PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai
keperluan
rumah
tangga
maupun
industri
yang
tersimpan,
diproses,
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja permasalahan yang ditimbulkan oleh pelarut?
2. Bagaimana cara penanganan korban keracunan pelarut, baik pertolongan
pertamanya maupun pengobatan lebih lanjutnya?
3. Bagaimana manajemen pengendalian pelarut termasuk pencegahan
dampak buruknya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dampak dan faktor resiko dari pelarut serta pencegahan dan
pengendalian dampak buruknya terhadap lingkungan dan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui berbagai macam permasalahan yang ditimbulkan dari pelarut,
terutama dampaknya bagi kesehatan.
b. Mengetahui cara penanganan korban keracunan pelarut, baik pertolongan
pertamanya maupun pengobatan lebih lanjutnya.
c. Mengetahui manajemen pengendalian pelarut termasuk pencegahan
dampak buruknya.
D. Ruang Lingkup
Lingkup materi dalam penelitian ini adalah deskripsi gambaran umum pelarut
serta analisis penanganan keracunan dan manajemen pengendalian pelarut.
BAB II
ISI
A. Definisi Pelarut
Sebagian besar reaksi kimia secara luas dilakukan di dalam larutan.
Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent)
pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar,
sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut (solute).
Pelarut adalah benda cair atau gas yang dapat melarutkan benda padat,
cair, atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan
adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut
organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap,
meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara
pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang
lebih besar.Pada umumnya pelarut yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut :
dimana reaktan yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan
reaktan yang polar akan larut pada pelarut polar. Dalam hal ini juga terdapat tiga
ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu :
momen dipol
konstanta dielektrik
Berikut ini adalah tabel sifat pelarut secara umum dan dikelompokkan kedalam
pelarut non-polar, polar aprotik dan polar:
Solvent
Rumus kimia
Titik
didih
Konstanta
Dielektrik
Massa
jenis
Pelarut Non-Polar
Heksana
CH3-CH2-CH2-CH269 C
CH2-CH3
2.0
0.655
g/ml
Benzena
C6H6
80 C
2.3
0.879
g/ml
Toluena
C6H5-CH3
111 C 2.4
0.867
g/ml
Dietil eter
CH3CH2-O-CH2-CH3 35 C
4.3
0.713
g/ml
Kloroform
CHCl3
61 C
4.8
1.498
g/ml
Etil asetat
CH3-C(=O)-O-CH277 C
CH3
6.0
0.894
g/ml
1,4-Dioksana
/-CH2-CH2-O-CH2101 C 2.3
CH2-O-\
1.033
g/ml
Tetrahidrofuran(THF)
/-CH2-CH2-O-CH266 C
CH2-\
7.5
0.886
g/ml
Diklorometana(DCM)
CH2Cl2
40 C
9.1
1.326
g/ml
Asetona
CH3-C(=O)-CH3
56 C
21
0.786
g/ml
Asetonitril (MeCN)
CH3-CN
82 C
37
0.786
g/ml
Dimetilformamida(DMF) H-C(=O)N(CH3)2
153 C 38
0.944
g/ml
Dimetil
sulfoksida(DMSO)
189 C 47
1.092
g/ml
CH3-S(=O)-CH3
CH3-C(=O)OH
118 C 6.2
1.049
g/ml
n-Butanol
CH3-CH2-CH2-CH2118 C 18
OH
0.810
g/ml
Isopropanol (IPA)
CH3-CH(-OH)-CH3 82 C
18
0.785
g/ml
n-Propanol
CH3-CH2-CH2-OH
97 C
20
0.803
g/ml
Etanol
CH3-CH2-OH
79 C
30
0.789
g/ml
Metanol
CH3-OH
65 C
33
0.791
g/ml
Asam format
H-C(=O)OH
100 C 58
1.21
g/ml
Air
H-O-H
100 C 80
1.000
g/ml
Sumber: "http://id.wikipedia.org/wiki/Pelarut"
Tabel 1
b. Benzene
Benzena, yang dikenal dengan nama lain C6H6, PhH, dan benzol, adalah
senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah
terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena adalah sejenis karsinogen.
Benzena adalah salah satu komponen dalam bensin dan merupakan pelarut
yang penting dalam dunia industri.
Benzena juga adalah bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik,
bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan
alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya
yang terdapat dalam minyak bumi.
Benzena
Nama
Sistematis
sikloheksatriena)
Nama lain
Benzol
Tabel 2. Benzene
c. Toulena
Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah
cairan bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti
pengencer cat dan berbau harum seperti benzena. Toluena adalah hidrokarbon
aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industri dan juga
sebagai
pelarut.
lainnya,
toluena
Toluena
Seperti pelarut-pelarut
juga digunakan sebagai
karena sifatnya yang
memabukkan.
Nama
lain
fenilmetana
toluol
metilbenzena
Tabel 3. Toluena
d. Dietil eter
Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana, adalah cairan
mudah terbakar yang jernih, tak berwarna, dan bertitik didih rendah serta
berbau khas. Anggota paling umum dari kelompok campuran kimiawi yang
secara umum dikenal sebagai eter ini merupakan sebuah isomernya butanol.
Berformula CH3-CH2-O-CH2-CH3, dietil eter digunakan sebagai pelarut biasa
dan telah digunakan sebagai anestesi umum. Eter dapat dilarutkan dengan
Dietil eter
Nama Sistematis
ethoxyethane
3-oxapentane
dietil eter
Nama lain
etil eter
etil oksida
e. Kloroform
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3). Kloroform
dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun
kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri.
Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap.
Kloroform
Formyl trichloride,
Methane trichloride,
Methyl trichloride,
Methenyl trichloride,
TCM, Freon 20, R-20, UN
1888
Tabel 5. Kloroform
f. Etil asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.
Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering
disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat.
Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan
hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak
adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan
air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar.
Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian,
senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
Etil asetat
Informasi
Tabel 6. Etil
2. Pelarut
Nama sistematis
Etil etanoat
Etil asetat
Etil ester
a. 1,41,4hanya
Asetat
Ester etanol
Rumus molekul C4H8O2
Polar Aprotic
Dioksana
Dioksana, sering
disebut Dioksana,
titik didih 101 C. Hal ini biasanya digunakan sebagai pelarut aprotic. 1,4Dioksana memiliki bau yang lemah sama dengan dietil eter. Ada juga dua
senyawa isomerik kurang umum, 1,2-Dioksana dan 1,3-Dioksana. 1,2Dioksana adalah bentuk peroksida yang secara alami dalam botol tua
Tetrahidrofuran.
1,4-Dioksana diklasifikasikan sebagai sebuah eter, dengan masingmasing dari dua atom oksigen membentuk kelompok fungsional eter. Hal ini
lebih polar daripada dietil eter, yang juga memiliki empat karbon, tetapi
hanya satu gugus fungsional eter.
1,4- Dioksana
Informasi
Nama
1,4-Dioxane
sistematis
1,4-Dioxacyclohexane
Nama
alternative
Rumus
molekul
[1,4]Dioxane
p-Dioxane
[6]-crown-2
C4H8O2
b. Tetrahidrofuran (THF)
Tetrahidrofuran, atau dikenal sebagai THF, adalah senyawa organik
heterosiklik dengan rumus kimia (CH2)4O). THF berupa cairan berviskositas
rendah dan memiliki aroma seperti dietil eter. Ia termasuk dalam molekul
eter yang paling polar. THF adalah pelarut aprotik dengan tetapan dielektrik
7,6. Ia memiliki kepolaran yang sedang dan melarutkan berbagai macam
senyawa nonpolar maupun polar.
THF sering digunakan dalam ilmu polimer. Ia dapat digunakan untuk
melarutkan
karet
sebelum
dilakukan
penentuan
massa
molekul
Tetrahydrofuran
Informasi
Nama sistematis Oxacyclopentane
THF, tetrahydrofuran, 1,4epoxybutane, butylene oxide,
Nama alternative
cyclotetramethylene oxide,
oxacyclopentane, diethylene oxide,
oxolane, furanidine, hydrofuran,
tetra-methylene oxide
Tabel 8. Tetrahydrofuran
c. Diklorometana (DCM)
Diklorometana (DCM atau methylene chloride) adalah senyawa organik
dengan rumus CH2Cl2. Ini tidak berwarna, mudah menguap cairan dengan
aroma manis yang sedang banyak digunakan sebagai pelarut. Lebih dari
500.000 ton diproduksi pada tahun 1991. Meskipun tidak bercampur dengan
air, DCM bercampur dengan berbagai pelarut organik.
Dichloromethane
Tabel 9.
Dichloromethane
d. Asetona
Informasi
Nama sistematis
dikenal
Dichloromethane
Methylene chloride,
sebagai pr
keton, 2-
methylene dichloride,
Nama alternatif
Aseton,
juga
opanon, dimetil
Solmethine, Narkotil,
propanon
on,dimetil
dan
- Rumus molekul
CH2Cl2
adalah
ketopropana,
senyawa
Sejumlah
e. Asetonitril (MeCN)
Asetonitril adalah senyawa kimia dengan rumus CH3CN. Ini cairan
berwarna organik yang paling sederhana nitril. Ini diproduksi terutama
sebagai produk sampingan dari pembuatan acrylonitrile. Hal ini terutama
digunakan sebagai pelarut dalam aprotic kutub pemurnian butadiena. Di
laboratorium, digunakan sebagai media-polaritas pelarut yang bercampur
dengan air.
f. Dimetilformamida (DMF)
N, N-dimetilformamida adalah senyawa organik formula (CH 3) 2-NCHO. Biasa disingkat DMF, cairan tak berwarna yang bercampur dalam air
dan sebagian besar senyawa organik. DMF digunakan sebagai pelarut untuk
reaksi kimia. Dimetilformamida adalah murni tidak berbau, sedangkan jika
terdegradasi memiliki bau amis karena pengotor dari
Dimetilformamida adalah pelarut polar dengan titik didih tinggi.
Memfasilitasi kutub reaksi yang mengikuti mekanisme, seperti reaksi SN2.
Yang dimetilformamida tidak stabil di hadapan basa kuat seperti natrium
hidroksida atau asam kuat seperti asam klorida atau asam sulfat dan
dihidrolisis dalam asam format dan dimetilamin, terutama pada temperatur
tinggi.
g. Dimetil sulfoksida (DMSO)
Dimetil sulfoksida (DMSO) adalah organosulfur senyawa dengan
rumus kimia (CH3) 2SO. Ini adalah cairan tak berwarna yang penting
aprotic pelarut yang polar melarutkan baik senyawa polar dan nonpolar dan
bercampur dalam berbagai pelarut organik maupun air. Ini memiliki properti
yang berbeda menembus kulit sangat mudah, sehingga orang dapat
mencicipinya segera setelah datang ke dalam kontak dengan kulit. Rasanya
telah digambarkan sebagai tiram-atau-seperti bawang putih.
3. Pelarut Polar Protic
a. Asam asetat
Asam
asetat, asam
etanoat atauasam
kimiaasam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini
asetat,
dan polivinil
asetat,
maupun
berbagai
macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam
asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari
hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari
sumber hayati.
b. n-Butanol
n-Butanol adalah salah satu jenis Pelarut Polar Protic. Rumus kimia nButanol adalah CH3-CH2-CH2-CH2-OH. Titik didih n-Butanol adalah 118
C. Konstanta Dielektriknya adalah 18. Massa jenisnya adalah 0.810 g/ml.
n-Butanol yang memiliki rumus kimia C4H9OH, merupakan produk
hasil reaksi n-butiraldehid dengan hidrogen. n-Butanol merupakan cairan
putih jernih dan berbau tajam Produksi n-butanol sebagian besar digunakan
pada pembuatan resin urea fonnaldehid dan plasticizer dibutil pthalat.
c. Isopropanol (IPA)
Isopropil alkohol (IPA). IPA adalah zat yang tidak beracun. Zat ini
berpotensi menjadi bahan aditif bahan bakar karena merupakan salah satu
hasil samping dari produksi berbahan baku gas alam, sehingga tersedia
dalam jumlah yang cukup besar. IPA yang biasanya dihasilkan adalah IPA
yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa
klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
f. Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau
spiritus, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan
bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk
cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan
beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia
digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan
sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Penggunaan metanol terbanyak adalah sebagai bahan pembuat bahan
kimia lainnya. Sekitar 40% metanol diubah menjadi formaldehyde, dan dari
sana menjadi berbagai macam produk seperti plastik, plywood, cat, peledak,
dan tekstil. Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah, sejumlah kecil
metanol digunakan ke air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk
denitrifikasi bakteri, yang mengubah nitrat menjadi nitrogen.
Bahan bakar direct-metanol unik karena suhunya yang rendah, operasi
pada tekanan atmofser, mengijinkan mereka dibuat kecil. Ditambah lagi
dengan penyimpanan dan penanganan yang mudah dan aman membuat
metanol dapat digunakan dalam perlengkapan elektronik.
g. Asam format
Asam format (nama sistematis: asam metanoat) adalah asam
karboksilat yang paling sederhana. Asam format secara alami terdapat pada
antara lain sengat lebah dan semut. Asam format juga merupakan senyawa
intermediat (senyawa antara) yang penting dalam banyak sintesis kimia.
Rumus kimia asam format dapat dituliskan sebagai HCOOH atau CH2O2.
Di alam, asam format ditemukan pada sengatan dan gigitan banyak
serangga dari ordo Hymenoptera, misalnya lebah dan semut. Asam format
juga merupakan hasil pembakaran yang signifikan dari bahan bakar
alternatif, yaitu pembakaran metanol (dan etanol yang tercampur air), jika
dicampurkan dengan bensin. Nama asam format berasal dari kata Latin
formica yang berarti semut. Pada awalnya, senyawa ini diisolasi melalui
GOLONGAN
UTAMA
SUB
GOLONGAN
KETERANGAN
ALIPHATIS
JENUH, tidak
mempunyai
ikatan rangkap
dalam
strukturnya,
disebut juga
ALKANA atau
PARAFFIN.
Hasil-hasil
distilasi minyak
bumi berupa
campuran
beberapa alkana
dan mungkin
beberapa jenis
hidrokarbon lain.
Terbagi
menjadi 3
golongan:
RANTAI
LURUS,
RANTAI
BERCABANG
dan SIKLIS.
Titik didihnya
dinyatakan
dalam range.
Komposisi
dinyatakan
dalam persentasi
alkana yang ada.
SIKLIS
(NAPHTENE),
ikatanya
melingkar,
atom karbon
pertama
bertemu
dengan atom
carbon
terakhir.
Alkana yang
penting dalam
industri cat
adalah antara
C6=hexana
hingga
C10=dekana.
Contoh lain adalah petroleum ether (4060oC), naphta (70-90oC), petroleum benzine
(120-150oC)
HALOGENATED
HIDROKARBON
2. Oksigenated Solvent
Oksigenated sovent atau pelarut dengan atom oksigen adalah pelarut-pelarut yang
struktur kimianya mengandung atom oksigen. Termasuk dalam kategori ini adalah
golongan ester, ether, ketone dan alkohol.
GOLONGAN
UTAMA
KETERANGAN
ESTER
Ethyl acetate
Isopropil acetate
Iso dan butyl acetate
Dipakai sebagai solvent pada cat jenis
acrylic dan nitro cellulose.
ETHER
KETONE
Acetone
ALKOHOL
C. Farmakokinetika Pelarut
Pelarut masuk kedalam tubuh manusia melalui proses farmakokinetika.
Farmakokinetika adalah hitungan matematis waktu dari absorsi, distribusi,
metabolisme, dan eksresi (ADME) suatu obat di dalam tubuh. Faktor-faktor
biologis, fisiologis dam psikokimia yang mempengaruhi proses transfer obat
didalam tubuh, juga mempengaruhi laju dan derajat ADME dari obat tersebut di
dalam tubuh. Dalam beberapa kasus, aksi farmakologi, seperti halnya aksi
toksikologi, berhubungan dengan konsentrasi obat dalam plasma. Oleh sebab itu,
dengan studi farmakokinetik, ahli farmasi (farmasis) dapat melakukan terapi
individual terhadap pasien.
1. Absorbsi
Absorbsi pelarut kedalam jaringan tubuh dapat melalui beberapa cara yaitu,
pernapasan (inhalasi), melalui kulit (dermal) dan melalui saluran pencernaan
(gastrointestinal).
a. Inhalasi (penafasan)
Pelarut masuk ke dalam tubuh dalam bentuk uap melalui inhalasi, dan
absorpsi terutama melalui paru-paru,
b. Dermal (kontak kulit)
Bahan pelarut yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah nitrobenzene,
asaam sianida, dsb. Pelarut dapat diserap lewat folikel rambut atau melalui
sel sel kelanjar keringat. Setelah pelarut tersebut masuk ke dalam darah,
kemudian diditribusikan keseluruh tubuh dengan cepat.
c. Gastrointestinal (pencernaan)
Absorpsi pelarut melalui saluran pencernaan biasanya melalui makanan
atau minuman, kemudian pelarut tersebut terabsorbsi di dalam lambung.
2. Biotransformasi
Biotransformasi merupakan suatu proses yang umumnya mengubah
senyawa asal menjadi metabolit. Di dalam kasus tertentu metabolit dapat bersifat
lebihtoksik daripada senyawa asalnya. Pelarut yang masuk ke dalam tubuh akan
menjalanibiotransformasi. Tempat yang terpenting untuk proses ini adalah hati
atau liver.Proses ini juga terjadi di paru-paru, lambung, usus, kulit, dan ginjal (Lu,
1995).
Liver menempati peringkat utama sebagai tempat biotransformasi. Hal ini
karena liver diantaranya berfungsi sebagai pengelola sistem pembuluh darah dan
sistem parenkhim hepatica. Sistem pembuluh hepatika memungkinkan masuknya
pelarut ke dalam liver melalui vena porta, sebelum dialirkan ke dalam empedu
atau disalurkan ke peredaran darah sistemik melalui vena hepatika.
Dengan demikian liver memiliki kesempatan untuk menyerap pelarut
dan kemudian menyimpannya di dalam parenkhim yang kaya akan enzim.
Dibandingkan dengan organ tempat biotransformasi lainnya, liver merupakan
campuran sel yang relatif lebih homogeny
3. Ekskresi
Pada umumnya pelarut akan dieliminasi/diekskresi dari dalam tubuh dalam
bentuk metabolitnya atau bentuk yang tidak berubah. Ginjal merupakan jalur
utama ekskresi pelarut, metabolit pelarut ini diekskresikan melalui urine. Akan
tetapi pelarut juga bisa dieskskresikan melalui paru paru, keringat, air liur, dan
feses.
Methylene dan Ethylene Chloride ditemukan dalam pelepas cat dan, sebagai
pelarut, dalam banyak produk. Yang digunakan secara salah adalah pelarut untuk
cairan pengkoreksi tulisan, seperti Tippex.
4. Carbon Tetrachlorida
Digunakan
sebagai
pengurang,
pembersih-kering
(dry-clean)
dan
pemadam api, carbon tetrachloride mudah ditemukan dari took retail sebagai
pembersih noda. Merupakan zat yang cukup toksik, digunakan pada farmasi untuk
cacing intestinal. Sebanyak 5 mL dapat mengakibatkan kefatalan. Kebanyakan
meracuni dalam industrial, tetapi juga digunakan untuk bunuh diri dan
penyalahgunaan pelarut. Keterpajanan kronik dapat menyebabkan kerusakan hati
dan ginjal, diperburuk dengan kebiasaan minum alkohol. Adiksi dapat terjadi,
bahkan mulai dari keterpajanan pertama selama penggunaan industri.
Seperti kebanyakan hydrocarbon halogenasi, kelainan hati didapat dari
keterpajanan terhadap tetrachloride. Dimana didapatkan nekrosis centrilobular,
biasanya dimulai dari perubahan lemak jika keracunan masih rendah dan tahan
lama. Pada kasus fatal akan didapatkan atrofi total dari sakit kuning yang akut.
Kerusakan hati diperburuk dengan tingginya intake alcohol. Perubahan ginjal dari
nekrosis tubular dan degenerasi perlemakan difus pada korteks.
Tingkat kandungan darah post-mortem sangat bervariasi, tetapi kasus fatal
telah didapatkan pada konsentrasi 260 mg/L. Korenke dan Pribilla menemkan
tingkat jaringan saat autopsy seminggu setelah inhalasi 142 mg/kg pada hati dan
39 mg/kg pada paru-paru.
5. Hydrocarbon Terhalogenasi Lain
Hydrocarbon terhalogenasi mempunyai efek yang sama terhadap carbon
tetrachloride, tetapi tingkat keracunan bervariasi dengan jumlah atom chlorine
pada molekul. Kadar bahaya meningkat berturut-turut adalah methylchlorida,
trichlormethane, chloroform dan carbon tetrachloride. Termasuk trichloroethylene,
digunakan secara luas pada anestesi (Trilene) dan dry-cleaning. Beberapa
komposisi yang mirip telah menyebabkan kefatalan dalam industri seperti
penyalahgunaan pelarut. Gambaran patologi mirip pada kebanyakan zat tersebut,
berpengaruh terhadap susunan saraf pusat pada overdosis akut secara massif,
meskipun melalui pencernaan atau pernafasan, dan melalui hati dan ginjal pada
banyak intoksikasi kronik.
irritasi
menyebabkan
cairan
berkumpul.
lrritasi
kulit
digambarkan sebagai hasil primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Selsel keratin dari epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih
bawah. Kerusakan dinding sel juga merupakan suatu faktor. Memerahnya
kulit dan timbul tanda-tanda lain seperti inflammasi. Kulit pada akhirnya
sangat mudah terinfeksi oleh bakteri, menghasilkan ruam dan bisul
pemanah. Pemaparan kronik menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya
kulit dan juga dapat menyebabkan terbentuknya calluses dan kanker.
Karena
pelarut
mudah
menguap,
penghirupan
uapnya
dapat
mata.
Solven-solven
bervariasi
tingkatannya
untuk
dapat
sering berada dalam campuran, interaksi antara zat zat kimia itu
mungkin terjadi. Contohnya pelarut benzene dapat meningkatkan efek
toksik zat lain dengan meningkatkan bioaktivitasnya. Di lain pihak,
toksisitas dapat juga berkurang pada campuran tertentu.
II. Efek Khusus
a. Hati, etanol merupakan penyebab perlemakan hati dan sirosis hati. Efek
mempengaruhi
ginjal
bila
jalur
pajanan
adalah
lewat
penghirupan, sementara hati merupakan organ organ sasaran utama bila zat
kimia itu dimakan. Etilen glikol juga bersifat nefrotoksik karena
sitotoksisitas langsungnya di samping karena penyumbatan tubulus
proksimal oleh Kristal dari metabolitnya, kalsium oksalat.
c. Susunan Saraf, terlepas dari pengaruhnya terhadap SSP, hidrokarbon
alifatik dan keton tertentu misalnya, n-heksan dan metal n-butil keton juga
mempengaruhi sususan saraf perifer. Manifestasi klinis dari polineuropati
ini dimulai dengan rasa baal dan parestesia, disamping kelemahan motorik
pada tangan dan kai. Efek ini kemudian melibatkan kedua lengan dan
kaki. Secara patologi ini ditandai oleh aksonopati distal. Metabolit reaktif
dari dua pelarut ini adalah 2,5-heksadion.
d. Sistem Hematopoietik, benzene merupakan contoh terkemuaka pelarut
yang mempengaruhi sisitem ini. Zat ini menenkan sumsum tulang pada
hewan dan manusia dan menurunkan jumlah eritrosit, leukosit, serta
trombosit yang beredar. Pada manusia yang terpajan benzene telah
pada
beberapa
hodrokarbon
berklorin
diketahui
dapat
tangan di atas tulang dada (sternum). Obat perangsang seperti kafein tidak
boleh diberikan persuntikan. Bila muntah, tidurkanlah telungkup supaya
muntahan tidak terhirup dalam paru-paru.
b. Kejang
Bila terdapat kejang maka penderita perlu diletakkan dalam sikap yang
enak dan semua pakaian dilepas. Menahan otot lengan dan tungkai tidak boleh
terlalu keras, dan di antara gigi perlu diletakkan benda yang tidak keras supaya
lidah tidak tergigit. Penderita keracunan dengan kejang harus diberi diazepam
intravena dengan segera, namun perlu dititrasi, karena bila berlebihan dapat
membahayakan. Penderita juga harus segera dirawat di rumah sakit.
Gejala-gejala keracunan perlu dikelompokkan. Misalnya bila terdapat
koma dengan gejala banyak keringat dan mulut penuh dengan air liur berbusa,
muntah, denyut nadi cepat, maka dapat dipastikan bahwa hal ini merupakan
keracunan insektisida organofosfat atau karbamat. Pemeriksaan laboratorium
mungkin tidak diperlukan. Antidotumnya sangat ampuh. yaitu atropin dosis besar
yang diulangulang pemberiannya.
Bila terdapat kelompok gejala: kulit kering (tidak lembab), mulut kering,
pupil membesar dan tidak bereaksi terhadap cahaya lampu, serta denyut jantung
cepat, maka dapat dipastikan bahwa racun penyebabnya sejenis atropin. Bila hal
ini disertai dengan denyut jantung yang tidak teratur, maka kemungkinan besar zat
ini merupakan obat antidepresan (yang menyerupai atropin). Pengenalan
penyebab keracunan harus didasarkan pada pengetahuan sifat-sifat obat dan zat
kimia dalam kelompok-kelompok gejala seperti di atas.
Walaupun secara pasti belum dapat ditentukan zat kimianya, namun
pengenalan
kelompoknya
sudah
cukup
untuk
dapat
melakukan
upaya
pengobatannya. Bila diinginkan identifikasi zat yang lebih pasti maka diperlukan
bantuan laboratorium toksikologi. Namun perlu disadari bahwa tanpa pedoman
diagnosis kelompok penyebab, laboratorium sulit sekali melakukan testing. Selain
itu perlu juga diwaspadai bahwa setiap keracunan dapat mirip dengan gejala
penyakit.
Tindakan pada kasus keracunan bila tidak ada tenaga dokter di tempat
adalah sebagai berikut:
Sebelum penderita dibawa kerumah sakit, mungkin ada beberapa hal yang
perlu dilakukan bila terjadi keadaan sebagai berikut:
Bila zat kimia terkena kulit, cucilah segera (sebelum dibawa kerumah
sakit) dengan sabun dan air yang banyak. Begitu pula bila kena mata (air
saja). Jangan menggunakan zat pembersih lain selain air.
Bila penderita tidak benafas dan badan masih hangat, lakukan pernafasan
buatan sampai dapat bernafas sendiri, sambil dibawa ke rumah sakit
terdekat. Bila tanda-tanda bahwa insektisida merupakan penyebab, tidak
dibenarkan meniup ke dalam mulut penderita.
Bila sadar, penderita dapat diberi norit yang digerus sebanyak 40 tablet,
diaduk dengan air secukupnya.
12. Harus mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat,
bagaimana mengamankan lokasi, dan melaporkan kecelakaan yang terjadi.
13. Pastikan sudah tersedia alat pemadam yang sesuai serta pelajari bagaimana
cara mengoperasikannya.
14. Di ruangan di mana pelarut digunakan harus tersedia alat pencuci mata darurat
dan penyiram darurat. Diharuskan mengetahui di mana lokasinya dan cara
memakainya.
15. Jangan menggunakan pelarut untuk membersihkan kulit atau pakaian, karena
dapat terjadi bahaya ledakan, keracunan, dan iritasi kulit yang parah.
16. Ruang terbatas (confined space) bekas untuk menyimpan pelarut adalah ruang
berbahaya yang dapat mengakibatkan kematian. Uapnya beracun dan
kemungkinan kadar oksigen sangat rendah. Uap pelarut yang terperangkap di
ruang terbatas juga bisa meledak. Dan harus mengikuti prosedur keselamatan
bekerja di ruang terbatas dan lingkungan berbahaya lainnya.
17. Melakukan daur ulang terhadap bahan pelarut dalam proses industri untuk
mengurangi timbunan sampah serta mengurangi adanya limbah yang dapat
berbahaya bagi kesehatan.
18. Mendukung dan mempromosikan efsiensi dalam penggunaan energi..
19. Peraturan dan perundang-undangan untuk memberikan insentif yang
bermakna untuk mencegah impornya zat pelarut berbahaya di negara
pengekspornya sendiri yang sudah dilarang atau dibatasi pemakainnya.
Manajemen Pengendalian Pelarut:
1. Mengetahui bahaya dari wadah pelarut.
Bacalah Lembar Data Keselamatan Bahan Kimia/MSDS (Material Safety
Data Sheet) yang seharusnya disimpan di tempat yang mudah di baca para
pekerja. Material Safety Data Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data
Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang detail tentang bahan-bahan
kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik kimia atau
suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS)
yang aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO),
International
Labour
Organization
(ILO),
dan
United
Environment
tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi kualitasnya dapat
bervariasi.
Jika
anda
menggunakan
HDSs,
berhati-hatilah
terhadap
Keterangan :
E
= Dapat Meledak
T = Beracun
C = Korosif
= Mudah Terbakar
Xi = Iritasi
= Pengoksidasi
T+ = Sangat Beracun
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pelarut adalah benda cair atau gas yang dapat melarutkan benda padat,
cair, atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan
adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut
organik.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Pelarut Organik. Diakses dari:
http://marnalajoshua.wordpress.com/2010/05/03/pelarut-organik/. 5 April
2012
2. Farmakokinetika Michael C.Makoid, 2000, BASIC
PHARMACOKINETICS First
Edition
(E-book).
Diakses
dari:
LAMPIRAN 1
Tosksisitas Target Organ
GI RESP NS END BONE BLOOD SKIN
SOLVENT
REN CV LIVER
Heksana
Benzene
REP
Toluena
Dietil Eter
+
+
Kloroform
Etil Asetat
1,4-Dioksana
Tetrahidrofuran
Diklorometana
Asetona
Asetonitril
Dimetil
formamida
Dimetil
Sulfoksida
Asam Asetat
n-Propanol
Etanol
+
+
+
+
Metanol
Asam Format
Air
n-butanol
Isopropanol