MODUL 3 KALORIMETER
NIM : 123.12.013
PRODI : TMM 12
Kalorimeter
- Kalorimeter Lengkap
- Keping Logam Tembaga
- Termometer 0-100oC
- Neraca Teknis
- Pemanas Air
3. Teori Dasar
Energi termal adalah energi kinetik acak dari partikel yang menyusun suatu sistem. Panas
Q adalah energi termal yang berpindah dari suatu sistem pada suatu temperatur ke sistem
yang lain yang mengalami kontak/bersentuhan dengannya, tetapi benda pada temperatur
yang lebih rendah. Satuan Sinya adalah Joule, satuan-satuan lain yang digunakan untuk
panas adalah kalori (1 kal=4,184 J) dan satuan panas Inggris atau British termal unit (1
Btu= 1054) (Bueche, 2006).
Jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah
sebanding dengan perubahan temperatur suatu zat dan massanya (Giancoli, 1997).
Q = m x c x ∆t = C x ∆t
Dengan C adalah kapasitas panas zat. Kalor jenis c adalah kapasitas panas per satuan
massa
C=cxm
Panas jenis air 1 kal/go C atau 1 kal/kgoC. Dari definisi Btu panas jenis air adalah 1
Btu/16oF. Kapasitas panas air sangat besar dibanding dengan zat lain sehingga air dapat
menyimpan energi termis atau termal dengan baik sekali (Tipler, 2002).
Panas jenis benda dengan mudah dapat diukur dengan memanaskan benda sampai
temperatur tertentu yang mudah diukur dengan menempatkannya dalam bejana air yang
massa dan temperaturnya diketahui dan dengan mengukur temperatur kesetimbangan
akhir. Jika seluruh sistem terisolasi dengan sekitarny, maka panas yang keluar dari benda
sama dengan panas yang masuk ke air dan wadahnya. Prosedur ini disebut dengan
kalorimetri dan wadah air yang terisolasi dinamakan kalorimeter. Misalkan m adalah
massa benda, c adalah kalor jenis dan T o adalah temperatur awal. Jika T 1 adalah
temperatur akhir benda dalam nejana air, maka panas yang keluar dari benda adalah
Qkeluar = m x c (T o – T1)
Jika T o adalah temperatur awal air dan wadahnya dan T 1 adalah temperatur akhir benda
dan air, maka panas yang diserap oleh air dan wadahnya adalah
Qkeluar = Q masuk
m x c (To – T1) = ma x ca (T1 - To) + mw x cw (T1 - To)
Karena hanya beda temperatur yang ada dalam persamaan di atas dan karena kelvin dan
celcius berukuran sama, maka semua temperatur dapat diukur dalam skala celcius
maupun kelvin tanpa mempengaruhi hasil (Muran, 2004).
Sumber (Serway, 2004)
Pada percobaan ini akan digunakan kalorimeter untuk menentukan kalor jenis suatu zat.
Perhatikanlah gambar 1. Kalorimeter ialah suatu bejana yang terbuat dari logam (BL) diselubungi oleh
bejana pelindung (BP) yang menyekat terjadinya pertukaran kalor dengaan lingkungannya.
Di dalam kalorimeter ada pengaduk yang biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan
kalorimeter (P). Tutup kalorimeter (T) terbuat dari bahan isolator yang berlubang di tengahnya untuk
memasang termometer (TM). (Rahmat, 2009)
TM
P
BP
BK
4. Metode
a. Bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya ditimbang.
b. Bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya diukur temperaturnya.
c. Kalorimeter dan pengaduknya ditimbang.
d. Sejumlah air yang telah ditimbang dipanaskan selama 5 menit pada pemanas air,
kemudian dimasukkan kedalam kalorimeter.
e. Temperatur air dicatat.
f. Bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya dimasukkan kedalam kalorimeter yang
berisi air panas, kemudian diaduk.
g. Temperatur akhir campuran diukur.
h. Kalorimeter beserta isinya ditimbang tanpa bejana pelindungnya.
5. Pengolahan Data
Data
Data Penimbangan
Data Data 1 Data 2 Data 3 m m
Massa bahan (g) 68.02 68.03 68.04 68.03 0.0047
Massa kalorimeter
86.29 86.22 86.24 86.25 0.0170
kosong (g)
Massa kalorimeter +
204 204.01 204.02 204.01 0.0047
air (g)
Tabel Pengukuran Temperatur Awal Bahan
Data T terukur T T
Temperatur
awal bahan 25 25 0.5 25
(oC)
Temperatur
awal air 58 58 0.5
o
( C)
Pengolahan Data
mair = massa kalorimeter dan air – massa kalorimeter kosong
= g- g
= 117.76 g
mbahan =
o
Tbahan = 25 C
o
Tair = C
o
Tcampuran = 54.2 C
o
cair = 4.186 J/g C (Serway, 2004)
Asas Black
= 0.853 J/g oC
6. Analisis Data
- Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan asas black dengan variabel Temperatur
air, Temperatur bahan, Temperatur cmpuran, massa air dan massa bahan. Pada percobaan
ini digunakan bahan tembaga ditentukan kalor jenisnya sebagai penerima kalor dan air
panas sebagai pelepas kalor. Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan
termometer dengan NST 1 oC, sehingga ketidakpastian pengukuran temperatur adalah ±
0.5°C. Dan pengukuran massa menggunakan neraca teknis dengan NST 0.01 g, sehingga
ketidakpastian pengukuran massa adalah ± 0.005 g. Ketidakpastian pengukuran ini
mempengaruhi ketelitian hasil percobaan yang dilakukan, semakin kecil nilai
ketidakpastian maka semakin teliti suatu pengukuran, sebaliknya semakin besar nilai
ketidakpastian maka semakin kurang teliti suatu pengukuran.
- Semakin jauh jarak antara Temperatur awal bahan yang melepaskan kalor dan bahan
yang menerima kalor, maka semakin teliti penentuan kalor jenis dari bahan. Hal ini
dikarenakan Temperatur akhir campuran yang akan terukur semakin jauh dari temperatur
awal salah satu bahan.
- Semakin besar kalor jenis suatu bahan, maka semakin besar kalor yang dapat diterima
dalam jumlah bahan yang sama.
- Bahan yang digunakan adalah logam tembaga. Berdasarkan literatur, logam tembaga
memiliki kalor jenis sebesar 0.387 J/g°C. Namun pada saat percobaan menggunakan
kalorimeter, kalor jenis yang didapat adalah 0.853 J/g°C – 1.034 J/g°C (lebih mendekati
kalor jenis aluminium, yakni 0.900 J/g°C). Hal ini dapat disebabkan karena :
o Pada saat akan memasukan bahan kedalam kalorimeter yang berisi air panas,
kondisi kalorimeter terbuka yang menyebabkan kalor dari air panas terlepas ke
lingkungan. Hal ini menyebabkan hasil perhitungan kalor jenis bahan
menghasilkan angka kalor jenis yang jauh lebih besar dari yang seharusnya.
o Pengukuran variabel yang tidak sesuai, baik waktu maupun cara pengukurannya
Contohnya
7. Kesimpulan
- Kalor jenis bahan yang didapatkan pada percobaan adalah 0.853 J/g oC - 1.034 J/goC.
- Berdasarkan hasil kalor jenis dari percobaan, maka bahan bukanlah logam tembaga.
8. Daftar Pustaka
a. Bueche, Frederick dan Eugene Hectil. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta :
Erlangga, 2006.
b. Giancoli. Fisika. Jakarta : Erlangga,1997.
c. Kardiawarman. Fisika Dasar II. Jakarta : Universitas Terbuka, 1994.
d. Muran, Michael J dan Howard N Shapiro. Termodinamika Teknik Jilid I. Jakarta :
Erlangga, 2004.
e. Rahmat Hidayat, Sparisoma Viridi et coll, Modul Praktikum Fisika Dasar, Lab Fisika
dasar ITB, 2009.
f. Serway and Jewett, Physics for Scientist and Engineers, Pomona : California State
Polytechnic University, 2004.
g. Tipler, Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga, 2002.