Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juli 2019 di
Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik Energi Politeknik
Negeri Sriwijaya.

3.2 Bahan dan Alat


1. Peralatan Operasi Produksi Biopelet Bungkil Biji Kepayang
Alat alat yang digunakan pada unit produksi biopelet bungkil biji
kepayang adalah sebagai berikut:
a. Alat Srew Oil Press Machine : 1 Unit
b. Nozzle : 3 Unit
c. Bomb Calorimeter : 1 Unit
d. Kompor Biopelet : 1 Unit
e. Kompressor : 1 Unit
f. Penggaris : 1 Buah
g. Neraca Analitik : 1 Unit
h. Obeng : 2 Unit
i. Kaca arloji : 3 buah
j. Spatula : 1 buah
k. Cawan porselen : 3 buah
l. Baskom : 2 buah
m. Kunci pas : 1 set
n. Palu : 1 buah
o. Lap : 1 buah
p. Sarung tangan oven : 1 set
q. Zip in : 1 set
r. Tang : 1 buah
s. High Accuracy Powermeter : 1 Unit
t. Oven Dryer : 1 Unit

28
29

2. Bahan – bahan pada Produksi Biopelet Bungkil Biji Kepayang


1. Biji Kepayang : 2,4 kg

3.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan


3.3.1 Pengamatan
Pengamatan pada percobaan produksi biopelet dari bungkil biji kepayang
dengan metode pengepresan berulir terdapat beberapa variabel yang ditinjau agar
penelitian berjalan sesuai yang diharapkan yaitu variabel tetap dan tak tetap.
Variabel tetap berupa massa bahan baku yang dalam hal ini merupakan bungkil
biji kepayang. Variabel tak tetap yang diambil berupa kecepatan pelumatan
melalui putaran screw, dan temperatur pemanasan yang ada pada alat pengepresan
berulir yang menjadi bagian dalam penelitian ini. Hasil Pengamatan pada
penelitian Biopelet dari bungkil biji kepayang, terlampir pada lampiran 1.

3.3.2 Prosedur Percobaan Pengepresan Bungkil Biji Kepayang


A. Prosedur Persiapan Sampel
1. Menyiapkan bungkil biji kepayang sebanyak 200 gr.
2. Mencuci bungkil biji kepayang dengan air hingga bersih dan
merendamnya selama 2 jam.
3. Merebus bungkil biji kepayang selama 2 jam.
4. Menjemur bungkil biji kepayang selama 1 hari dan mengeringkan
bungkil biji kepayang dengan oven selama 1 jam.
5. Memperkecil ukuran bungkil biji kepayang dengan cara memotong
bungkil biji kepayang menjadi berukuran kecil.
B. Persiapan Start-Up Screw Oil Press Machine
1. Memastikan komponen mesin terpasang dengan baik dan benar
2. Memasang Heater Residence dengan menggunakan 4 key switcth.
3. Memutar sakelar main switch pada panel control.
4. Mengatur thermostat pada 2500C, biarkan lubang pada baris pertama
dan kedua mulai memanas untuk merespon alat tersebut.
5. Setelah temperatur mulai naik, set temperatur pada kondisi operasi
yang diinginkan. (Heater tidak boleh terlalu panas dan terlalu dingin)
6. Memasukkan bahan baku bungkil biji kepayang yang telah di perkecil
ukurannya ke dalam funnel.
30

7. Menekan tombol Start pada ABB Driver


8. Mengatur jumlah putaran Shaft dengan memutar tombol berwarna
putih pada ABB Driver.
9. Peralatan mulai beroperasi, bahan baku yang telah mengalami
pengepresan akan keluar di bagian ujung mesin.
10. Setelah ampas bungkil biji kepayang keluar, minyak yang diekstraksi
akan mengalir melalui lubang pengeluaran.
11. Menampung minyak keluar hasil pengepresan.
12. Mematikan mesin dan melepaskan pad, kemudian memasang nozzle
dengan ukuran yang diinginkan agar ampas bungkil biji kepayang
tercetak menjadi biopelet.
13. Menghidupkan kembali mesin.
14. Menampung biopelet yang keluar dari nozzle.
15. Mengeringkan biopelet yang terbentuk untuk menghilangkan uap
panas biopelet pada saat keluar dari mesin.
16. Mengulangi percobaan tersebut sesuai dengan variasi yang ingin
dilakukan.
C. Analisa Produk Biopelet
Untuk pengamatan hasil karakterisasi biopelet yang dihasilkan
dianalisa berupa kadar air (SNI 8021:2014), kadar abu (SNI 8021:2014),
kadar zat terbang (SNI 8021:2014), nilai kalor (SNI 8021:2014), kerapatan
(SNI 8021:2014), drop test atau shatter index, analisa laju pembakaran
dan uji organoleptik.
1. Pengukuran Kadar Air (SNI 8021:2014)
Penetapan kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam
biopelet. Penetapan nilai kadar air dilakukan dengan 1 gram sampel
diletakkan pada cawan porselin yang bobotnya sudah diketahui.
Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 110 ± 20C
selama 1 jam sampai kadar air konstan. Kemudian didinginkan dalam
desikator sampai kondisi stabil dan ditimbang. Kadar air dapat
dihitung dengan persamaan :
( b−c)
Kadar Air (%) = x 100 %
(b−a)
31

Keterangan :
a : berat cawan + tutup (gr)
b : berat cawan + tutup +sampel (gr) sebelum pemanasan
c : berat cawan + tutup +sampel (gr) setelah pemanasan
2. Pengukuran Kadar Abu (SNI 8021:2014)
Prinsip penetapan kadar abu adalah menentukan jumlah abu yang
tertinggal setelah pembakaran menggunakan energi panas. Penetapan
kadar abu dilakukan dengan memasukan cawan porselin, yang sudah
berisi sampel dan diketahui bobotnya, kedalam tanur pada suhu 650ºC
selama 4 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Kadar abu dihitung dengan persamaan :
( c−a)
Kadar Abu (%) = x 100 %
(b−a)
Keterangan:
a : berat cawan kosong (gr)
b : berat cawan + sampel (gr)
c : berat cawan + abu (gr)
3. Pengukuran Kadar Zat Terbang (SNI 8021:2014)
Prinsip penetapan kadar zat terbang adalah menguapkan bahan tanpa
oksigen pada suhu 950ºC. Selisih berat dihitung sebagai zat yang
hilang. Penetapan kadar kadar terbang dilakukan dengan meletakan
satu buah sampel biopelet dalam cawan porselin bertutup yang sudah
diketahui bobotnya. Cawan porselin dimasukan kedalam tanur pada
suhu 950ºC selama 7 menit. Setelah penguapan selesai, cawan
didingikan di dalam desikator dan selanjutnya ditimbang. Kadar zat
terbang dihitung menggunakan persamaan :
Kadar Zat Terbang (%) = kehilangan berat - kadar air
(b−c)
Kadar Zat Terbang (%) = x 100 %
(b−a)
Keterangan:
a : berat cawan + tutup (gr)
b : berat cawan + tutup + sampel (gr) sebelum pemanasan
c : berat cawan + tutup + sampel (gr) setelah pemanasan
32

4. Pengukuran Karbon Terikat (SNI 8021:2014)


Prinsip penentuan kadar karbon terikat adalah menghitung fraksi
karbon dalam bahan, tidak termasuk zat menguap dan abu . Kadar
karbon terikat dihitung menggunakan persamaan:
Kadar Karbon Tetap (%) = 100 - (IM + Ash + VM)
Keterangan:
IM : kadar air
Ash : kadar abu
VM : kadar zat terbang
5. Pengukuran Nilai Kalor (SNI 8021:2014)
Prinsip penetapan nilai kalor yaitu dengan membakar sejumlah contoh
uji dengan pengendalian kondisi dalam Oxygen Bomb Calorimeter.
Contoh uji sebanyak ± 1 gr diletakkan pada cawan silika dan diikat
dengan kawat nikel. Contoh uji ini dimasukkan ke dalam tabung dan
ditutup rapat. Tabung yang berisi contoh uji dialiri oksigen selama 30
detik. Tabung dimasukkan ke dalam Oxygen Bomb Calorimeter.
Pembakaran dimulai pada saat suhu air sudah konstan. Kenaikan suhu
diamati setiap satu menit hingga mencapai suhu yang optimal. Nilai
kalor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
∆ t−B
NK = x 100 %
mbb
Keterangan :
NK : Nilai Kalor (kal/g)
∆t : Perbedaan temperature sesudah dan sebelum pembakaran (0C)
MBb : Massa bahan bakar (gr)
B : Koreksi panas pada kawat (kal/g)
6. Kerapatan (SNI 8021:2014)
Penentuan kerapatan dinyatakan dalam hasil perbandingan antara
berat dan volume biopelet. Kerapatan dihitung menggunakan
persamaan:
m
Kerapatan =
V
33

Keterangan :
m : massa (gr)
v : volume (cm3)
7. Analisa Laju Pembakaran
1. Menyiapkan sampel biopelet dengan menimbang massa biopelet
2. Menyiapkan penyangga biopelet untuk dibakar
3. Meletakkan sampel biopelet diatas penyangga tersebut
4. Melakukan penyulutan api dengan menggunakan Gas Torch
sampai biopelet menyala
5. Mengamati waktu nyala api pada biopelet, kemudian mencatat
waktunya
6. Ulangi langkah tersebut pada sampel berikutnya.
Untuk menghitung laju pembakaran biopelet diperlukan berat
biopelet dan lama waktu nyala api pada pembakaran biopelet.
Berikut merupakan rumus untuk menghitung laju pembakaran
biopelet :
Laju pembakaran biopelet (gr/s) = m (gr)
t (s)

Dimana:
m = massa sample (gr)
t = Waktu pembakaran (s)
8. Drop Test (Shatter Index)
Analisis fisik biopelet yang dilakukan berupa pengujian drop test (
shatter index) dan stabilily. Pengujian shatter index adalah pengujian
daya tahan pelet terhadap benturan yang dijatuhkan pada ketinggian
30 cm. Pengujian ini dilakukan untuk menguji seberapa kuatnya pelet
eceng gondok terhadap benturan yang disebabkan ketinggian dan
berapa % bahan yang hilang dari pelet akibat dijatuhkan pada
ketinggian 30 cm dimana landasannya harus benar-benar halus dan
rata. Adapun prosedurnya sebagai berikut:
a) Ambil dan timbang pelet sesuai variabel
b) Catatlah berat pelet awal sebelum dijatuhkan
34

c) Ambil mistar dengan tinggi 30 cm untuk media penguji drop test


dengan alasnya meja datar dan rata yang dapat dlihat pada Gambar
3.1.

Biopelet

30 cm
Alat Ukur Ketinggian

Lantai
Gambar 3.1. Pengujian Drop Test (Shatter Index)

d) Jatuhkan pelet dari ketinggian 30 cm


e) Lakukan pengamatan terhadap pelet
f) Ambil dan timbang kembali setelah dijatuhkan
g) Catat berat pelet akhir dan lakukan perhitungan
a−b
Partikel yang hilang % = x 100 %
a

Dimana :
a : berat pelet sebelum dijatuhkan (gram)
b : berat pelet setelah dijatuhkan (gram)
h) Lakukan percobaan berulang pada sampel berikutnya.
35

3.4. Blok Diagram Pembuatan Biopelet Bungkil Biji Kepayang

Bungkil biji
kepayang

Preparasi

Pengeringan

Pengepresan, Pemanasan
dan Pencetakan Minyak Nabati

Pengeringan

Biopelet

Pengujian Sifat Kimia


Pengujian Sifat Fisik Kadar Abu Pengujian Sifat
Nilai kalor Fixed Carbon Mekanis :
Kadar Air Volatile Metter Drop Test
Densitas
Laju Pembakaran
Uji Organoleptik

Gambar 3.2. Diagram Alir Pembuatan Biopelet dari Bungkil Biji Kepayang

Anda mungkin juga menyukai