FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN
NAMA : RISKA
SATAMBUK : 15020190053
KELAS : C3/C4
KELOMPOK : IV (EMPAT)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
ALKOHOL DAN FENOL
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Untuk mempelajari beberapa sifat fisika dan kimia dari alkoholl dan fenol.
2. Untuk membedakan antara alcohol primer, sekunder dan tersier.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa alkohol atau alkanol dapat dikatakan enyawa alkana yang satu
atom H-nya diganti dengan gugus –OH (hidroksil). Alkohol adalah R-OH dimana
R adalah gugus alkil. Golongan senyawa akohol juga dapat ditulis CnH2n + 1 –
OH (Ghalib 2010).
Penamaan alkohol dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : nama trivial diberi
nama alkil-alkohol (alkohol sebagai nama pokok dan rantai karbonnya sebagai
gugus). Cara kedua berdasarkan nama sistematik, nama sistematik diberi
akhiran “ol” digunakan dimana gugus –OH terikat dengan posisi –OH diberi
nomor terkecil dari ujung rantai karbon dia terikat. Sistem tatanama, selain yang
disebutkan diatas ialah dengan menganggap bahwa semua nama alkohol adalah
merupakan turunan dari metanol yang disebut karbinol (Ghalib 2010).
Alkohol primer jika dioksidasi akan dihasilkan senyawa aldehidnya dan jika
dioksidasi lebih lanjut dihasilkan senyawa asam karboksilatnya. Alkohol
sekunder jika dioksidasi akan dihasilkan senyawa alkanonnya. Alkohol tersier
tidak dapat dioksidasi (Ghalib 2010).
Fenol adalah suatu senyawa aromatik, yang struktur kimianya diturunkan dari
benzena jika satu atau lebih atom hydrogen yang terikat pada inti benzena dan
disebut gugus hidroksil. Jadi pada fenol, gugus hidroksil terikat langsung pada
inti benzena dan disebut gugus hidroksil fenolik. Berdasarkan banyaknya radikal
hidroksil yang terikat pada intina benzena, kita membedakan fenol atas fenol
bervalensi satu, fenol bervariansi dua dan fenol bervariansi tiga (Sumardjo,
2009).
Untuk fenol, penamaan secara umum mengacu pada nama induknya, dan
karena fenol merupakan senyawa telah lama dikenal sehingga senyawa ini telah
mempunyai nama-nama yang popular. Sebagai contoh, metal fenol lebih dikenal
dengan nama “kresol”, yang berasal dari kata kreosol, tar dari hasil pembakaran
kayu atau batubara (Naid 2010).
Alkohol memilki gugus fungsi –OH melekat pada rantai alkil. Alkohol yang
paling sederhana ialah metanol (CH3OH), yang dibuat dari gas sintesis (Oxtoby
2003).
Berbagai kondisi rekasi basa dan asam termasuk penggunaan asam lewis
telah diaplikasikan pada reaksi antara hgliserol dan o-metoksi fenol sebagai
upaya dalam pemanaatan gliserol dari hasil samping produksi biodiesel
berbahan dasar minyak jelantah. Reaksi ini nantinya akan digunakan pada
pembuatan obat batuk gliseril guaiakolat. Kondisi reaksi yang dilakukan belum
menghasilkan suatu reaksi yang berjalan secara optimal sehingga masih
diperlukan penelitian berikutnya (Ritmaleni 2013).
berwarna
Rumus struktur :
Rumus struktur :
dan atsiri.
Nama : METANOL
BM / RM : 32 gram/mol / CH3OH
Rumus Struktur :
BM / RM : 94,11gram/mol / C6H5OH
kaustik
BM / RM : 84,01gram/mol / NaHCO3
Rumus Struktur :
buram
Rumua Struktur :
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan
Rumus Struktur :
mudah terbakar.
Rumus Struktur :
putih
3. Dikocok dan amati serta catat apa yang terjadi dan waktu terjadinya (hasil
ada dirubrik)
BAB III
METODE KERJA
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, dan gelas ukur.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu beberapa macam
senyawa alkohol dan fenol, pereaksi lucas, air, n-heksan, NaHCO3, NaCO3, dan
CH3COOH, pereaksi diazo, pereaksi Fehling, Cerri Ammonium Nitrat, golongan
asam karboksilat, pereaksi Cuprifil, dan FeCl3.
(metanol)I, zat warna merah yang terbentuk tidak tertarik oleh eter,
sedangkan senyawa fenol, zat warna merah yang terbentuk tertarik oleh
eter.
2. Dengan pereaksi spesifik senyawa alcohol
a. Cerri Ammonium Nitrat
1-2ml alcohol (etanol) dalm air tambahkan beberapa tetes
pereaksi tersebut, maka akan terjadi perubahan warna menjadi warna
merah.
b. Reaksi esterifikasi
Senyawa alcohol (etanol) ditambahkan senyawa asam
karboksilat (asam asetat atau asam benzoate atau asam salsilat atau
lainya) ditambahkan asam sulfat pekat, menghasilkan bau yang khas
harum.
c. Untuk alcohol polivalen
Dapat diidentifikasi dengan pereaksi Cuprifil, dengan cara : 1 ml
senyawa alcohol (gliserol) ditambahkan 1 tetes laturan cupri asetat
dan tambahkan 1 ml NaOH 2 N, kemudian dikocok dank an
menghasilkan larutan berwarna biru tua yang menunjukkan
pembentukan senyawa kompleks.
3. Dengan pereaksi spesifik senyawa fenol
a. Ferri Chlorida
2ml senyawa fenol (fenol) ditambahkan beberapa tetes pereaksi
FeCl3, maka akan terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap, seperti
biru, hijau,ungu, merah, atau lainnya, tergantung senyawa fenolnya.
b. Untuk fenol polivalen
Dapat diidentifikasi dengan pereaksi Fehling, dengan cara : 1 ml
senyawa fenol (kuersetin) ditambahkan 1 ml fehling A dan 1 fehling B,
lalu ditambahkan NaOH samapi alkalis, kemudian dikocok dan akan
mengahsilkan endapan merah bata atau kuning.
D. Membedakan alcohol primer, sekunder, dan tersier
Siapkan 3 buah tabung, masing-masing dengan 1 ml alcohol primer (1-
butanol), sekunder (2-butanol), dan tersier (tert-butanol) kemudian kocok dan
amati serta catat apa yang terjadi dan waktu terjadinya (hasil ada dirubrik).
BAB IV
NaHCO3 :
Endapan orange
DIAZO A + DIAZO B +
Zat Keterangan
NaOH
Methanol + +
Fenol + +
Ethanol + +
Alkohol polivalen
Gliserol +
Zat FeCl3
Fenol +
Feno polivalen
1 mL + Fehling A + 1 mL Fehling B +
Zat
NaOH
Kuersetin +
4.2 Pembahasan
Alkohol merupakan suatu senyawa organik hidroksil dimana gugus –OH terikat
pada atom karbon analik, sedangkan fenol merupakan suatu senyawa organik
karboksil dimana gugus –OH terikat pada cincin aromatik. Dalam percobaan ini
digunakan beberapa jenis alkohol dan feno. Percobaan inidilakukan dengan
menggunakan beberapa pereaksi, yaitu air, n-heksana, Na2CO3 dan NaHCO3.
Pada percobaan pertamayaitu untuk mengetahui kelarutan alkohol dan fenol
dalam air dan n-heksana, mula-mula ditambahkan metanol dengan air dan
menghasilkan larutan yang mudah larut. Ketika ditambahkan metanol dengan n-
heksana ternyata dihasilkan bahwa metanol larut dalam n-heksana. Hal ini
disebabkan karena metanol merupakan alkohol dengan jumlah atom C yang
kurang dari lima yang mana mempunyai sifat yang mempunyai air. Karena
gugus hidroksil dalam metanol mengambil bagian yang lebih besar dalam
RISKA ANDI NUR ALAM AMALIAH Z.
15020190053
ALKOHOL DAN FENOL
molekulnya, dan cenderung bersifat polar sehingga jika direaksikan dengan air
berlebih akan mudah larut dibandingkan dengan pelarut organik. Ketika
ditambahkan amyl alkohol dengan air, ternyata dihasilkan larutan tidak larut, dan
ketika ditambahkan dengan n-heksana menghasilkan larutan yang mudah larut.
Hal ini disebabkan karena semakin panjang rantai karbon pada alkohol maka
semakin bersifat non polar dan mudah larut dalam pelarut organik. Lain halnya
dengan fenol, kelarutannya dalam air hanya sebagian kecil yang terjadi. Fenol
lebih menyuplai sifat alkana, sebab kelarutannya dalam n-heksana terjadi secara
sempurna. Hal ini disebabkan karena fenol bersifat non polar dan merupakan
alkohol yang lebih tinggi.
Percobaan kedua digunakan beberapa reaksi alkohol dan fenol yang
direaksikan dengan Na2CO3 dan NaHCO3. Amil alkohol larutan tidak larut dan
membentuk 2 fase dalam Na2CO3 dan NaHCO3. Sedangkan reaksi asam asetat
larut dalam Na2CO3 larutan berwarna bening dan NaHCO3 larutan terdapat
gelembung. Padahal seharusnya pada natrium bikarbonat juga akan
meghasilkan warna yang bening yang sesuai dengan teori yaitu asam aseta
merupakan asam lemah, yang menyebabkan larutan menjadi bening dan di
tandai dengan adanya gelembung gas.
Percobaan selanjutnya yaitu untuk membedakan antara alkohol primer dan
sekunder, digunakan pereaksi Lucas. Pada saat alkohol primer direaksikan
dengan pereaksi lucas maka akan menghasilkan larutan yang larut. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang ada bahwa alkohol primer memiliki rantai panjang dan
tidak memiliki cabang sehingga semakin panjang rantai suatu alkohol maka
semakin kecil kelarutannya dalam pereaksi lucas. Selain itu rantai utama lebih
sukar untuk memutuskan diri. Lain halnya dengan alkohol sekunder, karena
memiliki rantai utama yang lebih pendek dari pada alkohol primer dan
kemungkinan untuk memiliki cabang semakin lebih besar, maka kereaktifannya
dalam pereaksi lucas lebih cepat dan menghasilkan larutan yang larut.
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
5. 2 Saran
Dari pembelajaran materi ini, diharapkan kita bisa mengerti tentang alkohol,
eter dan fenol. Jadi, belajar itu tidak hanya dari satu buku tetapi dari buku lain
kita juga bisa, karena buku adalah ilmu pengetahuan untuk kita keraguan
bukanlah lawan keyakinan, keraguan adalah sebuah elemen dari kegagalan.
Dan kita tidak harus takut pada kegagalan, tetapi pada keberhasilan melakukan
sesuatu yang tidak berati.
DAFTAR PUSTAKA
Hart, H., L.E., Craine, dan D.j., Hart, 2011, Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat edisi
kesebelas, Erlangga, Jakarta.
Riswayanto, 2010, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Ritmaleni, 2013, Reaksi Antara Gliserol dan o-Metoksik Fenol Dalam Suasana Basa
dan Asam Sebagai Upaya Pendahuluan Pemanfaatan Gliserol dari Produk
Samping Produksi Biodiesel Untuk Pembuatan Obat Batuk Gliseril
Guaiakolat, Indonesian E-Journal of Applied Chemistry, 1(2): ISSN 2302-
7274.
Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.
Ghalib, Achmad Kholish. 2010. Buku pintar kimia. Jakarta : Penerbit : Powerbooks