Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Mekanika tanah merupakan salah satu mata kuliah dalam Teknik Sipil, yang terdiri dari pembelajaran
teori dan praktikum. Praktikum ini harus didasari dengan pemahaman teori yang baik. Salah satu hal
yang penting bagi mahasiswa adalah mampu mengaplikasikan teori yang di dapat di dalam kelas
dengan kegiatan praktikum di laboratorium.
Salah satu pokok perhatian dalam mekanika tanah adalah kadar air. Dan untuk memisahkan antara
tanah dengan air, di gunakan uji kadar air untuk menghilangkan airnya. Kadar air dinyatakan dalam
persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian kadar air dari suatu sampel tanah. Setelah
pembelajaran di dalam kelas secara teori mengenai kadar air, maka untuk mengetahui cara
menentukan kadar air tersebut maka dilakukan pembelajaran melalui praktikum di laboratorium.
Sehingga mahasiwa benar-benar memahami cara mendapatkan nilai kadar air, bukan hanya melalui
teori dalam kelas tetapi melalui praktikum secara langsung.

1.2    Tujuan Percobaan


    Untuk dapat melakukan pengujian kadar air
    Untuk menentukan kadar air suatu sampel tanah

BAB 2
DASAR TEORI

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi satu sama lainnya serta terletak di atas batuan dasar. Ikatan antar butiran relatif lemah
disebabkan karena adanya ruang (rongga) diantara partikel-partikel butiran tanah. Ruang tersebut
dapat berisi air, udara ataupun keduanya.
Apabila tanah sudah benar-benar kering maka tidak akan ada air sama sekali dalam porinya.
Keadaan semacam ini jarang ditemukan pada tanah yang masih dalam keadaan asli lapangan. Air
hanya dapat dihilangkan sama sekali dari tanah apabila dilakukan dengan tindakan khusus untuk
maksud tersebut, misalnya dengan memanaskan di dalam oven. Penyelidikan tanah yang memadai
merupakan suatu pekerjaan pendahuluan yang sangat penting pada perencanaan sebuah proyek.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengujian kadar air pada tanah. Kadar air adalah perbandingan
antara berat air dalam contoh tanah dengan berat butir.
Tanah berguna sebagai bahan bangunan dan pendukung pondasi bangunan. Segumpal tanah dapat
terdiri dari dua atau tiga bagian. Pada kondisi kering, tanah terdiri dari dua bagian, yakni butir-butir
tanah dan pori-pori udara. Pada kondisi jenuh air, tanah terdiri dari dua bagian yakni butir-butir
tanah dan air pori. Pada kondisi tidak jenuh air (natural), tanah terdiri dari tiga bagian, yakni butir-
butir tanah, pori-pori udara dan air pori.
Hubungan-hubungan berat dan volume yang biasa digunakan dalam mekanika tanah adalah kadar
air, porositas, angka pori, berat volume, berat jenis, derajat kejenuhan dan lain-lain.
Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan antar berat air (Ww) dengan berat butiran (Ws) dalam
tanah tersebut dan dinyatakan dalam persen. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan
sejumlah tanah basah yang C untuk waktu tertentu.C - 110dikeringkan dalam oven dengan suhu
100 Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah
tersebut.
Perhitungan kadar air dilakukan dengan memasukkan data-data dari berat contoh tanah basah dan
berat contoh tanah kering.
dengan:
w    : kadar air yang dinyatakan dalam persen
W1    : berat cawan
W2    : berat cawan + berat tanah basah
W3    : berat cawan + berat tanah kering

Istilah-istilah yang digunakan untuk hubungan berat :


    Kadar air (moisture content = w), dalam persen
    Berat volume (unit weight = g)

γ=W/V

      w=Ww/Ws

Dalam system Inggris gw= 62.4 lb/ft3


Dalam SI gw= 9.81 kN/m3

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering.
Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air
gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air
pada titik layu permanen adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun
tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen
sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tana (Buckman dan Brady, 1982)
Kadar air dinyatakan dalam % volume, yaitu persentase volume tanah.Cara ini memberikan
keuntungan karena dapat memberikan gambaran terhadap ketersediaan air bagi tumbuhan pada
volume tertentu. Cara penentuan kadar air dapat digolongkan dalam cara Gravimetrik, tegangan dan
hisapan, tumbuhan, listrik serta pembaruan neutron. Cara Gravimetrik merupakan cara yang paling
umum dipakai dimana dengan cara ini tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 100ºC-150ºC
untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena proses pengeringan tersebut merupakan sejumlah air
yang terdapat dalam tanah basah. (Hakim,dkk, 1986).
Kadar air yang tersedia dalam tanah didasarkan pada kenyataan bahwa jumlah air maksimum yang
dapat disimpan dalam tanah adalah air yang ditahan pada saat kapasitas lapang dimana tanaman
hanya dapat menurunkan kandungan air tanah sampai batas titik layu permanen. Atas dasar itu
maka jumlah air yang dapat ditahan antar kapasitas lapang dan titik layu permanen serta kelebihan
air yang terikat pada kapasitas lapang tidak menguntungkan lagi bagi tanaman tingkat tinggi
(Pairunan, A. K. dkk, 1997).
Air dalam tanah mengalir kebawah dengan gaya perkolasi sesuai dengan gavitasi bumi. Hal ini
disebabkan oleh sifat air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah.
(Syarief, 1986).
Persediaan air dalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan
tanah menahan air, besarnya evapotraspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui
vegetasi), dan tingginya muka air tanah. Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungsn erat
dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air
menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tana-tanah bertekstur
kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu,
tanaman yang ditanam pada tanah umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah
bertekstur lempung atau liat(Hardjowigeno, 2003).

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1    Alat
    1. Cawan kadar air
    2. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr
    3. Oven
    4. Desikator
5. Air Raksa

 3.1.2 Bahan
    1. Sampel tanah

3.2 Prosedur Percobaan


a. Timbang cawan dan catat nomor cawan
b. ambil satu contoh tanah undisturbed sample yang sudah dipotong daadu pada percobaan
volumetri, lalu letakkan contoh tanah ke dalam cawan kemudian timbang cawan serta tanah. Catat
hasilnya
c. cawan serta tanah tersebut dioven selama 24 jam
d. setelah dioven timbang cawan serta tanah yang sudah mengering. Catat hasilnya

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.        Data Hasil Pengujian

Tabel Data Hasil Uji Pemeriksaan Kadar Air (Wc)

Nomor cawan 1 2 3
Berat cawan H Gram 34,54 43,5 46,29
Berat cawan + Tanah basah I Gram 49,71 54,15 59,75
Berat cawan + Tanah kering J Gram 42,23 48,93 53,09
Berat air K Gram 7,48 5,22 6,66
Berat tanah kering L Gram 7,69 5,43 6,8
Kadar air (%) M Gram 97,27 96,13 97,94

keterangan : H=A
I =B
J = ditimbang
K = I-J
L = J-H
M = (K/L)x 100

4.2.    Pembahasan

Pada percobaan untuk menentukan kadar air kali ini masing-masing dilakukan pengukuran dengan
menggunakan 3 cawan yang berbeda. Cawan yang akan digunakan dibersihkan dan diberi nomor,
kemudian ditimbang beratnya (H). Saat ditimbang masing-masing berat cawan (H) ke-1, ke-2, dan
ketiga yaitu 39,54 gram, 43,5 gram, dan 46,29 gram. Lalu di ambil sebagian sampel tanah yang akan
dicari kadar airnya, dimasukkan ke dalam masing-masing cawan dan ditimbang berat basahnya (I)
dan diperoleh berat basahnya masing-masing sebesar 49,71 gram, 54,15 gram, dan 59,75 gram.
Setelah itu ketiga cawan yang berisi contoh tanahdimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
suhu 110◦C. Setelah itu, sampel tanah yang sudah dikeringkan dengan oven ditimbang lagi sebagai
berat kering (W3) dan diperoleh berat keringnya masing-masing ..... gram, .... gram, dan .... gram.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut didapat kadar air (M) dengan menggunakan rumus :

M = (K/L)x 100

Dan diperoleh nilai kadar air yaitu cawan 1 (M1) sebesar 97,27 %, cawan 2 (M2) sebesar 96,13 %,
dan cawan 3 (M3) sebesar 97,27 %.
Berdasarkan nilai kadar air diatas di dapat perbandingan bahwa nilai kadar air dengan contoh tanah
yang sama tetapi pada cawan yang berbeda nilai kadar airnya tidak jauh berbeda.Kadar air rata-rata
dari kedua sampel tersebut yaitu 97,17 %.
Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan penentuan kadar air kali ini yaitu sebagai
berikut :
    Kesalahan dalam penimbangan dimana timbangan tidak dikalibrasi dengan baik sehingga hasil
yang diperoleh kurang akurat.
    Cawan yang digunakan belum bersih, atau masih ada air atau tanah     yangtertinggal di dalamnya,
sehingga beratnya bertambah.

    BAB V
    PENUTUP

5.1.    Kesimpulan
    Dari percobaan ini dapat diketahui langkah-langkah untuk melakukan pengujian kadar air.
Sehingga praktikan benar-benar memahami cara mendapatkan nilai kadar air, bukan hanya melalui
teori dalam kelas tetapi juga melalui praktikum secara langsung. Sehingga praktikan dapat
mengaplikasikannya baik di dalam kegiatan laboratorium maupun di lapangan

Anda mungkin juga menyukai