Anda di halaman 1dari 23

Nama Andreas Bimanda C.

NIM 145100100111015
Kelas A
Kelompok A1

BAB I
PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3

TUGAS
1. Berilah masing-masing 2 contoh bahan kimia pada symbol berbahaya!
Toxic (Sangat beracun), Kode T+ : Arsen Triklorida, MercuryKlordia
Corrosive (Korosif), Kode C : Belerang, Klorin
Explosive (Bersifat mudah meledak), Kode E: Amonium Nitrat, Nitroselulosa
Oxidizing (Pengoksidasi), Kode O : Hidrogen Peroksida, Kalsium Perklorat
Flammable (Sangat mudah terbakar), Kode F: Benzoat, Aseton
Harmful (Berbahaya), Kode Xn, Xi : Benzyl Alcohol, Amonia

2. Carilah MSDS (Material Safety Data Sheet) pada masing-masing bahan kimia yang
anda sebutkan pada no.1!
Harmfull (Berbahaya) :
1. Amonia (NH3)
Amonia merupakan suatu bahan kimia berbentuk gas yang tidak berwarna
namun berbau tajam. Bahan ini bersifat mengiritasi atau korosif terhadap jaringan
terbuka. Menghirup uapnya dapat menyebabkan edema paru dan pneumonitis. Bahan
ini sedikit mudah terbakar. Amonia juga bersifat tidak stabil. Bahan ini dapat bereaksi
keras dengan fluor, klor, HCl, HBr, nitrosyl klorida, chromyl klorida, nitrogen
dioksida, trioxygen difluoride dan triklorida nitrogen(Sutresna,2007).
2. Benzyl Alkohol
Berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), dari inhalasi.
Sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit (Permeator), menelan. Berbentuk cair, tak
berwarna dan berbau aromatik. Bahan ini bersifat stabil dan reaktif terhadap oksidator
dan asam(Parthasarati,2005).

Flammable(Sangat mudah terbakar) :


1. Benzoat
Senyawa kimia yang dapat menyebabkan iritasi apabila bersentuhan langsung
dengan kulit. Berbentuk padatan kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan
berbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada
suhu tinggi(Rahayu,2005).
2. Aseton
Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna dan mudah terbakar. Senyawa ini
dapat menyebabkan iritasi dan sedikit berbahaya apabila bersentuhan langsung dengan
kulit. Senyawa ini juga reaktif dengan oksidator, asam dan alkali(Pringgodigdo,2004).

Oxidizing (Pengoksidasi) :
1. Hidrogen peroksida
Senyawa berbentuk senyawa bening, sedikit kental dan merupakan oksidator
kuat. Dapat menyebabkan iritasi kulit dan inhlasi (sensitizer paru) apabila dihirup.
Senyawa ini reaktif terhadap pereduksi dan bersifat sedikit mudah
terbakar(H.Stem,2004)..
2. Kalsium Perklorat (KclO4)
Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi bila bersentuhan langsung dengan
kulit. Berbentuk kristal/padatan yang tak berwarna dan tak berbau. Senyawa ini dapat
mengalami dekomposisi yang berbahaya, reaktif pada kondisi shock atau jika terjadi
peningkatan suhu atau tekanan secara tiba-tiba(H.Stem,2004).

Explosive (bersifat mudah meledak) :


1. Amonium nitrat
Berbentuk kristal putih yang mudah larut dalam air dan bersifat mudah
meledak. Dapat menyebabkan iritasi, luka bakar dan gangguan bernafas. Bersifat
reaktif terhadap pereduksi, bahan mudah terbakar, bahan organik, logam dan
alkalis(Pringgodigdo,2004).
2. Nitroselulosa
Senyawa ini merupakan bahan baku dari bahan peledak. Berbentuk padat dan
mudah terbakar. Senyawa ini daat menyebabkan iritasi kulit dan iritasi saluran
pernafasan. Dapat dengan mudah meledak apabila terkena ppanas, kejutan dan
gesekan(A.Tracton,2005).
Corrosive (Korosif) :
1. Belerang
Berbentuk padatan berwarna kuning tidak berbau dan tidak berasa. Bersifat
korosif dan dapat menyebabkan iritasi mata. Senyawa ini juga mudah
terbakar(Salirawati,2008).
2. Klorin
Berbentuk gas kuning kehijauan, bersifat korosif dan beracun. Dapat
menyebabkan iritasi mata dan kulit serta kerusakan lingkungan. Senyawa ini dapat
menghasilkan gas beracun apabila bereaksi dengan asam(Rahayu,2005).

Toxic (Sangat Beracun) :


1. Arsen Triklorida
Senyawa ini sangat berbahaya apabila tertelan. Berbentuk padat, tak berbau
dan tak berwarna. Bersifat reaktif dengan oksidator, asam dan kelembaban serta
bersifat sedikit mudah terbakar pada suhu tinggi(Clarkson,2008).
2. Mercury Klorida
Senyawa ini sangat berbahaya apabila tertelan, dapat menyebabkan iritasi kulit
dan mata. Berbentuk padatan putih tak berbau. Mudah larut dalam air, metanol dan
dietil eter. Reaktif terhadap oksidator, logam, asam dan alkali(Clarkson,2008).

3. Apa fungsi lemari asam dalam laboratorium kimia?


Lemari asam (Fume Hood) adalah salah satu alat keselamatan kerja didalam
laboratorium kimia. Lemari asam berfungsi untuk mencegah agar gas-gas yang
dikeluarkan dari bahan kimia yang tergolong asam/basa kuat tidak membahayakan
orang atau praktisi laboratorium yang sedang bekerja. Bahaya bahan kimia yang
bersifat asam/basa kuat tersebut dapat menyebabkan iritasi atau terbakarnya kulit dan
gangguan pernafasan yang disebabkan gas beracun yang dihasilkan bahan kimia
tersebut. Bahan kimia yang dapat merusak kulit seperti Asam Sulfat (H2SO4), Asam
Chlorida (HCl), Asam Nitrate (HNO3) dan masih banyak lagi bahan kimia lainnya
yang berbahaya. Bahan kimia tersebut selain dapat merusak kulit juga dapat
menghasilkan gas beracun yang dapat mengganggu pernafasan atau bisa juga
keracunan yang akhirnya bisa menyebabkan kematian. (Clarkson,2008).
BAB II
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

TUJUAN:
Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu

A. PRE-LAB
1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas dan normalitas?
Molaritas adalah satuan konsentrasi yang banyak dipergunakan, dan didefinisikan sebagai
banyak mol zat terlarut dalam 1 liter (1000 mL) larutan. Hampir seluruh perhitungan kimia
larutan menggunakan satuan ini. Di dalam laboratorium kimia sering kita jumpai satuan
molaritas misalnya larutan HNO3 3M. Dalam botol tersebut terkandung 3 mol HNO3 dalam
1 Liter larutan (Salirawati, 2008).
Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang terdapat
didalam 1000 gram pelarut. Molalitas diberi lambang dengan huruf m. Sebagai contoh
didalam botol di laboratorium tertera label bertuliskan 0.5 m CuSO4, hal ini berarti didalam
larutan terdapat 0.5 mol CuSO4 dalam 1000 gram pelarut. Penggunaan satuan konsentrasi
molalitas, ketika kita mempelajari sifat- sifat zat yang ditentukan oleh jumlah partikel
misalnya kenaikan titik didih atau penurunan titik beku larutan (Salirawati, 2008).
Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah
memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas
didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara sederhana
gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan (Salirawati, 2008).
2. Jelaskan perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v), %(v/v), %
(b/b), ppm,dan ppb !
Molar adalah banyaknya jumlah zat terlarut tiap 1000 gram zat pelarut.
Normalitas adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap larutan.
%volum menyatakan jumlah ml volume / berat zat terlarut dalam 100 ml larutan.
%berat menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Bagian per sejuta (part per million) menyatakan jumlah gram berat zat yang terlarut dalam
volume atau berat total larutan.
Bagian per miliar (part per billion) menyatakan jumlah mikro gram berat zat yang terlarut
dalm volume atau berat total larutan.
(Herning, 2011)
3. Jelaskan perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari larutan pekatnya!
Untuk melakukan pengencerkan HCl dari larutan pekatnya dilakukan dengan cara
menambahkan air ke dalam larutan pekat HCl, sebaliknya untuk pengenceran H 2SO4 dari
larutan pekatnya dilakukan dengan cara menambahkan larutan pekat H 2SO4 ke dalam air
(Sutresna, 2007).
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan sifat larutan


Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan
yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan
larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat
terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut
(Sutresna, 2007). Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain
air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan
(Salirawati, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut,
efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain
(Pringgodigdo, 2004).
Sifat :
Tidak ada bidang batas antar komponen kompone penyusunnya.
Antara partikel solven (pelarut) dan solut (terlarut) tidak dapat dibedakan.
komponen yang paling banyak dianggap sebagai pelarut. Jika larutan
berbentuk cair, maka air yang dianggap sebagai pelarut.
komposisi di seluruh bagian adalah sama .

Pengertian konsentrasi dan perhitungan dalam konsep larutan


Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut,
dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume
tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu
fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa
dan persen volume (Rahayu, 2004).

mol zat terlarut (mol )


X= Keterangan :
mol zat terlarut ( mol ) +mol pelarut ( mol)
X : Fraksi mol
M : Molaritas
mol zat terlarut (mol) N : Normalitas
M=
Volume larutan(L) m : Molalitas
ppm : Part per million

mol zat terlarut (mol)


m=
Berat pelarur (kg)
mol zat terlarut x ekivalen(eq)
N=
Volume laru tan( L)

berat zat terlarut (mg) berat zat terlarut (mg)


ppm = atau ppm =
volume larutan(L) berat larutan(kg)

Aplikasi larutan dalam teknologi pertanian


Pembuatan campuran pupuk
Pengawetan dan pemrosesan bahan pangan

Pengaturan pH dalam pemrosesan hasil pertanian (Herning, 2011).


B. DIAGRAM ALIR

1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M

Dihitung konsentrasi larutan yang akan dibuat


NaCl 0,585 gram

NaCl ditimbang dengan timbangan analitik

Diletakan dalam beaker glass


Aquades secukupnya

Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur ukuran 100mL


Aquades

Ditambah hingga tanda batas

Dihomogenkan

Hasil
2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

NaCl 10 mg

NaCl ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik

Diletakan dalam beaker glass


Aquades secukupnya

Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur ukuran 100mL


Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenisasi

Hasil
3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)

Etanol 96%

Dihitung volume etanol dengan rumus pengenceran

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL


Aquades

Ditimbahkan hingga tanda batas

Dihomogenisasi

Hasil

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)

Gula

Ditimbang sebanyak 5 gram

Diletakan dalam beaker glass


Aquades secukupnya

Diaduk hingga larut

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL


Hasil

Ditambahkan hingga tanda batas

Hasil
5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%

Perhitungan konsentrasi HCl 32% dan volume yang dibutuhkan

Konsentrasi 32% dalam (M)

Dihitung volume HCl yang akan diambil dengan rumus pengenceran


Larutan HCl 32%

Diletakan dalam labu ukur yang berukuran 100ml


Aquades

Ditambahkan hingga tanda batas

Dikocok hingga homogen

Hasil
C. DATA HASIL PRAKTIKUM

Solute (zat terlarut) / Solven (pelarut) / satuan


Larutan Konsentrasi
satuan (g/ml) (g/ml)
0,1 M 0,585 gram 100 ml
NaCl
100 ppm 0,014 gram 100 ml
Etanol 20% (v/v) 20,83 ml 79 ml
Gula 5% (b/v) 5,0031 gram 100 ml
HCl 0,1 M 0,96 ml 9,04 ml

D. PEMBAHASAN
1. Hal apakah yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan dari padatan dan cairan
(larutan pekat), sebutkan dan jelaskan !
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan yang pertama adalah sifat dari
bahan-bahan yang akan digunaka, dalam hal ini harus melihat MSDS dari setiap
bahan. Penghitungan konsentrasi, ppm, %volume, dan %berat haruslah tepat dan
cermat karena apabila terjadi kesalah kecil saja dapat menyebabkan praktikum gagal
dan harus diulangi kembali lagi.

2. Jelaskan langkah-langkah pembuatan larutan NaCl 10 M dan 100 ppm dari kristal
padat NaCl! Jelaskan langkah kerja pengenceran larutan tersebut menjadi 1 M !
1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan dalam
percobaan pembuatan larutan NaCl 10 M dan pembuatan larutan NaCl 100 ppm
dengan menggunakan rumus molaritas dan ppm.
g
berat zat terlarut (mg)
M = Mr ppm =
volume larutan(L)
L
g
be rat zat terlarut (mg)
10 = 58,5 100 =
0,1 L
0,1 L
g = 58,5 gram g = 10 mg
2. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang
telah ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai
massa 58,5 gram untuk larutan NaCl 10 M dan 10 mg untuk larutan NaCl 100
ppm.
3. Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beker.
4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.
5. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan pengaduk
hingga NaCl larut dan tidak terlihat oleh mata.
6. Menuangkan larutan NaCl 10 M dan larutan NaCl 100 ppm ke dalam labu ukur
masing-masing larutan.
7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan
menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda
batas, yaitu tepat 100 ml.
8. Menutup labu ukur dengan penutup.
9. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 10 M di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 12 kali. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 100 ppm
di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali.
10. Hasil 100 ml larutan NaCl 10 M dan 100 ml larutan NaCl 100 ppm.

Langkah kerja pengenceran 100 ml larutan NaCl 10 M menjadi 1 M.


1. Menghitung terlebih dahulu volume kedua menggunakan rumus pelarutan.
M1V1 = M2V2
10*100 = 1*V2
V2 = 1000 ml
2. Menuang 100 ml larutan NaCl 10 M ke dalam gelas beker 1000 ml.
3. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.
4. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan pengaduk.
5. Menuangkan larutan NaCl 1 M dalam labu ukur 1000 ml.
6. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan
menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda
batas, yaitu tepat 1000 ml.
7. Menutup labu ukur dengan penutup.
8. Menghomogenkan 1000 ml larutan NaCl 1 M di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 12 kali.

9. Hasil 1000 ml larutan NaCl 1 M.

Langkah kerja pengenceran 100 ml larutan NaCl 100 ppm menjadi 1 M.


1. Menghitung terlebih dahulu konsentrasi 100 ml larutan NaCl 100 ppm.
berat zat terlarut (mg)
100 =
0,1 L
g = 10 mg
0,01 mg
M= 58,5
0,1
M = 0,001
2. Menghitung volume kedua menggunakan rumus pelarutan.
M1V1 = M2V2
0,001*100 = 1*V2
V2 = 0,1 ml
3. Mengurangi volume larutan hingga mencapa 0,1 ml.
4. Menutup labu ukur dengan penutup.
5. Menghomogenkan 0,1 ml larutan NaCl 1 M di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 12 kali.

6. Hasil 0,1 ml larutan NaCl 1 M.

3. Jelaskan cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat 37% !
1. Menghitung terlebih dahulu jumlah volume HCl 37% yang akan diencerkan dalam
percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 37% dengan
menggunakan rumus konsentrasi dan pengenceran larutan.
x 10 x
M1 =
Mr
37 x 10 x 1,19
M1 =
36,5
M1 = 12,06
M1V1 = M2V2
12,06*V1 = 0,1*100
0,1 x 100
V1 = = 0,82 ml
12,06
2. Mengambil HCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes 1 ml dan
memasukkannya ke dalam labu ukur.
3. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur hingga mencapai 100
ml dengan tetap memperhatikan meniskus bawah.
4. Menutup labu ukur dengan penutup.
5. Menghomogenkan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 37% di dalam labu ukur
dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali.
6. Hasil 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 37%.

4. Jelaskan cara pembuatan larutan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dari krital garam NaCl !
1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan dalam
percobaan pembuatan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus part
per million (ppm).
berat zat terlarut (mg)
ppm =
L
mg
100 =
0,05
berat = 5 mg
2. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang telah
ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai massa 5
gram.
3. Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beker.
4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.
5. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan pengaduk
hingga NaCl larut dan tidak terlihat oleh mata.
6. Menuangkan larutan NaCl 100 ppm ke dalam labu ukur.
7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan
menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda
batas, yaitu tepat 50 ml.
8. Menutup labu ukur dengan penutup.
9. Menghomogenkan 50 ml larutan NaCl 100 ppm di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 12 kali.
10. Hasil 50 ml larutan NaCl 100 ppm.

5. Jelaskan cara pembuatan larutan gula 10% (b/v) !


1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa gula yang akan dipergunakan dalam
percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) dengan menggunakan %berat.
berat zat terlarut (gram)
%berat = x 100
100 ml
berat zat terlarut ( gram )
10% = x 100
100 ml
Berat zat terlarut = 10 gram
2. Mengambil gula sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang telah
ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai massa 10
gram.
3. Mengambil gula di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya
ke dalam gelas beker.
4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.
5. Mengaduk larutan campuran aquades dan gula dengan menggunakan pengaduk hingga
gula larut, tidak terlihat oleh mata dan warna larutan berubah menjadi kuning
kecoklatan
6. Menuangkan larutan gula 10% ke dalam labu ukur.
7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan
menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus atas mencapai tanda batas,
yaitu tepat 100 ml.
8. Menutup labu ukur dengan penutup.
9. Menghomogenkan 100 ml larutan gula 10% di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 12 kali.
10. Hasil 100 ml larutan gula 10% (b/v).

ANALISA PROSEDUR

1. ALAT DAN BAHAN

Nama Alat dan Bahan Keterangan


Pipet ini memiliki skala, digunakan untuk mengambil
larutan dengan volume tertentu. Gunakan bulb atau
Pipet ukur 1 ml & 10 ml
karet penghisap untuk menyedot larutan, jangan
dihisap dengan mulut.
Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca
dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung
Pipet tetes
atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil
cairan dalam skala tetesan kecil.
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat
skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan
Gelas beker 100 ml & 250 ml untuk tempat larutan dan dapat juga untuk
memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan
solven/pelarut atau untuk memekatkan.
Bulb digunakan untuk menghisap larutan.
Bulb
Penggunanya di pasang di ujung pipet ukur.
Digunakan untuk mengaduk larutan, campuran, atau
Pengaduk gelas
mendekantir (memisahkan larutan dari padatan).
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam
bentuk cair pada proses preparasi larutan dan juga
Labu ukur/Labu takar 100 ml
menghomogenkan larutan Alat ini tersedia berbagai
macam ukuran.
Digunakan untuk tempat bahan padatan pada saat
Gelas Arloji
menimbang, mengeringkan bahan, dll.
Digunakan untuk menimbang massa suatu zat
Timbangan Analitik dengan ketelitian mencapai empat angka dibelakang
koma.
Digunakan untuk mengambil bahan padat atau
Spatula
serbuk.
Digunakan untuk mengencerkan atau melarutkan
Aquades
bahan, baik padat maupun cairan.
Bahan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan
Gula
gula 12% (v/v).
Garam dapur Bahan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan
(NaCl) NaCl 0,1 M dan 100 ml larutan NaCl 100 ppm.
Bahan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan
Etanol 96%
etanol 20% (v/v).
Bahan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan
HCl 32%
HCl 0,1 dari larutan HCl 32%.

2. LANGKAH KERJA

1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M


1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan
dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M dengan menggunakan
rumus molaritas.
g
M = Mr
L
g
0,1 = 58,5
0,1
g = 0,585 gram
2. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang
telah ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai
massa 0,585 gram.
3. Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beker.
4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.
5. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan
pengaduk hingga NaCl larut dan tidak terlihat oleh mata.
6. Menuangkan larutan NaCl 0,1 M ke dalam labu ukur.
7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur
dengan menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah
mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml.
8. Menutup labu ukur dengan penutup.
9. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 0,1 M di dalam labu ukur dengan
proses homogenisasi sebanyak 12 kali.
10. Hasil 100 ml larutan NaCl 0,1 M.

2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan


dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm dengan
menggunakan rumus part per million (ppm).
berat zat terlarut (mg)
ppm =
L
mg
100 =
0,1
berat = 0,01 mg
2. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang
telah ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai
massa 0,01 gram.
3. Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beker.
4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.
5. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan
pengaduk hingga NaCl larut dan tidak terlihat oleh mata.
6. Menuangkan larutan NaCl 100 ppm ke dalam labu ukur.
7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur
dengan menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah
mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml.
8. Menutup labu ukur dengan penutup.
9. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 100 ppm di dalam labu ukur dengan
proses homogenisasi sebanyak 12 kali.
10. Hasil 100 ml larutan NaCl 100 ppm.

3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah volume etanol 96% yang akan diencerkan
dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v) dengan
menggunakan rumus pengenceran larutan.
M1V1 = M2V2
96*V1 = 20*100
20100
V1 = = 20,83 ml
96
2. Mengambil etanol sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet ukur 10 ml
sebanyak dua kali dan memasukkannya ke dalam labu ukur. Pada saat
memasukkan, pipet yang berisi etanol harus menyentuh dinding labu ukur, agar
etanol mengalir dan tidak menetes.
3. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur hingga
mencapai 100 ml dengan tetap memperhatikan meniskus bawah.
4. Menutup labu ukur dengan penutup.
5. Menghomogenkan 100 ml larutan etanol 20% M di dalam labu ukur dengan
proses homogenisasi sebanyak 12 kali.
6. Hasil 100 ml larutan etanol 20%.

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa gula yang akan dipergunakan


dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) dengan
menggunakan %berat.
berat zat terlarut (gram)
%berat = x 100
100 ml
berat zat terlarut (gram)
5% = x 100
100 ml
Berat zat terlarut = 5 gram
2. Mengambil gula sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang
telah ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai
massa 5,0083 gram.
3. Mengambil gula di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan
menuangkannya ke dalam gelas beker.
4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.
5. Mengaduk larutan campuran aquades dan gula dengan menggunakan pengaduk
hingga gula larut, tidak terlihat oleh mata dan warna larutan berubah menjadi
kuning kecoklatan
6. Menuangkan larutan gula 5% ke dalam labu ukur.
7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur
dengan menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus atas
mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml.
8. Menutup labu ukur dengan penutup.
9. Menghomogenkan 100 ml larutan gula 5% di dalam labu ukur dengan proses
homogenisasi sebanyak 12 kali.
10. Hasil 100 ml larutan gula 5% (b/v).

5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah volume HCl 32% yang akan diencerkan
dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%
dengan menggunakan rumus konsentrasi dan pengenceran larutan.
x 10 x
M1 =
Mr
32 x 10 x 1,19
M1 =
36,5
M1 = 10,43
M1V1 = M2V2
10,43*V1 = 0,1*100
0,1 x 100
V1 = = 0,96 ml
10,43
2. Mengambil HCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes 1 ml
dan memasukkannya ke dalam labu ukur.
3. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur hingga
mencapai 100 ml dengan tetap memperhatikan meniskus bawah.
4. Menutup labu ukur dengan penutup.
5. Menghomogenkan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% di dalam
labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali.
6. Hasil 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%.
3. TUJUAN PERLAKUAN
1. Mengecek semua kelengkapan alat, cara prosedur dan MSDS agar praktikum dapat
berjalan sesuai prosedur dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
2. Menghitung konsentrasi, ppm, atau persen berat maupun volume sangatlah penting
agar mendapat hasil yang diinginkan karena kesalahan sedikit saja dapat
mempengaruhi keseleruhan hasil praktikum.
3. Dalam menghitung massa suatu zat menggunakan timbangan analitik, Saat
menimbang haruslah sedikit demi sedikit, kaca penutup haruslah selalu tertutup
karena debu dapat mempengaruhi penghitungan massa zat.

4. Saat memasukkan etanol maupun HCl ke dalam labu ukur, pipet haruslah dalam
posisi miring menyentuh dinding labu ukur supaya tidak menetes karena dapat
menyebabkan ledakan

ANALISA HASIL
1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M
Percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M dengan menggunakan rumus
konsentrasi atau molaritas.

g
M= Mr
L
g
0,1 = 58,5
0,1
g = 0,585 gram (Oxtoby, 2004)

2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm


Percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus part
per million atau bagian per sejuta.
berat zat te rlarut (mg)
ppm =
L
mg
100 =
0,1
mg = 0,01 gram (Sunarya, 2010)

3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)


Percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v) dengan menggunakan rumus
pengenceran larutan.
M1V1 = M2V2
96*V1 = 20*100

20100
V1 = = 20,83 ml (Komarudin, 2010)
96

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)


Percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) dengan menggunakan rumus
%berat.
berat zat terlarut (gram)
%berat = x 100
100 ml
berat zat terlarut ( gram )
5% = x 100
100 ml
Berat zat terlarut = 5 gram (Rahayu, 200)

5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%


x 10 x
M1 =
Mr
32 x 10 x 1,19
M1 =
36,5
M1 = 10,43
M1V1 = M2V2
10,43*V1 = 0,1*100
0,1 x 100
V1 = = 0,96 ml (Rahayu, 2005)
10,43

KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Dalam melakukan praktikum haruslah sesuai prosedur dan budaya K3
2. Memperhatikan MSDS dari setiap bahan yang digunakan dalam praktikum.
3. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml
larutan NaCl 0,1 M dengan 0,5 gr NaCl.
4. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml
larutan NaCl 100 M dibutuhkan 0,01 gr NaCl.
5. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml
larutan etanol 20% (v/v) dibutuhkan 20,83 ml => 21 ml etanol 96%.
6. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml
larutan gula 5% (b/v) dibutuhkan 5 gr gula.
7. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml
larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% dibutuhkan 0,8 ml larutan HCl 32%.
Tanggal Nilai Paraf
Asisten

DAFTAR PUSTAKA
A.Tracton, Arthur. 2005. Coatings Technology Handbook. USA: CRC Press LLC.
Clarkson, Thomas W. 2008. Advances in Mercury Toxicology. New York: Plenum Press.
Herning, F Geofrey, dkk. 2011. Kimia Dasar Prinsip Prinsip dan Aplikasi Modern.
Jakarta:Erlangga.
H.Stem, Kurt. 2004. High Temperature Properties. USA:CRC Press LLC.
Oxtoby, David W. 2004. Prisnip-2 Kimia Modern/1 Ed.4. Jakarta: Erlangga.
Komarudin, Omang. 2010. Ringkasan Lengkap Kimia. Jakarta: Cmedia.
Parthasarati, G., Nyfort, K., dan C. Nahata, Milap. 2005. A Text Book of Clinical Pharmacy
Practice: Essential Concepts and Kills. New Delhi: Orient Longman Private Limited
Pringgodigdo. 2004. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS
Salirawati, Das. 2008. KIMIA. Bandung: Grafindo Media Pratama
Sunarya, Yayan. 2010. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Grafindo Media
Pratama.
Sutresna, Nana. 2007. KIMIA. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Rahayu, Imam. 2005. KIMIA. Jakarta: Visindo Media Persada.

Anda mungkin juga menyukai