoritis dengan niali secara actual
didapatkan nilai rentang atau perbedaan yang tidak terlalu jauh. Hal ini disebabkan
oleh beberapa factor, yaitu mutu dari bahan baku masih baik dan juga ketelitian
dalam pengamatan terhadap titik nyala itu sendiri, titik nyala itu sendiri digunakan
untuk mengetahui sampai temperature berapa titik aman atau ketahanan dari bahan
bakar terhadap kebakaran dari bahan bakar itu sendiri dan juga untuk penyimpanan
bahan bakar.
Titik api pada kerosene didapat 630C dan titik api pada solar ialah 940C dalam
pengambilan data tersebut ketika api telah berwarna biru maka temperature yang
tercatat merupakan titik api dari bahan bakar tersebut. Solar memiliki titik api yang
tinggi sehingga solar lebih sulit meledak atau terbakar dari bensin. Solar perlu ddalam
kondisi tekanan tinggi sebelum bisa terbakar, oleh karena itu mesin solar dan bensin
itu berbeda.

VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa dapat disimpulkan bahwa :
 Titik nyala dan titik api digunakan untuk mengetahui titik aman suhu untuk
penyimpanan dan pada temperature berapa bahan bakar itu dapat terbakar
 Titik nyala kerosene : 60ºC
 Titik api kerosene : 630C
 Titik nyala solar : 790C
 Titik api solar : 940C
o
API GRAVITY DAN TITIK ASAP

I. TUJUAN PERCOBAAN
 Menjelaskan pengertian dan peranan oAPI Gravity dan titik asap, solar dan
kerosene.
 Menetukan oAPI Gravity dan titik asap yang dimiliki oleh solar dan
kerosene.

II. ALAT DAN BAHAN


1. oAPI Gravity/berat jenis
Alat yang digunakan
 Hidrometer
 Piknometer
 Termometer
 Gelas Kimia
Bahan yang digunakan
 Kerosine
 Solar
2. Titik Asap
Alat yang digunakan
 Seperangkat alat penentuan titik asap
Bahan yang digunakan
 Solar
 Kerosene
III. DASAR TEORI
Titik asap (smoke point) adalah tinggi nyala yang dapat dohasilkan oleh
lampu standar tanpa lengas (jelaga), titik asap ini diperlukan dalam spesifikasi
kerosin dan minyak-minyak bakar. Titik asap ditentukan dengan cara membakar
contoh kerosin atau bahan jet dalam lampu titik asap.
Nyala dibesarkan dengan jalan menaikkan sumbu sampai timbul asap,
kemudian nyala dikecilkan sampai asap tepat hilang. Tinggi nyala dalam keadaan
terakhir ini dalam satuan mm adalah titik asap sampel. Asap terutama disebabkan
oleh senyawa aromatik dalam bahan minyak.
Kepentingan smoke point dalam praktek ialah untuk menentukan kualitas
kerosin yang penggunaan utamanya adalah sebagai bahan bakar lampu penerangan.
Kerosin yang baik harus mempunyai titik asap tinggi, sehingga nyala api bahan bakar
kerosin ini dapat dibesarkan dengan kecenderungan untuk memberikan asap yang
kecil. Pada penentuan smoke point (titip asap) ini menggunakan metode smoke point
ASTM D-1322.

Karakteristik Kerosin
Karena kerosin digunakan sebagai bahan bakar lampu penerangan, maka salah
satu sifat yang terpenting bagi kerosin ialah bahwa kerosin harus dapat memberikan
intensitas terang nyala yang tinggi, dan sedikit mungkin memberikan asap yang dapat
mengganggu lingkungan. Uji baku yang berkaitan dengan ini ialah iji titik asap
(ASTM D-1322 : IP57) dan uji kualitas pembakaran.
Titik asap ialah tinggi nyala maksimum dalam milimeter dalam kerosin yang
dibakar dengan menggunakan uji baku tidak memberikan asap. Makin tinggi titik
asap, makin tinggi mutu kerosin. Asap yang ditimbulkan pada pembakaran kerosin
sibebakan senyawa aromat. Dewasa ini kerosin diindonesia menurut spesifikasi
pemasaran mempunyai titik asap minimum 16 mm, apabila ditentukan dengan
metode IP57, minimum 15 mm apabila ditentukan dengan metode ASTM D-1322
Sifat lain yang perlu diperhatikan ialah titik nyala, warna dan kadar belerang.
Ttitik nyala yang berkaitan dengan keamanan dengan menangani kerosin, ditetapkan
minimum titik nyala 105oF (ASTM D56). Kerosin harus berwarna jernih seperti air,
sehingga kerosin juga disebut water white distilate, warna saybolt (ASTM D-150)
50oF selama 3 jam hasilnya maksimum kadar belerang yang ditentukan dengan
metode lampu (ASTM D-1266). Menurut spesifikasi maksimum ditetapkan 0,2 %
berat, indonesia hanya memproduksi satu jenis kerosin.

KEROSINE
Minyak tanah (minyak gas; bahasa Inggris: kerosene atau paraffin)
adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia
diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150 °C dan
275 °C (rantai karbon dari C12 sampai C15).
Kerosene dipakai sebagai bahan bakar lampu penerangan dan bahan bakar
kompor untuk rumah tangga. Karena penggunaa utamanya untuk bahan bakar lampu
penerangan, maka kerosene harus memberikan intensitas nyala yang baik dan sedikit
mungkin timbulnya asap.

Kegunaan kerosin
 Bahan Bakar rumah tangga
 Burning oil, pembersih mesin, bahan pelarut
 Bahan bakar pesawat turbin
 Bahan bakar transportasi, dll

Syarat-syarat utama pada kerosin


 Syarat pembakaran
 Syarat kebersihan
 Syarat penguapan
 Syarat keselamatan

Syarat pembakaran, kerosin harus memberi nyala yang sempurna, tidak


mengeluarkan asap dan menghasilkan panas yang tinggi.
Syarat pembakaran melalu uji :
 Smoke point, ASTM D-1322
 Char Value, IP-10

SOLAR/ DIESEL
Minyak diesel adalah fraksi minyak bumi yang mempunyai trayek titik didih
antara 200 - 350oC dan digunakan untuk bahan bakar mesin diesel. Mesin diesel
sistem penyalaannya tidak menggunakan busi, tetapi penyalaannya terjadi karena
suhu tinggi yang dihasilkan dari pemampatannya dengan udara didalam silinder
mesin. Oleh karena itu mesin diesel dirancang dengan perbandingan kompresi
(compression ratio) yang tinggi (diatas 12 : 1). Tekanan kompresi bisa mencapi 400 -
700 psi dan suhu udara setelah dimampatkan mencapai 1000oF atau lebih. Supaya
bahan bakar diesel dapat masuk kedalam silinder yang berisi udara bertekanan tinggi,
maka bahan bakar harus ditekan dengan pompa injektor sampai 20000 psi.
Bahan bakar diesel mempunyai sifat utama sebagai berikut :
 Tidak berwarna atau sedikit kekuning-kuningan
 Berbau
 Encer dan tidak menguap dibawah temperatur normal
 Mempunyai titik nyala tinggi (40oC-100oC)
 Terbakar spontan pada 350oC, sedikit dibawah temperatur bensin yang
terbakar sendiri sekitar 500oC
 Mempunyai berat jenis 0,82-0,86
 Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10.500 kcal/kg)
 Mempunyai kandungan sulfur lebih besar dibanding bensin
Spesifikasi Solar/ Diesel
O
API Gravity
Metoda yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan terhadap minyak dan
produknya adalah:

1. ASTM (American Society for Testing Material)

2. API (American Petroleum Institute)

3. IP (Institute du Petrol)

4. ISI (Indian Specification Institute)

Macam-macam pemeriksaan rutin yang dilakukan di laboratorium dimaksudkan


untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pada proses dan operasi pengilangan
terutama menyangkut kualitas produk yang dihasilkan.

Pemeriksaan rutin tersebut salah satunya:

o
API Gravity dan Berat Jenis (Specific Gravity)

Berat jenis oAPI Gravity menyatakan densitas atau berat per satuan volume suatu
zat. oAPI dapat diukur dengan Hidrometer (ASTM D-287), sedangkan berat jenis
dapat ditentukan dengan piknometer (ASTM D-941 dan D-1217). Pengukuran oAPI
Gravity dengan hidrometer dinyatakan dengan angka 0 s/d 100. Hubungan oAPI
Gravity dengan berat jenis adalah sebagai berikut:

141,5
°𝐴𝑃𝐼 𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦 = − 131,5
𝑆𝑝𝑔𝑟 60/60°𝐹

Satuan berat jenis dapat dinyatakan dengan lb/gal atau lb/barrel atau m3/ton.

Tujuan dilaksanakan pemeriksaan terhadap oAPI Gravity dan berat jenis adalah
untuk indikasi mutu minyak. Makin tinggi oAPI atau makin rendah berat jenis maka
minyak tersebut makin berharga, karena banyak mengandung bensin. Sebaliknya
o
makin rendah API maka mutu minyak makin rendah, karena lebih banyak
mengandung lilin.

Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi berarti minyak tersebut mempunyai
kandungan panas (heating value) yang rendah dan sebaliknya bila minyak
mempunyai berat jenis rendah berarti memiliki kandungan panas yang tinggi.

Derajat Api (oApi Gravity)

Derajat API (API Gravity) merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan
berat jenis minyak dan digunakan sebagai dasar klasifikasi minyak bumi yang paling
sederhana. Hubungan berat jenis dengan derajat api adalah saling berkebalikan.
Makin kecil berat jenis minyak bumi atau makin tinggi derajat APInya, makin
berharga minyak bumi itu karena lebih banyak mengandung bensin. Tinggi
rendahnya berat jenis minyak bumi juga berpengaruh pada viskositasnya. Pada
umumnya semakin tinggi derajat API atau makin ringan minyak bumi tersebut, makin
kecil viskositasnya. Tinggi rendahnya derajat API juga berpengaruh pada titik didih
minyak bumi, kalau API Gravity minyak bumi rendah, maka titik didihnya tinggi.
Demikian sebaliknya kalau derajat APInya tinggi, maka titik didihnya rendah, dan
juga lebih mudah terbakar atau mempunyai titik nyala yang lebih rendah daripada
yang derajat APInya rendah. Ternyata terdapat hubungan antara berat jenis dengan
nilai kalori minyak bumi, pada umumnya minyak bumi dengan API tinggi
menghasilkan kalori yang lebih kecil dari pada minyak bumi dengan API lebih
rendah.

Berdasarkan derajat API, minyak mentah dibagi kedalam lima jenis minyak mentah
yaitu: minyak mentah ringan, minyak mentah ringan sedang, minyak mentah berat
sedang, minyak mentah berat, minyak mentah sangat berat.
IV. LANGKAH KERJA
Percobaan titik asap kerosin dan solar
1. Mencelupkan sumbu yang telah dicelupkan (panjang > 125 mm) ke dalam
contoh dan memasukkan ke dalam tabung suhu, mencelupkan sekali lagi ke
dalam contoh.
2. Memasukkan 20 cc contoh yang bersih pada suhu kamar, ke dalam tempat
(tabung contoh).
3. Meletakkan tabung sumbu dan sumbunya ke dalam contoh tadi,
megusahakan supaya benar-benar rapat.
4. Memotong sumbu kira-kira 6 mm dari tabung sumbu, kemudian memasang
seluruh tabung pada sumbunya.
5. Menyalakan sumbu dan mengatur sumbunya sehingga tinggi nyala kira-kira
1 cm, dan membiarkan lampu menyala sampai 5 menit.menaikkan sumbu
sampai asap hilang.
6. Mencatat tinggi nyala sewaktu tepat tak mengeluarkan asap, sampai
ketelitian 0,3 mm.
Percobaan oAPI Gravity kerosin dan solar
1. Penentuan awal, Menetukan volume piknometer menggunaka ait pada 60 oF
2. Menimabng piknometer kosong
3. Mengisi piknometer kosong dengan sampel yang akan diperiksa
4. Menimbang piknometer setelah diisi dengan sampel
5. Memasukkan piknometer ke dalam beaker gelas yang berisi es pada
temperatur 60 oF
6. Menghitung berat jenis sampel.
V. DATA PENGAMATAN
 Tabel titik asap/ Smoke Point
Titik Minimum Titik Maksimum Titik Asap
Sampel
(mm) (mm) (mm)
Kerosine 6 28 25
Solar 3 25 22

 oAPI Gravity
Sampel oAPI Gravity
Solar 61.0340
Kerosene 54.5469

VI. PERHITUNGAN

1) Volume piknometer pada suhu 15,5 oC


a. Berat piknometer kosong + termometer = 33,7431 gr
b. Berat piknometer kosong + termometer + air = 59,3413 gr

Berat air = b – a
= (59,3413 – 33,7431) gr
= 25,5982 gr

ρair = 0,999 gr/ml

𝑚 25,5982 gr
V = =
𝜌 0,999 gr / ml
= 25,6235 ml
2) oAPI kerosene pada suhu 15,5 oC
a. Berat piknometer kosong + termometer = 33,7431 gr
b. Berat piknometer + termometer = kerosene = 53,2142 gr

Berat =b–a
= (53,2142 - 33,7431) gr
= 19,4711 gr

m 19,4711gr
ρ = 
v 25,6238ml
= 0,7598 gr/ml

141,5
o
API = − 131,5
𝑆𝑝𝑔𝑟 60⁄60 𝐹

141,5
= – 131,5
0,7598 gr / ml
0,999 gr / ml
= 54.5469

3) oAPI Gravity solar pada suhu 15,5 oC


a. Berat piknometer kosong + termometer = 33,7431 gr
b. Berat piknometer + termometer + solar = 52,5578 gr

Berat =b–a
= (52,5578 - 33,7431) gr
= 18,8147 gr

m 18,8147 gr
ρ = =
v 25,6238ml
= 0,7342 gr/ml
141,5
o
API = − 131,5
𝑆𝑝𝑔𝑟 60⁄60 𝐹

141,5
= – 131,5
0,7342 gr / ml
0,999 gr / ml
= 61.0340
VII. ANALISA PERCOBAAN

Pada percobaan kal ini terdapat dua kali percobaan yaitu menentukan
o
titik asap/ smoke point dan penetuan API. Kedua percobaan tersebut
menggunakn sampel berupa kerosin dan solar. Pada percobaan penentuan titik
asap digunakan alat smoke point apparatus.

Prinsip kerja alat ini berdasarkan titik nyala yang dihasilkan oleh lampu
tanpa terjadi jelaga dalam alat ini terdapat tipikal nyala api yang dihasilkan
yaitu apiyang dihasilkan terdiri dari 3 puncak : Puncak maksimum,puncak
minimum, dan puncak tengah. Nilai dari titik asap pada sampel yang diuji yaitu
berada dalam puncak yang kedua atau puncak tengah.

Dilakuan percobaan ini adalah dengan tujuan untuk mengetahui nilai


titik asap dan miyak bakar secara praktikum dimana sampel yang digunakan
adalah solat dan kerosin. Pengujian titik asap ini sangat berpengaruh terhadap
kualitas bahan bakar. Semakin tinggi titik asap pada minyak bakar, Maka
semakin baik kualitas dari minyak tersebut. Untuk titik asap kerosin didapatkan
sebesar 16 mm sedangkan titik asap solar adalah 14 mm.

Pada percobaan kedua adalah menetukan oAPI Gravity. Berat jenis dan
o
API Gravity menyatakan densitas atau berat jenis persatuan volume suatu zat.
Untuk menetukan nilai oAPI Gravity kita harus menetukan berat jenis zat
tersebut. Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan alat piknometer.
Dari alat tersebut kita dapat mengetahui volume dan dari suatu zat/minyak
bakar. Setelah berat jenis diketahui maka spesifik gravity dapat ditentukan
dengan membandingkannya dengan berat jenis air. Kemudian didapatkan oAPI
o
Gravity kerosin adalah 54,5469 dan solar 61,0340. API Gravity dapat
digunakan untuk menentukan kualitas minyak. Semakin tinggi nilai oAPI maka
kualitas dari minyak bakar tersebut akan semakin baik karena banyak
mengandung bensin.
VIII. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan, bahwa:

1. Smoke point untuk kerosin adalah 25 mm


2. Smoke point untuk solar adalah 22 mm
o
3. API Gravity untuk kerosin adalah 61,0340
o
4. API Gravity untuk solat adalah 54,5469
5. Semakin tinggi titik asap maka kualitas minyak semakin bagus karena
semakin kecil menghasilkan jelaga.
6. Semakin tinggi oAPI Gravity maka kualitas minyak bakar semakin
bagus karena semakin banyak mengandung bensin.
DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum Teknologi Minyak dan Gas Bumi.2016.”Titik Asap” Palembang:


Politeknik Negeri Sriwijaya.
Standard Test Method for Smoke Point of Kerosine and Avistion Turbine Fuel
GAMBAR ALAT

Pik Piknometer

Gelas Kimia Neraca Analitik


Penentuan Densitas BatuBara

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan peranan sifat fisik batubara
2. Menentukan densitas batubara

II. Bahan dan Alat yang Digunakan


2.1 Bahan yang digunakan :
Larutan typol : 1 ml
Batubara ukuran 60 mesh : 1 gram
Aquadest : secukupnya
2.2 Alat yang digunakan :
Piknometer : 1 buah
Gelas kimia 250 ml : 2 buah
Pipet ukur : 1 buah
Bola karet : 1 buah
Corong kaca : 1 buah
Spatula : 1 buah
Labu ukur 100 ml : 1 buah

III. Dasar Teori

Properties Fisik Batubara

Sama halnya evaluasi batubara dapat dicapai dengan penentuan dari beberapa
propertis yang penting, disinipun berbagai propertis batubara telah disediakan
banyak informasi yang bernilai tentang potensi penggunaan batubara (Van
Krevelen, 1957). Tentu saja, itu juga merupakan propertis dari material-material
organik yang merupakan informasi bernilai yang menawarkan tentang perilaku
lingkungan (Lyman et al., 1990). Karenanya, adalah alasan yang baik untuk
mempelajari ciri khas daripada batubara tersebut.

Dalam pengertian yang lebih luas, merupakan suatu hal yang telah diterima
bahwa pada butiran alamiah dari batubara berperingkat tinggi adalah penting
untuk dapat dipahami sifat fisik alamiahnya jika ingin dimodelkan dengan
medium butiran yang mana terdiri dari graphite-like material embedded dalam
batasan matriks organik.

Propertis Fisik

Sebagai pertimbangan awal, perlunya mengenal sifat fisik secara tidak langsung
juga menerangkan tentang hubungannya dengan sifat kimia. Sebagai contoh,
ukuran pori batubara, yang mana merupakan sifat fisik batubara, merupakan
faktor utama dalam penentuan reaktivitas kimiawi batubara (Walker, 1981). Dan
efek kimiawi dari swelling indeks dan pengkokasan batubara memiliki efek
substansial pada penanganan batubara atau selama operasi konversi batubara.

A. Densitas (spesifik gravity)

Padatan yang porous seperti batubara, memiliki tiga perbedaan dalam


pengukuran densitasnya; true density, particle density, dan apparent density.

Apparent density batubara dapat dilakukan dengan cara membenamkan sampel


batubara di dalam cairan dan kemudian mengukur cairan yang terpindahkan.
Untuk prosedur ini, cairan harus: (1) membasahi permukaan batubara, (2) tidak
ada absorbsi yang kuat pada permukaan, (3) tidak menyebabkan pengembangan,
dan (4) menetrasi pori batubara.
True density batubara ditentukan dengan menggunakan prisip pemindahan
helium. Helium baik digunakan sebab dapat menetrasi pori-pori sampel batubara
tanpa menyebabkan interaksi secara kimiawi.

Particle density adalah berat suatu unit volume padatan termasuk pori dan
rekahan (Mahajan dan Walker, 1978). Densitas partikel dapat ditentukan dengan
cara satu dari tiga metode; (1) mercury displacement (Gan et al, 1982), (2) aliran
gas (Ergun, 1951), atau (3) Silanization (Ettinger dan Zhupakhina, 1960).

Densitas batubara dapat bervariasi yang menunjukkan hubungan antara rank dan
kandungan karbon. Batubara dengan kandungan karbon 85% biasanya
menunjukkan suatu derajat ciri hidropobik yang lebih besar dari batubara berank
paling rendah.

Bagaimanapun, hasil temuan terbaru pada prediksi sifat hidropobik batubara


mengindikasikan bahwa korelasi kharakteristik kandungan air lebih baik dari
pada kandungan karbon dan begitupun rasio kandungan air/karbon lebih baik
daripada rasio atomik oksigen/karbon. Begitupun, terdapat suatu hubungan
antara sifat hidropobik batubara dan kandungan air ((Labuschagne, 1987;
Labuschagne, 1988).

Kecenderungan bahwa density batubara bernilai minimum pada kandungan


karbon 85%. Sebagai contoh, karbon batubara 50-55% akan memiliki densiti
sekitar 1,5 g/cm3, dan cenderung berkurang hingga 1,3 g/cm3 untuk batubara
mengandung 85% karbon diikuti dengan peningkatan 1,8 g/cm3 untuk batubara
dengan kandungan karbon 87%. Sebagai pembanding, densitas graphite (2,25
g/cm3) juga mengikuti kecenderungan ini.

Walaupun variasi densitas tidak begitu besar, umumnya densitas untuk maseral
(memilki kandungan karbon yang sama) adalah exinite
B.In-Place Density

Densiti insitu batubara memberikan pengertian bahwa lapisan batubara lapisan


dapat ditunjukkan sebagai ton per volume.

Dalam standar ASTM D291 dinyatakan dalam berat batubara tercrusher per
kubik feet, yang mana bervariasi dengan ukuran partikel batubara dan dengan
cara pengisian dalam sebuah container.

C. Porositas dan Luas Permukaan

Batubara merupakan suatu material yang bersifat porous. Dengan demikian


porositasnya dan luas permukaannya (Manhajan dan Walker, 1978) memiliki
pengaruh yang dapat dipertimbangkan terhadap perilaku selama penambangan,
preparasi, dan penanganannya.

IV. Langkah Kerja


1. Membuat larutan typol 0,1 % dalam labu ukur.
2. Larutan ini disimpan dalam desikator, divakumkan sampai tidak ada
gelembung udara dan di atas larutan typol.
3. Mengisi piknometer dengan larutan typol sampai lubang kapilernya terisi
penuh, kemudian ditimbang (P).
4. Sebagian larutan typol dipindahkan dari piknometer dengan memakai pipet
sampai kira-kira ½ bagian volumenya.
5. Menimbang satu gram sampel (sampel berukuran 60mesh) dimasukkan ke
dalam piknometer yang berisi typol ½ bagian volume dengan menggunakan
corong kecil.
6. Piknometer divakumkan, apabila tidak ada gelembung udara dan batubara
sudah turun semua ke dasar piknometer, mengisi piknometer kembali dengan
typol sampai penuh dan ditimbang (W1).
V. Data Pengamatan

NO Penimbangan Berat (gram)

1 Sampel Batubara 1,004

2 Piknometer Kosong 139,56

3 Piknometer+Typol 163,39

4 Piknometer+Typol+Batubara 163,44

5 Piknometer+Typol+Batubara(Setelah 163,51
Mengendap)

VI. Perhitungan

 Menentukan densitas batubara


W = 1,004 gram

P = 163,39 gram

W1 = 163,51 gram

𝜌Typol 0,1% = 0,9825 g/ml


W x Berat Jenis Typol
𝜌Batubara =
W−(W1 −P)

1,004 g x 0,9825 g/ml


=
1,004g−(163,51g−163,39g)

0,98643
=
0,884

=1,1158 gram/ml
VII. Analisis Percobaan

Praktikum penentuan densitas batubara yang dilakukan ini bertujuan


untuk mempermudah proses pencucian batubara. Dimana telah diketahui
bahwa, dalam memisahkan zat pengotor dengan batubara maka diperlukan
proses pencucian yang benar. Dalam pencucian batubara harus dipilih larutan
yang dapat membiarkan batubara terapung dan menenggelamkan
pengotornya. Densitas merupakan hal yang berpengaruh dalam tahap ini,
untuk itulah dengan mengetahui densitas batubara maka dapat dipilih larutan
yang memiliki densitas lebih tinggi dari batubara dan lebih rendah dari
pengotornya.

Pada analisa densitas pada batubara ini digunakan batubara yang


berukuran 60 mesh sebanyak 1 gram. Zat cair yang digunakan adalah typol.
Sebelum mengetahui densitas batubara, kita terlebih dahulu menentukan
densitas dari typol tersebut. Densitas typol masing-masing berbeda tergantung
pada nilai konsentrasi pada typol. Typol yang digunakan pada praktikum kali
ini adalah typol dengan konsentrasi 0,01 % dan 0,1 % yang dilarutkan dalam
100 ml.

Typol yang dilarutkan dengan air akan menimbulkan gelembung


udara. Seharusnya typol tersebut di letakan dalam desikator untuk
menghilangkan gelembung tersebut. Dari praktikum tersebut dapat diketahui
bahwa densitas typol dengan konsentrasi 0,1 % lebih besar dibandingkan
typol dengan konsentrasi 0,01 %.
Setelah densitas dari kedua typol diketahui barulah densitas batubara bisa
diketahui dengan memasukanya kedalam piknometer yang berisi setengah
dari larutan typol.
Ketika batubara dimasukan ke dalam piknometer yang berisi 0,1 %
typol, akan lebih cepat tenggelam dibandingkan batubara yang di masukan ke
dalam piknometer yang berisi 0,01 % typol. Setelah seluruh batubara
tenggelam typol kembali di tambahkan ke dalam piknometer hingga tanda
batas hingga akhirnya akan diketahui berat dan densitas dengan memasukan
ke dalam persamaan. Jika dilihat dari densitas yang di dapat dari praktikum
ini, sampel yang digunakan termasuk kedalam jenis batubara bituminus yang
memiliki densitas sebesar 1,1158 gr/ml.

VIII. Kesimpulan

Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulan bahwa :

- Penentuan densitas batubara sangatlah penting, karena dengan


mengetahui nilainya maka proses pencucian batubara dapat berjalan dengan
baik dan benar

- Dalam penentuan densitas batubara diterapkan prinsip hukum


archimedes, yaitu volume benda yang tercelupkan = volume fluida yang
dipindahkan.

- Berdasarkan hasil percobaan, densitas batubara yang didapat adalah


sebesar 1,1158gr/ml.
IX Gambar Alat
X. Daftar Pustaka

Jobsheet.Penunutun Praktikum Hidrokarbon. 2019. “Penentuan Densitas


Batubara”. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya

https://www.scribd.com/penentuan_kadar_densitas_batubara.html (diakses
pada tanggal 28 Oktober 2019)

https://www.academia.com (diakses pada tanggal 28 Oktober 2019)


DISTILASI MINYAK MENTAH

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui fraksi-fraksi minyak bumi yang dihasilkan sebagai distilat
dan residu
2. Menjelaskan mengenai titik didih fraksi-fraksi tersebut

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang Digunakan :
1. Heating mantel, 1000 ml : 1 buah
2. Double necked round bottom flask : 1 buah
3. Bubble cap column with 2 tray : 1 buah
4. Distillation bridge, 2ST 29/32, GI 18 : 1 buah
5. Counterflow cooler after dimroth : 1 buah
6. Distillation adapter, straight : 1 buah
7. Round bottom flask, 500 ml : 1 buah
8. Beaker, 100 ml : 2 buah
9. Thermometer, (-100C) – (2500C) : 2 buah
10. Water batch : 1 buah

2.2 Bahan yang Digunakan :


1. Minyak bumi (crude oil) : 1000 ml
2. Batu didih : 5 buah
3. Aquadest : secukupnya
4. Silicone grease : secukupnya
III. DASAR TEORI
3.1 Struktur dan Komposisi Minyak Mentah
Kebanyakan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam minyak dan gas
bumi terdiri dari hidrogen dan karbon sebagai unsur-unsur utamanya. Senyawa-
senyawa tersebut disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Selain daripada senyawa-
senyawa tersebut terdapat pula senyawa-senyawa lain dalam jumlah yang sedikit
mengandung unsur-unsur belerang atau sulfur, oksigen dan nitrogen.
Komposisi minyak mentah dan gas bumi berdasarkan unsur-unsur
penyusunnya adalah sebagai berikut :
Karbon : 83,5 – 87, 5% (berat)
Hidrogen : 11,5 – 14,0%
Sulfur : 0,1 – 3,0%
Oksigen : 0,1 – 1,0%
Nitrogen : 0,01 – 0,3%
Selain unsur-unsur di atas terdapat juga unsur-unsur logam seperti vanadium, besi,
nikel, khrom, posfor dan logam-logam lain yang jumlahnya kurang dari 0,03% berat.

3.2 Klasifikasi Minyak dan Gas Bumi


Sekitar 85% dari minyak mentah (crude oil) di dunia diklasifikasikan menjadi
3 golongan, yaitu :
1. Minyak dasar aspal (asphaltic base)
2. Minyak dasar parafin ( paraffinic base)
3. Minyak dasar campurab ( mixed base)

Minyak dasar aspal mengandung sedikit lilin parafin dengan aspal sebagai
residu utama. Minyak dasar aspal sangat dominan mengandung aromatik. Kandungan
sulfur, oksigen dan nitrogen relatif lebih tingggi dibandingkan dengan minyak-
minyak dasar lainnya. Minyak mentah dengan dasar aspal sangat cocok untuk
memproduksi gasolin yang berkualitas tinggi, minyak pelumas mesin dan aspal.
Fraksi-fraksi ringan dan menengah mengandung presentase naftalen yang tinggi.
Minyak dasar paraffin mengandung sangat sedikit aspal, sehingga sangat baik
sebagai sumber untuk memproduksi lilin paraffin, minyak pelumas motor dan kerosin
dengan kualitas tinggi.
Minyak dasar campuran mengandung sejumlah lilin dan aspalsecara
bersamaan. Produk yang dihasilkan minyak dasar ini lebih rendah kualitasnya
dibandingkan dengan dua tipe minyak di atas.
Berdasarkan jarak titik didih tiap fraksi yang dihasilkan, maka susunan
molekul menurut jumlah atom karbon dari fraksi dan produk akhir kilang dapat
dilihat pada tabel 1.
Fraksi / Produk Jarak Didih, 0C Jumlah Atom Karbon
dalam Molekul Minyak
Gas-gas <30 C1 – C4
Gasolin 30 – 210 C5 – C12
Nafta 100 – 200 C8 – C12
Kerosin dan avtur 150 – 250 C11 – C13
Diesel dan fuel oil 160 – 400 C13 – C17
Gas oil 220 – 345 C17 – C20
Fuel oil berat 315 – 540 C20 – C45
Atm residu >450 >C30
Vac residu >650 >C60

Tabel 1. Susunan Hidrokarbon Fraksi/Produk Minyak dan Gas Bumi


3.3 Proses Pengolahan Dasar
Proses epngolahan dasar sebagai proses utama untuk mengolah minyak
mentah menjadi produk dan fraksi-fraksinya terdiri dari :
1. Pengolahan secara fisik , yaitu distilasi terdiri dari :
- Distilasi Atmosfir
- Distilasi Hampa
- Distilasi Bertekanan
2. Pengolahan secara kimia , disebut juga sebagai proses konversi atau reforming
terdiri dari :
a. Proses perengkahan (cracking) terdiri dari :
- Perengkahan Termis ( Thermal Cracking )
- Perengkahan Katalis (Catalytic Cracking )
- Perengkahan Hidro ( Hydrocracking )
b. Proses Pembentukan Kembali (reforming ) terdiri dari :
- Reformasi Termis ( Thermal Reforming )
- Reformasi Katalis ( Catalytic Reforming )
c. Proses Penggabungan Molekul , terdiri dari :
- Polimerisasi Katalis , yakni :Polimerisasi Selektif dan Polimerisasi
tidak selektif
- Alkilasi Katalis , yang terdiri dari :Alkilasi H2SO4 dan alkilasi HF

1. Pengolahan secara fisik


Proses distilasi dalam kilang minyak merupakan proses pengolahan secara
fisik yang primer mengawali semua proses-proses yang diperlukan untuk
memproduksi BBM dan non BBM.
Proses distilasi/fraksionasi adalah proses untuk memisahkan campuran yang
terdapat dalam minyak mentah ( crude oil ) menjadi komponen-komponen nya atas
dasar fraksi atau pemotongan (cut) yang dibatasi oleh jarak titik didih tertentu , bukan
atas dasar titik didih masing-masing komponen. Proses distilasi ini dapat
menggunakan satu kolom atau lebih menara fraksionasi, misalnya residu dari menara
distilasi atmosfir dialirkan ke menara distilasi hampa , atau salah satu fraksi dari
menara distilasi atmosfir dialirkan ke menara distilasi bertekanan. Fraksi-fraksi yang
dapat ditarik dari kolom distilasi/menara fraksionasi antara lain adalah sebagai
berikut:

Fraksi Jarak didih , °F

Gas < 80

Nafta ringan 80 – 220

Nafta berat 180 – 520

Gas oil ringan 420 – 650

Gas oil berat 610 – 800

Residu > 800

Contoh proses distilasi /fraksionasi di PERTAMINA RU III


- Distilasi Atmosfir :
1) Crude Batterry (CB)
2) Crude Distiller (CD)
- Distilasi Hampa :
1) High Vacuum Unit ( HVU)
2) Vacuum Distillation Unit (VDU)

- Distilasi Bertekanan : Stabilizer

Dasar Teori Tambahan


Proses pertama dalam pemrosesan minyak bumi adalah fraksionasi dari minyak
mentah dengan menggunakan proses destilasi bertingkat, adapun hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut:

Sisa: 1. Minyak bisa menguap : Minyak-minyak pelumas, lilin, parafin dan vaselin.
2. Bahan yang tidak bisa menguap : aspal dan arang minyak bumi.
a. Fraksi Gas
Gas alam dapat diperoleh secara terpisah maupun bersama-sama dengan
minyak bumi. Gas alam sebagian besar terdiri dari alkana berantai karbon rendah
yaitu antara lain metana, etana, propana, butana dan iso-butana. Gas alam dapat
dipergunakan sebagai:

1. Bahan bakar rumah tangga atau pabrik


Gas alam merupakan bahan bakar yang paling bersih dan praktis, tetapi gas
alam mempunyai keburukan yaitu sifatnya yang tidak berbaun (bila dibandingkan
dengan gas dari batubara) sehingga sering terjadi kecelakaan karena bocor. Oleh
karena itu kadang-kadang gas ini diberi "bau" yaitu sedikit zat yang berbau sekali.
Propana yang merupakan salah satu fraksi gas pada perusahaan biasanya digunakan
sebagai :
- Mengelas paduan-paduan tembaga, alumunium dan magnesium.
- Mengelas besi tuang.
- Menyolder dan mengelas solder.
- Menyemprot Jogam.
2. Karbon hitam (Carbon Black)

Karbon hitam (Carbon black) adalah arang harus yang dibuat oleh
pembakaran yang tidak sempurna. Pegunaannya antara lain sebagai :
- Bahan dalam pembuatan cat, tinta cetak dan tinta Gina.
- Zat pengisi pada karet terutama dalam pembuatan ban-ban mobil dan sepeda.
Karbon hitam dibuat dengan membawa nyala gas bumi ke sebuah bidang
datar yang didinginkan, arang yang terbentuk kemudian dipisahkan dari bidang ini
dan dibagi berdasarkan kehalusannya. Metana yang mengandung 75% karbon akan
menghasilkan 4 atau 4,5% zat penghitam dan sisanya hilang sebagai asap, zat asam
arang dan sebagainya.

3. Tujuan-tujuan Sintesis
Hasil sintesis dibuat dengan oksidasi zat-zat hidrokarbon dari gas alamo
Proses pembuatan lainnya, yaitu :
- Pembuatan zat cair dari metana.
- Pembuatan bensin-bensin untuk kapal terbang yang bernilai tinggi dengan
caramenggandeng (alkylering) iso-butana dengan butena-butena.

b. Bensin
Bensin dapat dibuat dengan beberapa cara, antara lain yaitu ;
1. Penyulingan langsung dari minyak bumi (bensin straight run), dimana
kualitasnya tergantung pada susunan kimia dari bahan-bahan dasar. Bila
mengandung banyak aromatik-aromatik dan napthen-naphten akan
menghasilkan bensin yang tidak mengetok (anti knocking).
2. Merengkah (cracking) dari hasil-hasil minyak bumi berat, misalnya dari
minyak gas dan residu.
3. Merengkah (retor ming) bensin berat dari kualitas yang kurang baik.
4. Sintesis dari zat-zat berkarbon rendah.
Bensin biasanya digunakan sebagai :

1. Bahan bakar motor


Sebagai bahan bakar motor ada beberapa sifat yang diperhatikan untuk
menentukan baik atau tidaknya bensin tersebut.
* Keadaan terbang (titik embun)
Gangguan yang disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas didalam
karburator dari sebuah motor yang disebabkan oleh adanya kadar yang terlalu tinggi
dari fraksi-fraksi yang sangat ringan dalam bensin. Hal ini terutama disebabkan oleh
terlalu banyaknya propana dan butana yang berasal dari bensin.
Gelembunggelembung gas yang terdapat dalam keadaan tertentu
dapat menutup lubang-lubang perecik yang sempit dan pengisian bensin akan
terhenti.
* Kecendrungan mengetok (knocking)
Ketika rasio tekanan dari motor relatif tinggi, pembakaran bisa menyebabkan
peletusan (peledakan) didalam sijinder, sehingga :
- Timbulnya kebisingan knock
- Kekuatan berkurang
- Menyebabkan kerusakan mesin
* Titik beku
Jika dalam bensin terdapat prosentasi yang tinggi dari aromatik-aromatik
tertentu maka pada waktu pendinginan, aromatik itu akan mengkristal dari
mengakibatkan tertutupnya lubang-lubang alai penyemprotan dalam karburator. Titik
beku ini terutama dipengaruhi oleh benzen (titik beku benzen murni ± 5ºC).

* Kadar belerang
Kerugian yang disebabkan bila kadar belerang terlalu tinggi, adalah :
- Memberikan bau yang tidak enak dari gas-gas yang dihasilkan.
- Mengakibatkan korosi dari bagian-bagian logam, seperti rusaknya silinder-silinder
yang disebabkan oleh asam yang mengembun pada didnding silinder.
- Mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap bilangan oktan.

C. Kerosin
Pemakaian kerasin sebagai penerangan di negara-negara maju semakin
berkurang, sekarang kerasin digunakan untuk pemenasan. Pemakaian terpenting dari
kerasin antara lain:
1. Minyak Lampu
Kerosin sebagai minyak lampu dihasilkan dengan jalan penyulingan langsung,
sifatsifat
yang harus diperhatikan bila kerasin digunakan sebagai minyak lampu adalah :
* Warna
Kerosin dibagai dalam berbagai kelas warna:
- Water spirit (tidak berwarna) - Prime spirit - Standar spirit
Di India, pemakai di pedalaman tidak mau membeli kerosin putih karena mengira ini
adalah air dan mengira hanya yang berwarna kuning atau sawo matang saja yang
dapat membakar dengan baik.

* Sifat bakar
Nyala kerasin tergantung pada susunan kimia dari minyak tanah :
- Jika mengandung banyak aromatik maka apinya tidak dapat dibesarkan karena
mulai berarang.
- Alkana-alkana memiliki nyala api yang paling baik.
- Sifat bakar napthen terletak antara aromatik dan alkana.

* Viskositas
Minyak dalam lampu kerasin mengalir ke sumbu karena adanya gaya kapiler
dalam saluran-saluran sempit antara serat-serat sumbu. Aliran kerosin tergantung
pada viskositas yaitu jika minyak cair kental dan lampu mempunyai tinggi-naik yang
besar maka api akan tetap rendah dan sumbu menjadi arang (hangus) karena
kekurangan minyak.
* Kadar belerang
Sama seperti kadar belerang pada bensin.
2. Bahan bakar untuk pemanasan untuk memasak
Macam-macam alat pembakar kerosin:
- Alat pembakar dengan sumbu gepeng: baunya tidak enak.
- Alat pembakar dengan sumbu bulat: mempunyai pengisian hawa yang dipusatkan.
- Alat pembakar dengan pengabutan tekan: merek dagang primus

3. Bahan bakar motor


Motor-motor yang menggunakan kerosin sebagai bahan bakar adalah :
- Alat-alat pertanian (traktor).
- Kapal perikanan.

d. Minyak Gas
Minyak gas pada awalnya banyak digunakan sebagai penerangan dalam
gerbong kereta api, tetapi sekarang sebagian telah diganti oleh listrik karena lebih
mudah dipakai dan sedikit bahaya kebakaran jika ada kecelakaan kereta api.
Minyak gas juga digunakan sebagai :
 Bahan bakar untuk motor diesel.
 Pesawat-pesawat pemanasan pusat otomatis dengan nama minyak bakar untuk
keperluan rumah tangga, biasanya adalah minyak gas tanpa bagian-bagian
residual.
Seperti pada bensin untuk menaikkan bilangan oktan pada minyak gas maka perlu
ditambahkan :
 Persenyawaan yang mengandung banyak sekali zat asam, misalnya amilnitrit
dan etilnitrit. Untuk memperoleh hasil yang nyata maka persentasenya harus
besar yaitu kira-kira 5% sehingga pemakaian senyawa ini menjadi mahal.
 Persenyawaan yang penggunaannya lebih sedikit peroksida (peroxyden) dan
berbagai persenyawaan organik, dipakai 0,5% untuk menaikkan 10 atau 15
titik bilangan oktan.

e. Minyak Bakar
Walaupun setiap minyak yang dibakar dapat dinamakan minyak bakar tetapi
nama ini biasanya hanya digunakan untuk bahan bakar residual dan untuk bahan
bakar sulingan. Bahan bakar residua! biasanya diperoleh dengan cara mengentalkan
minyak bumi atau merengkah minyak gas dan residu minyak tanah. Bahan bakar
digunakan sebagai :
 Motor diesel tipe besar.
 Minyak yang dinyalakan dengan pembakar dalam tungku masak
 Pengerjaan panas dari logam
 Mencairkan hasil perindustrian

Sifat-sifat yang harus ada pada minyak bakar adalah :


* Memiliki batas viskositas tertentu
Viskositas minyak bakar terletak antara viskositas minyak gas yaitu kira-kira
4 cs = 1,30E pada 50°C dan kira-kira 550/650 cs = 75/850E pada 50°C. Minyak bakar
yang lebih encer diperlukan untuk pesawat bakar yang lebih kecil, misalnya untuk
alat pemanasan sentral otomatis dalam rumah.
* Banyaknya panas yang diberikan
Kalor pembakaran minyak bakar batasnya kira-kira 10.000 dan 10.550 cal/g.

* Kadar belerang
Lebih penting pada minyak diesel daripada minyak bakar karena pada minyak disesi
belerang dapat menyebabkan kerusakan silinder dan kerosi dari sistem buang.

* Titik beku
- Mempunyai titik beku maksimal tertentu.
- Biasanya titik beku tergantung pada perlakuan terlebih dahulu yang dikerjakan
terhadap bahan.
Menara destilasi
Di menara inilah terjadi proses destilasi (penyulingan). Yaitu proses
pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah. Prinsip dasar
penyulingan bertingkat adalah perbedaan titik didih di antara fraksi-fraksi minyak
mentah. Jika selisih titik didih tidak berbeda jauh maka penyulingan tidak dapat
diterapkan Hidrokarbon yang memiliki titik didih paling rendah akan terpisah lebih
dulu, disusul dengan hidrokarbon yang memiliki titik didih lebih tinggi.

Menara Distilasi
Destilasi Fraksinasi Minyak Bumi
Meskipun komposisinya kompleks, terdapat cara mudah untuk memisahkan
komponen-komponennya berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya, yang disebut
proses distilasi bertingkat. Destilasi merupakan pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Diagram pemisahan komponen-komponen
minyak bumi dengan cara destilasi ditunjukkan oleh gambar di bawah.
Deskripsi Proses Crude Distillaton Unit (CDU) CDU merupakan bagian unit
proses dari sebuah kilang minyak di Indonesia dengan kapasitas 1700 ton/hari. Unit
ini berfungsi untuk memisahkan fraksi – fraksi dari crude oil. Proses pengolahannya
dilakukan dengan cara memisahkan fraksi–fraksinya atas dasar perbedaan titik didih
pada tekanan atmosfer.
Feed yaitu crude oil dipompa menuju preheater furnace yang kemudian dipompa
lagi menuju furnace dan kemudian masuk ke evaporator untuk memisahkan crude oil
yang berupa uap dan liquid, produk bawah evaporatortersebut kemudian dipompa
menuju furnace kedua untuk memanaskannya lagi dan menjadikannya berfase uap
sebelum dimasukkan ke kolom C-4. Sementara produk atas dari evaporator langusng
dialirkan ke kolom C-1 yang kemudian mengalami proses distilasi pada kolom C-1
menghasilkan produk atas yang langsung masuk sebagai feed di kolom C-3, produk
bawahnya dialirkan ke kolom C-4 sebagai feed dan juga aliran refluksuntuk kolom C-
4. Produk samping C-1 ada yang langsung dialirkan menuju kolom C-2 dan ada yang
dikembalikan ke kolom C-1 sebagai aliran refluks. Produk atas kolom C-2
digabungkan denganproduk samping kolom C-1 yang dialirkan kembali ke kolom C-
1 sebagai aliran refluks, sementara produk bawahnya yaitu Light Kerosene
Distillate(LKD) langsung dialirkan ke tangki penampung untuk diolah di unit
berikutnya. Pada kolom C-4 terjadi proses distilasi yang menghasilkan produk atas
berupa gas yang ditampung di tangk itertentu untuk diproses lebih lanjut, produk
samping yaitu Light Cold Test (LCT) sebagian langsung ditampung dan sebagian
dikembalikan ke kolom sebagai aliran refluks, sementara produk bawahnya adalah
residu yang langsung ditampung di tangki untuk diolah lebih lanjut pada High
Vacuum Unit (HVU) untuk memisahkan fraksi-fraksinya. Hal ini dilakukan karena
residu terdiri dari komponen–komponen yang mempunyai titik didih tinggi, sehingga
bila dilakukan pada tekanan atmosferik diperlukan temperatur operasi yang tinggi,
padahal pada temperatur tinggi sebagian residu akan mengalami perekahan.Produk
atas dari kolom C-1 yang dialirkan ke kolom C-3 didistilasi lebih lanjut menghasilkan
produk atas dari kolom C-3 yang dipisahkan lebih lanjut di dalam separator untuk
menghasilkan off gas, crude butane dan straight run top. Sementara produk bawahnya
dialirkan ke kolom C-1 sebagai feed dan produk sampingnya adalah nafta yang
sebagian dikembalikan dalam kolom sebagai aliran refluks dan sebagian lagi
langsung ditampung pada tangki untuk diolah di unit berikutnya.
PARAMETER KUALITAS BAHAN BAKAR

Untuk mengetahui kualitas suatu bahanbakar diperlukan beberapa parameter


standar. Setiap industri kilang minyak biasanya mempunyai rentang nilai tertentu
untuk setiap parameter sesuai dengan target produk yang diinginkan. Beberapa
parameter bahan bakar yang umum digunakan antara lain:
1. Specific Gravity (s.g)
Suatu angka yang menyatakan perbandingan berat bahan bakar minyak pada
temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur yang sama. Parameter
ini digunakan untuk mengetahui seberapa ringan atau berat produk yang dihasilkan.
2. Flash Point (titik nyala)Angka yang
menyatakan suhu terendah dari bahanbakar minyak dimana akan timbul
pernyalaan api sesaat apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala
api.
3. Pour Point (titik tuang)
Suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak
sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gaya gravitasi.
4. Cetane Number
Parameter ini menyatakan kualitas pembakaran dari bahan bakar mesin diesel
yang diperlukan untuk mencegah terjadinya diesel knock atau suara pukulan di dalam
ruang pembakaran mesin. Angka ini merupakan perbandingan antara volume n-
cetane dengan campuran ncetane+ metil naftalena yang nilainya berkisar antara 40 –
60.
5. Octane Number
Angka ini menyatakan perbandingan antara senyawa iso-oktan dengan
campuran isooktan
+ n-oktan.
IV. LANGKAH KERJA
1. Setiap sambungan pada alat diberikan silicon grease
2. Menimbang bottom flask kosong dan mencatat beratnya
3. Mengisi bottom flask dengan 400 ml crude oil , kemudian menambahkan 5
buah batu didih
4. Menghidupkan air pendingin , dan pemanas (temperatur set II , setelah 15
menit menghidupkan set III )
Perhatikan :
Setelah mendekati 8 menit crude oil mulai mendidih , temperatur crude oil 65°C,
setelah 10 menit uap akan naik pada tray pertama dan terkondensasi. Setelah 20 menit
, distilat terkondensasi pada semua tray dan mengalami refluk. Komponen yang
mempunyai titik didih rendah akan mencapai thermometer paling atas dan
terkondensasi pada dimroth condenser. Setelah 25 menit hasil sulingan akan
berkurang.
5. Mencatat temperatur sebelum menghentikan hasil sulingan
6. Setelah 50 menit pemanas dimatikan , mencatat temperatur , temperatur dasar
tidak melebihi 240 ° C. Temperatur pada tray pertama 155°C , tray kedua 105
°C , tray atas 40°C
V. DATA PENGAMATAN
(Minggu 1)

t/min A11/oC B11/oC A12/oC B12/oC


0:36:08 29,2 29,6 30,0 35,5
0:42:08 29,9 29,7 29,9 43,8
0:46:08 30.0 30,5 30.5 77,4
0:51:08 29,5 30,8 30,8 113,7
0:56:08 29,6 31,0 31,0 143,4
1:01:08 30,2 30,9 30,9 159,4
1:06:08 30,9 30,7 30,7 168,5
1:11:08 31,4 31,0 30,0 177,1
1:16:08 31,7 30,7 30,7 182,7
1:21:08 31,8 31,5 31,5 187,8
1:26:08 31,8 31,7 31,7 192,1
1:31:08 32,2 31,1 31,1 194,9
1:36:08 33,7 32,1 32,1 197,3
1:41:08 32,4 32,5 32,5 201,8
1:46:08 33,7 33,6 33,6 201,9
VI. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini dilakukan distilasi minyak mentah dengan


menggunakan seperangkat alat distillation bridge yang dihubungkan ke perangkat
komputer, sehingga secara otomatis kita dapat suhu proses yang terjadi di layar
komputer.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui fraksi-fraksi minyak bumi
sebagai distilat dan residu. Distilasi minyak mentah merupakan suatu proses
pemisahan fraksi-fraksi minyak berdasarkan titik didihnya. Jenis distilasi yang
dilakukan pada percobaan ini adalah distilasi atmosfer, dimana tekanan yang
digunakan sama dengan tekanan di udara (1 atm).
Ada 4 titik / tray pada alat distilasi ini, yaitu A11, B12, B11 dan A12. Tray
A11 merupakan tempat / wadah dari minyak yang akan di distilasi. Suhu awal
sebelum pemanasan pada A11 adalah 29,20C. Fraksi yang memiliki titik didih paling
rendah akan terkondensasi terlebih dahulu.
Pada percobaan ini, fraksi minyak mentah yang terpisah pada proses disitlasi
karena memiliki titik didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, lalu
terkondensasi maka maka suhunya akan menurun.
Berdasarkan data yang didapat dilihat bahwa kenaikan suhu tertinggi terdapat
pada kolm umpan ( A 11). Hal ini dapat disebabkan karena kondisi umpan yang
berdekatan dengan sumber pemanas. Peralatan disitilasi ini terdiri dari dua tray. Tray
pertama ditunjukkan pada data dengan kode A 12. Sedangkan tray 2 adalah kolom B
11. Pada percobaan ini distilat yang diidentifikasi sebagai kerosene masuk ke kolom
A 12. Tray ini terletak di bawah tray kedua. Ini menandakan bahwa kerosene
mempunyai titik didih yang masih cukup tinggi. Hal ini dapar dilihat pada data,
kenaikan suhu berada di bawah kolom umpan yang memiliki suhu paling tinggi.
Sedangkan kolom B 11 memiliki kenaikan suhu yang lebih rendah diikuti oleh kolom
B 12. Hal ini terjadi
karena semakin tinggi maka suhu dan titik didihnya akan semakin rendah
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
a. Distilasi minyak mentah merupakan pemisahan fraksi-fraksi berdasarkan titik
didih.
b. Jenis distilasi yang digunakan merupakan distilasi atmosfer dimana tekanan
yang digunakan sama dengan tekanan udara / diluar (1 atm)
c. Fraksi yang memiliki titik didih paling rendah akan menguap lebih dulu dan
terkondensasi. Hal itu terjadi pada titik pertama yang merupakan tray pertama
( A 12).
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2015. Praktikum Teknologi Minyak Bumi. POLSRI : Palembang
http://www.scribd.com
Tugas:
1. Jelaskan apa yang dimaksud distilasi.
Jawab:
Distilasi merupakan proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing
komponen.
2. Apa perbedaan Distilasi atmosfer dan Distilasi vakum
Jawab:
Distilasi vakum merupakan distilasi pada tekanan di bawah 1 atm
sedangkan distilasi atmosfer merupakan distilasi pada tekana 1 arm.
3. Bagaimana mengetahui produk hasil distilasi.
Jawab:
Untuk mengetahui produk hasil distilasi dapat dilakukan dengan
melakukan pengujian indeks bias dengan menggunakan alat refraktometer.
Setelah mendapat nilai indeks bias secara praktek kemudian dilakukan
perbandingan dengan indeks bias di literatur (secara teori) setelah itu
barulah kita bisa menentukan produk hasil distilasi tersebut.
IX. GAMBAR ALAT

Crude Oil

Alat destilasi
DISTILASI ASTM D-86

I. Tujuan
- Menjelaskan pengertian dan peranan titik didih petroleum ether dan bensin
berdasarkan ASTM D-86
- Menentukan titik didih yan dimiliki oleh petroleum ether dan bensin
- Menyelesaikan perhitungan untuk menentukan panas laten penguapan

II. Alat dan Bahan yang digunakan


a. Alat yang digunakan
- Double necked round bottom flask
- Heating mantel, 1000 ml
- Distillation top after clasein
- Liebig cooler
- Distilation adapter
- Graduated cylinder, 100 ml
- Thermometer
- Water batch
- Klem
- Bisshed
- Joint clip
b. Bahan yang digunakan
- Petroleum
III. Dasar Teori

A. Analisa Minyak Bumi

Metode yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan terhadap minyak


dan produknya adalah :

1. ASTM (American Society for Testing Material)


2. API (American Petroleum Institute)
3. IP (Institude de Petrol)
4. ISI (Indian Spesification Institute)

a. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline, nafta dan
kerosin adalah dengan metode ASTM D-86, untuk bensin alam dengan ASTM D-
216, dan untuk gas oil dengan ASTM D-158.Distilasi laboratorium dilakuakn pada
volume 100 ml dengan kecepatan tetesan yang keluar adalah 5 ml/menit.Suhu uap
mula – mula menetes (setelah mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Pint).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang bagaimana
fraksi – fraksi seperti komponen gasoline, bahan bakar jet, minyak diesel dapat
diambil dari minyak mentah yang disajikan melalui kinerja dan volatilitas dalam
bentuk persen penguapannya.

b. Panas Laten Penguapan


Panas laten penguapan yang lazim disebut panas laten didefinisikan sebagai
panas yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 lb cairan pada titik didihnya pada
tekanan atmosfer. Penguapan dapat terjadi pada tekanan lain atau suhu lain. Panas
laten berubah dengan berubahnya suhu atau tekanan dimana terjadi penguapan. Panas
laten pada tekanan atmosfir untuk fraksi minyak bumi dapat dilihat pada grafik 5-5
s/d 5-9 Nelson.
c. Titik Didih
Sifta – sifat fisik minyak mentah maupun produknya mempunyai hubungan
yang erat dengan titik didih rata – rata seperti terlihat pada Table 1. Titik didih rata –
rata (MABP = Molal Average Boiling Point) lebih memuaskan dibandingkan dengan
penguapan. Hubungan titik didih rarta – rata dapat dilihat pada grafik 5-4 dan 5-5
Nelson.
Titik didih rata – rata volumetrik (VABP = Volume Average Boiling Point)
langsung dapat dihitungdari data distilasi dalam bentuk persen volume distilat
terhadap suhu penguapan, baik pada distilasi TBP maupun distilasi ASTM seperti
terlihat pada Tabel 2.

Table 1. Hubungan titik didih dan sifat fisik

No Macam Titik Didih Sifat – sifat fisik


1 Titik didih rata – rata volume (VABP) Viskositas dan panas jenisn ( dan Cp)
2 Titik didih rarta – rata berat (WABP) Suhu kritis nyata (Tc)
3 Titik didih rata – rata molal (MABP) Suhu kritis pseudo (T/Tc+) dan ekspansi
termis (kt+)
4 Titik didih rata – rata (MnABP) Berat molekul (M), factor karakteristik (K),
berat jenis (ρ), tekanan kritis pseudo (P/+Pc)
dan panas pembakaran (Hc)

Tabel 2. VABP berbagai minyak

Jenis Minyak Grafik Distilasi


TBP ASTM
Minyak Mentah 𝑡20 + 𝑡50 + 𝑡70 𝑡30 + 𝑡50 +𝑡70
tv = tv =
3 3

Fraksi – fraksi tv =
𝑡0 + 4𝑡50 + 𝑡100
tv =
𝑡10 + 2𝑡50 + 𝑡90
6 4
Titik didih rata – rata yang lain dapat dihitung menggunakan VABP dan sudut
garis miring (slpoe) dari grafik 5 – 4 dan 5 – 5 Nelson. Slpoe dapat dihitung dengan
𝑡70 − 𝑡10
rumus sebagai berikut : S = , oF / %
70 − 10

Hubungan antara titik didih rata – rata molal ( MABP) dan titik didih rata – rata
volumetrik (VABP) terhadap sifat – sifat fisik lain seperti o
API gravity, berat
molekul, faktor karakteristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat pada grafik
5 – 9 s/d 5 – 12 Nelson.

B. Spesifikasi Produk Kilang


Persyaratan diperlukan untuk menentukan spesifikasi minyak, fraksi serta
produk – produk kilang dimana produk kilang berbeda satu sama lainnya. Pada topik
ini akan dibahas tiga produk utama kilang yaitu mogas, kerosine dan minyak diesel.
1. Mogas ( motor gasoline)
Persyaratan umum untuk gasoline atau bensin antara lain ;
a. Bebas air, getah minyak dan sulfur korosif
b. Mempunyai ketukan uap yang minimum
c. Pemanasan dan akselarisanya lebih muda
d. Mempunyai kualitas anti ketukan
e. Dapat diencerkan sendiri dalam silinder mesin
2. Kerosine
Kerosine yang banyak dipakai sebagai minyak untuk keperluan rumah tangga
tidak hanya mempunyai kualitas pembakaran yang layak, tetapi harus juga aman
untuk dibawa dan dapat dipakai untuk keperluan lampu dan kompor.Secara umum
kerosine harus bebas dari air, zat aditif, getah minyak dan zat – zat terlarut.
Kerosine yang lebih dikenal sebagai minyak pemanas merupakan
produk kilang yang murni mempunyai spesifikasi standar yaitu :
o
API gravity : 43 – 45
Jarak didih : 350 – 550 oF
3. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah kebersihannya, kualitas
penyalaan, fluiditas, volaritas dan atomisasi. Kebersihan minyak diesel meliputi
residu karbon dan kandungan sulfur yang terdapat dalam minyak. Kualitas penyalaan
yang baik dinyatakan dengan pengukuran bilangan setana (cetane number) atau
indeks diesel yang ditunjukan dengan mudah tidaknya mesin di start pada suhu
rendah, tekanan mesin yang rendah, tekanan mesin yang rendah dan operasi mesin
yang halus. Fluiditas dan atomisasi minyak diesel ditandai dengan titik tuang (pour
point) dan viskositas minyak yang rendah, namun tidak demikian rendah sehingga
menyebabkan kesulitan pelumasan pada injector, kebocoran dan efisiensi yang
rendah.Volatilitas minyak ditandai dengan titik nyala, residu karbon, dan distilasi.
Di indonesia minyak diesel dijual dalam 2 kategori yaitu minyak diesel untuk
kendaraan bermotor (ADO = automotive diesel oil).

ASTM D-86 adalah distilasi pemeriksaan fraksi-fraksi minyak berdasarkan


perbedaan titik didihnya dengan suhu tertentu. Metode ini digunakan untuk
memisahkan fraksi-fraksi minyak berdasrkan titik didihnya mulai dari IBP (Initial
Boiling Point) sampai EP (End Pont).

- Sifat fisik kimia minyak bumi :


1. Viskositas
2. Daya larut dalam ait
3. Gravitasi spesifik
4. Tegangan permukaan
- Sifat penting minyak bumi :
1. Nilai pembakaran
2. Berat atau bobot jenis
3. Titik nyala
4. Titik lumer

- Parameter yang digunakan untuk menganalisa minyak bumi :


1. Parameter fisik
a. Specific gravity
b. Temperatur
c. Distillation of petroleum product
d. Kinematic viscocity
e. ASTM colour of petroleum product
f. Flash point
g. Reid vapour pressure
h. Smoke point
i. Pour point
2. Parameter kimia
a. Sulfur content
b. Water content
c. Salt content

Kelemahan distilasi ASTM D-86

1. Refluks yang terjadi dari hasil pengembunan uap didaerah leher labu distilasi
relatif sedikit, sehingga fraksionasinya tidak berjalan sempurna
2. Fraksi minyak bumi yang dianalisa titik didih awalnya yang nyata (aktual)
lebih rendah dari IBP yang dicatat, demikian pula sebaliknya dengan FBP nya
3. Distilasi dilakukan pada tekanan atmosfir, sehingga temperatur distilasi
maksimum hanya dapat dicapai pada saat mulai terjadi secara perengkahan
thermal
4. Angka hasil analisa bukan merupakan angka yang mutlak karena
termometernya tidak sepenuhnya terkena radiasi atau konveksi panas yang
merata

Terminologi pada distilasi ASTM D-86

a. IBP (Initial Boiling Point)


Pembacaan termometer terkonveksi yang diamati saat terjadi tetesan kondesat
pertama kali digelas ukur penampung
b. Persen evaporated
Penjumlahan dari persen evaporated yang terecovery di gelas ukur
penampung 100 ml dengan persen loss
c. Persen loss
Persen loss adalah 100 dikurangi persen total kondensat yang tertampung di
gelas ukur 100 ml dan dikurangi lagi dengan persen residu
d. Persen recovered
Volume kondensat yang tertampung di gelas ukur 100 ml dan dinyatakan
dalam persen volume daro volume sample
e. Persen recovery
Persen recovery maksimum yang didapat saat destilasi telah dihentikan
f. Persen total recovery
Kombinasi persen recovery dan residu labu
g. Persen residu
Volume residu yang tertinggal di labu dan dinyatakan dalam persen volume
dari volume sampel
IV. Langkah Kerja

- Mempersiapkan peralatan distilasi


- Mengisi labu bundar dengan petroleum 100 ml
- Menghidupkan air pendingin
- Menghidupkan heating mantel dan memansakan secara perlahan
- Mencatat temperature tetesan pertama distilat
- Menjaga laju pemanas secafra hati – hati
- Distilasi selesai apabila tidak ada tetesan lagi dan mencatat temperaturnya

V. Data Pengamatan

Temperatur 63 64 64 64 64 66 67 68 71 77
(°C)
Temperatur 145,4 147,2 147,2 147,2 147,2 150,8 152,6 154,4 159,8 170,6
(0F)
Volume 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Distilat

Keterangan :

 Volume petroleum eter yang digunakan sebanyak 100 ml


 (IBP = 145,40F dan FBP = 170,60F )
VI. Perhitungan

a. Temperatur operasi

Temperatur operasi
=(145,4+147,2+147,2+147,2+147,2+150,8+152,6+154,4+159,8+170,6)0F / 10
= 152,24oF

b. Destilat petroleum eter = 0,654 gr/ml


o 141,5
API= - 131,5
0,654

= 84,86

c. Penentuan Panas Penguapan Petroleum

dik : Temperatur operasi = 152,24oF


o
API Petroleum eter = 84,86

dit : Panas penguapan petroleum…..?

Penyelesaian :

Tahap 1
t10 + 2t50 + t90
 Mencari nilai VABP = 4
147,2+2(150,8)+ 170,6
= 4
o
= 154,85 F

𝑡70−𝑡10
 Slope = 60

154,4 ℉−147,2 ℉
= 60

= 0,12
 Dari grafik 3.6 = terhadap slope dan VABP, maka didapat factor koreksi-8

Maka MeABP = VABP + Faktor koreksi


= 154,85 – 8
= 146,85oF
Sehingga pada grafik (gambar 3.6) didapat BM Parafin = 84

Tahap 2
 BM Petroleum eter (grafik hal 21) = terhadap MeABP dan oAPI maka
didapat = 89
Tahap 3
 Panas laten n-parafin (grafik hal 96) terhadap tekanan uap n-parafin
𝑃𝑐 𝑛−𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛
= x tekanan uap petroleum
𝑃𝑐 𝑠𝑒𝑚𝑢

 Pc n-parafin (grafik hal 71) = terhadap BM n-parafin maka didapat 29,26


atm
 Pc-semu (Grafik hal 73) = terhadap MeABP dan OAPI maka didapat 29,26,
 Tekanan uap petroleum (gambar hal 42)terhadap temperature operasi dan
MeABP maka didapatkan 1,5 atm.
Pc n−parafin
 Sehingga tekanan uap n-parafin = 𝑃𝑐 𝑠𝑒𝑚𝑢
x Tekanan uap petroleum

29,6𝑎𝑡𝑚
= 29,26 𝑎𝑡𝑚 x 1,5 atm = 1,5174 atm

 Panas laten n-parafin (grafik hal 96) terhadap takanan uap


n-prafin dan MeABP adalah 147 Btu/lb
𝐵𝑀 .𝑛−𝑃𝑎𝑟𝑎𝑓𝑖𝑛
 Panas peguapan petroleum = x panas laten penguapan
𝐵𝑀 𝑃𝑡𝑟𝑜𝑙𝑒𝑢𝑛

84
= x 147 Btu/lb
89

= 138,7415 Btu/lb
VII. Analisa Percobaan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa distilasi ASTM
D-86, bahn yang digunakan adalah petroleum.Distilasi (American Society for Testing
Material) ASTM D-86 dilakukan untuk pengawasan pengendalian pada proses dan
operasi pemisahan terutama menyangkut kualitas produk yang dihasilkan. Distilasi
ASTM D-86 biasanya dilakukan untuk gasoline, nafta dan kerosin.Pada saat
praktikum, petroleum yang digunakann sebanyak 100 ml, kemudian petroleum tadi
dimasukkan ke dalam lanu bundar lalu merangkai peralatan destilasi.Pada destilasi
ASTM D-86 ini menggunakan gelas ukur sebagai tempat penampung destilat hasil
dari distilasi.
Kemudian melakukan proses distilasi. Kecepatan tetesan distilast yang keluar
dicatat pada selang waktu 10 ml. Setelah selang waktu 10 ml suhu pada labu bundar
dicatat.Suhu mula – mula setelah menetes disebut IBP (Indeks Boling Point).IBP nya
63oC.Suhu uap dijaga sekitar 20oC agar tidak menguap dan agar tidak terjadi
pengembunan.
Dan pada percobaan ini tujuannya adalah untuk mengetahui titik didih sampel
petroleum dan menghitung panas laten penguapan.
Perhitungan panas laten penguapan dan API gravity dilakukan untuk
mengetahui kualitas minyak. Seperti yang diketahui distilasi ASTM D-86 adalah
suatu metode yang sering digunakan untuk operasi pemisahan fraksi yang
berhubungan dengan kualitas produk. Dan dari hasil percobaan petroleum ether yang
diuji tersebut memiliki kualitas yang tinggi dan bagus.
VIII. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa:


- Distilasi ASTM D-86 adalah salah satu jennies distilasi untuk memisahkan
minyak bumi jenis petroleum
- Bahan yang digunakan yaitu petroleum
- Nilai IBP yang didapat adalah 145°F
- Nilai FBP yang didapat adalah 170,6°F
- Panas penguapan yang didapat adalah 138,7415 Btu/lb
IX. Daftar Pustaka

Kasie lab,2014. ‘Petunjuk Praktikum Hidrokarbon’. Palembang; Politeknik Negeri


Sriwijaya

Unknown.fundamental of petroleum refining. The be vard united kingdom.

Maxwell.J.B.1950.Data book on hydrocarbons application to process


engginering.robet E.Kriger Publishing Company.Inc.Florida.

Nelson and Welson. Petroleum of refining.MC.Graw Hill. New york

Gambar alat
Seperangkat Peralatan Pistilasi ASTM D-86

Anda mungkin juga menyukai