Anda di halaman 1dari 5

Artikel Teknologi Hijau

2018, Vol 1, No 1

Pengujian Flash and Fire Point pada Pertalite Murni dan Campuran
Pertalite - Pertamax dengan Perbandingan 60 : 40

Indah Ayu Pramiswari, Intan Asri Pratiwi, Odina Nadya Sari, Fidhiyah Anas Novia,
dan Ir, Budi Setiawan, M,T *
Kampus ITS – Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111, tu_tkimiaindustri@its,ac,id
2018

ABSTRAK, Dalam suatu bahan bakar cair yang perlu diperhatikan adalah besarnya flash point dan fire point,
Dengan adanya praktikum Flash and Fire Point diharapkan dapat mengetahui titik nyala (flash point) dan titik
api (fire point) dari bahan bakar dengan tepat dan akurat yang dapat digunakan untuk menentukan cara
penyimpanan dan treatment lainnya serta mempelajari dan mengetahui metode pengukuran titik nyala pada
sampel bahan bakar pertalite dan campuran pertalite-pertamax berdasarkan ASTM D92-05a, Penentuan Flash
& Fire point pada sampel Pertalite pada repeat I memiliki nilai flash point pada suhu 76°C dan fire point pada
suhu 80°C, Pada repeat II ini flash point terjadi pada suhu 78°C dan fire point pada suhu 82°C, Penentuan
Flash & Fire point pada sampel Pertalite 60% - Pertamax 40% pada repeat I ini flash point terjadi pada suhu
72°C dan fire point pada suhu 80°C, Pada repeat II ini flash point terjadi pada suhu 70°C dan fire point pada
suhu 78°C, Dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terjadi flash point pada sampel
pertalite yaitu 493 sekon dengan suhu 76oC dan fire point terjadi pada 523 sekon dengan suhu 81 oC dan rata-
rata waktu yang dibutuhkan untuk terjadi flash point pada sampel pertalite 60%-dexlite 40% yaitu 366 sekon
dengan suhu 71oC dan fire point terjadi pada 419 sekon dengan suhu 79 oC,

Kata Kunci: flash point, fire point

PENDAHULUAN
Bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran
tersebut dengan sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor, Bahan bakar dibakar dengan tujuan untuk
memperoleh kalor tersebut untuk digunakan baik secara langsung maupun tak langsung, Titik nyala (flash
point) dan titik api (fire point) merupakan salah satu parameter penting yang diukur untuk mengetahui
spesifikasi suatu bahan bakar, Titik nyala (flash point) adalah temperatur dimana timbul sejumlah uap
yang apabila bercampur dengan udara membentuk suatu campuran yang mudah menyala, Titik api (fire
point) adalah temperatur dimana bahan bakar cair yang dipanaskan pada keadaan baku dapat terbakar
selama waktu sekurang-kurangnya 5 detik, Titik nyala (flash point) adalah karakteristik tunggal zat yang
mudah terbakar yang digunakan untuk menaksir sifat suatu bahan, Flash point yang rendah dapat menjadi
indikasi adanya bahan yang sangat volatile dalam cairan, Titik api yang digunakan untuk menaksir risiko
dari kemampuan bahan untuk mendukung pembakaran, Nilai-nilai ini juga mempengaruhi bagaimana
bahan bakar cair dikirimkan, disimpan, dan dibuang (Kennedy, 1990),

Tabel II,1 Flash Point dan Temperatur Auto-ignition Bahan Bakar dalam Udara pada 1 atm
Substansi Flash Point (°C) Temperatur Auto-Ignition (°C)

Methane -188 537


Ethane -135 472
Propane -104 470
n-Buthane -60 365
n-Octane 10 206
Iso-Octane -12 418
n-Cetane 135 205
Methanol 11 385
Ethanol 12 365
Artikel Teknologi Hijau
2018, Vol 1, No 1

Acetylene Gas 305


Carbon Monoksida Gas 609
Hydrogen Gas 400

Temperatur auto-ignition merupakan temperatur terendah yang diperlukan untuk terbakar sendiri
dalam container standard dalam udara atmosfer dengan tanpa bantuan nyala seperti bunga api/spark atau
nyala, Sebagai contoh, temperatur auto-ignition bensin adalah 370°C, Secara umum, temperatur auto-
ignition mengindikasikan tingkat kesulitan relatif bahan bakar untuk terbakar, Karena temperatur auto-
ignition bervariasi terhadap geometri permukaan panas, dan faktor lain seperti tekanan, maka test lain
seperti octane number dan cetane number perlu dilakukan untuk bahan bakar mesin3,
Oleh karena itu, dengan praktikum Flash and Fire Point diharapkan dapat mengetahui titik nyala
(flash point) dan titik api (fire point) dari bahan bakar dengan tepat dan akurat yang dapat digunakan
untuk menentukan cara penyimpanan dan treatment lainnya serta mempelajari dan mengetahui metode
pengukuran titik nyala pada sampel bahan bakar premium berdasarkan ASTM D92-05a,
Setiap cairan yang mudah terbakar memiliki tekanan uap, yang merupakan fungsi dari temperatur
suatu bahan bakar cair, Dengan naiknya suhu, maka tekanan uap akan mengalami kenaikan, dengan
meningkatnya tekanan uap, konsentrasi penguapan cairan yang mudah terbakar di udara meningkat,
karena itu suhu yang menentukan konsentrasi penguapan cairan yang mudah terbakar di udara dalam
kondisi kesetimbangan, Cairan yang mudah terbakar yang berbeda membutuhkan konsentrasi yang
berbeda dari bahan bakar di udara untuk mempertahankan pembakaran, Titik nyala adalah suhu minimum
di mana ada konsentrasi yang cukup dari penguapan bahan bakar di udara untuk menyebarkan
pembakaran setelah sumber pengapian dinyalakan,
Metode Pengujian Flash Point dan Fire Point berdasarkan ASTM D 92-05 adalah sebagai
berikut:
1. Isi tempat sampel (cup) sampai tanda batas pengisian, Suhu sampel dan tempatnya tidak boleh
melebihi 56°C (100°F) di bawah titik nyala yang diharapkan,
2. Apabila sampel yang akan diuji dalam bentuk padat, maka perlu dicairkan sehingga perlu
dipanaskan terlebih dahulu pada suhu yang tidak boleh melebihi 56°C (100°F),
3. Pastikan panas awalnya akan naik 5-6°C (9-30°F)/menit, Apabila suhu sampel sekitar
56°C(100°F) panasnya perlu diturunkan sampai suhu 28°C (50°F) dengan kecepatan 5-6°C (9-
11°F)/menit,
4. Pada suhu 28°C(50°F) terakhir terjadi kenaikan suhu dari suhu sebelumnya, pada kondisi ini
perlu dijaga dari terganggunya pengujian oleh uap ataupun busa,
5. Catat pengamatan sebagai titik nyala, ketika asap muncul dan menyebar di seluruh permukaan
sampel,
6. Untuk menentukan titik api, lanjutkan pemanasan yang dilakukan pada sampel setelah diketahui
titik nyalanya, sehingga terjadi peningkatan suhu 5-6°C (9-11°F)/menit, Melanjutkan pemanasan
hingga terjadi nyala api selama minimal 5 detik,
7. Catat suhu titik api yang terdeteksi pada saat sampel menyala,
8. Ketika peralatan selesai digunakan, untuk keamanan peralatan usahakan suhunya kurang dari
60°C(140°F), kemudian bersihkan tempat sampel (cup) sesuai dengan prosedur,
Ketelitian untuk Flash Point dan Fire Point menurut metode ASTM D 92-05a adalah:
a) Repeatability
- Flash Point : 15oF(8oC)
- Fire Point : 15oF(8oC)
b) Reproduceability
- Flash Point : 30oF(17oC)
- Fire Point : 25oF(14oC)
Kualitas produk merupakan salah satu kunci untuk dapat bersaing dalam dunia industri,
Penerapan measurement system analysis (MSA) dalam peningkatan kualitas merupakan hal yang
Artikel Teknologi Hijau
2018, Vol 1, No 1

disarankan menurut six sigma metodologi, MSA merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
penyebab varian hasil pengukuran berdasarkan proses pengukurannya, Terdapat dua istilah penting dalam
MSA yaitu repeatability dan reproducibility, Repeatability adalah varian pengukuran saat alat ukur,
operator, dan benda yang diukur sama, Reproducibility adalah varian pengukuran saat alat ukur dan benda
yang diukur sama sedangkan operator yang mengukur berbeda 4,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel IV,1,1, Hasil Pengamatan Penentuan Flash & Fire point pada sampel Pertalite pada t0 = 22°C

Repeat I Repeat II

Suhu
Suhu Waktu t Waktu t
Keterangan (°C) Keterangan
(°C) (sekon) (sekon)

22 00,35 22 00,30
24 01,18 24 01,10
26 02,47 26 02,40
28 03,02 28 03,00
30 03,08 30 03,00
32 03,16 32 03,11
34 03,22 34 03,22
36 03,33 36 03,31
38 03,54 38 03,40
40 04,11 40 04,09
Sampel belum
42 04,38 Sampel belum 42 04,30
mengalami
44 04,49 mengalami 44 04,40
perubahan
46 04,57 perubahan 46 04,50
48 05,12 48 05,10
50 05,24 50 05,22
52 05,32 52 05,33
54 05,39 54 05,39
56 05,47 56 05,43
58 06,07 58 06,00
60 06,29 60 06,20
62 06,46 62 06,40
64 06,58 64 06,50
66 07,08 66 07,00 Asap Pertama
68 07,24 Asap Pertama 68 07,20
Asap semakin
70 07,42 Asap semakin 70 07,40
bertambah
72 07,54 bertambah 72 07,50
banyak
74 08,01 banyak 74 08,00
76 08,15 Flash Point 76 08,10 Flash Point
Ada sambaran
78 08,24 78 08,22 Ada sambaran
api
api
80 08,46 Fire Point 80 08,29
82 08,40 Fire Point
Artikel Teknologi Hijau
2018, Vol 1, No 1

Tabel IV,1,2, Hasil Pengamatan Penentuan Flash & Fire point pada sampel Pertalite 60% : Pertamax 40%
pada t0 = 20°C
Repeat I Repeat II
Suhu Waktu t Suhu Waktu t
Keterangan Keterangan
(°C) (second) (°C) (second)
20 00,20 20 03,24
22 01,00 22 03,29
24 02,36 24 03,34
26 03,00 26 03,40
28 03,10 28 03,49
30 03,15 Sampel belum 30 03,55
32 03,23 mengalami 32 03,42
34 03,30 perubahan 34 03,44
36 03,38 36 04,10
38 04,00 38 04,17 Sampel belum
40 04,26 40 04,23 mengalami
42 04,30 42 04,31 perubahan
44 04,44 44 04,38
Asap Pertama
46 05,09 46 04,46

48 05,15 48 04,55
50 05,23 50 05,01
52 05,28 52 05,11
54 05,34 54 05,15
56 05,43 56 05,29
58 05,50 Asap semakin 58 05,37
60 05,58 bertambah 60 05,49
Asap Pertama
62 06,01 banyak 62 05,53
64 06,08 64 05,59 Asap semakin
66 06,13 66 06,07 bertambah
68 06,19 68 06,12 banyak
70 06,25 70 06,21 Flash Point
72 06,32 Flash Point 72 06,28
Ada sambaran
74 06,43 74 06,32
api
76 06,51 Ada sambaran api 76 06,38
78 07,01 78 06,45 Fire Point
80 07,13 Fire Point

Untuk mendapatkan nilai Flash point dan Fire Point dari sampel pertalite dan pertalite 60% :
Pertamax 40%, yaitu dengan cara menghitung rata-rata Flash point dan Fire Point sehingga didapatkan
nilai repeatability, Hasilnya dapat dilihat pada Tabel IV,2,1 dan Tabel IV,2,2 berikut,

Tabel IV,2,1 Nilai rata-rata Flash Point dan Fire Point pada Sampel Pertalite
Pertalite ASTM
Parameter Repeatability Keterangan
Repeat I Repeat II D92-05a
Flash Point 76 0C 76 0C 6 0C Max,8 0C Sesuai
0 0 0
Fire Point 80 C 88 C 6 C Max,8 0C Sesuai
Artikel Teknologi Hijau
2018, Vol 1, No 1

Tabel IV,2,3 Nilai rata-rata Flash Point dan Fire Point pada Sampel Pertalite 60% : Dexlite 40%
Pertalite 60% :
ASTM
Parameter Pertamax 40% Repeatability Keterangan
D92-05a
Repeat I Repeat II
Flash Point 72 0C 70 0C 4 0C Max,8 0C Sesuai
0 0 0 0
Fire Point 80 C 78 C 4 C Max,8 C Sesuai

Pertalite
10
8
Waktu (sekon)

6
4 Repeat 1

2 Repeat 2

0
0 20 40 60 80 100
Temperatur (0C)

Pertalite 60%-Pertamax 40%


8
Waktu (sekon)

4
Repeat 1
2 Repeat 2

0
0 20 40 60 80 100
Temperatur (0C)

KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terjadi
flash point pada sampel pertalite yaitu 493 sekon dengan suhu 76oC dan fire point terjadi pada 523 sekon
dengan suhu 81 oC dan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terjadi flash point pada sampel pertalite 60%-
dexlite 40% yaitu 366 sekon dengan suhu 71oC dan fire point terjadi pada 419 sekon dengan suhu 79 oC,

REFERENSI
American Standard Testing Material D 92 – 05A : American Association State.
John A. Kennedy. 1990. Flash Point and Fire Analysis. Sarasota : 857 Tallevast Road.

Anda mungkin juga menyukai