LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Termal Bahan Hasil Pertanian pada Pengukuran Nilai Kapasitas
Kalor/Cp)
Oleh :
Nama : Tania Rizki Fauziah
NPM : 240110160120
2.1 Kalor
Satuan kalor Q biasanya didefinisikan secara kuantitatif dalam perubahan
tertentu yang dihasilkan didalam sebuah benda selama proses tertentu. Jadi, jika
temperature dari satu kilogram air dinaikkan dari 14,5 sampai 15,5 0C dengan
memanaskan air tersebut, maka kita katakan bahwa satu kilo kalori (Kcal) kalor
telah ditambahkan kepada system tersebut. Kalori(=10-3 Kcal) digunakan juga
sebagai satuan kalor. Didalam system teknik maka satuan kalor adalah satuan
termal Inggris (Btu) yang didefinisikan sebagai kalor yang perlu untuk menaikkan
temperature sat upon air dari 63 ke 64 0F . (Kartasapoetra, 1994).
Temperatur-temperatur referensi dinyatakan karena didekat temperature
kamar, terdapat sedikit variasi kalor yang diperlukan untuk kenaikan temperature
satu derajat dengan interval temperature yang dipilih. Kita akan mengabaikan
variasi ini untuk kebanyakan tujuan praktis. Satuan-satuan kalor dihubungkan
sebagai berikut :
Zat-zat berbeda terhadap satu sama lain didalam kuantitas kalor yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu kenaikan temperature yang diberikan
didalam sebuah massa yang diberikan. Perbandingan banyaknya tenaga kalor ∆Q
yang dibekalkan kepada sebuah benda untuk menaikkan temperaturnya sebanyak
∆T dinamakan kapasitas kalor C, persamaannya adalah sebagai berikut :
C = Kapasitas kalor =
2.3 Entalpi
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi
internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja. (Purwanto dkk, 1999). Menyimpan Bahan Pangan. Penebar
Swadaya, Jakarta. Dari tinjauan, entalpi tidak bisa diukur, namun yang
bisa dihitung adalah nilai perubahannya secara matematis.Secara matematis,
perubahan entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:
ΔH = ΔU + PΔV
di mana:
H = entalpi sistem (joule)
U = energi internal (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volume sistem ( )
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
Kelompok Cp (kJ/kg K)
4.2 Perhitungan
Perhitungan Kelompok 1
a) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,17512 kg x 4,18 kJ/kg x 31,1 K = 0,0788 kg x Cpb x 39,9 K
22,7652 kJ = 3,14412 kg K x Cpb
Cpb = 7,2405 kJ/kg K
b) Perhitungan Cpb untuk Tomat Ceri
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,18837 kg x 4,18 kJ/kg x 33,9 K = 0,0555 kg x Cpb x 32,2 K
26,6924 kJ = 1,7871 kg K x Cpb
Cpb = 14,936 kJ/kg K
Perhitungan Kelompok 2
c) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
186,42.10-3 kg x 4,18 kJ/kg K x 14K = 7,72.10-3 kg x Cpb x 41,3 K
10,9092 kJ = 0,318836 kg K x Cpb
Cpb = 34,216 kJ/kg K
Perhitungan Kelompok 3
e) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,18745 kg x 4,18 kJ/kg K x 3,2 K = 0,00675 kg x Cpb x 42,3 K
2,5073312 kJ = 0,285525 kg K x Cpb
Cpb = 8,78147 kJ/kg K
Perhitungan Kelompok 4
g) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,179 kg x 4,18 kJ/kg K x 3,7 K = 0,0673 kg x Cpb x 41,85 K
2,768414 kJ = 2,816505 kg K Cpb
Cpb = 9,829 kJ/kg K
Perhitungan Kelompok 5
i) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
190,5 x 10-3 kg x 4,18 kJ/kg K x 12,6 K = 4,22 x 10-3 kg x Cpb x 18,8 K
10,033254 kJ = 0,079336 kg K Cpb
Cpb = 126,4653373 kJ/kg K
Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengukuran nilai kapasitas kalor (Cp)
dari suatu bahan hasil pertanian yaitu tomat ceri dan jeruk limau Sebagai media
awal / media pemanas digunakan air panas yang memiliki panas spesifik 4.18
Kj/Kg°C dan jumlah air sesuai kebutuhan. Apabila panas diterapkan ke atas air
dalam setiap keadaan pada tekanan yang tetap, suhu akan meningkat.
Berdasarkan literatur yang ada,nilai Cp untuk tomat ceri yaitu 3,98 kJ/Kg K
dan jeruk yaitu 3,73 kJ/Kg K. Dari hasil yang di dapati bahwa nilai Cp Tomat ceri
setelah data dari semua kelompok ternyata hanya kelompok 3 yang memdekati
nilai literatur tomat ceri dan jeruk limau. terjadi perbedaan besarnya panas
spesifik untuk masing-masing bahan yang cukup signifikan. Nilai spesifik panas
yang didapat dari kedua bahan tersebut dipengaruhi oleh nilai massa bahan, massa
air, besarnya perubahan suhu yang terjadi pada air.
Perbedaan panas spesifik antara literatur dan percobaan yang cukup jauh. Hal
ini karena metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran belum tentu sama,
seperti misalnya lama perendaman bahan yang digunakan untuk literatur tersebut
belum tentu sama dengan lama perendaman bahan yang kami lakukan. Ini tentu
sangat mempengaruhi karena semakin lama bahan tersebut direndam maka
suhunya akan bertambah sedangkan suhu air perendamnya akan berkurang. Selain
itu juga adanya kontak antara udara luar dan udara di dalam termos (udara
didalam termos tidak vakum).
Pada saat melakukan praktikum praktikan merasakan termos yang digunakan
sebagai penyimpan air dan bahan terasa hangat, hal ini mengindikasikan adanya
pertukaran udara antara udara dalam termos dan udara luar. Dari data tersebut kita
dapat menyimpukkan bahwa semakin besar kadar air suatu bahan maka panas
spesifik bahan tersebut juga akan semakin besar pula.
Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diketahui untuk
membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian yang berhubungan
dengan panas. Bahan-bahan pertanian, baik tanaman maupun hewan beserta
produknya, tidak lepas dari perlakuan panas. Proses-proses utama adalah
pemanasan, pendinginan, dan pembekuan. Tujuan perlakuan panas pada
umumnya adalah pengawetan atau pencegahan terhadap pengecambahan. Ada
beberapa macam karakteristik termal bahan hasil pertanian diantaranya Panas
spesifik (specific heat) dan konduktivitas termal (Thermal Conductivity),
difusivitas panas, dan keofisien pindah panas.
Adapun faktor-faktor kesalahan pada praktikum yang mempengaruhi keakuratan
data antara lain, penggunaan termos pada kelompok 2 yang penutupnya sudah
tidak kencang lagi sehingga dalam menjaga suhu yang tinggi sudah tidak efektif
lagi dan hasil cp yang diperoleh menjadi sangat besar. Kesalahan lain yang
ditemukan adalah saat mengukur suhu dengan thermometer, praktikan salah
memegang alat tersebut. Seharusnya kita memegang bagian kepala pengukurnya
saja, bukan pada besi yang menjadi alat reseptor panasnya. Maka nantinya suhu
yang dihasilkan sudah terpengaruhi oleh suhu badan kita sendiri.
Manfaat mempelajari karakteristik termal bahan hasil pertanian sendiri,
dapat kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, adalah proses
memasak. Pada saat memasak kita pun dapat memperkirakan seberapa panas api
yang diberikan kompor untuk dapat memasak makanan yang kita inginkan. Tidak
hanya itu, contoh dari karakteristik termal yang lain adalah proses pengeringan,
pembekuan, pendinginan dan lain lain. Semua itu berguna untuk meningkatkan
nilai jual sayuran dan buah-buahan yang akan kita olah, sehingga rasa, tekstur,
dan warna lebih enak dilihat dan dimakan nantinya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Terjadi perbedaan antara panas spesifik yang diperoleh dari hasil
perhitungan dan panas spesifik yang ada dalam literatur yang
dipergunakan.
2. Nilai spesifik panas yang didapat dari kedua bahan tersebut dipengaruhi
oleh nilai massa bahan, massa air, besarnya perubahan suhu yang terjadi
pada air.
3. Banyak factor yang mempengaruhi perbedaan itu, terutama pada
pengukuran suhu dan nilai Cp media pemanas.
4. Kesamaan jenis bahan dan parameter yang dipergunakan pada saat
praktikum dan literatur tidak berbeda jauh (walaupun hanya kelompok 4
yang mendekati) sehingga tingkat keberhasilan praktikum dapat terlihat.
5. Untuk mengambil nilai rata-rata sebagai acuan nilai Cp sebaiknya
dilakukan banyak percobaan sehingga nilai rata-rata nya pun menjadi lebih
akurat.
6.2 Saran
Adapun saran yang perlu dipertimbangkan pada saat praktikum yaitu:
1. Sebelum praktikum praktikan diharapkan telah mengetahui konsep, prinsip
dan cara kerja praktikum agar menunjang kelancaran praktikum yang
efektif dan efisien.
2. Praktikan diharapkan lebih teliti pada saat melakukan pengukuran pada
objek agar didapatkan hasil (nilai) yang akurat dan meminimalkan
kesalahan.
3. Kesalahan melakukan pembacaan pada termometer yang menyebabkan
perbedaan perubahan suhu pada bahan ataupun air. Sehingga diperlukan
kecermatan dalam membaca besarnya suhu awal dan akhir pada
termometer.
DAFTAR PUSTAKA