Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL SENYAWA ORGANIK


TujuanPercobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk
mengidentifikasi suatu senyawa organik.
2. Uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional
senyawa organik.
Pendahuluan
Senyawa organik merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung
atom karbon dan atom hidrogen. Senyawa organik merupakan senyawa yang
paling banyak dibandingkan dengan senyawa lain. Salah satu langkah untuk
analisis kualitatif dari senyawa organik adalah melalui identifikasi gugus fungsi.
Gugus fungsi adalah suatu atom atau sekumpulan atom yang memberikan
sifat fisik dan kimia yang khas pada suatu senyawa. Gugus fungsional yang sama
akan ditempatkan pada deret homolog yang sama. Gugus fungsi mempunyai
beberapa macam ikatan, yaitu ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan
rangkap tiga. Ikatan tunggal C-C dan C-O dalam senyawa organik biasanya tidak
reaktif karena non polar. Ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga yang
menghubungkan atom-atom karbon juga dianggap gugusan fungsional, sebab
lebih reaktif daripada ikatan tunggal C-C(Prasojo, 2010).
Gugus fungsi terdapat bermacam-macam bentuk diantaranya yaitu alkil
halida, eter, ester, keton, alkohol dan aldehid. Alkohol merupakan senyawa
hidrokarbon dengan satu atom H yang di subtitusikan gugus –OH. Keton dan
Aldehid merupakan senyawa organik yang mengandung gugus karbonil.
Perbedaan gugus fungsi dapat mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia suatu
senyawa. Aldehid dan keton yang mempunyai bau yang khas, yaitu aldehid
berbau menyengat dan keton berbau harum(Fresseden, 1982).
Gugus fungsi tertentu memberikan gejala yang khas jika direaksikan
dengan pereaksi tertentu. Gugus fungsi menjadi ciri suatu kelompok senyawa dan
dapat dikenali dengan peraksi pengenalnya. Beberapa pereaksi pengenal gugus
fungsi yang pertama yaitu, pereaksi air brom. Pereaksi brom menunjukkan bahwa
senyawa organik sebagai senyawa tak jenuh. Pereaksi ini memberikan tanda yaitu
hilangnya warna coklat dari Brom (Br2) apabila positif mengandung ikatan
rangkap pada suatu senyawa organik. Pereaksi yang kedua yaitu, pereaksi logam
Na. Pereaksi logam Na penunjuk adanya gugus –OH pada suatu senyawa organik
dengan ditandai oleh timbulnya gelembung gas H2. Tanda tersebut berarti
senyawa tidak memiliki gugus –OH. Pereaksi yang ketiga yaitu, pereaksi fehling.
Pereaksi ini mengandung ion Cu2+ (berwarna biru transparan), penunjuk adanya
gugus aldehid (-CHO) oleh timbulnya endapan Cu2O berwarna merah bata. Pada
reaksi ini, gugus aldehid mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ (Hoffman, 2004).
Material Safety Data Sheet(MSDS)
1. Etanol
Etanol mempunyaisifat fisik dan sifat kimia berwujud cairan, berbau seperti alkohol
dan tidak berwarna. Titik didih etanol yaitu 78ᵒC sedangkan titik lelehnya -177ᵒC. berat
molekul etanol yaitu Etanol larut dalm air panas dan air dingin. Identifikasi bahaya dari
etanol yaitu berbahaya dalam kasus kontak mata, kulit, menelan dan inhalasi. Tindakan
pertolongan pertama saat terkena mata yaitu segera periksa dan lepaskan kontak serta
basuh dengan air mengalir selama minimal 15 menit (Anonim, 2016).
2. Asetonfenon
Asetonfenon memiliki sifat fisik dan sifat kimia berwujud cairan dan tidak berwarna.
Asetonfenon mempunyai 7(netral), titik didih asetofenon yaitu 201,7ᵒC dan titik lelehnya
adalah 19,7ᵒC. Asetonfenon larut dalam methanol dan dietil eter serta sebagian larut
dalam air dingin dan air panas. Identifikasi bahaya yang disebabkan oleh asetonfenon
yaitu berbahaya dalam kasus kontak mata(iritan), kontak kulit (iritan), menelan serta
inhalasi. Tindakan pertolongan pertama apabila asetonfenon terhirup, yaitu segera
pindahkan ke udara segar (Anonim, 2016).
3. Klorobensen
Klorobensen mempunyai rumus kimia C6H5Cl. Klorobenzsen mempunyai sifat fisik
dan sifat kimia berwujud cair dan tidak berwarna. Berat molekul klorobenzen yaitu
112,56 g/mol. Titik didih klorobenzen yaitu 132ᵒC dan titik leburnya -45,6ᵒC. Kelarutan
klorobensen dalam methanol dan dietil eter serta air dingin. Identifikasi bahaya yang
ditimbulkan dari klorobensen yaitu berbahaya dalam kasus konta dengan mata yang
menyebabkan iritan, kontak kulit, inhalasi serta sangat berbahaya dalam kasus menelan.
Tindakan pertolongan pertama saat terkena kulit yaitu segera basuh kulit dengan air
sebanyak-banyaknya selama minimal 15 menit (Anonim, 2016).
4. Benzaldehida
Benzalehida memiliki rumus kimia C7H6O. Benzaldehid berwujud cair, berwarna
kuning, berasa bitter dan tidak berbau. Berat molekul benzaldehid yaitu 106,13 g/mol.
Benzaldehida memiliki pH 5,9. Titik didihnya 178ᵒC dan titik lelehnya -56ᵒC. kelarutan
benzaldehida yaitu dalam air. Identifikasi bahaya dari benzaldehida yaitu berbahaya
dalam kasus kontak kulit, mata, menelan dan inhalasi. Tindakan pertolongan pertama saat
benzildehida tertelan yaitu jangan dipaksakan muntah kecuali diarahkan oleh tenaga
medis (Anonim, 2016).
5. Fehling B
Fehling B memiliki sifat fisik dan sifak kimia berwujud cair. Fehling B memiliki titik
didih 100ᵒC sedangkan titik leburnya tidak diketahui. pH fehling B yaitu pH umum dan
kelarutannya mudah larut dalam air dingin. Identifikasi bahaya dari fehling B yaitu sangat
berbahaya apabila terkontak dengan mata, kulit, menelan dan inhalasi. Tindakan
pertolongan pertama saat terjadi inhalasi yaitu segera pindahkan ke udara segar dan jika
tidak bernafas segera berikan pernafasan buatan (Anonim, 2016).
6. Toulena
Toulena memiliki rumus kimia C7H8. Toluena berwujud cair, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Berat molekul toluene adalah 92,14 g/mol. Titik didih toulena
adalah 110,6ᵒC dan titik leburnya -95ᵒC. Kerapatan uap toluene adalah 4,5. Identifikasi
bahaya dari toulena sangat berbahaya saat terkontak dengan mata, kulit, menlan dan
inhalasi. Tindakan pertolongan pertama saat terkontak dengan mata yaitu segera bilas
mata dengan air mengalir selama minimal 15 menit (Anonim, 2016).
7. Fehling A
Fehling A mempunyai sifat fisik dan sifat kimia berwujud cair, berwarna biru, tidak
berbau dan tidak berasa. Titik didih dan titik lebur tidak tersedia. Identifikasi bahaya yang
ditimbulkan dari fehling A yaitu sangat berbahaya sangat jika tertelan. Tindakan
pertolongan pertama saat tertelan yaitu jangan dipaksakan muntah kecuali diarahkan oleh
tenaga medis (Anonim, 2016).
8. Metanol CH3OH 32,14
Metanol memilki rumaus kimia CH3OH methanol mempunyai sifat fidsikdan sifat
kimi berwujud cair, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Berat molekul 34,04
g/mol. Titik didih 64,7ᵒC dan titik lelehnya tidak tersedia. Identifikasi bahaya yang
ditimbulkan dari methanol yaitu sangat berbahaya saat terjadi kontak dengan mata
(iritan), kulit (iritan), menelan dan inhalasi. Tindakan pertolongan pertama saat tertelan
yaitu jangan dipaksakan muntah kecuali diarahkan oleh tenaga medis (Anonim, 2016).
9. Kloroform
Kloroform memiliki wujud cair, berbau agak manis, berasa manis dan tidak
berwarna. Kloroform memiliki titik didih 61ᵒC dan titik leburnya -63,5 ° C. berat jenis
kloroform yaitu sebesar 1,484 sedangkan berat molekulnya 119,38g/mol. Kelarutan
kloroform yaitu sangat sedikit larut dalam air dingin. Identifikasi bahaya yang
ditimbulkan dari kloroform yaitu berbahaya dalam kasus kontak kulit, mata serta sedikit
berbahaya dalam kasus kontak kulit (permeator). Tindakan pertolongan pertama saat
terjadi kontak mata yaitu segera lepaskan lensa kontak dan basuh mata dengan air
mengalir selama minimal 15 menit (Anonim, 2016).
10. Butanol
Butanol memiliki wujud cair, berbau memabukkan, dan tidak berwarna. Berat
jenisnya adalah sebesar 0,81 dan berat molekulnya 74,12g/mol. Titik didih butanol 11,7°
C sedangkan titik lelehnya -89,5 ° C. kelarutan butanol yaitu mudah larut dalam
methanol, dietil eter dan sebagian larut dalam air dingin dan air panas. Identifikasi bahaya
pada butanol yaitu sangat berbahaya dalam kasus kontak kulit. Tindakan pertolongan
yang dilakukan adalah dengan cara membasuh kulit dengan air minimal 15 menit
(Anonim, 2016).
11. Bromin
Bromin memiliki wujud cair, berbau pedas dan berwarna merah kecoklatan. Titik
didih bromin 58,78 ° C dan titik leburnya -7,25 ° C. berat molekul bromin sebesar
159,808 g/mol. Kelarutan bromin yaitu dalam dietil eter. Identifikasi bahaya dari bromin
sangat berbahaya pada saat terjadi inhalasi dan menyebabkan sesak nafas. Tindakan
pertolongan pertama yang dilakukan yaitu segera pindahkan ke udara segar (Anonim,
2016).
12. Kalium permanganate
Kalium permanganate memiliki wujud padat, tidak berbau, berasa manis dan
berwarna ungu. Titik didih dan titik dan titik cair tidak tersedia. Berat molekulnya
158,03g/mol dan berat jenisnya 27. Kelarutan kalium permanganate mudah larut dalam
methanol dan aseton sebagian larut dalam air dingin dan air panas. Identifikasi bahaya
dari kalium permanganate berbahaya dalam kasus menelan. Tindakan pertolongan yang
dilakukan yaitu jamgan memaksakan muntah kecuali diarahkan oleh tenaga medis
(Anonim, 2016).
13. Natrium hidroksida
Natrium hidroksida memiliki wujud padat, tidak berbau dan berwarna putih. Titik
didihnya 1388 ° C dan titik leburnya 323 ° C. kelarutan natrium hidroksida yaitu mudah
larut dalam air dingin. Identifikasi bahaya dari natrium hidroksida yaitu berbahaya dalam
kasus kontak mata (iritan). Tindakan yang dilakukan adalah dengan membasuh mata yang
teriritasi dengan air engalir selama minimal 15 menit (Anonim, 2016).
14. Perak nitrat
Perak nitrat berwujud padat, berwarna putih dan berasa bitter. Titik didih: Suhu
penguraian: 440 ° C dan titik leburnya 212 ° C. kelaruatn perat nitrat yaitu mudah larut
dalam air dingin, air panas dan dietil eter. Perak nitrat sangat berbahaya jika terjadi ko tak
dengan kulit yang menyebabkan iritan. Tindakan yang dilakukan yaitu dengan cara
membasuh kulit dengan air dingin minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).
15. Ammonium hidroksida
Ammonium hidroksida memiliki wujud cair, berbau seperti ammonia, berasa tajam
dan tidak berwarna. Titik didih tidak tersedia sedangkan titik leburnya -69,2 ° C.
kelarutan ammonium hidroksida yaitu mudah larut dalam air dingin. Ammonium
hidroksida sangat berbahaya saat tertelan. Tindakan yang dilakukan saat tertelan yaitu
jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan oleh tenaga medis (Anonim, 2016).
16. Fenol
Fenol memiliki wujud padat, berbau manis tajam,dan berwarna merah kemudaan.
Berat molekul fenol yaitu 94,11g/mol. Titik didihya yaitu sekitar 182 ° C sedangkan titik
lelehnya adalah 42 ° C. Kelarutan fenol dalam methanol, dietil eter, air dingin dan aseton.
Identifikasi bahaya dari fenol sangat berbaha apabila terjadi inhalasi. Tinadakan
pertolongannya dengan cara memindahkan korban ke udara segar (Anonim, 2016).
17. Aseton
Aseton memiliki wujud cair, berbau seperti mint, berasa pedas dan tidak berwarna.
Berat molekul aseton 58,08 g/mol sedangakan berat jenisnya 0,79. Titik didih aseton 56,2
° C dan titik leburnya -95,35° C. kelarutan saeton yaitu larut dalam air dingin dan air
panas. Identifikasi bahaya pada aseton yaitu berbahaya dalam kasus kontak mata.
Tindakan pertolongan pertama yaitu segera basuh mata dengan air mengalir selama
minimal 15 menit (Anonim, 2016).
Prinsip Kerja
1. Uji ketidakjenuhan
- Reaksi dengan Brom : Reaksi adisi Br2 pada ikatan rangkap akan
menyebabkan hilangnya warna brom atau warna coklat menghilang.
- Oksidasi dengan KMnO4 :KMnO4 adalah agen pengoksidasi kuat yang
mampu mengoksidasi ikatan rangkap. Terjadinya reaksi disini ditandai
dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuknya endapan
coklat.
2. Uji Adanya Halogen
- Reaksi dengan AgNO3 : reaksi positif menunjukkan larutan jernih menjadi
larutan keruh dengan adanya endapan dalam bentuk garam dengan kation
Ag+, misalnya AgCl.
- Reaksi dengan NaI : reaksi positif menunjukkan akan terbentuk endapan
putih pada saat direaksikan.
3. Uji adanya OH
- Reaksi dengan CrO3 : asam kromat dapat menyebabkan alkohol primer
terokisdasi menjadi asam karboksilat. Bilangan oksidasi Cr6+ (berwarna
merah kecoklatan) akan tereduksi menjadi Cr3+ (berwana hijau). Reaksi
positif akan mengalami perubahan warna menjadi kehijauan.
4. Uji adanya aldehid dan keton
- 2,4-dinitofenilhidrazin, dietilenglikolatau DMF, HClpekat: Uji ini akan
menunjukkan adanya ikatan rangkap C dan O. Reaksi ini adalah reaksi
adisi-eliminasi nukleofilik. 2,4-dinitrofenilhidrazin pertama akan memasuki
ikatan rangkap C=O (tahap adisi) menghasilkan sebuah senyawa intermediet
yang selanjutnya kehilangan sebuah molekul air (tahap eliminasi).
- Tes Fehling: reagen fehling merupakan campuran dari larutan CuSO4 dan
larutan alkali dari garam tartrat, campuran ini berwarna biru yang
mengandung kompleks ion Cu2+ dalam suasana alkali. Apabila ditambahkan
aldehid dan dipanaskan ion Cu2+ akan direduksi menjadi bervalensi satu dan
mengendap menjadi Cu2O yang berwarna merah.
- Tes Tollens: Aldehid dengan pereaksi tollens dioksidasi menjadi asam
karboksilat yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.
5. Uji Fenol
Reaksi antara fenol dengan FeCl3 memberikan hasil senyawa kompleks yang
berwarna merah, hijau, biru, atau ungu. Warna yang dihasilkan tergantung pada
substituen yang terikat pada fenol.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: tabung reaksi, pemanas
listrik, pipet tetes, gelas ukur 50 mL, beaker glass 500 mL, batang pengaduk,
penangas air.
Bahan
Bahan yang dibutuhkan pada percobaan ini adalah larutan 5% Br2 dalam n-
oktanol atau CH2Cl2, toluena, etanol, aseton, sikloheksana, bensaldehida, fenol,
metanol, etanol, 1-propanol, ter-butanol, 2-butanol, asetofenon, klorobensena,
asetil klorida, bensilklorida, t-butil bromida, larutan 1% Br2, larutan FeCl3 5%,
larutan 2% KMnO4, larutan 5% Br2 dalam CH2Cl2, 5% Br2 dalam oktanol atau
CH2Cl2 atau 1% dalam air, larutan 15% NaI dalam aseton, 2% AgNO3 dalam
etanol 95%, 5 gram CrO3 dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4 pekat, 2,4-
dinitofenilhidrasin, HCl pekat, larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan
NH3 encer, Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan, Fehling B: 65
g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan.
Prosedur Kerja
1. Uji kimia ketidakjenuhan
a. Reaksi dengan brom
Reagen : 5% Br2 dalam oktanol atau CH2Cl2 atau 1% dalam air. Toluena, aseton,
etanol, bensaldehida sebanyak 4 tetes dimasukkan ke dalam tabung reaksi bersih
dan kering, lalu tambahkan 2 ml n-oktanol, dikocok campuran secara perlahan-
lahan dan ditambahkan larutan brom tetes demi tetes sampai tidak terjadi
perubahan warna dan dicatat jumlah tetesnya untuk setiap sampel.
b. Oksidasi dengan KMnO4
Percobaan ini menggunakan reagen larutan 2% KMnO4.
Toluena, aseton, etanol, bensaldehida sebanyak 4 tetes dilarutkan ke dalam
sesedikit mungkin aseton atau air di dalam tabung reaksi kering dan bersih,
kemudian tambahkan larutan KMnO4 tetes demi tetes sampai terjadi endapan
hitam (atau larutan menjadi keruh) dan dicatat jumlah tetesnya.
2. Uji adanya halogen
a. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95% .
Klorobensena sebanyak 3 tetes atau sample lainnya yang disediakan misalnya
kloroform dimasukkan ke dalam tabung reaksi kering dan bersih dan ditambahkan
2 mL reagen AgNO3. Diamkan beberapa menit, jika belum terjadi endapan
masukkan tabung reaksi ke dalam penangas air (50-60oC). Waktu yang diperlukan
untuk terjadinya endapan untuk setiap sampel dicatat.
b. Reagen: larutan 15% NaI dalam aseton kering (harus dibuat dan digunakan
pada hari yang sama, simpan dalam botol coklat, bila berwarna coklat
harap dibuang)
Klorobensena sebanyak 3 tetes atau sample lainnya yang disediakan misalnya
kloroform ditambahkan ke dalam 2 mL reagen NaI di dalam tabung reaksi kering
dan bersih, lalu campuran dalam tabung reaksi tersebut dikocok dan dibiarkan
sekitar 3 menit. Bila tidak terjadi perubahan, tabung reaksi dimasukkan dalam
penangas air pada suhu 50oC dan waktu yang diperlukan untuk terbentukknya
endapan dicatat.
3. Uji adanya OH alkohol
a. Metanol, etanol, 2-butanol, metil klorida sebanyak 4 tetes, 1 tetes aseton,
dan 1 tetes larutan asam kromat yang dibuat dengan melarutkan 5 gram CrO3
dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4 pekat dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
bersih dan kering. Campuran dikocok dan diamati perubahan yang terjadi. Test
positif jika terjadi perubahan warna dari kuning ke biru kehijauan atau terbentuk
endapan.
4. Uji aldehida dan keton
a. Reagen: 2,4-dinitofenilhidrazin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat.
Aseton, bensaldehida, asetonfenon sebanyak 2 tetes, 2 ml etanol 95 %, dan 1 ml
larutan fenilhidrazin dimasukkan kedalam tabung lalu diocok kuat-kuat.
Campuran dipanaskan dengan pembakar spiritus jika tidak terjadi endapan. Test
positif jika terbentuk endapan kunig-merah, catatlah perubahan warna terhadap
sample aldehida dan keton.
b. Tes Fehling
Reagen: Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan
Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan
Aseton, bensaldehida, asetofenon sebanyak 1 mL, 1 mL reagen Fehling A dan 1
mL reagen Fehling B dimasukkan kedalam tabung reaksi. Tabung reaksi
dipanaskan di dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit, diamati dan
dicatatlah perubahan yang terjadi pada sample aldehida dan keton.
c. Tes Tollen
Reagen: larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran
10 kali ammonia pekat).
Aseton, bensaldehida, asetofenon sebanyak 1 mL, 1 mL larutan 5% AgNO3 dan 1
mL larutan 5% NaOH dan 5 tetes ammonia dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit,
diamati dan dicatatlah perubahan yang terjadi pada sample aldehida dan keton.
5. Uji Fenol
Sampel 2-butanol, fenol dan 1-propanol sebanyak 2 tetes, 1 ml etanol 95 %, dan 1
tetes larutan FeCl3 5 % dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu di kocok kuat-
kuat, diamati dan dicatat terjadinya perubahan berwarna yang terjadi pada setiap
sampel. Perubahan warna dari oranye ke kehijauan akan pudar terhadap
perubahan waktu.

Waktu yang dibutuhkan


No. Perlakuan Waktu
1. Uji kimia ketidakjenuhan 15
2. Uji adanya halogen 25
3. Uji adanya OH alkohol 25
4. Uji adanya aldehida dan keton 30
5. Uji fenol 15

Data dan Perhitungan


1. Uji kimia ketidakjenuhan
a. Reaksi dengan brom
Sampel yang Penambahan Brom
digunakan Hasil dan keterangan Tetesan

Toluena 2 fase, larutan berwarna coklat tidak bercampur dan 4


terdapat warna putih pada lapisan bawah
Aseton 1 fase, larutan berwarna kuning jernih 4
Benzaldehida 1 fase, larutan berwarna kuning keruh 4
Etanol Larutan berwarna kuning agak coklat 4
b. Oksidasi dengan KMnO4
Sampel yang Penambahan KMnO4
digunakan Hasil dan keterangan Tetesan
Toluena Larutan berwarna Ungu 2
Aseton Larutan berwarna ungu 2
Benzaldehida Terdapat endapan hitam 2
Etanol Larutan berwarna ungu kecoklatan atau ungu pekat 2
2. Uji adanya halogen
a. Reagen : 2% AgNO3 dalam etanol 95%
Sampel yang Penambahan AgNO3
digunakan Waktu Hasil Waktu Hasil sesudah
mengendap sebelum pemanasan pemanasan
pemanasan
Klorobenzene 2 menit Tidak larut 4 menit 40 Larutan keruh dan
karena ada detik mengendap putih
perbedaan setelah dipanaskan
polar dan
nonpolar
Kloroform 3 menit 4 menit 16 Larutan tidak
detik berwarna, terbentuk
seperti bentuk gel
sedikit dan memisah
b. Reagen NaI
Sampel yang Penambahan AgNO3
digunakan Waktu Hasil Waktu Hasil sesudah
mengendap sebelum pemanasan pemanasan
pemanasan
Klorobenzene 3 menit 51 Larutan larut 50 detik Terdapat endapan
detik berwarna putih
Kloroform 3 menit 51 Larutan larut 1 menit 22 Terdapat endapan
detik detik berwarna putih
3. Uji adanya alkohol
Reagen : Asam kromat
Sampel Penambahan Asam Kromat
yang Jenis reaksi Hasil dan Keterangan
digunakan
Metanol Eksoterm, Larutan berwarna hijau
menghasilkan panas
Etanol Eksoterm, Terdapat endapan dan larutan berwarna
menghasilkan panas hijau
ter-Butanol Tidak menghasilkan Larutan berwarna kuning/orange
panas
kloroform Eksoterm, Larutan berwarna coklat
menghasilkan panas
4. Uji aldehida dan keton
a. Reagen : 2,4-dinitofenilhidrazin
Sampel yang
Hasil sebelum pemanasan Hasil sesudah pemanasan
digunakan
Larutan berwarna kuning tetap, larutan berwarna
Aseton
bening kuning bening
Larutan berwarna kuning
Larutan berwarna kuning
Benzaldehida keruh dan terdapat
keruh dan terdapat endapan
endapan
Larutan berwarna kuning Terjadi perubahan larutan
Asetofenon
bening menjadi merah
b. Tes fehling
Sampel yang
Hasil sebelum pemanasan Hasil sesudah pemanasan
digunakan
Larutan atas berwarna
biru muda dan larutan Larutan larut menjadi biru
Aseton
bawah berwarna biru tua tua
dan ada endapan putih
Benzaldehida
Asetofenon
c. tes tollen
Sampel yang
Hasil sebelum dipanaskan Hasil sesudah dipanaskan
digunakan
Terdapat larutan hitam Larutan berwarna perak
Aseton
pekat dan mengendap hitam
2 fase, larutan berwarna
2 fase, tidak larut dan coklat pudar dan ada
Benzaldehida
terdapat endapan hitam endapan coklat pudar serta
terdapat gelembung
2 fase, larutan berwarna
coklat pudar dan ada
Asetofenon Mengendap, larutan keruh
endapan coklat tua serta
terdapat gelembung
5. Uji fenol
Sampel Hasil Keterangan
2-Butanol 1 fase Larutan berwarna orange kehijauan
Fenol 1 fase Larutan orange kehijauan
1-propanol 1 fase Larutan berwarna orange kehitaman

Hasil
1. Uji kimia ketidakjenuhan
a. Reaksi dengan brom
Sampel Gambar Keterangan Hasil
Toluena 2 fase, larutan Negative
berwarna coklat tidak
bercampur dan
terdapat warna putih
pada lapisan bawah
Aseton 1 fase, larutan Negative
berwarna kuning
jernih
Benzaldehida 1 fase, larutan Positif
berwarna kuning
keruh
Etanol Larutan berwarna Positif
kuning agak coklat

b. Oksidasi menggunakan KMnO4


Sampel Gambar Keterangan Hasil
Toluena Larutan berwarna Ungu Negative
Aseton Larutan berwarna ungu Negative
Benzaldehida Terdapat endapan hitam Positif
Etanol Larutan berwarna ungu Negative
kecoklatan atau ungu
pekat

2. Uji adanya halogen


a. Reagen 2% AgNO3 dalam etanol 95%
Sampel yang Gambar Keterangan Hasil
digunakan
Klorobenzene Larutan keruh dan Positif
mengendap putih setelah
dipanaskan
Kloroform Larutan tidak berwarna, Negatif
terbentuk seperti bentuk
gel sedikit dan memisah

b. Reagen NaI
Sampel yang Gambar Keterangan Hasil
digunakan
Klorobenzene Terdapat endapan positif
berwarna putih

Kloroform Terdapat endapan Positif


berwarna putih

3. Uji adanya alkohol


Sampel Gambar Keterangan Hasil
Metanol Larutan berwarna Positif
hijau
Etanol Terdapat endapan Positif
dan larutan
berwarna hijau
ter- Larutan berwarna Negative
Butanol kuning/orange
Kloroform Larutan berwarna Negative
coklat

4. Uji aldehida dan keton


a. Reagen: 2,4-dinitofenilhidrazin
Sampel yang Hasil
Gambar Hasil
digunakan
tetap, larutan berwarna Positif
Aseton
kuning bening
Larutan berwarna Positif
Benzaldehida kuning keruh dan
terdapat endapan
Terjadi perubahan Positif
Asetofenon
larutan menjadi merah

c. Tes fehling
Sampel yang Hasil
Gambar Keterangan
digunakan
Larutan larut
Aseton
menjadi biru tua
Benzaldehida
Asetofenon

d. Tes tollen
Sampel Gambar Keterangan Hasil

2 fase, larutan Negatif


berwarna coklat
pudar dan ada
Aseton endapan coklat
pudar serta
terdapat
gelembung
Larutan berwarna Positif
Benzaldehida perak dan
mengendap hitam
2 fase, larutan Negatif
berwarna coklat
pudar dan ada
Asetofenon
endapan coklat tua
serta terdapat
gelembung

5. Uji fenol
Sampel Hasil Keterangan Gambar

Larutan berwarna orange


2-Butanol Positif
kehijauan
Larutan orange
Fenol Positif
kehijauan
Larutan berwarna orange
1-propanol Negatif
kehitaman
Pembahasan Hasil
Prosedur yang pertama dalam percobaan “identifikasi gugus fungsional
senyawa organik” adalah uji kimia ketidak jenuhan. Terdapat dua perlakuan pada
sampel dalam prosedur yang pertama ini. Perlakuan yang pertama yaitu sampel
direaksikan dengan brom, untuk perlakuan yang kedua sampel direaksikan dengan
KMnO4. Sampel yang digunakan dalam prosedur pertama ini yaitu: toluena,
aseton, etanol dan bensaldehida. Sampel pertama yaitu toluena yang direaksikan
dengan brom sebanyak 4 tetes menunjukkan hasil negatif karena toluen
merupakan senyawa aromatik yang tidak dapat bereaksi dengan brom, kecuali
dengan menggunakan katalis. Sampel yang kedua yaitu aseton yang direaksikan
dengan brom juga menunjukkan hasil negatif karena aseton tidak memiliki ikatan
rangkap (C=C) sehingga reaksi adisi tidak dapat terjadi. Sampel yang selanjutnya
adalah etanol yang direaksikan dengan reagen brom menunjukkan reaksi negatif
karena etanol tidak memiliki ikatan rangkap sama seperti aseton sehingga reaksi
adisi tidak dapat terjadi. Sampel yang terakhir adalah benzaldehid yang
menunjukkan hasil negatif pula dikarenakan benzaldehid merupakan senyawa
aromatik yang tidak dapat bereaksi dengan brom kecuali jika dikatalis oleh asam.
Persamaan reaksi yang terjadi pada penambahan brom pada masing-masing
sampel adalah sebagai berikut :
CH3

+ Br Br

methylbenzene

H3C
OH
+ Br Br

bromine
ethanol

CHO
+ Br Br

bromine
benzaldehyde
O

H3C CH3 + Br Br

propan-2-one bromine

Perlakuan kedua untuk uji kimia ketidakjenuhan adalah oksidasi dengan KMnO4.
Sampel benzaldehid menunjukkan hasil yang positif dengan adanya endapan
hitam pada larutan. Hasil uji ini sesuai dengn literatur, menurut literatul hal ini
terjadi karena aldehid mengandung atom hidrogen yang terikat pada atom C
karbonilnya sehingga sangat mudah teroksidasi oleh oksidasi kuat seperti KMnO-
4.. Reaksinya sebagai berikut:
CHO KMnO 4 COOH

benzaldehyde benzoic acid

Etanol tidak mengalami oksidasi meskipun mengandung gugus OH didalamnya,


karena etanol merupakan alkohol sekunder yang hanya dapat dioksidasi
menggunakan pereaksi berupa asam kromat yang menghasilkan keton. Senyawa
alkohol yang dapat dioksidasi menggunakan KMnO4 adalah alkohol primer yang
menghasilkan asam karboksilat. Berikut reaksinya:

H3C OH + KMnO 4
ethanol

Prosedur yang kedua adalah uji adanya halogen dengan dua perlakuan.
Perlakuan yang pertama dengan menggunakan reagen AgNO3 sampel yang
digunakan adalah kloroform dan klorobenzena. Hasil yang diperoleh dari
perlakuan yang pertama untuk sampel kloroform adalah negatif, hal ini tidak
sesuai dengan literature karena seharusnya ion Ag+ berikatan dengan ion Cl- yang
ada pada kloroform membentuk endapan putih berupa AgCl, hal ini terjadi karena
kloroform merupakan cairan volatile(mudah menguap). Hasil pada sampel
klorobenzen menunjukkan hasil positif yang menghasilkan endapan putih yaitu
AgCl, dimana ion NO3- digantikan dengan atom klorida yang terikat pada
kloroform dan klorobenzena dan membentuk endapan AgCl. Atom Cl lebih
elektronegatif dibandingkan NO3-. Persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan
uji halogen adalah sebagai berikut:
Cl O O
N
+ AgNO 3 + AgCl
O

chlorobenzene phenyl nitrate endapan putih

Perlakuan yang kedua dengan menggunakan NaI menunjukkan hasil dari sampel
kloroform dan klorobezena keduanya positif. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang
diperoleh saat praktikum bahwa pada larutan kloroform dan klorobenzen terdapat
endapan putih saat setelah pemanasan selama 1 menit 22 detik untuk kloroform
dan 50 detik untuk klorobenzen.
Prosedur yang ketiga adalah uji adanya alkohol dengan menggunkan asam
kromat (H2CrO4). Sampel yang digunakan dalam prosedur yang ketiga ini adalah
metanol, atanol, 2-butanol, dan aseton. Alkohol primer maupun sekunder dapat
dioksidasi dengan asam kromat (H2CrO4) yang diturunkan dari kalium kromat
(K2CrO4) dalam asam kuat (H2SO4). Alkohol primer jika dioksidasi maka akan
menghasilkan asam karboksilat sedangkan alkohol sekunder akan menghasilkan
keton. Persamaan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut :
3CH3OH(l) + 4H2CrO4(aq) +H2SO4(l) → 3 CHOOH(aq) + 2Cr2(SO4)3(aq) +13H2O(l)

3CH3CH2OH (l) + 4H2CrO4(aq) +H2SO4(l) → 3 CH3COOH(aq) + 2Cr2(SO4)3(aq)


+13H2O(l)
Hasil dari percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada sampel
metanol, etanol positif karena larutan yang dihasilkan saat penambahan
menghasilkan warna hijau dan merupakan reaksi eksoterm, sedangkan untuk ter-
butanol dan kloroform negatif karena menghasilkan larutan yang berwarna
orange-coklat. Reaksi uji adanya alkohol sebagi berikut:
O
H3C OH + H2CrO4 + H2SO4 OH + 2Cr2(SO4)3 + 13H2O
methanol formic acid

H3C O
OH + H2CrO 4 + H2SO4 OH + 2Cr 2(SO 4)3 + 13H 2O
ethanol
H3C
acetic acid

Prosedur yang ke empat adalah uji aldehid dan keton yang memiliki tiga
perlakuan yaitu reaksi dengan reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin, tes fehling dan tes
tollen. Sampel yang digunakan yaitu aseton, benzaldehid dan asetofenon. Hasil
yang diperoleh dari ketiganya menunjukkan hasil negatif. Menurut literatur
bahwa jika fenilhidrazin direaksikan dengan keton atau aldehid dan mengalami
reaksi adisi-eliminasi nukleofilik membentuk fenilhidrazon dan molekul air. Hasil
yang diperoleh dari percobaan menunjukkan bahwa ketiga sampel positif, karena
larutan yang dihasilkan adalah larutan berwarna kuning-jingga-merah.
Perlakuan yang kedua yaitu uji fehling. Sampel yang digunakan dalam
perlakuan yang kedua ini sama dengan reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin yaitu
aseton, benzaldehid, asetofenon. Pemanasan dalam perlakuan ini bertujuan agar
gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion
OH- membentuk asam karboksilat. Perlakuan yang ketiga adalah tes tollen.
Sampel yang digunakan dalam perlakuan ini adalah aseton, benzaldehida dan
asetofenon. Sampel yang pertama yaitu benzaldehida yang menghasilkan larutan
perak dan ada endapan hitam setelah pemanasan, hal ini menunjukkan bahwa
benzaldehida adalah positif. Sampel yang kedua yaitu asetofenon yang
menghasilkan 2 fase, yaitu larutan yang berwarna coklat pudardan endapan
berwarna coklat, hal ini menunjukkan bahwa asetofenon merupakan negatif.
Sampel yang terakhir adalah aseton yang menghasilkan larutan coklat pudar serta
endapan coklat tua , hal ini juga menunjukkan bahwa aseton merupakan negatif.
Percobaan yang terakhir yaitu uji fenol. Sampel yang digunakan dalam
percobaan yang terakhir ini adalah 2-butanol, fenol dan 1-propanol. Sampel
pertama dan kedua yaitu 2-butanol dan 1-propanol menunjukkan hasil yang sama
keduanya positif karena larutan keduanya berwarna hijau. Sampel yang kedua
yaitu fenol menunjukkan hasil larutan yang berwarna hitam, hal ini diakibatkan
tetesan penambahan FeCl3 yang terlalu banyak atau berlebih. Senyawa fenol jika
direaksikan dengan FeCl3 akan mengalami perubahan warna dari orange menjadi
kehijauan. Hal ini disebabkan karena larutan FeCl3 bereaksi dengan fenol yang
bersifat asam ketika dicampurkan dengan etanol yang bersifat polar, sehingga
terjadilah perubahan warna, untuk reaksi ini sesuai dengan literatur. Reaksi-reaksi
untuk uji fenol sebagai berikut:
H3C
CH3
+ FeCl3
OH
butan-2-ol

H
+
OH O
FeCl 3
+ FeCl 3

phenol

H3C
OH + FeCl3
propan-1-ol
Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam percobaan “Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa


Organik” kali ini adalah:

1. Identifikasi gugus fungsi senyawa organik dengan mereaksikan sampel dengan suatu
reagen tertentu yang menandai masing-masing gugus fungsi.

2. Uji ketidakjenuhan reaksi dengan brom semua sampel menunjukkan reaksi negatif
yang berarti semua senyawa bersifat jenuh meskipun terdapat senyawa turunan benzene,
hal ini karna senyawa benzena tidak dapat bereaksi adisi dengan brom.

3. Uji fenol menggunakan FeCl3 berubahnya warna orange kehijauan pudar.

Referensi

Fresseden, Ralp J dan Joan S. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga


Hoffman, Robert V. 2004. Organic Chemistry Second Edition. America : John Wiley and
Sons.
Prasojo. 2010. Kimia Organik I. Yogyakarta : Gajah Mada Press.
Saran

Praktikan diharapkan lebih teliti lagi pada saat mengamati percobaan yang dilakukan,
diharapkan juga lebih memahami prosedur kerja agar pada saat praktikum berlangsung
tidak terjadi kesalahan.

Nama Praktikan : Umi Jayanti (151810301034)

Anda mungkin juga menyukai