Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

Dasar Rekayasa Proses


Bioethanol
Dosen Pembimbing: Noor Isnaini Azkiya, S.Si, M.Si

Disusun Oleh :
Ahmad Haris Firmansyah (1941420066)
Amalia Dwi Octavia (1941420003)
Farida Kusuma Wardani (1941420014)
Gideon Anugrah Abadi (1941420029)
Nanda Yasmin Isdihal Ali (1941420021)
2B-DIV Teknologi kimia Industri

Jurusan Teknik Kimia

Prodi Teknologi Kimia Industri

Politeknik Negeri Malang


I. Tujuan Percobaan
1. Memproduksi bioetanol dari gula pasir
2. Mengaplikasikan proses fermentasi

II. Dasar Teori


Bioetanol merupakan etanol yang diproduksi dari tumbuh-tumbuhan
menggunakan mikroorganisme melalui proses fermentasi. Mikroorganisme yang paling
banyak digunakan dalam fermentasi alkohol adalah Saccharomyces cerevisiae (ragi roti)
karena harganya murah dan lebih mudah didapat (Kartika, dkk., 1992). Bahan baku
bioetanol dapat berasal dari biomassa sumber pati (jagung, ubi kayu, sorgun, dan lain-
lain), sumber gula (molasses, nira tebu, nira kelapa, dan nira dari berbagai tanaman lain),
dan sumber selulosa (onggok, jerami padi, ampas tebu, tongkol jagung, dan lain-lain
sebagainya (Mulyono, dkk., 2011).
Fermentasi adalah proses oksidasi yang meliputi perombakan media organik pada
mikroorganisme anaerob atau fakultatif anaerob dengan menggunakan senyawa organik
sebagai aseptor elektron terakhir. Fermentasi karbohidrat oleh khamir merupakan proses
penghasil etanol dan karbondioksida secara anaerob (Sudarmadji, dkk., 1989). Kecepatan
fermentasi etanol dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti susunan substrat, kecepatan
pemakaian zat gizi, tingkat inokulasi, keadaan fisiologis khamir, aktivitas enzim-enzim
jalur EMP, toleransi khamir terhadap gula dan alkohol tinggi serta kondisi selama
fermentasi (Astuty, 1991).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada hidrolisa pati antara lain : suhu reaksi,
waktu reaksi, pencampuran pereaksi, konsentrasi katalistor dan kadar suspensi pati.
 Suhu Dari kinetika reaksi
semakin tinggi suhu reaksi makin cepat pula jalannya reaksi. Tetapi kalau proses
berlangsung pada suhu yang tinggi, konversi akan menurun. Hal ini disebabkan
adanya glukosa yang pecah menjadi arang.
 Waktu
Semakin lama waktu hidrolisa, konversi yang dicapai semakin besar dan pada batas
waktu tertentu akan diperoleh konversi yang relatif baik dan apabila waktu tersebut
diperpanjang, pertambahan konversi kecil sekali.
 Pencampuran pereaksi
Karena pati tidak larut dalam air maka pengadukan perlu diadakan agar persentuhan
butir-butir air dan pati dapat berlangsung dengan baik.
 Konsentrasi katalisator
Penambahan katalisator bertujuan memperbesar kecepatan reaksi. Jadi semakin
banyak jumlah katalisator yang dipakai makin cepat reaksi hidrolisa. Dalam waktu
tertentu pati yang berubah menjadi glukosa juga meningkat. Tetapi dalam
penggunaan asam sebagai katalisator sedapat-dapatnya terbatas pada nilai terkecil,
agar garam yang tertinggal dalam hasil setelah penetralan tidak terlalu banyak
sehingga tidak mengganggu rasa manis hasilnya.
 Kadar suspensi pati
Perbandingan antara air dan pati yang tepat akan membuat reaksi hidrolisa berjalan
lebih cepat. Penggunaan air yang berlebihan harus diperhitungkan terhadap
penghematan biaya yang dikeluarkan untuk mengusir air pada pemekatan hasil.
Sebaliknya bila pati berlebihan, tumbukan antara pati dan air pada pemekatan hasil.
Sebaliknya bila pati dan air akan berkurang dan akan memperlambat jalannya reaksi.

III. Metodelogi
a. Alat
1. Erlenmeyer 250 ml (untuk starter)
2. Seperangkat alat penangas air (kompor, panci berisi air, thermometer)
3. Seperangkat alat fermentasi (botol 600 ml dan 200 ml yang telah disterilkan
dengan air mendidih, selang disterilkan dengan alkohol, wadah untuk pembiakan
starter)
4. Batang pengaduk (steril)

b. Bahan
Untuk pembibitan/starter:
1. Air 100 ml
2. Ragi/yeast (saccaromyces cereviceae) 3,5 gr
3. Gula 10 gr

Untuk fermentasi:
1. Air Gula 500 ml (14% berat)
2. Semua hasil inkubasi starter selama 4 jam
3. Gula 70 gr

c. Prosedur Kerja
1. Prosedur pembuatan starter
2. Prosedur fermentasi

IV. Data Pengamatan


 Hasil Pengamatan

Keadaan
Hari
Warna Gelembung Endapan
1 +++ +++ -
2 +++ +++ -
3 ++ +++ -
4 + ++ +
5 + ++ ++
Keterangan: + + + : Keruh, banyak gelembung.
++ : Sedang
- : Tidak ada
 Perhitungan
1. Gula untuk fermentasi
14% dari volume air (500 ml)
14% x 500 ml = 70 ml

m=pxV
= 1 gram/ml x 70 ml
m = 70 gram
2. Jumlah Sacharomyces cereviceae
0,5% dari massa gula
0,5% x 70 gram = 0,35 gram

 Fungsi Perlakuan
No Perlakuan Fungsi Pengamatan

V. Pembahasan
Bioetanol adalah etanol yang berasal dari sumber hayati, misalnya tebu, nira, ubi
kayu, garut, ubi jalar, jagung, jerami, dan kayu. Pembuatan bioetanol melalui tiga tahap
yaitu yang pertama proses hidrolisa untuk mengubah polisakarida menjadi monosakarida
(glukosa). Kedua adalah proses fermentasi yang menguraikan glukosa menjadi etanol, air
dan CO2. Ketiga ialah proses destilasi untuk memurnikan campuran etanol dan air .
Pada praktikum pembuatan bioethanol ini memilikki tujuan yaitu dapat
memproduksi bioethanol dari gula pasir, dapat mengaplikasikan proses fermentasi serta
menganalisis kualitas bioethanol yang dihasilkan. Alat yang digunakan pada praktikum
ini, antara lain: Erlenmeyer 250 ml yang berfungsi sebagai wadah pembibitan
saccharomyces cereviciae, seperangkat alat fermentasi yang terdiri dari botol 600 dan 200
ml,serta selang yang berfungsi sebagai wadah untuk melakukan fermentasi gula menjadi
bioethanol.
Proses pembuatan bioetanol diawali dengan pembibitan saccharomyces
cereviceae dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah ragi serta melakukan treatment
pada ragi dalam kondisi aerob, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi yang
diawali dengan pendidihan air sebanyak 100 ml pada suhu 80oC selama 10 menit,
kemudian air dikeluarkan dari penangas dan tambahkan gula lalu aduk sampai gula larut
sempurna, setelah itu dinginkan sampai hangat hangat kuku dan tambahkan ragi yang
sudah disiapkan. Proses penambahan lagi dilakukan saat larutan gula dalam keadaan
hangat-hangat kuku karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ragi tersebut
mati. Setelah itu campuran larutan dipindahkan ke wadah fermentasi yang sudah
dirangkai dan diinkubasi selama 5hari dalam keadaan anaerob.
Berdasarkan data pengamatan yang kelompok kami peroleh, pada hari pertama
diperoleh kenampakan larutan yang keruh, terdapat banyak gelembung gas, serta tidak
terdapat endapan dari ragi. Pada hari ke-2 diperoleh hasil bahwa larutan gula yang
difermentasi berwarna keruh, menghasilkan gelumbung gas yang lebih banyak dari pada
hari pertama, dan tidak terdapat endapan. Pada hari ke-3 kekeruhan larutan berkurang,
gelembung gas yang dihasilkan banyak, dan tidak terdapat endapan ragi. Pada hari ke-4
warna mulai jernih, gelembung gas yang dihasilkan berkurang, serta terdapat sedikit
endapan dari ragi saccharomyces cereviceae. Pada hari ke-5 diperoleh warna larutan yang
lebih jernih dari hari ke-4, gelembung gas yang dihasilkan berkurang, serta endapan dari
ragi saccharomyces cereviceae lebih banyak disbanding hari ke-4.
Sehingga dari data pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa semakin lama
waktu fermentasi, kekeruhan pada larutan gula akan semakin berkurang atau semakin
jernih. Hal ini karena pada hari pertama larutan gula masih dalam konsentrasi yang
tinggi, dengan adanya proses fermentasi maka glukosa yang terkandung dalam larutan
tersebut akan dikonversi oleh saccharomyces cerevicea menjadi bioethanol. Aktivitas
mikroorganisme tersebut membuktikan bahwa Saccharomyces cerevisiae yang mengubah
glukosa bekerja dengan baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa aktivitas pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae berjalan dengan baik, mulai dari fase adaptasi, pertumbuhan
hingga kematian. Hal tersebut sesuai dengan literature yang kami peroleh, dimana adanya
variasi konsentrasi atau perubahan konsentrasi glukosa pada akhir fermentasi disebabkan
aktivitas mikroorganisme yang memecah gula-gula sederhana berjadi alkoho
(Wignyanto, 2011).
Gelembung gas yang dihasilkan pada pembuatan bioethanol ini merupakan gas
CO2, dimana gas tersebut merupakan hasil samping dari proses fermentasi. Gelembung
gas yang dihasilkan pada praktikum yang telah kami lakukan sangat dipengaruhi oleh
waktu, semakin lama waktu untuk proses fermentasi maka gelembung gas yang
dihasilkan semakin berkurang. Hal ini karena ketersediaan bahan baku yang digunakan
ragi untuk melakukan proses fermentasi dalam jumlah banyak, sehingga aktivitas dari
ragi tersebut akan semakin cepat. Apabila aktivitas dari ragi semakin cepat maka volume
bioethanol yang dihasilkan akan semakin meningkat, begitupun dengan jumlah
gelembung gas yang juga merupakan produk dari proses fermentasi. Namun pada batas
waktu tertentu, yaitu pada hari ke-4 jumlah gelembung gas yang dihasilkan berkurang
atau terjadi penurunan, hal ini karena glukosa yang tersedia semakin berkurang sehingga
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembiakan semakin berkurang dan dapat menyebabkan
ragi mengalami fase pertumbuhan diperlambat dan mengalami fase kematian sehingga
aktivitas bakteri untuk mengubah glukosa semakin menurun.
Pada botol fermentor nampak terdapat 2 lapisan, lapisan bawah berupa gumpalan
endapan dan lapisan atas berupa larutan. Hasil dari fermentasi ini adalah bioetanol yang
bercampur dengan air dan juga gas CO2. Pada hari ke-1, 2, dan 3 tidak ada endapan yang
dihasilkan, pada hari ke-4 dan ke-5 endapan yang dihasilkan semakin banyak. Hal
tersebut membuktikan bahwa terbentuk hasil fermentasi berupa bioethanol yang
bercampur dengan air. Selain itu, bioethanol yang diperoleh dari praktikum ini memiliki
aroma yang khas, seperti aroma tape yaitu sedikit kecut, hal tersebut karena terjadi proses
fermentasi yang menghasilkan alkohol dan karbondioksida dan juga dihasilkan asam laktat
sehingga menyebabkan bioethanol beraroma khas.

Kesimpulan
1. Bioethanol dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku gula pasir melalui proses
fermentasi.
2. Fermentasi merupakan proses pemecahan gula sederhana dengan bantuan enzim pada
ragi sehingga diperoleh etanol dan produk samping berupa gas CO2.
Daftar Pustaka

Pengaruh Waktu Inokulasi Inokulum dalam Pembuatan Bioethanol dari Limbah Serabut
Kelapa Sawit Menggunakan Saccharomyces cerevisiae, (2014), 6-7, 11(pengaruh waktu
inokulasi terhadap konsentrasi gula)

Optimalisasi Fermentor untuk Produksi Etanol dan Analisis Hasil Fermentasi


Menggunakan Gs Chromatografi, (2008), 15-18, 20(pertumbuhan ragi)

Pembuatan Bioetanol Skala Laboratorium Sebagai Bahan Dasar untuk Pengembagan


Energi terbarukan dari Bahan Baku Serbuk Buah Bidara, (2019), 3-4, 6 (endapan ragi)

Sudarmaji dkk, 1997, Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian, edisi ke empat,
Liberty, Yogyakarta

Sudarmadji, S., Kasmidjo, R., Sardjono, Wibowo, D., Margino, S., & Rahayu, E. S. (1989).
Mikrobiologi pangan. UGM Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai