Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT BAHAN PERTANIAN


(TPPB212208)

ACARA IIIA
PENGUKURAN KADAR AIR BAHAN PERTANIAN

DISUSUN OLEH:
NAMA : NATASYA ANWAR
NIM : 20/456394/TP/12689
KELOMPOK : II A
CO. ASS : FARADIBA AULIA

LABORATORIUM TEKNIK PANGAN DAN PASCAPANEN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan komponen penyusun bahan pangan terbanyak
dibandingkan komponen lainnya seperti lemak, minyak, protein, karbohidrat,
mineral, asam dan garam. Hal tersebut dikarenakan sekitar 60-95% dari
keseluruhan berat bahan pangan tersusun atas air. Kandungan air pada bahan
pangan akan berpengaruh pada mutu, kualitas dan daya simpan suatu bahan
pangan. Dengan mengetahui kadar air yang terkandung pada produk maka
akan dapat diketahui pengukur bagian bahan kering atau padatan. Jumlah air
yang terkandung pada suatu produk dikenal dengan istilah kadar air.
Penentuan kadar air merupakan suatu proses yang penting. Hal
tersebut dikarenakan kadar air akan menentukan proses atau cara pengolahan
dan pendistribusian produk. Apabila dalam proses pengolahan atau
pendistribusian nya kurang tepat maka akan terjadi kerusakan pada produk
tersebut yang dapat berdampak buruk bagi konsumen. Oleh karena itu
praktikum “Pengukuran Kadar Air Bahan Pertanian” ini dilakukan. Praktikum
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yakni dengan
thermogravimetri, grain moisture meter, grain moisture tester, dan
berdasarkan perubahan berat.

1.2 Tujuan
Praktikum ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mempelajari prinsip pengukuran kadar air bahan pertanian.
2. Mengetahui cara pengukuran kadar air bahan pertanian dengan metode
thermogravimetri, grain moisture meter, grain moisture tester, dan
berdasarkan perubahan berat.
3. Mengetahui nilai laju pengeringan atau laju perubahan kadar air pada
bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung pada suatu benda yang
diaplikasikan secara luas pada bidang ilmiah dan teknik. Kadar air dapat
dinyatakan dalam rasio 0 (kering total) hingga jenuh air yakni kondisi semua pori
terisi dengan air (Prasetya et al., 2019). Kadar air juga dapat dinyatakan secara
volumetric, gravimetric, basis basah, dan basis kering (Kristiana, 2018). Kadar air
akan berpengaruh pada mutu, kualitas, dan umur simpan suatu produk pertanian.
Air pada produk pertanian akan menentukan kestabilan selama masa simpan dan
juga berpengaruh pada mutu organoleptic (rasa dan keempukan) (Prasetya et al.,
2019). Selain itu cara pengolahan dan pendistribusian produk juga akan
ditentukan berdasarkan kadar air yang dimiliki produk tersebut. Proses
pengeringan juga sangat bergantung pada kadar air yang terdapat pada produk
pertanian. Penurunan kadar air akan terjadi seiring dengan lama pengeringan.
Pengeringan dengan menggunakan suhu tinggi akan mengakibatkan pengeringan
yang tidak merata (Harini et al., 2019).
Pengukuran kadar air dilakukan untuk memberikan informasi kadar air
yang terkandung pada suatu produk agar jumlah kadar air dapat diketahui dan
dapat menjadi ideal saat dilakukan proses pengeringan. Pengukuran kadar air juga
dapat dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap kualitas serta umur simpan
suatu produk serta cara pendistribusian produk yang sesuai sehingga mampu
meminimalisir kerusakan. Selain itu penentuan kadar air juga dapat dilakukan
untuk melakukan evaluasi material balance atau kehilangan selama pengolahan
(Aventi, 2015). Penentuan standar gizi pangan sesuai standar peraturan pangan
juga membutuhkan informasi dari kadar air. Pengukuran terhadap kadar air dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu dengan thermogravimetri,
grain moisture meter, grain moisture tester, dan berdasarkan perubahan berat.
Metode thermogravimetri merupakan metode yang dilakukan dengan cara
mengeringkan bahan pada oven dengan suhu 105-11000C selama 3 jam atau
sampai diperoleh berat konstan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
akurasi dari metode ini yaitu suhu dan kelembaban ruang kerja, suhu dan tekanan
oven, ukuran dan struktur partikel, serta bentuk wadah (Daud et al., 2019). Selain
itu pengukuran kadar air juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang
dikenal dengan grain moisture meter dan grain moisture tester. Pada pengukuran
dengan menggunakan grain moisture meter, pengukuran didasarkan pada
konduktivitas atau hantaran listrik yang kemudian akan ditangkap oleh detector.
Kadar air akan berbanding lurus dengan kaasitas listrik yang diukur. Sementara
itu, pada pengukuran dengan grain moisture tester, pengukuran dilakukan dengan
cara menghancurkan bahan yang akan diukur kadar airnya, guna memperoleh
tahanan bahan yang akan dibaca oleh alat sebagai kadar air dari bahan tersebut.
Pada metode ini kadar air akan berbanding terbalik dengan nilai resistan yang
diukur (Fahroji & Hendri, 2016). Sementara itu pengukuran berdasarkan
perubahan berat yakni dengan mengukur penurunan berat pada produk dengan
skala waktu tertentu selama proses pengeringan dengan menguapkan air yang
terdapat pada produk hingga didapatkan berat produk tertentu (Arsyad, 2018).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Landasan Teori


Jumlah air yang terkandung pada suatu bahan disebut dengan kadar
air. penentuan kadar air dapat dinyatakan dalam basis basah dan basis kering.
Perbandingan antara massa air dan massa total disebut dengan basis basah,
sedangkan perbandingan massa air dengan padatan disebut sebagai basis
kering.
Kadar air basah KA (%wb) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
ma
KA ( %wb )= ×100 %
mk +ma

Kadar air basah KA (%db) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:


ma
KA ( %db )= × 100 %
mk
Keterangan:
ma = massa air (kg)
mk = massa padatan (kg)

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Oven
2. Timbangan Analitik
3. Grain Moisture Meter
4. Grain Moisture Tester
5. Desikator
6. Cawan
7. Stopwatch
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Gabah
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum “Pengukuran Kadar Air Bahan Pertanian” dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode yakni dengan thermogravimetri,
grain moisture meter, grain moisture tester, dan berdasarkan perubahan berat.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
3.3.1 Penentuan Air Metode Thermogravimetri
Pada metode ini, terlebih dahulu cawan ditimbang dan dicatat
massanya. Lalu, gabah ditambahkan hingga massa nya menjadi 5
gram. Selanjutnya, cawan berisi gabah dimasukkan ke dalam oven
dengan 2 perlakuan waktu pengovenan yakni 22 jam dan 24 jam.
Kemudian, gabah dan cawan diambil dan cawan berisi gabah
dimasukkan ke dalam desikator. Setelah itu, cawan berisi gabah yang
sudah dingin diambil dan ditimbang serta dicatat massanya.
3.3.2 Penentuan Kadar Air Metode Alat
Pada metode ini, pertama beberapa biji gabah dimasukkan ke
dalam pemecah. Kemudian gabah yang sudah pecah dimasukkan ke
dalan grain moisture tester dan tombol paddy ditekan agar kadar air
gabah dapat diukur. Kemudian tombol measure ditekan sehingga
diperoleh nilai kadar airnya. Setelah itu, sejumlah gabah dimasukkan
ke dalam corong hingga penuh. Lalu, jenis bijian yang hendak
diukur (kode untuk gabah:P1) ditentukan. Kemudian pembatas
dibuka dengan cara tombol merah ditekan sehingga gabah akan
masuk ke dalam sensor dan akan diperoleh nilai kadar air nya.
3.3.3 Penentuan Kadar Air Metode Perubahan Berat
Pada metode ini, pertama cawan dan gabah ditimbang sebanyak 5
gram. Setelah itu, kadar air gabah diukur dengan grain moisture
tester. Kemudian gabah dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam.
Setiap 15 menit selama 60 menit, dilakukan pengukuran massa dan
KA nya.
3.4 Cara Analisis Data
3.4.1 Penentuan Air Metode Thermogravimetri
a. Basis Kering (Dry Basis)
Bs−Bs '
KA ( %db )= (3.1)
Bs '
Keterangan:
Bs = berat sampel awal
Bs’ = berat sampel akhir
b. Basis Basah (Wet Basis)
Bs−Bs '
KA ( %wb )= (3.2)
Bs
Keterangan:
Bs = berat sampel awal
Bs’ = berat sampel akhir

3.4.2 Penentuan Kadar Air Metode Alat


a. KA Berdasarkan Grain Moisture Tester
n
1
KA ( MT )= ∑ KA i
n i=1
(3.3)

Keterangan:
KA (MT) = kadar air berdasarkan grain moisture tester
b. KA Berdasarkan Grain Moisture Meter
n
1
KA ( MM )= ∑ KAi
n i=1
(3.4)

Keterangan:
KA (MM) = kadar air berdasarkan grain moisture tester
c. Grafik hubungan antara KA (MT) terhadap waktu
d. Grafik hubungan antara KA (MT) terhadap waktu
3.4.3 Penentuan Kadar Air Metode Perubahan Berat
ma ma
KA ( %wb )= = (3.5)
ma +m p ms
ma (3.6)
KA ( %db )=
mp
ma=KA ( %wb ) dalam desimal ×ms (3.7)
m p=ms−ma (3.8)

Keterangan:
ma = massa air
mp = massa padatan
ms = massa sampel

3.4.4 Kadar Air Perubahan Berat


a. Grafik hubungan kadar air (%wb) terhadap waktu
b. Grafik hubungan kadar air (%db) terhadap waktu
3.4.5 Laju Perubahan Kadar Air

Gambar 3.1 Laju Perubahan Kadar Air


Keterangan:
A-B = periode pengeringan awal
B-C = periode laju konstan
C–D = periode laju menurun

3.4.6 Laju Perubahan Kadar Air Konstan


a. Grafik Dm/dt terhadap waktu
b. Grafik Mt-Mo terhadap waktu

3.5 Skema Percobaan


Gambar 3.1 Skema Alat Pengukuran Kadar Air Bahan Pertanian
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS DATA

4.1 Hasil
Pada praktikum “Pengukuran Kadar Air Bahan Pertanian” dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode yakni dengan thermogravimetri,
grain moisture meter, grain moisture tester, dan berdasarkan perubahan berat.
Adapun hasil yang diperoleh yaitu:
4.1.1 Pengukuran Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri
Pada pengukuran kadar air dengan metode thermogravimetri,
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kadar Air Metode Thermogravimetri
Bc
Bs Bc+s'
Ulangan (gram
(gram) (gram)
)
1 150,11 5 29,81
2 150,13 5 30,87
3 150,01 5 29,53

4.1.2 Pengukuran Kadar Air dengan Grain Moisture Tester dan Grain
Moisture Meter
Pada pengukuran kadar air dengan metode grain moisture tester
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Kadar Air dengan Grain Moisture Tester
Kondisi lama KA (%)
pengeringan (jam) 1 2 3
0 25,20 25,10 25,50
1 24,10 23,80 23,90
2 20,30 20,50 20,50
3 18,70 18,80 18,70
4 16,30 16,50 16,60
Pada pengukuran kadar air dengan metode grain moisture meter
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kadar Air dengan Grain Moisture Meter
Kondisi lama KA (%)
pengeringan (jam) 1 2 3
0 48,30 48,50 48,50
1 45,40 45,30 45,30
2 39,90 40,00 41,80
3 27,00 27,00 27,10
4 24,30 24,50 24,90

4.1.3 Pengukuran Kadar Air berdasarkan Perubahan Berat


Pada pengukuran kadar air berdasarkan perubahan berat didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Kadar Air berdasarkan Perubahan Berat
Waktu Ms (gram)
(menit) 1 2 3
0 150,11 150,13 150,01
30 133,52 134,68 135,49
60 114,49 115,23 116,66
90 94,00 95,37 97,04
120 77,89 77,34 79,82
150 61,99 62,04 63,38
180 46,11 45,78 47,83
210 38,52 39,48 40,62
240 29,30 32,04 30,95
270 28,84 30,13 28,91
300 27,85 29,08 27,58
330 27,55 28,82 27,35
360 27,50 28,74 27,34
390 27,33 28,64 27,19
420 27,21 28,57 26,89

4.2 Analisis Data


Dari hasil yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis data dan
diperoleh hasil sebagai berikut:
4.2.1 Pengukuran Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri
Pada pengukuran kadar air dengan metode thermogravimetri,
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kadar Air Metode Thermogravimetri
Bs Bc Bc+s' Bs' KA
Ulanga KA
(gram (gram (gram (gram (%wb
n (%db)
) ) ) ) )
150,1
1 5 29,81 24,81 83,47 504,96
1
150,1
2 5 30,87 25,87 82,77 480,38
3
150,0
3 5 29,53 24,53 83,65 511,62
1

4.2.2 Pengukuran Kadar Air dengan Grain Moisture Tester dan Grain
Moisture Meter
Pada pengukuran kadar air dengan metode grain moisture tester
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Kadar Air dengan Grain Moisture Tester
Kondisi lama KA (%)
Rata-Rata (%)
pengeringan (jam) 1 2 3
0 25,20 25,10 25,50 25,27 ± 0,208
1 24,10 23,80 23,90 23,93 ± 0,153
2 20,30 20,50 20,50 20,43 ± 0,115
3 18,70 18,80 18,70 18,73 ± 0,058
4 16,30 16,50 16,60 16,47 ± 0,153

Dari hasil tersebut kemudian dilakukan plot grafik dan diperoleh


hasil sebagai berikut:
30
25
KA MT ()%)

20
15
10
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Waktu (jam)
Gambar 4.1 Grafik KA (MT) terhadap Waktu (jam)
Pada pengukuran kadar air dengan metode grain moisture meter
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Kadar Air dengan Grain Moisture Meter
Kondisi lama KA (%)
Rata-Rata (%)
pengeringan (jam) 1 2 3
0 48,30 48,50 48,50 48,43 ± 0,115
1 45,40 45,30 45,30 45,33 ± 0,058
2 39,90 40,00 41,80 40,57 ± 1,069
3 27,00 27,00 27,10 27,03 ± 0,058
4 24,30 24,50 24,90 24,57 ± 0,306

Dari hasil tersebut kemudian dilakukan plot grafik dan diperoleh


hasil sebagai berikut:
60
50
KA MM (%)

40
30
20
10
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Waktu (jam)

Gambar 4.2 Grafik KA (MM) terhadap Waktu (jam)


4.2.3 Pengukuran Kadar Air berdasarkan Perubahan Berat
Pada pengukuran kadar air berdasarkan perubahan berat didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Kadar Air berdasarkan Perubahan Berat
Waktu Ms (gram) Mp (gram) Ma (gram) KA (%wb) KA (%db)
Rata-Rata Rata-Rata
(menit) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
150,1 150,0 82,7
0 150,13 125,30 124,26 125,48 83,47 83,65 83,30 ± 0,465 504,96 480,38 511,62 498,99 ± 16,453
1 1 7
133,5 135,4 80,7
30 134,68 108,71 108,81 110,96 81,42 81,90 81,37 ± 0,554 438,10 420,66 452,42 437,06 ± 15,908
2 9 9
114,4 116,6 77,5
60 115,23 89,68 89,36 92,13 78,33 78,98 78,28 ± 0,713 361,41 345,46 375,65 360,84 ± 15,099
9 6 5
72,8
90 94,00 95,37 97,04 69,19 69,50 72,51 73,60 74,73 73,74 ± 0,931 278,83 268,69 295,65 281,06 ± 13,619
8
66,5
120 77,89 77,34 79,82 53,08 51,47 55,29 68,14 69,27 67,99 ± 1,366 213,91 198,99 225,44 212,78 ± 13,264
5
58,3
150 61,99 62,04 63,38 37,18 36,17 38,85 59,97 61,30 59,86 ± 1,502 149,83 139,84 158,41 149,36 ± 9,296
24,81 25,87 24,53 1
43,5
180 46,11 45,78 47,83 21,30 19,91 23,30 46,19 48,72 46,13 ± 2,613 85,83 76,98 95,01 85,94 ± 9,017
0
34,4
210 38,52 39,48 40,62 13,71 13,61 16,09 35,58 39,62 36,56 ± 2,706 55,24 52,62 65,62 57,83 ± 6,871
8
19,2
240 29,30 32,04 30,95 4,49 6,17 6,42 15,31 20,75 18,44 ± 2,812 18,08 23,86 26,19 22,71 ± 4,174
7
14,1
270 28,84 30,13 28,91 4,03 4,26 4,38 13,96 15,16 14,42 ± 0,646 16,23 16,48 17,87 16,86 ± 0,885
5
11,0
300 27,85 29,08 27,58 3,04 3,21 3,05 10,90 11,07 11,01 ± 0,090 12,24 12,42 12,45 12,37 ± 0,114
5
330 27,55 28,82 27,35 2,74 2,95 2,82 9,93 10,2 10,32 10,17 ± 0,206 11,03 11,41 11,51 11,32 ± 0,255
4
10,0
360 27,50 28,74 27,34 2,69 2,87 2,81 9,77 10,29 10,02 ± 0,261 10,83 11,11 11,47 11,13 ± 0,322
0
390 27,33 28,64 27,19 2,52 2,77 2,66 9,21 9,68 9,80 9,56 ± 0,311 10,14 10,72 10,86 10,57 ± 0,379
420 27,21 28,57 26,89 2,40 2,70 2,36 8,81 9,46 8,79 9,02 ± 0,382 9,66 10,45 9,64 9,91 ± 0,462
Dari hasil tersebut kemudian dilakukan plot grafik dan diperoleh
hasil sebagai berikut:
90
80
70

Kadar Air (%wb)


60
50
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Waktu (menit)

Gambar 4.3 Grafik Kadar Air (%wb) terhadap Waktu (menit)


600
500
Kadar Air (%db)

400
300
200
100
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Waktu (Menit)

Gambar 4.4 Grafik Kadar Air (%db) terhadap Waktu (menit)

4.2.4 Laju Perubahan Kadar Air


Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, maka diperoleh laju
perubahan air sebagai berikut:
Tabel 4.9 Laju Perubahan Kadar Air
KA
Waktu Mt-Mo k
(%wb) dM/dt
(menit) (%) (%/menit)
Rerata
0 83,30 0,1769 0,00
30 81,37 0,1855 -1,93
60 78,28 0,1924 -5,01
-0,2073
90 73,74 0,1961 -9,56
120 67,99 0,1966 -15,31
150 59,86 0,1883 -23,44
180 46,13 0,1546 -37,16
210 36,56 0,1312 -46,74
240 18,44 0,0524 -64,85
270 14,42 0,0360 -68,87
300 11,01 0,0166 -72,29
330 10,17 0,0128 -73,13
360 10,02 0,0167 -73,28
390 9,56 0,0181 -73,73
420 9,02 - -74,28

Dari hasil tersebut kemudian dilakukan plot grafik dan diperoleh


hasil sebagai berikut:

12.00
10.00
8.00
dM/dt

6.00
4.00
2.00
0.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Waktu (menit)

Gambar 4.5 Grafik dM/dt terhadap Waktu (menit)


0
f(x) 0= − 0.218559433586903
50 100 150 200 250x + 3.25906165228502
300 350 400 450
-20
R² = 0.922765417085339

-40
Mt-Mo

-60

-80

-100
Waktu (menit)

Gambar 4.6 Grafik Mt-Mo terhadap Waktu (menit)


BAB VI
KESIMPULAN

Pada praktikum acara IIIA ini diperoleh kesimpulan sebagai


berikut:
1. Pada praktikum “Pengukuran Kadar Air Bahan Pertanian” dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yakni dengan thermogravimetri, grain
moisture meter, grain moisture tester, dan berdasarkan perubahan berat.
2. Pengukuran kadar air bahan pertanian dengan metode thermogravimetri
dilakukan dengan cara mengeringkan bahan pada oven selama waktu tertentu
pada suhu 105-11000C hingga diperoleh berat konstan. pada grain moisture
tester, pengukuran dilakukan dengan memecah gabah guna memperoleh
tahanan bahan yang akan dibaca oleh alat sebagai kadar air dari bahan tersebut.
Pada grain moisture meter, pengukuran dilakukan dengan memasukkan gabah
sehingga mengenai sensor dan akan diperoleh nilai kadar airnya. Sementara
pada pengukuran berdasarkan perubahan berat dilakukan dengan dengan
mengukur penurunan berat pada produk dengan skala waktu tertentu selama
proses pengeringan dengan menguapkan air yang terdapat pada produk hingga
didapatkan berat produk tertentu.
3. Pada pengukuran dengan metode thermogravimetri diperoleh nilai KA (%wb)
yaitu 83,47; 82,77; dan 83,65 dan KA (%db) yaitu 504,96; 480,38; dan 511,62.
Pada metode grain moisture tester dan grain moisture meter nilai kadar air
cenderung mengalami penurunan seiring waktu pengeringan. Begitu juga pada
metode penurunan berat.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M. 2018. Pengaruh Pengeringan terhadap Laju Penurunan Kadar Air dan
Berat Jagung (Zea Mays L.) untuk Varietas BISI 2 dan NK22. Jurnal
Agropolitan, 5(1): 44-52.
Aventi. 2015. Penelitian Pengukuran Kadar Air Buah. Seminar Nasional
Cendekiawan ISSN: 2460-8696.
Daud, A., Suriati, S., Nuzulyanti. 2019. Kajian Penerapan Faktor yang
Mempengaruhi Akurasi Penentuan Kadar Air Metode Thermogravimetri.
Jurnal Lutjanus, 24(2): 11-16.
Fahroji. Hendri. 2016. Kinerja Beberapa Tipe Moisture Meter dalam Penentuan
Kadar Air Padi. Jurnal Lahan Suboptimal, 5(1): 62-70.
Harini, N., Marianty, R., Wahyudi, V. A. 2019. Analisa Pangan. Zifatama Jawara:
Sidoarjo.
Kristina, M. 2018. Alat Pengatur Kelembaban Tanah secara Otomatis Berbasis
Mikrokontroler Atmega8535. USU: Medan.
Prasetyo, T. F., Isdiana, A.F., & Sujadi, H. 2019. Implementasi Alat Pendeteksi
Kadar Air Pada Bahan Pangan Berbasis Internet Of Things. SMARTICS
Journal, 5 (2): 81-96.
LAMPIRAN
1. Penentuan Air Metode Thermogravimetri
a. Basis Kering (Dry Basis)
Bs−Bs '
KA ( %db )=
Bs '
150,11−24,81
KA ( %db )= =504,96
24,81
b. Basis Basah (Wet Basis)
Bs−Bs '
KA ( %wb )=
Bs
150,11−24,81
KA ( %wb )= =83,47
150,11

2. Penentuan Kadar Air Metode Alat


a. KA Berdasarkan Grain Moisture Tester
n
1
❑∑
KA ( MT )= KA i
i=1

1
KA ( MT )= ( 25,20+25,10+25 , 50 )
3

b. KA Berdasarkan Grain Moisture Meter


n
1
KA ( MM )= ∑ KAi
n i=1
1
KA ( MM )= ( 48,30+48,50+ 48,50 )=48,43
3

3. Penentuan Kadar Air Metode Perubahan Berat


ma m
KA ( %wb )= = a
ma +m p ms
125,30
KA ( %wb )= =83,47 %
150,11

ma
KA ( %db )=
mp
125,30
KA ( %db )= =504,96 %
24,81

ma=KA ( %wb ) dalam desimal ×ms


ma=83,47× 150,11=125,30

m p=ms−ma
m p=150,11−125,30=24,81

Anda mungkin juga menyukai