BAB 1 PENDAHULUAN
2. 1 Teori Umum
Kloroform atau triklorometana mempunyai rumus molekul
CHCl3. Dimana pada tekanan dan suhu normal merupakan cairan
bening dan berbau karakteristik. Kloroform lebih dikenal karena
kegunaanya sebagai bahan pembius, walaupun pada
kenyataannya kloroform lebih banyak digunakan sebagai pelarut
nonpolar di laboratorium atau industri (Amonette dkk., 2009)
Klor adalah elemen yang berbentuk gas yang berkhasiat
bakterisid kuat yang dalam konsentrasi kecil dapat dengan cepat
membunuh bakteri, spora, fungi dan virus. Misalnya pada kadar0,5
ppm pada pH 7 sudah efektif dalam 30 detik. Pada pH basa
aktivitasnya menurun , begitu pula dengan adanya zat-zat organis.
Karena larutan klor sangat tidak stabil, biasanya digunakan
senyawanya yang dalam larutan berangsur-angsur menghasilkan
asam hipoklorit (HCLO). Contohnya adalah larutan NaClO 0,5%
(solutio dakin), kaporit ( bleaching powder, Ca(Ocl) 2atau senyawa
klor organis tosikloramid dan halazon. Semua antiseptika ini
bekerja dengan jalan pelepasan klor (Tjay , 2002).
Klor tidak digunakan lagi sebagai atiseptikum terbuka,
karena terlalu merangsang. Keculai untuk melarutkan jaringan
mati pada borok terbuka yang bau dengan banyak necronis (Eusol
= Dakin + parafin). Penggunaan utamanya adalah sebagai
desinfektans lantai, air minum, dan kolam renang (konsentrasi 0,5-
20 ppm klor, tergantung dari adanya zat-zat organis (Tjay,2002).
Brom dan klor bereaksi dengan metil keton menghasilkan
masing-masing bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Istilah
umum untuk menyebut CHX3 ialah haloform, maka reaksi ini
sering disebut sebagai reaksi haloform. Karena bromoform
merupakan cairan yang tidak mencolok, maka pembentukannya tak
berguna untuk maksud uji. Namun reaksi antara suatu metil keton
dengan setiap halogen tersebut membentuk suatu metode
pengubahan metol keton ini menjadi asam karboksilat (Fesenden
1998).
Proses pembuatan kloroform adalah mereaksikan aseton
dengan kaporit, reaksinya sebagai berikut :
2CH3COCH3(l) + 6CaOCl2.H2O(s)2 CHCl3(l) + Ca(CH3COO)2(s)+ 2
Ca(OH)2(s) +3 CaCl2(s)+ 6 H2O(l)
H = - 305,634 KJ/mol
Reaktor yang digunakan adalah jenis reaktor batch still yang
dilengkapi pengadukdan koil pemanas. Perbandingan reaktan
adalah 0,045 kg aseton: 0,453 kg kaporit.Reaksi terjadi pada suhu
50C dan tekanan 1 atm dengan reaksi berjalan eksotermis. Selain
Kloroform sebagai produk utama,didalam reaktor batch still juga
menghasilkan kalsium asetat (Ca(CH3COO)2), Kalsium hidroksida
(Ca(OH)2),dan kalsium klorida (CaCl 2).Produk kloroform yang
keluar reaktor batch still dimurnikan dengan memakai H 2SO4 pekat
yang berfungsi untuk mengikat air yang ada dalam
produk.Penambahan asam sulfat pekat tersebut dilakukan di dalam
acidifier untuk memisahkan produk dari asam sulfat dan air. Setelah
dari acidifier masuk ke dekanter. Fase ringan dari dekanter tersebut
dihasilkan produk kloroform dan sedikit asam sulfat.Untuk
memisahkan asam sulfat tersebut perlu dilakukan dengan cara
menambahkan kalsium oksida di dalam tangki netralisasi,karena
kalsium oksida akan bercampur dengan asam sulfat membentuk
kalsium sulfat. Setelah dari tangki netralisasi masuk ke filter 02
untuk memisahkan kalsium sulfat dengan kloroform. Hasil cair dari
filter 02 berupa kloroform dimasukkan ke dalam menara distilasi
untuk memurnikan kloroform tersebut hingga tingkat kemurnian
mencapai 99% (Faith & Keyes, 1959).
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel
NO. Pereaksi Volume Berat Volume
pereaksi Kloroform
1. Aseton 15 mL 10,1706 gr 1 mL
4.1.2 Perhitungan
Massa kaporit = 10 gr
Mr = 143 g/mol
10
Mol kaporit = 143 = 0,07 mol
Volume aseton = 15 mL
Bj = 0,781 g/ml
Mr = 58 g/mol
Massa = 30 x 0,781
= 11,715 gr
23,43
Mol aseton = 58 = 0,40 mol
100%
= 17,71%
4.2 Pembahasan
Kloroform atau triklorometana mempunyai rumus molekul CHCl3.
Dimana pada tekanan dan suhu normal merupakan cairan bening dan
berbau karakteristik. Kloroform lebih dikenal karena kegunaanya sebagai
bahan pembius, walaupun pada kenyataannya kloroform lebih banyak
digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri
Pada percobaan kali ini dilakukan cara pembuatan kloroform
dengan mereaksikan kapur klor (kaporit) dengan aseton, cara kerja
pembuatan kloroform dengan menggunakan aseton yaitu pertama-tama
disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Ditimbang 10 gram kaporit
kemudian dimasukkan kedalam labu alas bulat dan ditambahkan air
sedikit demi sedikit. Ditambahkan 15 ml aseton, dan dihomogenkan
kembali. Dipasang atau dihubungkan labu alas bulat tadi dengan
kondensor. Dipasang Erlenmeyer yang berisi air pada ujung alat destilasi.
Dipanaskan labu alas bulat dengan menggunakan lampu spritus. Diamati
hasil sintesis kloroform pada Erlenmeyer penampung. Kloroform dan air
dipisahkan sehingga diperoleh kloroform yang murni melalui corong pisah
dan langsung dimasukkan kedalam gelas ukur dan diukur volume yang
diperoleh.Dihitung persen rendamennya.
Pada percobaan ini digunakan kondensor lurus yang disesuaikan
agar uap kloroform dapat lebih mudah melewati kondensor. Jika
digunakan kondensor bulat, kemungkinan uap akan tertinggal pada
bulatan/lekukan kondensor. Sedangkan pada kondensor, air mengalir dari
atas kebawah agar pendinginan dapat dilakukan secara maksimal dari
ujung atas sampai ujung bawah kondensor.
Penggunaan labu alas bulat tujuannya adalah agar pemanasan
hasilnya merata, jika kita menggunakan labu yang lain dikhawatirkan
pemanasan yang dilakukan hasilnya akan tidak merata karena labu yang
lain mempunyai suatu sudut yang mana akan memungkinkan larutan
yang berada di dalam labu tersebut akan mengendap dan proses
pemanasannya tidak merata karena api dari bawah hanya menyebar ke
sudut sudut dari labu.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa : kloroform yang diperoleh dengan aseton adalah 1
ml dengan % rendamen 17,71 %.
5 . 2 Saran
Untuk kepada para asisten diharapkan agar mendampingi
para praktikan dalam melakukan praktikum agar praktikum bisa
berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat-obat Penting. PT. Elex Media Komputindo :
Jakarta
LAMPIRAN