BAB 1 PENDAHULUAN
rendamennya.
menghitung rendamennya.
Unsur-unsur halogen terdiri dari flor, klor, brom dan iod, dikenal
sebagai keluarga halogen. Bahkan sebelum ada perumusan teori yang
mengelompokkan mereka bersama-sama pada tabel berskala. Selain
empat unsur tadi adapula halogen yang langkah aslain, yang dibat pada
tahun 1904 dengan ekserimen pemboman. Sejak itu aslatin telah
ditemukan dalam alam, tetapi dalam jumalah yang sangat sedikit sekali
(Carles, 1997).
RM / BM : Ca(OCI)Cl / 126,98
10 ml, kondensor lurus, lampu spirtus, labu alas bulat, pipa bengkok,
pipet skala, sendok tanduk, statif dan klem, timbangan ohaus
.3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan adalah alkohol, alumunium foil, air
suling, aseton, kapur klor/kaporit, kapas, kertas timbang, tissue, dan
vaselin.
3.3 Cara Kerja
A. Untuk Alkohol
yang berisi air maka jauhkan lampu spritus dari labu alas bulat.
B. Untuk Aseton
berisi air pada ujung alat destilasi. Dipanaskan labu alas bulat
4.1 Hasil
o
1 Aseton 15 ml 10 gr 34,077 %
2 Alkohol 15 ml 10 gr -
4.2 Pembahasan
1000 ppm bersama nafas kita akan mematikan. Semua halogen disimpan
jauh dari kontak dengan zat-zat yang dapat dioksidasi.
Pada saat sintesa kloroform terjadi tiga reaksi, yaitu reaksi oksidasi
oleh halogen, kloronisasi dari hasil oksidasi dan hidrolisa alkali dari senyawa
yang baru terbentuk.
Pada percobaan kali ini, kita akan melakukan dua kali pembuatan
kloroform, yaitu yang pertama dengan menggunakan alkohol dengan kapur
klor (beaching powder) dan yang ke dua, dengan menggunakan aseton
dengan kapur klor. Hal tersebut bertujuan untuk membandingkan hasil yang
diperoleh dari masing-masing bahan utama. Hal yang pertama dilakukan
pembuatan kloroform dengan mereaksikan kapur klor (kaporit) dengan
aseton, cara kerja pembuatan kloroform dengan menggunakan aseton yaitu
pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Ditimbang 10 gram
kaporit kemudian dimasukkan kedalam labu alas bulat dan ditambahkan air
sedikit demi sedikit. Ditambahkan 15 ml aseton, dan dihomogenkan kembali.
Lalu dipasang atau dihubungkan labu alas bulat tadi dengan kondensor,
sebelum dipasang untuk menghindari kejadian yang tidak di inginkan maka
pertama tama lakukan sumulasi untuk memastikan keamanan nya. Dipasang
Erlenmeyer yang berisi air pada ujung alat destilasi. Dipanaskan labu alas
bulat dengan menggunakan lampu spritus. Diamati hasil sintesis kloroform
pada Erlenmeyer penampung. Setelah diperoleh campuran kloroform dengan
air, kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pisah. Hasil yang
diperoleh ditampung pada wadah yang berisi etanol, hal ini dimaksudkan
untuk menjaga agar kloroform yang toksik tidak terlepas ke ruangan yaitu
dengan cara mengubah kloroform menjadi dietilkarbonat yang tidak berahaya
karena dengan adanya cahaya dan udara, kloroform mengalami oksidasi
menjadi Phosgeen yang toksis yaitu berupa gas beracun yang tidak berwarna
RAHMAT NUR FITRYANTO RAIZ
RAZAK,S.Farm.,M.Farm.,Apt
15020150040
SINTESIS KLOROFROM
yang dapat merusak susunan saraf pusat (SSP). Kemudian dihitung persen
rendamennya.
Tujuan dilakukannya pemanasan api bebas yaitu untuk menghindari
terjadinya frothing atau letupan dari larutan bila sewaktu-waktu terjadi letupan
dapat segera menghentikan pemanasan dan frothing (buih) tidak terjadi.
Fungsi yang sama juga diberikan oleh batu didih, penambahan batu
didih dimaksudkan untuk menghindari frothing, disebabkan karena batu didih
memiliki pori-pori yang dapat menyerap panas dan mengeluarkan panas
tersebut ke segala arah sehingga pemanasan merata ke segala arah
sehingga frothing dapat dihindari .
Alasan digunakan kondensor yang berbentuk lurus karena hal ini
didasarkan pada titik didih pereaksi. Dalam hal ini titik didih alkohol yaitu
78,8O C, sedangkan kloroform yang terbentuk mempunyai titik didih lebih
rendah dari alkohol yaitu antara 61 62 O C, selain itu fungsi kondensor
adalah untuk mengubah uap menjadi zat cair dan dalam pemasangannya
kondensor harus miring, yaitu untuk menjaga agar uap kloroform tidak
mengambang sebelum masuk kondensor.
Penggunaan labu alas bulat tujuannya adalah agar pemanasan yang
kita lakukan hasilnya dapat merata, karena jika kita menggunakan labu yang
lain selain labu alas bulat akan dikhawatirkan pemanasan yang dilakukan
hasilnya akan tidak merata karena labu yang lain mempunyai suatu sudut
yang mana akan memungkinkan larutan yang berada di dalam labu tersebut
akan mengendap dan proses pemanasannya tidak merata karena api dari
bawah hanya menyebar ke sudut sudut dari labu, sedangkan jika kita
menggunakan labu alas bulat maka pemanasannya akan lebih merata dan
apinya akan menyebar ke seluruh bagian dari labu alas bulat tersebut.
Secara kuantitas penggunaan aseton hasilnya jauh lebih banyak
dibandingkan dengan alkohol, karena dilihat dari perbandingan mol antara
kapur klor dan kloroform yang dihasilkan dari aseton yaitu 3 mol kapur klor
setara dengan 1 mol kloroform, sedangkan perbandingan mol antara kapur
klor dan kloroform yang dihasilkan dari alkohol yaitu 4 mol kapur klor setara
dengan 1 mol kloroform, yang artinya semakin kecil perbandingan mol kapur
klor dengan mol kloroform, semakin banyak kloroform yang dihasilkan, begitu
pula sebaliknya.
Faktor kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh
antara lain sebagai berikut : Terdapat campuran lain dalam kaporit, ada
bagian yang bocor pada alat sehingga kloroform keluar melaui bagian yang
bocor tersebut,proses penggerusan kaporit yang agak lama, seharusnya
digunakan labu alas bulat yang mempunyai tangkai yang tersambung dengan
kondensor, sehingga mulut labu dapat dipasangkan pengaduk
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. % rendamen yang di peroleh aseton adalah 34,077 %.
2. % rendamen yang di peroleh alcohol tidak ada
5.2 Saran
Kloroform, dalam bidang farmasi banyak digunakan sebagai bahan
pengawet, bahan untuk pembuatan anastetikum dan sebagai bahan
tambahan untuk berbagai bahan sediaan farmasi, karena itu sintesa
kloroform perlu untuk diketahui dan kedepannya diharapkan mahasiswa
farmasi dapat melakukan sintesis kloroform dengan baik dan sempurna tanpa
adanya kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
(hal : 93 -95).
Tjay, T., 2002, Obat Obat Penting. PT. Gramedia. Jakarata. (hal : 231-232)
G, Katzung. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta