Anda di halaman 1dari 16

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Termal Bahan Hasil Pertanian pada Pengukuran Nilai Kapasitas
Kalor/Cp)

Oleh :
Nama : Tania Rizki Fauziah

NPM : 240110160120

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 4 Oktober 2017

Waktu/Shift : 08.00-10.00 /B-2

Co Ass : 1. Connie Shintia Ayu Sidabutar

2. Lisa Oktavia Br Napitupulu

3. Zahrah Eza Arpima

4. Zulfaa Irbah Zain

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diketahui untuk
membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian yang berhubungan
dengan penggunaan termal, misalnya untuk perencanaan, pengendalian dan
operasi dalam perlakuan seperti pemanasan, penggorengan dengan vacuum frying,
pengeringan, pendinginan, pembekuan dan lain-lain.
Karakteristik termal yang biasa dilakukan pengujian untuk mengetahui
jumlah energi panas tertentu dari suatu bahan hasil pertanian diantaranya adalah
panas spesifik (specific heat), konduktivitas termal (thermal conductivity), dan
difusivitas termal (thermal diffusivity). Pada percobaan kali ini, akan dilakukan
pengujian terhadap bahan hasil pertanian untuk mengetahui nilai panas spesifik
bahan pertanian tersebut. Pengukuran panas spesifik ini terjadi dalam suatu
perubahan suhu, tanpa terjadi perubahan fasa bahan. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengetahui suhu awal (T1) dan suhu akhir (T2) bahan dan air
untuk mendapatkan nilai panas spesifik bahan hasil pertanian yang diuji.
Seteleh mengetahui nilai panas spesifik suatu bahan pertanian yang diuji,
panas spesifik yang diperoleh dari hasil percobaan dapat dibandingkan dengan
nilai panas spesifik secara teori yang sudah ada pada beberapa literatur.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menentukan panas spesifik (Cp) dari beberapa jenis bahan hasil pertanian.
2. Memahami karakteristik dan panas spesifik dari suatu bahan hasil pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalor
Satuan kalor Q biasanya didefinisikan secara kuantitatif dalam perubahan
tertentu yang dihasilkan didalam sebuah benda selama proses tertentu. Jadi, jika
temperature dari satu kilogram air dinaikkan dari 14,5 sampai 15,5 0C dengan
memanaskan air tersebut, maka kita katakan bahwa satu kilo kalori (Kcal) kalor
telah ditambahkan kepada system tersebut. Kalori(=10-3 Kcal) digunakan juga
sebagai satuan kalor. Didalam system teknik maka satuan kalor adalah satuan
termal Inggris (Btu) yang didefinisikan sebagai kalor yang perlu untuk menaikkan
temperature sat upon air dari 63 ke 64 0F . (Kartasapoetra, 1994).
Temperatur-temperatur referensi dinyatakan karena didekat temperature
kamar, terdapat sedikit variasi kalor yang diperlukan untuk kenaikan temperature
satu derajat dengan interval temperature yang dipilih. Kita akan mengabaikan
variasi ini untuk kebanyakan tujuan praktis. Satuan-satuan kalor dihubungkan
sebagai berikut :

1 Kcal = 1000 cal = 3,968 Btu

Zat-zat berbeda terhadap satu sama lain didalam kuantitas kalor yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu kenaikan temperature yang diberikan
didalam sebuah massa yang diberikan. Perbandingan banyaknya tenaga kalor ∆Q
yang dibekalkan kepada sebuah benda untuk menaikkan temperaturnya sebanyak
∆T dinamakan kapasitas kalor C, persamaannya adalah sebagai berikut :

C = Kapasitas kalor =

Perkataan kapasitas dapat memberikan pengertian yang menyesatkan karena


perkataan tersebut menyarankan pernyataan banyaknya kalor yang dapat
dipegang oleh sebuah benda yang merupakan pernyataan yang pada pokoknya
tidak berarti, sedangkan yang diartikan sebenarnya dengan perkataan tersebut
hanyalah tenaga yang harus ditambahkan sebagai kalor untuk menaikkan
temperature benda sebanyak satu derajat.
Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diketahui untuk
membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian yang berhubungan
dengan penggunaan termal, misalnya untuk perencanaan, pengendalian dan
operasi dalam perlakuan pemanasan, penggorengan dengan vacuum frying,
pengeringan, pendinginan dan pembekuan, dan lain-lain.
Dalam pemanasan dan pengeringan produk pertanian, adalah sangat penting
untuk mengetahui berapa suhu harus diberikan dan untuk waktu berapa lama
supaya tidak terjadi kerusakan. Sebagai contoh, kapasitas perkecambahan suatu
benih turun dengan drastis apabila terkena panas yang berlebihan, sementara
kualitas bahan-bahan lain mungkin memburuk.

2.2 Panas spesifik


Panas spesifik adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1
kg bahan sebesar 1oC. Pengetahuan tentang panas spesifik sangat diperlukan
untuk perhitungan proses-proses pemanasan atau pendinginan. Panas spesifik
bahan-bahan pertanian sangat tergantung pada lengas bahan. (Kartasapoetra,
1994).
Persamaan umum dari panas spesifik adalah sebagai berikut:
q
Cp =
m ΔT
dimana:
Cp = panas spesifik (J/kg K)
q = energi panas (J)
m = massa bahan (kg)
∆T = perbedaan suhu (K)
Untuk air, panas spesifiknya adalah 4,18 Jg-1C-1. Kebanyakan zat
mempunyai panas spesifik yang lebih kecil dari air. Misalnya besi, panas
spesifiknya hanya 0,452 J g-1 0C-1. Berarti lebih sedikit panas diperlukan untuk
memanaskan besi 1 g sebesar 10C daripada air atau juga dapat diartikan bahwa
jumlah panas yang akan menaikkan suhu 1 g besi lebih besar dari pada menaikkan
suhu 1 g air.
Besarnya panas spesifik untuk air disebabkan karena adanya sedikit pengaruh
dari laut terhadap cuaca. Pada musim dingin air laut lebih lambat menjadi dingin
dari daratan sehingga udara yang bergerak dari laut ke darat lebih panas daripada
udara dari darat ke laut. Demikian juga dalam musim panas, air laut lebih lambat
menjadi panas daripada daratan.
Pada suhu kamar, panas spesifik suatu bahan yang mengandung air dapat
dihitung berdasarkan nilai-nilai panas spesifik dari bahan kering dan airnya:
c  c d (1  U 1 )  c wU 1

2.2 Difusivitas Termal


Difusivitas termal ialah konduktivitas termal dibagi dengan massa jenis dan
panas jenis pada tekanan yang konstan.( Zain dkk, 2005)Satuan SI yang
digunakan adalah m²/s. Difusivitas termal dirumuskan dengan:

 adalah konduktivitas termal (W/(m·K))


 adalah densitas (kg/m³)
 adalah panas jenis (J/(kg·K))
dapat disebut sebagai kapasitas panas volumetrik (J/(m³·K)).
Difusivitas termal dapat disebut juga sebagai ukuran dari inersia termal. [2] Dalam
zat dengan difusivitas termal yang tinggi, panas bergerak cepat karena zat tersebut
menghantarkan panas relatif terhadap kapasitas panas volumetriknya.

2.3 Entalpi
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika  yang menyatakan jumlah energi
internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja. (Purwanto dkk, 1999). Menyimpan Bahan Pangan. Penebar
Swadaya, Jakarta. Dari tinjauan, entalpi tidak bisa diukur, namun yang
bisa dihitung adalah nilai perubahannya secara matematis.Secara matematis,
perubahan entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:
ΔH = ΔU + PΔV
di mana:
 H = entalpi sistem (joule)
 U = energi internal (joule)
 P = tekanan dari sistem (Pa)
 V = volume sistem ( )
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Timbangan analitik.
2. Termos.
3. Water heater.
4. Termometer.
5. Stopwatch.
6. Gelas ukur.
3.1.2 Bahan
1. Air.
2. Tomat Ceri.
3. Jeruk limau.

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur pada praktikum ini yaitu :
1. Memanaskan air dengan alat pemanas air.
2. Menimbang bahan yang digunakan untuk pengamatan dengan
menggunakan timbangan analitik.
3. Memasukkan air sebanyak 250 mL kedalam termos dan menimbang
termos dengan menggunakan timbangan analitik.
4. Mengukur suhu bahan pengamatan dan mencatat suhu bahan menjadi
suhu awal dengan mengasumsikan suhu awal bahan sama dengan suhu
pada ruangan.
5. Memasukkan bahan ke dalam termos yang berisi dengan air panas.
6. Menunggu 15 menit dengan bahan berada di dalam termos.
7. Menghitung suhu bahan setelah berada dalam termos.
8. Mencatat suhu bahan terahir menjadi suhu dua bahan.
9. Menghitung Cp bahan dengan menggunakan persamaan berikut :qa = qb
ma Cpa ΔTa = mb Cpb ΔTb.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Hasil Percobaan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kelompok 1
Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau
Mb (kg) 0,0555 0,0788
Tb1 (K) 298,35 298,35
Tb2 (K) 330,55 338,23
∆Tb (K) 32,2 39,9
Ta1 (K) 341,15 348,85
Ta2 (K) 307,25 317,75
∆Ta (K) 33,9 31,1
Ma (kg) 0,18837 0,17512
Cpair = 4,18 kJ/kg K

Tabel 2. Hasil Pengukuran Kelompok 2


Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau
Mb (kg) 3,72.10-3 7,72.10-3
Tb1 (K) 298,35 298,35
Tb2 (K) 330,65 339,65
∆Tb (K) 32,3 41,3
Ta1 (K) 343,15 351,15
Ta2 (K) 338,45 337,15
∆Ta (K) 4,7 14
Ma (kg) 186,57.10-3 186,42.10-3
Cpair = 4,18 kJ/kg K

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kelompok 3


Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau
Mb (kg) 4,6 x 10-3 kg 6,75 x 10-3 kg
Tb1 (K) 298,35 K 298,35 K
Tb2 (K) 332,05 K 340,65 K
∆Tb (K) 33,7 K 42,3 K
Ta1 (K) 340,65 K 350,05 K
Ta2 (K) 340,05 K 346,85 K
∆Ta (K) 0,6 K 3,2 K
Ma (kg) 187,44 x 10-3 kg 187,45 x 10-3 kg
Cpair = 4,18 kJ/kg K

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kelompok 4


Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau
Mb (kg) 0,0489 kg 0,0673 kg
Tb1 (K) 298,35 K 298,2 K
Tb2 (K) 332,15 K 340,05 K
∆Tb (K) 33,8 K 41,85 K
Ta1 (K) 345,15 K 333,45 K
Ta2 (K) 321,15 K 337,15 K
∆Ta (K) 24 K 4,7 K
Ma (kg) 0,185 kg 0,179 kg
Cpair = 4,18 kJ/kg K

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kelompok 5


Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau
Mb (kg) 4,22 x 10-3 kg 5,48 10-3 kg
Tb1 (K) 298,2 K 298,2 K
Tb2 (K) 317 K 318,8 K
∆Tb (K) 18,8 K 20,6 K
Ta1 (K) 337,2 K 333,5 K
Ta2 (K) 324,6 K 321,2 K
∆Ta (K) 12,6 K 23 K
Ma (kg) 190,5 x 10-3 kg 192,95 x 10-3 kg
Cpair = 4,18 kJ/kg K
Tabel 6. Hasil Perhitungan panas setiap kelompok

Kelompok Cp (kJ/kg K)

Tomat Ceri Jeruk Limau


1. 14,936 10,124
2. 30,504 34,216
3. 3,0325 8,781
4. 11,228 9,829
5. 126,4653373 164,3240468

4.2 Perhitungan
Perhitungan Kelompok 1
a) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,17512 kg x 4,18 kJ/kg x 31,1 K = 0,0788 kg x Cpb x 39,9 K
22,7652 kJ = 3,14412 kg K x Cpb
Cpb = 7,2405 kJ/kg K
b) Perhitungan Cpb untuk Tomat Ceri
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,18837 kg x 4,18 kJ/kg x 33,9 K = 0,0555 kg x Cpb x 32,2 K
26,6924 kJ = 1,7871 kg K x Cpb
Cpb = 14,936 kJ/kg K

Perhitungan Kelompok 2
c) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
186,42.10-3 kg x 4,18 kJ/kg K x 14K = 7,72.10-3 kg x Cpb x 41,3 K
10,9092 kJ = 0,318836 kg K x Cpb
Cpb = 34,216 kJ/kg K

d) Perhitungan Cpb untuk Tomat Ceri


qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
186,57.10-3 kg x 4,18 kJ/kg K x 4,7 K = 3,72.10-2 kg x Cpb x 32,3 K
3,66535422 kJ = 0,120156 kg K x Cpb
Cpb = 30,504 kJ/kg K

Perhitungan Kelompok 3
e) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,18745 kg x 4,18 kJ/kg K x 3,2 K = 0,00675 kg x Cpb x 42,3 K
2,5073312 kJ = 0,285525 kg K x Cpb
Cpb = 8,78147 kJ/kg K

f) Perhitungan Cpb untuk Tomat Ceri


qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,18744 kg x 4,18 kJ/kg K x 0,6 K = 0,0046 kg x Cpb x 33,7 K
0,47009952 kJ = 0,15502 kg K x Cpb
Cpb = 3,032508 kJ/kg K

Perhitungan Kelompok 4
g) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,179 kg x 4,18 kJ/kg K x 3,7 K = 0,0673 kg x Cpb x 41,85 K
2,768414 kJ = 2,816505 kg K Cpb
Cpb = 9,829 kJ/kg K

h) Perhitungan Cpb untuk Tomat Ceri


qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
0,185 kg x 4,18 kJ/kg K x 24 K = 0,0489 kg x Cpb x 33,8 K
18,5592 kJ = 1,65282 kg K Cpb
Cpb = 11,228 kJ/kg K

Perhitungan Kelompok 5
i) Perhitungan Cpb untuk Jeruk Limau
qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
190,5 x 10-3 kg x 4,18 kJ/kg K x 12,6 K = 4,22 x 10-3 kg x Cpb x 18,8 K
10,033254 kJ = 0,079336 kg K Cpb
Cpb = 126,4653373 kJ/kg K

j) Perhitungan Cpb untuk Tomat Ceri


qa = qb
ma x Cpa x ∆Ta = mb x Cpb x ∆Tb
192,95 x 10 kg x 4,18 kJ/kg K x 23 K = 5,48 x 10-3 kg x Cpb x 20,6 K
-3

118,550213 kJ = 0,112888 kg K Cpb


Cpb = 164,3240468 kJ/kg K
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu tentang pengukuran nilai kapasitas kalor (Cp)
dari suatu bahan hasil pertanian yaitu tomat ceri dan jeruk limau Sebagai media
awal / media pemanas digunakan air panas yang memiliki panas spesifik 4.18
Kj/Kg°C dan jumlah air sesuai kebutuhan. Apabila panas diterapkan ke atas air
dalam setiap keadaan pada tekanan yang tetap, suhu akan meningkat.
Berdasarkan literatur yang ada,nilai Cp untuk tomat ceri yaitu 3,98 kJ/Kg K
dan jeruk yaitu 3,73 kJ/Kg K. Dari hasil yang di dapati bahwa nilai Cp Tomat ceri
setelah data dari semua kelompok ternyata hanya kelompok 3 yang memdekati
nilai literatur tomat ceri dan jeruk limau. terjadi perbedaan besarnya panas
spesifik untuk masing-masing bahan yang cukup signifikan. Nilai spesifik panas
yang didapat dari kedua bahan tersebut dipengaruhi oleh nilai massa bahan, massa
air, besarnya perubahan suhu yang terjadi pada air.
Perbedaan panas spesifik antara literatur dan percobaan yang cukup jauh. Hal
ini karena metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran belum tentu sama,
seperti misalnya lama perendaman bahan yang digunakan untuk literatur tersebut
belum tentu sama dengan lama perendaman bahan yang kami lakukan. Ini tentu
sangat mempengaruhi karena semakin lama bahan tersebut direndam maka
suhunya akan bertambah sedangkan suhu air perendamnya akan berkurang. Selain
itu juga adanya kontak antara udara luar dan udara di dalam termos (udara
didalam termos tidak vakum).
Pada saat melakukan praktikum praktikan merasakan termos yang digunakan
sebagai penyimpan air dan bahan terasa hangat, hal ini mengindikasikan adanya
pertukaran udara antara udara dalam termos dan udara luar. Dari data tersebut kita
dapat menyimpukkan bahwa semakin besar kadar air suatu bahan maka panas
spesifik bahan tersebut juga akan semakin besar pula.
Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diketahui untuk
membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian yang berhubungan
dengan panas. Bahan-bahan pertanian, baik tanaman maupun hewan beserta
produknya, tidak lepas dari perlakuan panas. Proses-proses utama adalah
pemanasan, pendinginan, dan pembekuan. Tujuan perlakuan panas pada
umumnya adalah pengawetan atau pencegahan terhadap pengecambahan. Ada
beberapa macam karakteristik termal bahan hasil pertanian diantaranya Panas
spesifik (specific heat) dan konduktivitas termal (Thermal Conductivity),
difusivitas panas, dan keofisien pindah panas.
Adapun faktor-faktor kesalahan pada praktikum yang mempengaruhi keakuratan
data antara lain, penggunaan termos pada kelompok 2 yang penutupnya sudah
tidak kencang lagi sehingga dalam menjaga suhu yang tinggi sudah tidak efektif
lagi dan hasil cp yang diperoleh menjadi sangat besar. Kesalahan lain yang
ditemukan adalah saat mengukur suhu dengan thermometer, praktikan salah
memegang alat tersebut. Seharusnya kita memegang bagian kepala pengukurnya
saja, bukan pada besi yang menjadi alat reseptor panasnya. Maka nantinya suhu
yang dihasilkan sudah terpengaruhi oleh suhu badan kita sendiri.
Manfaat mempelajari karakteristik termal bahan hasil pertanian sendiri,
dapat kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, adalah proses
memasak. Pada saat memasak kita pun dapat memperkirakan seberapa panas api
yang diberikan kompor untuk dapat memasak makanan yang kita inginkan. Tidak
hanya itu, contoh dari karakteristik termal yang lain adalah proses pengeringan,
pembekuan, pendinginan dan lain lain. Semua itu berguna untuk meningkatkan
nilai jual sayuran dan buah-buahan yang akan kita olah, sehingga rasa, tekstur,
dan warna lebih enak dilihat dan dimakan nantinya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Terjadi perbedaan antara panas spesifik yang diperoleh dari hasil
perhitungan dan panas spesifik yang ada dalam literatur yang
dipergunakan.
2. Nilai spesifik panas yang didapat dari kedua bahan tersebut dipengaruhi
oleh nilai massa bahan, massa air, besarnya perubahan suhu yang terjadi
pada air.
3. Banyak factor yang mempengaruhi perbedaan itu, terutama pada
pengukuran suhu dan nilai Cp media pemanas.
4. Kesamaan jenis bahan dan parameter yang dipergunakan pada saat
praktikum dan literatur tidak berbeda jauh (walaupun hanya kelompok 4
yang mendekati) sehingga tingkat keberhasilan praktikum dapat terlihat.
5. Untuk mengambil nilai rata-rata sebagai acuan nilai Cp sebaiknya
dilakukan banyak percobaan sehingga nilai rata-rata nya pun menjadi lebih
akurat.

6.2 Saran
Adapun saran yang perlu dipertimbangkan pada saat praktikum yaitu:
1. Sebelum praktikum praktikan diharapkan telah mengetahui konsep, prinsip
dan cara kerja praktikum agar menunjang kelancaran praktikum yang
efektif dan efisien.
2. Praktikan diharapkan lebih teliti pada saat melakukan pengukuran pada
objek agar didapatkan hasil (nilai) yang akurat dan meminimalkan
kesalahan.
3. Kesalahan melakukan pembacaan pada termometer yang menyebabkan
perbedaan perubahan suhu pada bahan ataupun air. Sehingga diperlukan
kecermatan dalam membaca besarnya suhu awal dan akhir pada
termometer.
DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, A. G. Ir. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT


RINEKA CIPTA. Jakarta.
Purwanto, Heri. dan Asih, Abdjad. N. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Zain, Sudaryanto., Ujang Suhadi, Sawitri dan Ulfi Ibrahim. 2005. Teknik
Penanganan Hasil Pertanian. Pustaka Giratuna. Bandung.
LAMPIRAN

Gambar 1. Sampel jeruk dan tomat Gambar 2. Termos

Anda mungkin juga menyukai