DESKRIPSI PROSES
Kualitas Pulp
Sifat Kayu
Baik Cukup Kurang
22
Selulosa (rantai
panjang tidak 42 ± 2 % 45 ± 2 % 36 ± 2 %
bercabang)
Hemiselulosa (rantai
27 ± 2 % 30 ± 5 % 38 ± 2 %
pendek bercabang)
Lignin 28 ± 3 % 20 ± 4 % 12 ± 4 %
Tabel 2.3. Perbedaan Kayu Jarum (Hardwood) dan Kayu Daun (Softwood)
5. Rendemen serat 50 % ± 90 %
Jenis tanaman lain yang dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pulp
adalah tanaman bukan kayu. Tanaman ini banyak jenis dan ragamnya seperti
jenis rumput-rumputan, perdu berbatang basah, dan tanaman berkayu lunak.
Tanaman ini dapat berasal dari hasil pertanian, hasil perkebunan, atau limbah
industri. Contohnya seperti jerami, merang, nanas, tandan kosong kelapa sawit,
24
bagas, batang jagung, Abacca, bambu, dan lain-lain. Tanaman non kayu ini pada
umumnya banyak mengandung sel gabus (pith) atau bukan serat. Seratnya dapat
berasal dari kulit, batang, dan bahkan dari biji atau buahnya.
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan
bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan
teknologi. Kayu memiliki sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain. Dalam
memproduksi pulp, PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper menggunakan bahan
baku yang berasal dari jenis kayu Acacia mangium sejak pertama kali beroperasi.
Namun akibat adanya serangan hama yang menganggu proses pertumbuhan
pohon Acacia mangium, akhirnya PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper mulai
mencoba menggunakan bahan baku alternatif lainnya yaitu pohon Eucalyptus
pellita. Pohon jenis Eucalyptus pellita ini memiliki kemampuan adaptasi yang
tinggi dan tumbuh cepat, berbatang tunggal, batang lurus, bebas cabang tinggi
serta tahan terhadap hama dan penyakit (Pudjiono dan Baskorowati, 2012).
Berikut keterangan dan spesifikasi bahan baku yang digunakan di PT
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper:
1. Keterangan kayu
a. Acacia mangium
HTI Acacia Mangium : 193.000 ha
Umur tebang : ± 6 tahun
Pertumbuhan rata-rata per tahun : 30 – 40 m3
Transportasi : Mobil Vendor
Fasilitas yang disediakan : Private Road
Kayu yang dipotong menjadi : Log
Peralatan pengangkut log : Mobil sisu, Volvo
Daya angkut : max. 90 ton
Peralatan : Sund velmet
Kapasitas log yard : 100.000 BDT
b. Eucalyptus pellita
HTI Eucalyptus Pellita : 193.000 ha
Umur tebang : 4-5 tahun
25
Pertumbuhan rata-rata per tahun : 30 – 40 m
Transportasi : Mobil Vendor
Fasilitas yang disediakan : Private Road
Kayu yang dipotong menjadi : Log
Peralatan pengangkut log : Mobil sisu, Volvo
Daya angkut : max. 90 ton
Peralatan : Sund velmet
Kapasitas log yard : 30.000 BDT
2. Spesifikasi kayu
a. Acacia mangium
Panjang : 2,2 – 3 m
Diameter : 8,0 – 60 cm (dengan kulit)
Kemurnian : tanpa pengotor
Kelurusan : tidak berbentuk garpu
Densitas rata-rata : 400 BD kg/m3
Batasan densitas : 380 – 480 BD kg/m3
Panjang log rata-rata : 2,4 cm (1,4 – 60 cm)
Diameter log rata-rata : 20 – 25 cm (7 – 60 cm)
Kelembaban : 50%
Kandungan bark (kulit) : 13% (vol)
Kebutuhan wood : 2.500.000 m3
b. Eucalyptus pellita
Panjang : 2,5 – 2,7 m
Diameter : 80 – 60 cm (dengan kulit)
Kemurnian : tanpa pengotor
Kelurusan : tidak berbentuk garpu
Densitas rata-rata : 400 BD kg/m3
Batasan densitas : 380 – 480 BD kg/m3
Panjang log rata-rata : 2,4 cm (1,4 – 60 cm)
Diameter log rata-rata : 5 – 15 cm
26
Kelembaban : 50%
Kandungan bark (kulit) : 13% (vol)
Kebutuhan wood : 2.500.000 m3
Bahan baku ini selanjutnya akan mengalami beberapa tahapan proses
yang kemudian akan menghasilkan pulp. Bahan baku tersebut diperoleh dari
Hutan Taman Industri (HTI), PT Musi Hutan Persada (MHP), PT Koringtiga
Hutani (KTH) Kalimantan Tengah, dan PT WAM di Musi Banyuasin. Adapun
kapasitas produksi pulp di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper yaitu sebesar
1.430 ADT/hari atau 450.000 ADT/tahun.
27
d. Higroskopik
Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air.
Kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.
e. Berat kayu
Berat kayu bergantung pada jumlah zat penyusun kayu yang
dikandungnya, rongga sel, kadar air, serta zat ekstraktif di dalamnya.
Selulosa adalah bagian utama dinding sel kayu, yang berupa polimer
karbohidrat glukosa dan memiliki komposisi yang sama dengan pati. Struktur
molekul selulosa berupa pilomer D-Glukosa Anhidrid yang berikatan melalui
ikatan β-1-4 Glukosidik. Derajat polimerisasi selulosa yang menunjukkan
jumlah glukosa pada selulosa lebih dari 10.000 dalam kayu, sedangkan pada
pulp yang telah diputihkan jumlahnya menurun sampai kurang dari 1000.
Secara fisik selulosa merupakan material berwarna putih dan tersusun dengan
gugus kristalin dan gugus amorf.
28
Menurut Clark, berdasarkan panjang rantainya, selulosa terbagi ke
dalam tiga bagian yaitu:
1. α-selulosa yaitu rantai panjang dengan derajat polimerisasi antara
600-1500 dan tidak larut dalam larutan NaOH 17,5%.
2. β-selulosa yaitu rantai pendek dalam derajat polimerisasi antara 15-
90 dan larut dalam NaOH 17,5% tetapi dapat mengendap jika
dinetralkan.
3. γ-selulosa yaitu selulosa rantai pendek dengan derajat polimerisasi
<15, larut dalam asam dan NaOH 17,5%.
Agar hasil pulp dan kertas baik, selulosa harus dijaga optimum, untuk
menghasilkan rendemen yang tinggi dan untuk mempertahankan sifat fisik
serat. Dalam degradasi secara alkali, ada tiga macam degradasi selulosa, tipe
yang pertama adalah oksidasi yang terjadi ketika larutan alkali pada selulosa
kontak dengan udara, sedangkan dua tipe yang lainnya merupakan proses non-
oksidasi, yaitu reaksi pengelupasan (peeling reaction) dan reaksi penghentian
(stopping reaction).
b. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan suatu polimer rantai pendek yang terdiri dari
beberapa senyawa, diantaranya glukosa, manosa, galaktosa, xylosa, dan
arabinosa. Derajat polimerisasi hemiselulosa adalah 50-300. Hemiselulosa
juga mudah larut dalam alkali. Hemiselulosa pendukung dalam dinding sel
dan mengikat antara selulosa dengan selulosa. Dalam kayu softwood
umumnya hemiselulosa tersusun atas heksosan dan kayu hardwood umumnya
berupa pentosan. Di dalam kayu daun kandungan hemiselulosa antara 25-35
%, sedangkan dalam kayu jarum 25-29%. Dalam hemiselulosa kayu jarum,
manosa merupakan monomer yang terbanyak, sedangkan dalam kayu daun
xylosa atau pentosa yang terbanyak.
Pada bahan baku nonwood seperti jerami dan ampas tebu, kandungan
hemiselulosa lebih tinggi dari pada kayu. Hilangnya hemiselulosa pulp dan
kertas menyebabkan terjadi lubang diantara fibril dan kurangnya ikatan antar
29
serat, sedangkan kadar hemiselulosa yang tinggi akan menyebabkan kertas
tembus cahaya, kaku dan kekuatannya rendah.
c. Lignin
Lignin merupakan suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul
tinggi terdiri dari unit-unit fenilpropana. Meskipun Liqnin tersusun atas
karbon, hidrogen, dan oksigen, lignin bukanlah merupakan suatu karbohidrat
dan bahkan tidak ada hubungannya dengan golongan senyawa tersebut.
Sebaliknya, lignin pada dasarnya merupakan suatu fenol. Lignin sangat stabil
dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam
karenanya susunan lignin yang pasti di dalam kayu tidak menentu.
Di dalam kayu, lignin merupakan suatu bahan yang tidak berwarna.
Apabila lignin bersentuhan dengan udara, terutama dengan adanya sinar
matahari maka (bersama-sama dengan karbohidrat tertentu) lama kelamaan
lignin cenderung menjadi kuning. Lignin bersifat termoplastik artinya lignin
akan menjadi lunak dan dapat dibentuk pada suhu yang lebih tinggi dan keras
kembali apabila menjadi dingin. Sifat termoplastik lignin menjadi dasar
pembuatan papan keras dan lain-lain produk kayu yang dimampatkan.
d. Ekstraktif
Ekstraktif merupakan suatu komponen senyawa kimia dalam kayu
yang dapat larut dalam larutan etanol, tuluen dan larutan lainnya. Besarnya
ekstraktif adalah sekitar 1-5 % dari berat kering kayu. Sebagian besar
ekstraktif dihilangkan pada saat pemasakan, sedangkan sisanya disebut pitch,
atau resin yang dapat menyebabkan kesulitan dalam operasi. Zat ekstraktif
dapat mengkonsumsi bahan kimia lebih banyak, juga dapat menghemat
terhadap penetrasi larutan pemasak. Zat ekstraktif harus dihilangkan karena
dapat menimbulkan masalah pada pembuatan kertas. Pitch atau resin kayu
dilepaskan pada proses penggilingan akan cenderung terkumpul sebagai
partikel suspensi koloid. Partikel ini akan menyebabkan masalah karena dapat
menyumbat wire pada mesin kertas, sehingga dapat menimbulkan noda-noda
kertas atau terkumpul pada felt serta melekat pada mesin sebagai gumpalan
berwarna gelap.
30
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai komponen kimia dalam
kayu, dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Golongan Kayu
Komponen
Kimia Kayu Berdaun Lebar Kayu Berdaun Jarum
(%) (%)
Selulosa 40 – 45 41 – 44
Lignin 18 – 33 28 – 32
Pentosa 21 – 24 8 – 13
Zat ekstraktif 1–5 2,03
Abu 0,22 – 6 0,89
Sumber: Dumanauw, 2001:30
31
3. Chloride Acid
HCl yang dihasilkan melalui combustion dengan dilakukan reaksi
antara gas hidrogen dan gas chlorine di HCl plant. Gas chlorine yang
dihasilkan di chlor alkali plant dan hasil sampingan dari ClO2 plant
direaksikan dengan gas hidrogen yang berasal dari chlorate plant di dalam
HCl burner.
HC1 yang terbentuk berupa gas yang kemudian diserap oleh air. HCl
yang dihasilkan dengan konsentrasi 32% selanjutnya akan digunakan dalam
ClO2 plant untuk menghasilkan ClO2.
4. Chlorine Dioxine
NaClO3 yang dihasilkan dari NaClO3 plant dialirkan kedalam ClO2
generator. Selanjutnya dalam suasana asam NaClO3 tersebut akan mengalami
reduksi menghasilkan ClO2. Reaksi yang terjadi:
NaClO3 + 2HC1 ClO2 + 1/2Cl2 + NaCl + H2O … ( 1 )
NaClO + 6HC1 3Cl2 + NaCl + 3H2O …(2)
Gas ClO2 dan gas chlorine yang tercampur dipisahkan melalui absorb
dengan air dingin pada 7°C untuk menghasilkan larutan ClO 2. Gas chlorine
yang tidak diserap digunakan dalam HC1 plant. Larutan ClO2 yang terbentuk
digunakan untuk proses bleaching..
5. Oxygen
Oksigen digunakan dalam proses bleaching.
32
5. Pengeringan dan pembentukan lembaran pulp (Pulp Drying and Finishing)
2.2.1. Penyiapan Bahan Baku (Woodhandling and Chip Preparation)
Tahapan penyiapan bahan baku meliputi penyimpanan kayu (log) pada log
yard, pembuatan chip, penyimpanan chip, dan penyaringan chip (chip screening).
Tujuan dari tahapan ini yaitu untuk menyiapkan bahan baku yang baik dan
memenuhi kriteria yang diinginkan sebagai bahan untuk pemasakan di unit
digester. Limbah yang dihasilkan dari tahap penyiapan bahan baku berupa limbah
padat (7% bulk + 3% fines) akan digunakan sebagai bahan bakar di power boiler.
33
Bahan baku kayu yang telah dipotong dengan ukuran panjang berkisar 2 m, 2,4 m, 6 m
dan diameter berkisar antara 10 – 60 cm di areal HTI PT MHP dikirim dengan menggunakan
truk. 70% menggunakan truk-truk perusahaan yang kapasitas muatan per truk mencapai 35 – 40
ton untuk panjang gelondongan kayu 6 m dan 20 – 25 ton untuk ukuran panjang kayu 2,4 m.
Sedangkan 30% melalui truk-truk kontraktor dengan kapasitas muatan per truk 6 – 9 ton untuk
ukuran panjang ± 2 m. Kemudian disimpan di area penyimpanan (wood yard) di pabrik untuk
pengeringan secara alami. Pengeringan tersebut bertujuan untuk mencegah serangga yang dapat
merusak mutu. Ada 2 tempat lokasi penyimpanan kayu yaitu: piling yard (menyimpan + 42 hari)
dan temporary yard (tempat supply ke tempat pemotongan di chip handling). Selanjutnya kayu
yang telah dikeringkan akan melewati beberapa proses sebagai berikut:
1. Pengulitan Kayu (Debarking)
Proses pengulitan kayu dilakukan dengan alasan-alasan sebagai berikut:
Kulit (bark) dipandang sebagai pengotor di dalam produksi kertas.
Kekuatan dan kecerahan dari lembaran kertas (sheet) akan berkurang.
Proses pulp dengan kayu yang tidak atau belum selesai proses debarking akan
membutuhkan banyak bahan kimia.
Proses pengulitan yang efektif sangat diperlukan untuk menjamin kualitas kayu yang
baik agar dapat menghasilkan pulp yang bermutu tinggi. PT Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper memiliki lima line atau tiga jalur untuk melakukan pengulitan kayu, dimana
perbedaannya hanya pada jenis drum atau tempat pengulitannya saja. Pada line pertama, jenis
drum yang digunakan adalah drum barker sedangkan kedua line sisanya menggunakan
rotary barker.
Pada line pertama, kayu dari log yard akan dibawa menuju gentle feed, di sini kayu
yang masih berupa log akan dicuci dengan air untuk menghilangkan pengotor seperti tanah,
pasir, sampah dan lain-lain. Kemudian log tersebut dikirimkan menuju drum barker dengan
diameter 5 meter, panjang sekitar 24 meter, dan berkapasitas berkisar 500 m 3/jam yang
merupakan alat untuk memisahkan kulit kayu. Alat ini berupa drum yang berputar dengan
kecepatan tertentu dan memiliki plat–plat berbentuk gerigi yang berada dibagian dalam drum
tersebut, sehingga pada saat drum tersebut berputar log akan bertumbukkan satu sama lain
dan mengenai plat yang menyebabkan kulit kayu terlepas.
34
Pada line kedua, kayu dari log yard diangkut dengan menggunakan receiving deck
menuju ke rotary barker. Rotaty barker juga merupakan alat pemisah kulit kayu berupa
drum namun tidak berputar dan memiliki alat penggerus di bagian dasar drum guna
melepaskan kulit kayu.
Sementara pada line ketiga kayu diangkut dari log yard bagian small log di mana kayu
yang diangkut ialah yang berukuran kecil dengan menggunakan receiving deck menuju
superbarker. Superbarker merupakan alat pemisah kulit kayu khusus untuk kayu berukuran
kecil.
Proses pengulitan dari kelima line tersebut belum maksimal sehingga log yang keluar
dari drum barker, rotary barker, dan super barker kemudian masih akan dikuliti oleh ulir
bergerigi yang menarik sisa kulit kayu melalui celah atau slot-slot dan jatuh ke conveyor
yang terdapat di bagian bawah. Kulit kayu dari proses debarker akan dikirim ke hog pile
untuk digunakan sebagai bahan bakar power boiler. Log dari tahap pengulitan melewati
conveyor menuju log washingroll yaitu penyemprotan air ke kayu agar kayu lebih mudah
dicacah dan kulit kayu dan pengotor lainnya yang masih menempel pada kayu dapat
diluruhkan. Log kemudian masuk ke alat pencacah kayu yakni chipper.
2. Pembentukan Serpihan Kayu (Chipping)
Setelah melalui tahapan pengulitan, log kayu yang melewati belt conveyor akan jatuh
bebas dengan kemiringan tertentu menuju pisau chipper. Dalam sebuah chipper terdapat 12
pisau yang masing-masing memiliki panjang berkisar 120 cm. Kecepatan putaran chipper
berkisar sekitar 1500 rpm dengan diameter chipper sebesar 3,5 m. Selanjutnya log yang telah
dipotong pada chipper akan keluar dalam bentuk serpihan kecil yang disebut chip, di mana
chip yang disarankan yaitu yang memiliki ukuran sekitar 2 cm × 3 cm × 0,5 cm. Sedangkan
untuk tebal chip yang disarankan rentangnya yaitu berkisar dari 0,2 cm sampai 0,8 cm.
Limbah dari penyerpihan berupa serbuk kayu (sawdust) akan dikirim ke tempat penumpukan
sisa kayu (hog pile) untuk dijadikan bahan bakar di power boiler. Sedangkan chip dikirim ke
tempat penampungan sementara (chip yard) untuk dikumpulkan dan disimpan. Penyimpanan
ini dilakukan sebagai antisipasi apabila terjadi keterlambatan pasokan bahan baku, sehingga
tidak akan menghambat produksi. Tujuan lainnya adalah untuk menghilangkan senyawa
organik yang mudah menguap yang akan mengganggu pada proses cooking dan bleaching.
35
Sumber: Modul Pelatihan Pengenalan PT TELPP A.Roni Alwis, S.T.
Gambar 2. 2. Chip
Dalam proses pengambilan chip di chip yard, PT Tanjungenim Lestari Pulp and
Paper menerapkan sistem FIFO (first in first out), di mana chip yang lebih dahulu
diproduksi akan berada di bagian bawah tumpukan dan akan dimasak terlebih dahulu.
Pengambilan chip digunakan alat yang disebut screw conveyor, mekanisme kerjanya sama
seperti mur atau baut yang memutar, yang berfungsi untuk mengambil atau menarik chip-
chip tersebut sehingga mudah untuk ditransportasikan.
36
chip yang berukuran besar (oversize) akan dipotong kembali di rechipper untuk dicacah
ulang dan dikirimkan kembali ke area chip screening. Sementara itu, undersized chip
kemudian dikirim menuju hog pile untuk digunakan sebagai bahan bakar power boiler.
44
Prinsip kerja TRPE adalah pulp yang masuk akan disebar melalui rotoformer, sehingga
pulp tersebar secara merata ke pengepresan. Secara garis besar, tujuan digunakan TRP E tidak
berbeda dengan pencucian lainnya. Sama halnya dengan pre O2 pulp press, pada TRPE juga
terdapat filtrat yang masuk ke TRPE filtrate tank, yang kemudian diumpankan kembali ke
pre O2 filtrate tank, lalu masuk ke pressure diffuser washer. Sedangkan pulp yang masuk
akan disebar melalui rotary former, sehingga pulp tersebar secara merata saat dewatering
press cairan pencuci juga ditambahkan pada TRPE sehingga efisiensi pencucian sangat tinggi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada TRPE mencakup semua prinsip pencucian yakni
mixing, dewatering, dillution, displacement, dan diffusion. Pulp selanjutnya akan diencerkan
kembali dan ditampung di LC accumulator tank.
e. O2 Delignification
Proses delignifikasi menggunakan oksigen ini bertujuan untuk menurunkan kandungan
lignin yang terkandung dalam pulp. Proses oksigen delignifikasi merupakan pemutihan tahap
awal yang berguna untuk mengurangi kandungan lignin dari pulp yang belum mengalami
proses pemutihan. Setelah mengalami proses delignifikasi, maka kappa number berkurang
yakni sekitar 8-10. Pengujian kappa number yang dilakukan di dalam industri pulp memiliki
dua tujuan, yaitu merupakan indikasi terhadap derajat delignifikasi yang tercapai selama
proses pemasakan, artinya kappa number digunakan untuk mengontrol pemasakan. Tujuan
kedua yakni menunjukkan kebutuhan bahan kimia yang akan digunakan untuk proses
selanjutnya yaitu proses bleaching. Prinsip dari delignifikasi oksigen ini adalah proses
oksidasi dari gugus hidroksil lignin sehingga lignin dapat terlepas dari pulp dan larut dalam
air. Proses oksigen delignifikasi berlangsung pada konsistensi menengah dengan temperatur
dan tekanan tinggi. Sebelum masuk ke reaktor, pulp dipanaskan terlebih dahulu dengan
menambahkan steam sampai 100oC.
Pulp dicampur dengan O2, NaOH, steam, dan OWL diumpan ke reaktor O2. Setelah
dari reaktor O2 # 1 diumpan ke reaktor O 2 # 2 di mana sebelumya telah diinjeksikan O 2 dan
steam. Kemudian diumpan ke 1st dan 2nd post pulp O2 press. Namun di antara 1st dan 2nd post
pulp O2 press diumpan terlebih dahulu ke brown stock HDT, lalu masuk ke proses bleaching.
Delignifikasi berlangsung di dalam aliran ke atas reactor, di mana waktu yang
dibutuhkan adalah satu jam. Untuk mencegah waktu singkat di dalam reaktor yang
disebabkan chanelling, yang menyebabkan pendeknya retention time, maka aliran yang
45
merata dan stabil di dalam reaktor sangat diperlukan, yang dapat dicapai dengan menjaga
konsistensi pulp sekitar 10%. Pada proses delignifikasi dengan oksigen ini konsistensi dari
pulp harus diperhatikan. Hal ini diperlukan karena oksigen yang diberikan ke dalam pulp
berbentuk gas, perlu pengadukan merata agar diperoleh luas permukaan kontak yang besar
antara pulp dengan oksigen.
Perbedaan tahapan oksigen delignifikasi hanya terletak pada kondisi proses yang
berlangsung. Kondisi proses pada reaktor pertama yaitu T= 89 oC, P= 550 kPa. Sedangkan
pada reaktor kedua, T= 93oC, P = 450 kPa. Kondisi operasi yang berbeda tersebut bertujuan
untuk memperlama waktu tinggal sehingga reaksi yang berlangsung dapat optimum.
46
Sumber: Modul Pelatihan Pengenalan PT TELPP A.Roni Alwis, S.T.
Gambar 2.5. Bleaching Plant
Proses pemutihan semuanya berlangsung pada konsistensi 10 – 12%. Temperatur yang
diinginkan untuk tahap-tahap pemutihan antara 60 – 70 oC untuk tahap D0, 60 – 80oC untuk tahap
Eop, dan 70 – 80oC untuk tahap D1/D2.
a. D0 stage
Pemutihan tahap pertama adalah D0 stage. Dari pencucian terakhir pulp akan
dipompakan ke tower Do yang dipindahkan oleh pompa yang dilengkapi dengan mixer untuk
mempercepat pencampuran pulp dengan menambah ClO2. Waktu retensi yang dibutuhkan 60
menit pada temperatur 50oC, pH 1,8–2. Fungsi dari tahap ini adalah untuk menurunkan
kandungan lignin yang masih terkandung di dalam pulp. Pulp dari 2nd post washing
diencerkan dengan filtrate dari tahap D1/D2 di screw conveyor dan juga ditambah dengan HCl
atau H2SO4 untuk mengatur pH. Kemudian pulp masuk ke stand pipe dan dipompakan ke
mixer untuk ditambahkan ClO2. Setelah itu, pulp direaksikan di D0 tower. Kondisi proses
pada tahap D0 antara lain: T = 65–70oC, konsistensi 10%, waktu 60 menit. Kemudian, pulp
yang telah direaksikan dicuci di D0 pulp press yang menggunakan tipe dewatering tipe A.
Pada tahap D0, ClO2 digunakan karena merupakan salah satu bahan kimia
pengoksidasi kuat, kerja dari proses pemutihan ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap
lignin dan bahan-bahan berwarna yang lainnya. Proses menggunakan ClO 2 memiliki
keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa seperti lignin dan ekstraktif
dengan kerusakan pada selulosa yang minimum.
b. EOP stage
Merupakan tahap pengekstraksian lignin yang masih terkandung setelah melewati tahap
D0. Pulp dari D0 pulp press diencerkan di screw conveyor dan ditambahkan NaOH dan H2O2.
47
NaOH digunakan untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada tahap
sebelumnya serta memperkuat ikatan selulosa. Pada penambahan NaOH terjadi ikatan ion
OH- terhadap senyawa selulosa dari pulp dan terjadi ikatan ion Na+ terhadap senyawa lignin
dari pulp. Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan bahan pemutih yang bisa digunakan untuk
proses bleaching. Hidrogen peroksida ini memiliki suhu optimum yaitu 80-85oC. Bila suhu
pada saat proses kurang dari 80oC maka proses akan berjalan lambat, sedangkan kalau lebih
dari 85oC hasil proses tidak sempurna. Bila dipanaskan mudah terurai dan melepaskan gas
oksigen. Karena kemampuannya melepaskan oksigen maka sangat efektif dipakai sebagai
bahan pemutih. Untuk H2O2 juga biasanya ditambahkan jika viskositas dari hasil D0 tidak
mencapai target. Gas oksigen juga ditambahkan untuk memperkuat sifat-sifat pulp dan
mengurangi kandungan lignin dalam pulp. Hal ini mungkin membuat berkurangnya emisi
yang dapat mengganggu terhadap lingkungan.
Kemudian pulp dipompakan ke mixer untuk ditambahkan oksigen. Dulunya, ada
heater sebelum mixer untuk memanaskan pulp dengan bantuan MP steam. Setelah dari mixer
pulp akan dikirim ke up-flow tower dengan kondisi T = 75oC selama 15 menit. Setelah itu
pulp diteruskan ke down-flow tower selama ± 75 menit. Pada tahap ini biasanya pulp berubah
kembali menjadi cokelat, hal ini diakibatkan karena hampir semua lignin yang masih
terkandung terekstrak keluar sehingga warna pulp cenderung berwarna cokelat sebelum
dicuci. Pulp dari down-flow tower kemudian dikirim ke EO pulp press. Tipe pulp press yang
digunakan juga dewatering tipe A.
c. D1/D2 stage
Tujuan tahap ini adalah untuk meningkatkan kecerahan pulp (brightness). Pulp dari EO
pulp press dikirim ke screw conveyor untuk diencerkan kemudian dipompakan ke mixer dan
ditambahkan ClO2. Setelah itu, pulp direaksikan di D1 up-flow tower selama ± 60 menit, lalu
masuk ke D1 down-flow tower selama ± 180 menit. Setelah itu, pulp langsung dipompakan ke
mixer dan ditambahkan ClO2 kembali sebelum direaksikan di D2 up-flow tower. Setelah dari
up-flow tower, pulp langsung dikirim ke D2 down-flow tower. D1 down-flow tower level
dijaga sekitar 80% untuk menjaga kapasitasnya. Setelah itu pulp dikirim ke D1/D2 pulp press
untuk ditingkatkan konsistensinya sekitar 30%. Tipe pulp press yang digunakan juga
dewatering tipe A. Setelah keluar dari D 1/D2 pulp press, pulp ditampung di bleach high
density tower.
48
2.2.5. Pembentukan Lembaran Pulp (Pulp Machine)
Pulp machine ini dirancang untuk membuat pulp berbentuk lembaran, dengan kapasitas
1450 ADT/hari, dan kadar air lembaran pulp yang ingin dibentuk berkisar 10%. Kemudian
dilakukan pemotongan, pengebalan, dan pengunitan dengan tujuan untuk mempermudah
pengangkutan pulp agar siap dikirim ke konsumen. Tahap pembentukan lembaran pulp PT
Tanjungenim Pulp and Paper dirancang dengan kapasitas 1500 ton/hari dengan melewati
beberapa tahap:
a. Tahap Penyaringan
Tahap ini merupakan unit untuk memisahkan kotoran yang masih terkandung dalam
pulp setelah proses pemutihan. Screening berfungsi untuk memisahkan kontaminan
berdasarkan perbedaan ukuran. Sedangkan cleaning berfungsi untuk memisahkan
kontaminan berdasarkan perbedaan berat jenis. Bahan yang telah diputihkan dipompakan ke
head density tank (HDT) untuk dilakukan pengenceran pulp sehingga mempunyai
konsentrasi 4%.
Pulp dari bleached HDT dipompakan ke low consistency tank (LC) untuk diencerkan
kembali dengan white water hingga ± 3%, hal ini bertujuan agar pulp dengan mudah dapat
dipisahkan dari kotorannya dengan konsentrasi rendah, maka pulp akan mempunyai berat
jenis yang kecil pula. Kemudian pulp akan dipisahkan dari pengotor berdasarkan sistem
cascade. Accept yang didapat dari proses penyaringan kemudian akan masuk ke cleaning. Di
sini, sistem cleaning ada dua jenis, yaitu jenis forward cleaning dan reverse cleaning. Pada
forward cleaning, accept akan terpental ke atas sedangkan reject ke bawah. Untuk reverse
cleaning sebaliknya, accept ke bawah sedangkan reject ke atas.
b. Tahap Pengurangan Kadar Air
Proses ini bertujuan untuk membentuk lembaran dengan cara mengurangi kandungan
air yang terdapat dalam pulp. Pengurangan moisture pada pulp yang masih berbentuk bubur
dilakukan dengan cara mendistribusikan pulp di atas wire sehingga air akan jatuh dengan
gaya gravitasi. Untuk mengoptimalkan pengurangan kadar air ini, akan ada pengisapan
dengan menggunakan vaccum. Bahan yang telah dibersihkan dipompakan ke machine chest
selanjutnya pulp dari masing-masing chest dipompakan ke fan pump yang berfungsi
menstabilkan konsentrasi pulp. Filtrate dari hasil pengurangan air di wire kemudian
49
ditampung untuk digunakan kembali pada proses penyaringan dan pemutihan pulp. Pulp
yang dihasilkan pada proses ini mempunyai konsistensi ± 35%. Pulp yang telah terbentuk
akan dipotong untuk merapikan lembaran dengan lebar 7,8 meter lalu lembaran ini ditransfer
ke press part. Pada tahap pengurangan kadar air dilakukan dengan cara pengepresan di mana
airnya diserap lewat felt bagian atas dan bagian bawah berfungsi sebagai pembawa pulp.
Pada felt dipasang suction box yang dihubungkan dengan vacuum system untuk menyerap air.
Dryness akhir pada proses pengurangan kadar air terakhir ± 45-50% dan siap ditransfer ke
dryer.
c. Tahap Pengeringan Akhir
Pada saat lembaran terus bergerak melewati dryer, udara panas secara kontinyu
dihembuskan pada permukaan atas dan bawah dari lembaran pulp. Udara panas ini
menyebabkan air yang masih terkandung di dalam lembaran pulp menguap, ketika lembaran
pulp bergerak di antara blow box, udara dihembuskan ke dalam blow box pada bagian atas
dan bawah. Fungsi dari blow box ini untuk menjaga agar lembaran tetap mengembang
diantara permukaan blow box serta membantu penguapan air yang ada pada lembaran pulp
untuk siap ditransfer menuju tahap pemotongan.
d. Tahap Pemotongan
Setelah melewati blow box lembaran pulp tersebut melewati cutter layboy untuk
dipotong dengan ukuran tertentu, kemudian ditampung di layboy, lalu ditumpuk dalam unit
bale. Lembaran pulp ditimbang dengan berat 250 kg/bale. Bale dipress dengan tujuan untuk
mengurangi ketinggian bale dan memadatkan hingga mencapai tinggi sekitar 52 cm. Bale
pulp yang sudah dipress kemudian menuju proses pembungkusan dengan wrapper machine
dan diberi merk dan cap perusahaan. Setelah proses pengemasan kemudian dilakukan
pengikatan menggunakan kawat untuk memudahkan penyimpanan. Satu unit berisi delapan
bale sehingga berat satu unit adalah 2 ton. Produk disimpan dalam gudang penyimpanan
dengan forklift untuk siap dipasarkan.
51
NaClO3 yang dihasilkan dari NaClO3 plant dialirkan ke dalam ClO2 generator.
Selanjutnya dalam suasana asam NaClO3 tersebut akan mengalami reduksi menghasilkan
ClO2. Reaksi yang terjadi:
NaClO3 + 2HC1 → ClO2 + 1/2Cl2 + NaCl + H2O
NaClO + 6HC1 → 3Cl2 +NaCl + 3H2O
Gas ClO2 dan gas chlorine yang tercampur dipisahkan melalui absorbsi dengan air dingin
pada 7°C untuk menghasilkan larutan ClO2. Gas chlorine yang tidak diserap digunakan
dalam HC1 plant. Larutan ClO2 yang terbentuk digunakan untuk proses bleaching.
5. Oxygen Plant
Penyiapan oksigen dan nitrogen dilakukan di dalam oxygen plant. Oksigen
kemudian digunakan dalam proses bleaching.
6. Hypo System
Pada hypo system dihasilkan NaOCl yang akan digunakan sebagai desinfektan dan
digunakan pula pada proses water treatment. Reaksi yang terjadi adalah :
Cl2 + NaOH → NaOCl + H2
Sementara itu H2 yang dihasilkan sebagai produk samping dibuang ke atmosfer.
52
Green liquor yang berasal dari recovery boiler dikirim ke recausticizing dan
ditempatkan pada stabilization tank. Stabilization tank ini berfungsi untuk
menghomogenisasikan green liquor baik dari konsentrasi, temperatur, tekanan, maupun
densitasnya. Pada tanki ini, total alkali yang dimiliki oleh green liquor dijaga pada range
118 gr/l – 130 gr/1 dan total alkali tersebut dikontrol oleh recovery boiler.
Stabilization tank dilengkapi dengan agitator yang dipasang pada bagian samping
tanki, tetapi stabilization tank ini tidak dilengkapi dengan tanki polimer. Adapun fungsi
dari polimer tersebut adalah untuk membentuk flock-flock sehingga mempercepat proses
pengendapan. Level tanki stabilization biasanya dijaga pada level 60%.
2. Green Liquor Clarifier (GLC)
Green liquor yang telah homogen dan stabil selanjutnya dipompakan menuju
Green Liquor Clarifier (GLC). Green liquor yang masuk ke dalam green liquor clarifier
akan terpisahkan secara sedimentasi antara filtrat (overflow) dan dregs (endapan). Green
liquor clarifier ini dilengkapi dengan rake untuk pengadukan yang berputar searah jarum
jam. Rake tersebut dapat bergerak turun atau naik secara otomatis atau manual jika beban
rake terlalu tinggi.
3. Dregs Precoat Filter
Endapan (dregs) yang mengumpul di bawah tanki green liquor clarifier selanjutnya
dipompakan menuju dregs filter. Di dregs filter, endapan (dregs) akan dikeringkan
dengan cara divakum dan pengurangan sisa kandungan soda dengan cara menambahan
air panas. Endapan atau dregs kering kemudian dibuang ke bunker menggunakan chain
conveyor.
Sedangkan filtrat (cairan) dari dregs filter ini akan dikembalikan lagi ke green
liquor stabilization tank untuk proses lebih lanjut. Dregs filter bergerak secara berputar
dan dilengkapi dengan pisau pemotong yang digunakan untuk memotong dregs di dalam
drum dregs filter. Waktu (timer) dari pisau dapat diatur secara otomatis atau manual. Jadi
fungsi dregs filter ini adalah untuk memisahkan dregs agar tidak ikut terbawa ke dalam
proses karena dregs dapat mengganggu kestabilan proses.
4. Slaker Clarifier
Filtrat (overflow) yang berasal dari green liquor clarifier dipompakan ke slaker
classifier (tempat pemasakan) yang mempunyai dua buah pengaduk, di dalam slaker ini
53
secara bersamaan akan ditambahkan kapur (lime) yang berasal dari lime bin. Di slaker
classifier tersebut akan terjadi reaksi:
a. Slaking : CaO + H2O → Ca(OH)2 + Heat
(Lime) (water) (limemilk)
b. Causticizing : Ca(OH)2 + Na2CO3 → 2NaOH + CaCO3
(Lime milk) (soda ash) (caustic soda) (lime mud)
2.3. Produk
Pada PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper produk yang dipasarkan berupa lembaran
bukan berupa bubur karena dalam lembaran akan lebih mudah untuk dipasarkan dan lebih
59
effisien. Spesifikasi, standar sifat-sifat fisik, dan standar sifat-sifat kimia dari pulp yang
dihasilkan disajikan pada tabel 2.5, tabel 2.6, tabel 2.7, dan tabel 2.8.
Tabel 2.5. Spesifikasi Pulp
Basic Characteristics
Product specification
Bale Unit
Number of wires 4 7
CSF Freeness
Ml 508 400 300 270
(PFI)
Folding
Times 1 30 87 116
endurance
Light scattering
m2/kg 54 42 37 35
coefficient
Parameter Kimia
Ash % 0,3
Ekstraktif % 0,5
61