Saccharomycess Cerevisiae
Saccharomycess Cerevisiae
Disusun oleh
Fidhiyah Anas Novia (02211940005006)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karenadengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Paper Mikrobiologi
yang berjudul “Saccharomycess cerevisiae” yang alhamdulillah tepat pada waktunya ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya sampaikan terimakasih saya
kepada Dr. Eng, R. Darmawan selaku dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi Industri
yang telah membimbing dan memberikan materi kuliah demi lancarnya tugas ini.
Paper ini berisikan tentang mikroorganisme secara garis besar, perbedaan autotroph,
dan heterotroph, serta taksonomi, bentuk, reproduksi hingga pemanfaatan Saccharomycess
cerevisiae dalam dunia industri. Diharapkan Paper ini dapat berguna dalam rangka memahami
informasi dan pengetahuan kepada kita semua mengenai Saccharomycess cerevisiae.
Saya menyadari bahwa paper ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, saya mengharapkan kritik, saran dan usulan dari semua pihak yang
bersifat membangun, selalu saya harapkan demi kesempurnaan Paper ini, mengingat tidak ada
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Demikianlah paper ini disusun, semoga paper sederhana ini dapat dipahami. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
Mikrobiologi Industri C
1
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
BAB I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi Industri C
2
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
Mikrobiologi Industri C
3
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
Di alam, yeast dapat ditemukan di banyak tempat berbeda, tetapi tidak tersebar luas
seperti bakteri. Permukaan buah-buahan, getah pohon yang dipancarkan dan tanaman seperti
jagung, nektar bunga, dan daun tanaman adalah semua tempat di mana yeast dapat
ditemukan. Mereka juga ada di tanah kebun-kebun anggur dan kebun-kebun, dan di berbagai
binatang; serangga khususnya membawa yeast dalam saluran pencernaannya. Yeast lebih
suka juga agak umum pada produk susu, terutama dalam krim, mentega, dan beberapa jenis
susu fermentasi untuk tumbuh dalam makanan asam yang mengandung gula.
(Sarles, 1956)
Di Indonesia Saccharomycess cerevisiae sebagai yeast telah dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk keperluan pembuatan roti, dan tape singkong. Pada masa kini, yeast paling
banyak digunakan untuk keperluan berbagai industri dalam proses produksi minuman
beralkohol, biomasa, ekstrak untuk keperluan industri kimia, senyawa beraroma dan produksi
protein rekombinan untuk menunjang kegiatan bioteknologi khususnya bidang molekuler
biologi.
(Watson, 1988)
Peranan yeast dalam bidang biologi molekuler adalah sebagai mikroba eukariot
uniseluler yang mempunyai kemampuan untuk disisipkan dengan gen mikroba lain (Nikon,
2004). Untuk mencapai produk yang diinginkan harus melalui proses teknologi tinggi dan
modern, biayanya relatif mahal namun produk yang dihasilkan bermutu tinggi, sehingga jika
diperhitungkan secara ekonomi lebih menguntungkan.
(Ahmad, 2005)
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari Saccharomycess cerevisiae.
2. Untuk mengetahui taksonomi dari Saccharomycess cerevisiae.
3. Untuk mengetahui peran Saccharomycess cerevisiae pada industri
Mikrobiologi Industri C
4
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
BAB II
PEMBAHASAN
Mikrobiologi Industri C
5
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
berbentuk sosis, berbentuk lemon, atau silindris. Morfologi sel-sel spesies individu yeast
cukup konstan dan dapat digunakan sebagai salah satu karakteristik yang digunakan dalam
identifikasi dan klasifikasi mereka. untuk menggambarkan morfologi sel yeast "khas".
(Sarles, 1956)
Semua sel yeast memiliki dinding sel, mungkin terdiri dari kitin, yang mengelilingi sel
yang tepat. Ketika sel masih muda, dindingnya agak tipis dan fleksibel, tetapi menjadi lebih
tebal dan lebih kaku saat sel matang. Mengitari protoplasma di dalam dinding sel adalah
permeabel yang permeabel. Yeast tidak memiliki flagela dan, biasanya, tidak memiliki kapsul
atau lapisan lendir. Di dalam sel yeast adalah vakuola besar. Di salah satu ujung vakuola ini
ada tubuh kecil dan padat yang diyakini sebagian pekerja sebagai nukleus. Pekerja lain yakin
bahwa seluruh vakuola adalah vakuola nuklir, dan bahwa benda padat di satu ujung hanyalah
satu bagian dari inti; para penyelidik ini mengklaim bahwa vakuola mengandung kromosom
yang membawa unit turun-temurun, atau gen. Saat ini tidak mungkin untuk menyatakan
pendapat mana yang benar, tetapi bobot bukti tampaknya mendukung pandangan yang
terakhir. Bagaimanapun, sudah pasti bahwa sel yeast mengandung nukleus. Sitoplasma yang
mengelilingi vakuola sel yeast tampak granular, terutama dalam sel dewasa. Butiran dapat
terdiri dari produk penyimpanan volutin, lemak, atau glikogen. Struktur kecil dengan
signifikansi yang tidak diketahui, yang disebut mitokondria, juga ada di sitoplasma dan
memberikannya membran grantoptoplasma yang penampilannya berbeda.
(Sarles, 1956)
Taksonomi Saccharomyces sp. menurut Sanger (2004), sebagai berikut:
Kingdom : Eukaryota
Phylum : Fungi
Subphylum : Ascomycota
Class : Saccharomycetes
Order : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
Mikrobiologi Industri C
6
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
Yeast dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa, maupun gula
kompleks disakarida yaitu sukrosa
(Marx, 1991).
Selain itu untuk menunjang kebutuhan hidup diperlukan oksigen, karbohidrat, dan
nitrogen. Pada uji fermentasi gulagula mempunyai reaksi positif pada gula dekstrosa,
galaktosa, sukrosa, maltosa, raffinosa, trehalosa, dan negatif pada gula laktosa
(Lodder, 1970).
Mikrobiologi Industri C
7
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
II.2 Reproduksi
Reproduksi vegetatif dan spora aseksual metode yang paling umum dari reproduksi
vegetatif yeast adalah dengan menanam, tetapi beberapa spesies dapat bereproduksi dengan
fisik satu spesies dapat bereproduksi baik dengan tunas maupun pembelahan. Pada tunas,
beberapa protoplasma sel membuncit dinding sel, dan tunas yang terbentuk tumbuh sampai
mirip dengan sel asli dalam bentuk dan ukuran. Ketika kuncup mencapai kematangan,
biasanya menjadi terpisah dari sel induknya. Yeast yang aktif tumbuh bisa tumbuh beberapa
poin karena mereka mencapai ukuran sel induk.
Mikrobiologi Industri C
8
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
Gambar II.2 Photomicrographs urutan tunas sel yang tumbuh pada Saccharomyces
Ceverisiae dalam beberapa jam satu sel telah meningkat menjadi 4 sel dewasa masing-masing
dengan kuncup. Diperbesar 1500x
(Sarles, 1956)
Dengan demikian, untuk menunjukkan struktur miselium primitif, yang mungkin
hanya sementara jika sel-sel yang terbentuk oleh tunas akhirnya pecah dan ada sebagai
pembentukan tunas, inti sel membelah, dan salah satu inti, bersama dengan beberapa
dari sitoplasma, bermigrasi ke tunas. Serangkaian fotomikrograf pada Gambar II.2
menunjukkan tunas sel yeast. Dalam beberapa spesies yeast yang bereproduksi secara
vegetatif melalui fisik prosesnya serupa dalam banyak hal dengan yang terjadi pada
bakteri. Sel yeast datang agak memanjang, pembelahan nuklir terjadi, dan dinding silang
diletakkan di sepanjang sumbu transversal sel, membaginya menjadi dua sel anak, masing-
masing dilengkapi dengan nukleus dan sitoplasma dan dikelilingi oleh dinding sel. Dalam
beberapa yeast, sel-sel dalam kultur lama mengembangkan dinding menebal, menjadi penuh
dengan granular. Ini disebut chlamydospores dan lebih tahan terhadap pengeringan daripada
sel-sel yeast vegetatif biasa. Ketika ditempatkan di bawah kondisi lingkungan yang sesuai,
Mikrobiologi Industri C
9
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
klamidosporat mencerminkan dan membentuk sel vegetatif baru. Proses ini, seperti
pembentukan endospore pada bakteri, menghasilkan multiplikasi.
Yeast yang bisa berada di ujung hifa atau di dalam rantai sel yang membentuk
hifa. Selain itu, spora, yang merupakan unit reproduksi spheroidal atau ellipsoidal yang
terbentuk dari hifa dengan tunas. Jenis ketiga dari spora aseksual yang dapat diproduksi oleh
yeast pembentuk miselium adalah artrospora, ini diproduksi dengan memecah hifa septate ke
dalam sel-sel komponennya. Arthrospora, biasanya berbentuk silindris dan ujungnya agak
persegi; karakteristik ini memungkinkan diferensiasi mereka dari blastospora, yang berbentuk
steroid berbentuk bola. pada sel, dan sel anak pada gilirannya dapat mulai bertunas suatu
waktu, yeast dapat membentuk sel tunggal. Cadangan bahan, dan tampaknya pergi ke tahap
istirahat. reproduksi tanpa menghasilkan miselium dapat menghasilkan klamidospora
beberapa yeast pembentuk miselium menghasilkan blastoidia.
(Sarles, 1956)
Mikrobiologi Industri C
10
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
Mikrobiologi Industri C
11
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
Mikrobiologi Industri C
12
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
karena aktivitas enzim amilase terutama isoamilase dapat menghidrolisa ikatan α(1,6)-pada
amilopektin (Van der Maarel dkk., 2002). Selain itu yeast amilolitik berperan dalam
memproduksi etanol dan biomassa yeast berasal dari bahan yang mengandung zat pati dan
fermentasi beras untuk memproduksi minuman dan makanan berkarbohidrat rendah (McCann
dan Barnett, 1986), serta produksi amilase oleh yeast selama fermentasi tape ketan (Ardhana
dan Fleet, 1989; De Mot, 1990). Yeast mempunyai peran penting dan potensinya dalam
pengembangan produkproduk pangan merupakan prospek besar yang masih perlu digali.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan yeast Saccharomyces cerevisiae dalam
pembuatan tapioka dan mengetahui perubahan biokimia dalam pati yang dihasilkan.
Menurut Frazier dan Westhoff (1978) proses fermentasi dapat dibedakan atas 2
tingkatan, dapat dijelaskan seperti berikut :
1. Peragian tingkat pertama, berlangsung dalam keadaan aerob (adanya O2) yang
terlarut dan di permukaan, berfungsi memperbanyak ragi (khamir) yang dapat
ditandai timbulnya gas asam arang, reaksi sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 36ATP
Pada proses fermentasi tingkat pertama tidak ada atau sedikit sekali etanol yang
dihasilkan
2. Fermentasi berlangsung dalam keadaan anaerob. Pada tahap ini khamir dan enzim
yang dihasilkan sudah cukup banyak, sehingga akan berlangsung fermentasi,
sampai sebagian atau seluruh gula dirubah menjadi etanol, dengan reaksi :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2ATP
Mikrobiologi Industri C
13
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
untuk ternak sebagai probiotik, bersama-sama dengan bakteri dan cendawan lainnya seperti
Aspergillus niger, A. oryzae, Bacillus pumilus, B. centuss, Lactobacillus acidophilus,
Saccharomyces crimers, Streptococcus lactis dan S. termophilus.
Pengujian terhadap Saccharomyces cerevisiae yang dipakai sebagai feed additive
dalam bentuk probiotik terlebih dahulu diuji secara in vitro dengan melakukan uji kemampuan
daya hidup terhadap asam-asam organik, garam empedu, dan pH rendah (Agarwal et al.,
2000). Tedesco et al. (1994) mendapatkan korelasi dari pemberian Saccharomyces cerevisiae
terhadap bakteri pada kelinci, yaitu dengan cara mengurangi jumlah bakteri patogen dan
meningkatkan jumlah bakteri aerob, anaerob yang menguntungkan di dalam usus. Kumprecht
et al. (1994) memberikan campuran Saccharomyces. cerevisiae dengan Streptococcus faecum
pada ayam broiler sehingga jumlah kuman Eschericha coli berkurang sebesar 50% di dalam
sekumnya. Selanjutnya Kompiang (2002) menggunakan "yeast (yeast) laut" dengan S.
cerevisiae di dalam pakan ayam dan mendapatkan hasil yang positif yaitu meningkatnya bobot
badan setelah pemberian Saccharomyces cerevisiae. Selanjutnya Kumprechtova et al. (2000)
memberi Saccharomyces cerevisiae 47 dengan dosis 200 g/100 kg pakan untuk meningkatkan
penampilan daging dan mengurangi bau amonia nitrogen pada feses ayam. Hasil lain dari
pemberian S. cerevisiae ialah meningkatkan penampilan bobot ayam dan secara in vitro
mampu menekan pertumbuhan S . typhimurium meski secara in vivo tidak memberikan hasil
yang signifikan.
(Istiana, 2003)
Pemberian Saccharomyces cerevisiae pada ternak ruminansia akan meningkatkan
bakteri selulolitik dan asam laktat pada saluran pencernaan. Meski tidak semua memberikan
respon positif terhadap pemberian pakan imbuhan ini namun pada sapi dapat meningkatkan
produksi susu rata-rata sebesar 4,3% dan pertambahan bobot badan rata-rata sebesar 8,7%.
Sementara ini beberapa produk yeast komersial yang diperjual belikan di Indonesia adalah
Diamond V (USA), CYC100 (Korsel), Yea-Sacc (USA) (Wina, 2000). Pada ternak domba
dilakukan pencampuran S cerevisiae dengan Bioplus di dalam ransum untuk mendapatkan
peningkatan bobot badan serta menurunkan konversi pakan (Ratnaningsih, 2000) dan basil
yang diperoleh menunjukkan korelasi yang positif yaitu dengan dosis 4 g/hari (1 g S.
cerevisiae ekivalen mengandung 14 x 1010 koloni) menghasilkan konversi pakan sebesar 6
kg/kg pertambahan bobot badan. Namun tidak semua isolat S. cerevisiae dapat digunakan
Mikrobiologi Industri C
14
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
sebagai probiotik, karena harus melalui beberapa macam seleksi dan dari sejumlah yeast
tersebut hanya sedikit yang dapat digunakan, misalnya seperti yang diteliti oleh Agarwal et al.
(2000), dari 9 isolat yang diuji hanya 1 yang dapat digunakan sebagai probiotik.
Melihat keberhasilan penelitian-penelitian di atas maka S. cerevisiae dapat digunakan
sebagai probiotik namun beberapa faktor harus diperhatikan sebagai bahan pertimbangan
seperti ekonomi, pengaruh buruk terhadap ternak, zat khasiat yang terkandung di dalamnya.
Dari segi ekonomi harus diperhitungkan ongkos produksi dalam skala besar dibandingkan
dengan keuntungan yang diperoleh. Perlu dipertimbangkan pengaruh buruk jika pemberian
secara berlebihan akan mengganggu keseimbangan mikroflora di dalam tubuh sehingga
mengakibatkan terjadinya pengaruh patogen pada ternak yaitu penyakit "Saccharomikosis".
Bila zat khasiatnya dapat diolah berupa prebiotik mungkin akan lebih balk dan efisien seperti
Beta D-glukan untuk imunostimulan yang diperoleh dari dinding sel S. cerevisiae.
Mikrobiologi Industri C
15
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
S. cerevisiae tergolong cendawan berupa yeast (yeast) pembuat kue dan roti ternyata
mempunyai potensi kemampuan yang tinggi sebagai imunostimulan, dan bagian yang
bermanfaat tersebut adalah dinding selnya yang mengandung (3 (1,3 dan 1,6) glukan. Bahan
inilah yang dipakai sebagai imunostimulan setelah berhasil dipisahkan pada bagian dinding set
S. cerevisiae.
(Life Source Basic, 2002).
Mikrobiologi Industri C
16
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Saccharomycess cerevisiae merupakan yeast sejati tergolong eukariot yang secara
morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau
bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya.
2. Saccharomycess cerevisiae dapat berkembang biak dengan membelah diri melalui
"budding cell". Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta
jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel.
3. Saccharomycess cerevisiae merupakan mikroorganisme dengan tipe nutrisi utama ialah
Chemoheterotroph.
4. Saccharomycess cerevisiae merupakan kingdom: eukaryota, phylum: fungi,
subphylum: Ascomycota, class:saccharomycetes,order: Saccharomycetales, Family:
Saccharomycetaceae, genus: saccharomyces, species: Saccharomyces cerevisiae
5. Saccharomycess cerevisiae dapat dimanfaatkan pada fermentasi pati sebagai katalis
untuk mengubah karbohidrat menjadi glukosa dan alkohol
6. Saccharomyces cerevisiae dapat dimanfaatkan sebagai feed additive pada Ternak, yaitu
sebagai probiotik untuk membuat ternak menjadi sehat
7. Saccharomyces cerevisiae mempunyai potensi kemampuan yang tinggi sebagai
imunostimulan, dan bagian yang bermanfaat tersebut adalah dinding selnya yang
mengandung (3 (1,3 dan 1,6) glukan. Bahan inilah yang dipakai sebagai imunostimulan
setelah berhasil dipisahkan pada bagian dinding set S. cerevisiae.
Mikrobiologi Industri C
17
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, N., D.N. Kamra, L.C.Chaudhary, A. Sahoo And PATHAK. 2000. Selection
Ofsaccharomyces Cerevisae Strains For Use As A Microbial Feed Additive.
Http:/Www.Blackwell.Synergy.Com/Links/Doi/10.1046/J.1472-
65X.2000.00826.X/Full/
Cole, D.J.A. 1991. The Role Of The Nutrionist In Design Feed For Future In Feed Industry.
Proc. Of Alltechs, Seventh Annual Symposium. Alltech Technical Publication,
Nicholasville Kentucky: 1-2.
Dwijoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fox, J.M. 2003. Immunology Of Fish And Shrimp. Http://
www.Sci.Tamucc.Edu/Pals/Maric/Inedx/Webpage/Dlec 2.Html. Fuller, R. 1992.
Probiotics The Scientific Basis. Chapman & Hall. The University Press Cambridge.
Frazier, W.C. & Westhoff, D.C. 1978. Food Microbiology. Mc Graw-Hill Book Company,
New York
Istiana. E. Kusumaningtyas, D. Gholib Dan S. Hastiono. 2002. Isolasi Dan Identifikasi
Saccharomyces Cerevisae Beserta In Vitro Terhadap (Salmonella Typhimurium). Pros.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Ciawi, Bogor 30 Sept.-1 Okt.
2002. Puslitbang Peternakan, Bogor. Hlm. 459-462.
Jean-Michel. 2005. Saccharomyeces Cerevisiaes. Http:// Www. Inra.
Fr/Internet/Directions/DIC/PRESSE/COMMUNIQUES/Images/Sia2004/Saccharomyc
escerevisiael.Jpg
Karspinska, E., B. Blaszcak, G. Kosowska, A. Degrski, M. Binek And W.B. Borzemska.
2001. Growth Of The Intestinal Anaerobes In The Newly Hatched Chicks According
To The Feeding And Providing With Normal Gut Flora. Bull. Vet. Pulawy. 45: 105-
109.
Kompiang, I.P. 2002. Pengaruh Yeast Saccharomyces Cereviae Dan Yeast Laut Sebagai Pakan
Imbuhan Probiotik Terhadap Kinerja Unggas. Jitv 7(1): 18-21.
Kumprechtova, D., P.Zobac Dan 1. KUMPRECT. 2000. The Effect Ofsaccharomyces
Cerevisae Sc 47 On Chiken Broiler Performance An Nitrogen Out Put. Czech. J . Anim
Sci. 45: 169-77.
Mikrobiologi Industri C
18
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
Kumprechtova, D., P.Zobac Dan 1. Kumprect. 2000. The Effect Ofsaccharomyces Cerevisae
Sc 47 On Chiken Broiler Performance An Nitrogen Out Put. Czech. J . Anim Sci. 45:
169-77.
Landecker, E.M. 1972. Fundamental Of The Fungi. Prentice Hall Inc. Newyork University.
Newyork. USA. Pp. 59-61.
Life Source Basics. 2002. Wgp. Beta Glucan. Http: Www. Life Source
Basics.Com/Beta_Glucan.Htm
Lodder, J. 1970. The Yeast: A Taxonomic Study Second Revised And Enlarged Edition. The
Netherland, Northolland Publishing Co., Amsterdam.
Marx Jean, L. 1991. Revolusi Bioteknologi. Terjemahan: Wilder Yatim. Edisi I, Cetakan L,
Kota: Jakarta. Yayasan Obor Indonesia: 69-73.
Nikon. 2004. Saccharomyeces Yeast Cells: Nikon Microscopy. Phase Contrast
Lmagegailery.Http//Www.Microscopyu.Com/Galleries/Pliasecontrast/Saccharomvcess
mall.Html
Pelczar, Michael J Dan Chan, E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid I. Jakarta: Ui
Press
Ratnaningsih, A. 2000. Pengaruh Pemberian Probiotik S. Cerevisiae Dan Bioplus Pads
Ransum Ternak Domba Terhadap Konsumsi Bahan Kering, Kecernaan Dan Konversi
Ransum (In Vivo). Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.
Reed, G. And T.W. Nagodawithana. 1991. Yeast Technology. 2nd Edition. Van Nostrad, Rein
Hold. Newyork. Usa.
Roberfoid, M.B. 2000.Prebiotics And Probiotics:Are They Functional Foods 1-3 Am. J. Clin.
New. 71 (Suppl): 16828-16878.
Sanger. 2004. Peptidase Of Saccharomyces Cerevisae. Http //Merops. Sanger.Ac.
Uk/Speccards/Peptidase/Spoo 0895.Htm.
Shin, T., S. Hyung, K. Kyun And A. Choong. 1989. Effects Of Cyc On The Performance Of
Dairy, Beef Cattle And Swine. Seoul, Korea.
Soeharsono. 1994. Probiotik (Alternatif Pengganti Antibiotik Dalam Bidang Petemakan).
Laboratorium Fisiologi Dan Biokimia. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran.
Suriawiria, U. 1990. Pengantar Biologi Umum. Penerbit Angkasa. Bandung.
Mikrobiologi Industri C
19
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS
Saccharomycess Cerevisiae
Mikrobiologi Industri C
20
Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri-ITS