OLEH :
2023
PEMBUATAN MARGARIN
1.2 Bahan
1. Stearin
2. Emulsifier (lesitin)
3. Salt
4. Cold water
5. Beta carotene (pewarna)
V. Langkah Kerja
5.1 Persiapan Produksi
1. Cek dan isi air pada water heater, kemudian nyalakan, seting pada
temperature 60°C
2. Cek level air water chiller, bila kosong segera isi, kemudian
nyalakan chiller dan setting di suhu 10°C
3. Cek level air pada water heater kneading unit, isi bila kurang dan
jalankan heater setting suhu 40°C
5.2 Proses Produksi
5.2.1 Blending Tank
1. Proses pencairan stearin pada blending tank yang dilengkapi
pemanas listrik
2. Setting suhu pencairan pada temperature 40-50°C
3. Jumlah stearin : 81,7% dari jumlah produksi
4. Setelah cair tambahkan emulsifier (lesitin) sebanyak 0,3% dari
jumlah produksi
5. Campur stearin dan emulsifier diaduk dengan mixer dengan putaran
700 rpm selama 20 menit, suhu tangki 40°C
II.Dasar Teori
2.1 Pendahuluan
Pembuatan donat merupakan salah satu proses pengolahan dengan memanfaatkan
mikroba yaitu jenis khamir Saccharomyces cereviceae yang sering dikenal ragi
roti. Saccharomyces cerviceae digunakan sebagai bahan pengembang pada pembuatan donat
atau jenis rerotian lainnya karena dapat menghasilkan enzim yang dapat merombak gula menjadi
alkohol dan gas CO2. Adanya gas CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi mengakibatkan
adonan donat mengembang. Hal ini juga bisa terjadi karena tepung yang diadoni sifatnya elastis
sehingga dapat mengurung gas CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi. Tingkat
pengembangan adonan sangat dipengaruhi oleh kekalisan adonan donat dan aktifitas rasi dalam
adonan (Prima, 2012). Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui daya
kembang dari konsentrasi ragi roti dalam pembuatan donat.
Donat (doughnuts atau donut) adalah penganan yang digoreng, dibuat dari adonan tepung
terigu, kuning telur, ragi roti, gula putih, mentega, air, dan garam. Donat yang paling umum
adalah donat berbentuk cincin dengan lubang di tengah dan donat berbentuk bundar dengan isi
yang rasanya manis, seperti berbagai jenis selai, krim, jelly dan
custard.Doughnuts atau olykoeks pertama kali disebut-sebut dalam buku History of New
York oleh Washington Irving di tahun 1809 (Prima, 2012).
Kualitas roti secara umum disebabkan karena variasi dalam peng-gunaan bahan baku dan
proses pembuatannya. Jika bahan baku yang di-gunakan mempunyai kualitas yang baik dan
proses pembuatannya benar maka roti yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula.
Jenis dan mutu produk bakery sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi
yang digunakan dalam pembuatannya. Variasi produk ini diperlukan untuk memenuhi adanya
variasi selera dan daya beli kon-sumen (Anonim, 2007).
Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki sifat dapat
memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast), memperbaiki sifat osmotolesance
(sweet dough yeast), rapid fer-mentation kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki
kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk
mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi aroma (alkohol)
(Deby, 2008).
Pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa mengembang. Ragi/yeast
biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu diaduk-aduk merata, setelah itu
selanjutnya adonan dibiarkan beberapa waktu. Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme,
suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang
digunakan dalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi
ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas
karbondioksida dan senyawa beraroma. Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan
oleh adonan sehingga adonan menjadi mengembang (Sumanti, 2010).
Air berfungsi sebagai media glutein dengan karbohidrat, larutan garam dan membentuk
sifat kenyal glutein. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6-9. Makin tinggi pH air maka
roti yang dihasilkan baik karena absorbsi air meningkat dengan meningkatnya pH. Selain pH, air
yang di-gunakan harus air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum, di-antaranya tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air yang digu-nakan dalam industri makanan pada
umumnya harus memenuhi persya-ratan tidak berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai
rasa dan tidak menggangu kesehatan. Apabila air yang digunakan tidak memenuhi persyaratan
dalam pembentukan pati atau tepung maka dapat mening-katkan kadar abunya sehingga mutu
pati menurun (Sumarman, 2007).
V. Langkah Kerja
1. Disiapkan tepung terigu sebanyak 500 gram.
2. Diayak dan dicampur dengan 50 gram gula halus, 2 sdt garam dan 1 butir telur.
3. Disiapkan 500 gram kentang, kemudian dikukus dan dihancurkan
4. Ditambah mentega.
5. Diuleni campuran tepung terigu dengan kentang dan difermentasi pada suhu kamar
selama 15-30 menit.
6. Diuleni kembali dan di roll dengan ketebalan 2 cm.
7. Dicetak.
8. Dibiarkan mengembang selama 15 menit.
9. Adonan digoreng hingga kuning kecoklatan
10. Lakukan analisa organoleptik pada produk
VII. Tugas
1. Bandingkan produk donat komersial dengan produk hasil praktikum
2. Jelaskan fungsi mentega dan telur dalam pembuatan donat
3.Lakukan analisa organoleptik untuk produk yang dihasilkan
PERCOBAAN APIKASI JAMUR DALAM BIOPROSES
(PEMBUATAN TAPAI)
2.2 Tapai
Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang
mengandung karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses
fermentasi yang melibatkan aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses
pengubahan karbohidrat menjadi etanol, sehingga bahan makanan hasil fermentasi
menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan
aroma semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan
yang merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi
oleh kadar gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis tapai
tertentu timbil rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan oleh
perlakuan selama proses pembuatan yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi
yang terlampau banyak, penutupan yang kurang sempurna selama proses
fermentasi berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang terlalu
lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa, 2010).
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah
substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan
mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses
produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau yang
menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman
seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll
(Nurcahyo, 2011).
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti asam-
asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer. Fermentasi
merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan
oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah
biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tapai, dan lain-lain
(Nurhayani, 2001).
Diantara bahan dasar pembuatan tapai yang sering digunakan adalah
beras ketan baik yang hitam maupun yang putih. Tapai dari beras ketan inilah
yang paling banyak dijumpai di toko-toko makanan maupun di Super Market.
Namun demikian juga belum diketahui apakah ada perbedaan kandungan etanol
dalam tapai yang dihasilkan pada pembuatan dengan kedua macam beras ketan
tersebut, sehingga dalam penelitian ini akan dipelajari perbedaan kandungan
etanol dalam tapai yang dihasilkan dari bahan dasar beras ketan hitam dan putih
dan dengan menggunakan beberapa macam pembungkus yang berbeda yaitu
dengan daun, plastik dan gelas (Sutanto, 2006).
Beras, ketan, jagung dan ketela pohon, dapat digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan tapai. Bahan-bahan tersebut dikukus hingga matang,
dihamparkan ditampah dan setelah dingin dibubuhi ragi, kemudian campuran itu
ditaruh dalam belangga, ditutup dengan daun pisang dan disimpan dalam tempat
yang sejuk. Tak lama kemudian berkhamirlah karena daya kerja
organismeorganisme yang terdapat dalam ragi (Heyne, 1987 dalam Berlian,
2016).
Pada proses pembuatan tapai, masyarakat biasanya menggunakan daun
pisang sebagai pembungkusnya. Dengan semakin sulitnya mendapatkan daun
terutama di daerah perkotaan maka masyarakat beralih ke pembungkus atau
wadah alternatif yang lebih mudah diperoleh untuk proses pembuatan tapai seperti
plastik, gelas dan wadah yang lain. Namun demikian belum diketahui apakah
wadah fermentasi dalam pembuatan tapai ini berpengaruh terhadap kandungan
etanol dalam tapai yang dihasilkan (Sutanto, 2006).
Perbedaan waktu fermentasi dapat menghasilkan perbedaan pertumbuhan
mikroorganisme. Semakin lama waktu fermentasi maka mikroorganisme yang
tumbuh semakin banyak sampai nutrisi dimedia tersebut habis. Proses pemecahan
karbohidrat dipengarhui aktivitas mikroorganisme. Dari hasil fermentasi yang
dilakukan, didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme yang tertinggi
adalah waktu fermentasi 9 hari. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas
mikroorganisme yang optimal, sedangkan pada fermentasi hari ke 0
mikroorganisme belum tumbuh dan fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan
dan tinggi mikroorganisme rendah (Hidayati, 2013).
Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang merupakan mikrobia
yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan, menjadi gula. peranan
ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis
pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape tersebut. dalam proses
pembuatan tape, kadang-kadang sering dijumpai adanya tape yang berasa masam.
hal ini dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi sejenis bakteri karena proses
pembuatan tape yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang berlebihan
dan penutupan bahan pada saat fermentasi berlangsung serta waktu fermentasi
yang terlalu lama (Rukamana, 2001).
3.2 Bahan
1. Ketan
2. Ragi tape
3. Gula pasir halus
4. Daun pisang secukupnya
V. Langkah Kerja
1. Mencuci ketan dan membuang kotoran yang ada pada butiran beras ketan.
2. Memasukkan beras ketan ke dalam baskom kemudian diberi air sampai
menutupi beras ketan. Rendam beras ketan selama 10-12 jam.
3. Mencuci kembali sampai bersih kemudian dikukus seperti cara mengukus
nasi biasa. Setelah setengah matang lalu diangkat.
4. Menaruh beras ketan yang setengah matang tersebut di atas talang
kemudia diratakan. Hal tersebut bertujuan agar nasi ketan setengah matang
yang baru dipanaskan dapat dingin secara merata.
5. Menaburkan ragi yang sudah dihaluskan secara merata, menambahkan
pula gula halus secukupnya jika suka.
6. Memasukkan ketan yang telah bercampur ragi dan gula ke dalam toples.
7. Menutup toples dengan rapat agar udara dari luar tidak masuk ke dalam
toples lalu diamkan selama 2-3 hari.
VII. Tugas
1. Bagaimana proses fermentasi tapai
2. Jelaskan fungsi gula dalam fermentasi
3.Lakukan analisa organoleptik untuk produk yang dihasilkan
LABORATORlUM: SATUAN OPERASI DAN BIOTEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
PENGUJIAN: FERMENTASI ALKOHOL
I. Capaian Praktikum/Kompetensi
1. Mampu memproduksi alkohol secara fermentasi
2. Mampu menganalisa pengaruh kondisi fermentasi terhadap yield alkohol.
III. Teori
3.1 Fermentasi
Fermentasi berasal dari kata ferment yang berarti enzim, sehingga fermentasi
dapat diartikan sebagai proses penguraian senyawa-senyawa organik (substrat) oleh
mikroba sehingga menghasilkan energi serta produk baru yang dapat berupa biomassa
sel, enzim, metabolit primer maupun sekunder atau produk transformasi (biokonversi).
Metode ini merupakan salah satu cara untuk mengubah bahan-bahan murah menjadi
produk yang bernilai ekonomi tinggi dan berguna bagi kesejahteraan hidup manusia.
Mikroba yang terlibat dalam fermentasi umumnya adalah bakteri, khamir dan
kapang. Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan aktivitas mikroba tertentu
dengan tujuan mengubah sifat bahan agar dapat dihasilkan sesuatu yang bermanfaat.
1
3.2 Jenis – jenis Fermentasi
Berdasarkan produk akhir yang dihasilkan fermentasi dibedakan atas fermentasi
alkohol yang menghasilkan alkohol berupa etanol dan fermentasi asam laktat yang
menghasilkan produk akhir berupa asam laktat.
Adapun berdasarkan penggunaan oksigen, fermentasi dibagi menjadi fermentasi
aerobik (memerlukan oksigen) dan anaerobik (tidak memerlukan oksigen).
Karena proses ini tidak membutuhkan oksigen melainkan khamir, maka fermentasi
alkohol digolongkan sebagai fermentasi anaerobik
4.2 Bahan
- Buah dan sayuran (jenisnya sesuai dengan penugasan)
- Khamir saccaromyces cereviseae
- Glukosa (konsentrasinya sesuai dengan penugasan)
- Aquadest
v. Prosedur Praktikum
1. Buah/sayur (misalnya nenas) ditimbang sebanyak 500 gram dan diblender sampai
halus.
2. Tambahkan air sebanyak 1 liter ke dalam ekstrak buah/sayur kemudian panaskan
hingga mendidih.
3. Saring ekstrak buah/sayur kemudian tuangkan air ekstrak buah/sayur masing-
masing sebanyak 200 ml ke dalam beberapa erlemeyer yang telah disterilkan.
3
4. Tambahkan glukosa ke dalam masing-masing erlemeyer sebanyak 5, 10, 15 dan
20%, kemudian diaduk sampai homogen dan dinginkan hingga suhu kamar.
5. Suspensi khamir ditambahkan sebanyak 10% sebagai starter.
6. Pipa plastik dipasangkan ke dalam botol kemudian botol ditutup dengan kapas
dan parafilm sampai merata sehingga tidak ada udara dari luar yang bisa masuk ke
dalam botol fermentasi.
7. Ujung pipa plastik dipasang ke dalam botol lainnya yang telah diisi dengan air.
Rangkaian alat terlihat pada gambar 1.
8. Lakukan pengamatan pada hari ke tiga dan ke tujuh untuk memastikan fermentasi
berlangsung atau tidak. Adanya gelembung udara dalam botol berisi air
menunjukkan fermentasi sedang terjadi dan setelah hari ke tujuh, aroma alkohol
dan asam akan tercium jika botol berisi ekstrak buah/sayur dibuka.
Keterangan:
1. Kapas dan parafilm
penyumbat
2. Erlemeyer berisi ekstrak buah
3. Pipa plastik
4. Beaker gelas berisi air
4
VI. Data Percobaan
Data hasil percobaan diisi dalam tabel 1 seperti terlihat dibawah ini.
H-1
1 Temperatur H-3
H-7
Data hasil percobaan yang akan diisikan dalam tabel 1 meliputi temperatur
selama proses fermentasi berlangsung serta volume bahan baku dan produk alkohol
yang dihasilkan.
Kesimpulan hasil praktikum ditulis berdasarkan capain praktikum/kompetensi
dengan menghubungkan antara pengaruh variasi konsentrasi glukosa dan stater
terhadap volume alkohol yang dihasilkan.
Annonymous. (2012). Fermentasi. Retrieved April 30, 2020, from Media Unpad:
http://media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120167_2_8791.pdf
Indothesis. (2017). Pengertian Jenis-jenis dan Reaksi Kimia fermentasi. Retrieved April
30, 2020, from http://medium.com/@indotesis/pengertian-jenis-jenis-dan-reaksi-kimia-
fermentasi-b41f12fc0cab
5
MT, M., Martinko, & J, P. (2009). Biology of Microorganisms 12th. New York:
Prentice Hall International.
6
APLIKASI BAKTERI DALAM PRODUK PANGAN
(PEMBUATAN NATA DE COCO)
3.2 Bahan
1. Air kelapa : 5 liter
2. Gula pasir : 50 gram
3. ZA : 10 gram
4. CH3COOH glasial : 7 ml
5. Bibit nata de coco : 1 botol
VII. Tugas
1. Jelaskan mekanisme pembentukan selulosa pada pembuatan nata de
coco dengan fermentasi menggunakan bakteri Acetobacter xylinum
2. Buat flowchart percobaan pembuatan nata de coco
3. Bandingkan sifat fisik nata de coco hasil praktikum dengan nata de
coco komersial yang ada di pasaran
PEMBUATAN NUGGET
3.2 Bahan
Bahan Utama
1. Daging Ayam : 500 gram (tanpa tulang)
2. Es : 50 gram
3. Tepung Terigu : 50 gram
4. Tepung Maizena : 10 gram
5. Tepung tempe/sajiku : 250 gram
6. Minyak Goreng : 1 Liter
Bumbu
1. Tepung bawang putih : 10 gram
2. Merica Bubuk : 5 gram
3. CMC : 1 gram
4. Garam : 10 gram
Batter Mix
1. Tepung Terigu : 50 gram
2. Telur : 3 butir
3. Air Mineral : 100 ml
4. Tepung Panir : 250 gram
VIII. Tugas