Teknik dalam Memperbaiki Restorasi Pasak dan Inti pada Gigi Tiruan
Jembatan yang Telah Ada
(An Original Approach to Retrofitting A Post and Core Restoration to An Existing Bridge)
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
ii
2.4.1. Definisi gigi tiruan jembatan ......................................... 10
LAMPIRAN ..................................................................................................... 35
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Skema perawatan endodontik direstorasi dengan pasak dan inti
serta mahkota .............................................................................. 8
Gambar 2.3. (a) Dimensi fasolingual akar lebih lebar daripada mesiodistal.
(b) Akar dengan potongan melintang bulat ............................... 16
Gambar 3.4. Ahiran preparasi dua gigi (13 dan 16) dipertahankan setelah
preparasi dinding koronal ......................................................... 24
Gambar 3.5. Celah yang terlihat antara gingiva dan pontik .......................... 25
Gambar 3.7. Pasak plastik dibasis kembali dengan resin Duralay ................. 26
iv
Gambar 3.10. Pasien diminta untuk menutup mlutnya pada posisi interkuspasi
maksimum ................................................................................. 27
Gambar 3.11. 2 Model pasak dan inti yang dicor setelah penghalusan ........... 28
Gambar 3.12. Gigi tiruan jembatan yang lama dengan dua model pasak dan
inti Duralay ............................................................................... 28
Gambar 3.13. 2 Model pasak dan inti yang dicor logam ................................. 28
Gambar 3.14. Resin komposit light cure diisi pada permukaan dalam gigi 15 28
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Restorasi gigi tiruan jembatan merupakan restorasi yang sering digunakan oleh
praktisi untuk perawatan pada pasien. Disamping keunggulan dari bahan dan teknologi
yang digunakan untuk membuat restorasi ini, kegagalan pada restorasi gigi tiruan
jembatan tetap saja terjadi. Beberapa penyebab kegagalan diantaranya karena abutment
dari gigi tiruan jembatan dapat terjadi kerusakan oleh karena karies atau fraktur. Guna
mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perencanaan restorasi dengan
menggunakan intipasak untuk menambah retensi dan resistensi gigi yang akan
dibuatkan mahkota sehingga dapat mendukung bangunan restorasi sekaligus
melindungi struktur jaringan keras gigi yang masih tersisa dari beban fungsional.1,2,3
1
Restorasi pasak dan inti memiliki rata-rata tingkat keberhasilan hingga 90% dalam
10 tahun. Bangunan restorasi yang menjadi pilihan untuk digunakan adalah mahkota
penuh porselin fusi metal, karena mempunyai kekuatan yang besar, estetis dan
mempunyai kerapatan penutupan tepi yang lebih baik dibandingkan dengan mahkota
porselin. Sifat estetik yang sangat baik dari bahan porselen membuat porcelain fused
to metal menggantikan mahkota kombinasi logam emas akrilik pada penggunaan
beberapa tahun terakhir ini. Dengan kombinasi logam sebagai copingnya yang
memberi kekuatan lebih baik dari pada mahkota full porcelain.3,7,8
Berdasarkan uraian tersebut maka sangat penting agar setiap dokter gigi untuk
mengetahui kaitan antara restorasi pasak dan inti dengan gigi tiruan jembatan. Hal ini
membuat penulis merasa tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah tentang teknik
dalam memperbaiki restorasi pasak dan inti pada gigi tiruan jembatan yang telah ada.
1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan dalam Karya Tulis
Ilmiah ini adalah bagaimanakah teknik untuk memperbaiki dan menambahkan
restorasi pasak dan inti ke gigi tiruan jembatan yang telah ada?
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui teknik
untuk memperbaiki dan menambahkan restorasi pasak dan inti ke gigi tiruan jembatan
yang telah ada.
Adapun manfaat umum penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan pembaca mengenai Kedokteran Gigi di bidang prostodontik.
2
Adapun manfaat khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi mengenai teknik untuk
memperbaiki dan menambahkan restorasi pasak dan inti ke gigi tiruan jembatan
yang telah ada.
2. Dapat dijadikan bahan baca untuk penulisan laporan kasus dalam bidang
prostodontik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
f. Diameter pasak sebaiknya tidak lebih dari 1/3 diameter akar,
dengan ketebalan minimum 1 mm.
2.1.3 Klasifikasi pasak
Jenis pasak yang digunakan dalam kedokteran gigi, baik pasak buatan
pabrik (pre-fabricated post) atau pasak yang dibuat sendiri/ custom made
oleh dokter gigi (pasak individual/ cast post). Klasifikasi pasak dan inti:10
A. Klasifikasi pasak cor
I. Menurut tipe alloy
- Gold alloy
- Chrome-Cobalt alloy
- Nickel-Chromium alloy
II. Berdasarkan jumlah pasak
- Pasak tunggal
- Pasak jamak
1. Duah buah pasak cor
2. Gabungan antara pasak cord dan prefabrikasi pasak
B. Klasifikasi pasak prefabrikasi
I. Berdasarkan kelancipan
1. Pararel
2. Tapered
3. Pararel tapered
II. Berdasarkan karakter permukaan
1. Smooth (Halus)
2. Serrated (Bergerigi)
3. Self-threading
III. Berdasarkan kerapatannya
1. Aktif
2. Pasif
IV. Berdasarkan Bahannya
1. Metalik
i. Titanium
6
ii. Stainless steel
iii.Brass
2.Non-Metalik
i. Non-estetik
a. Pasak karbon fiber
b. Glass fiber
c. Quartz
d. Ceramik
V. Berdasarkan transmisi cahaya
1. Light transmitting
2. Non-Light transmitting
VI. Berdasarkan Vent
1. With vent
2. Without vent
VII. Berdasarkan Monoblok
1. Formasi Monoblok
2. Formasi No-Monoblok
7
Gambar 2.1. Skema perawatan endodontik direstorasi dengan pasak dan
inti serta mahkota, Co, core; Cr, crown; F, perpanjangan bagian mahkota
dentin dari margin mahkota untuk menyediakan ferrule; G, gutta-percha
yang tesisa
(Sumber: Juloski J. Ferulle effect: A Literature Review. J Endod. 2012.38(1):11)
8
-Isolator menyerap
termis, cairan mulut
elektris dan -Tidak
benturan menimbulkan
-Mudah reaksi alergi
direparasi
kalau
terjadi
kerusakan
Kerugian -Mudah -Pembuatan -Estetis kurang
aus, sulit -Konduktor
berubah -Mudah pecah termis/elektris
warna dan -Sukar dibuka
bau dan direparasi
-Dapat
menimbulk
an reaksi
alergi
Macam -Heat -Swaged
curing (lempeng
(flasking metal
dan dibentuk dan
thermoresi dipatri)suda
n) h tidak dipakai
-Cold/self- -Cast (cor)
curing
untuk MTS
(Sumber: Soeprapto A. Buku pedoman dan tatalaksana praktik kedokteran gigi. Editor:
Wijaya YE. Yogyakarta: STPI Bina Insan Mulia; 2017. hal. 205.)
9
2.4. Gigi tiruan jembatan
10
tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya
dengan gigi yang hilang.
5. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigi
tiruan jembatan dan bersatu menjadi suatu kesatuan.
6. Adhesive bridge/ resin—bonded fixed partial denture/ maryland bridge
Merupakan tipe GTJ yang sangat konservatif karena preparasinya
sangat minimal. Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas
email. GTJ tipe initerdiri dari satu atau beberapa pontik yang didukung
retainer tipis yang direkatkan dengan semen dengan system etching
bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal.
1. Retainer
Retainer adalah mahkota atau restorasi yang disementasikan pada
abutment. Major retainer adalah retainer yang menutupi seluruh
oklusal gigi contohnya full veneer crown, partial veneer crown. Minor
retainer adalah retainer berupa perluasan logam kecil yang
disementasikan pada gigi contohnya inlay, onlay.
Adapun tipe dari retainer yaitu:
a. Berdasarkan penutupan gigi
i. Full veneer crown
Retainer menutupi lima permukaan gigi abutment. Dibuat
seperti topi dan diindikasikan untuk gigi dengan kerusakan
yang luas. Retainer ini sangat retentive dan ideal karena
desainnya tahan terhadap tekanan kunyah dari segala arah
ii. Partial veneer crown
Retainer ini lebih disukai dibanding full veneer crown
karena membutuhkan preparasi gigi yang lebih sedikit. Tapi,
kurang retentive dibanding full veneer crown.
iii. Conservative retainer
11
Retainer ini membutuhkan preparasi yang minimal.
Indikasi utama retainer ini yakni pemakaian untuk gigi
anterior.
b. Berdasarkan bahan yang digunakan
i. All metal retainers
Dapat berupa partial atau full veneer crown. Retainer ini
membutuhkan preparasi gigi minimal.
ii. Metal ceramic retainers
Membutuhkan preparasi gigi yang lebih banyak.
iii. All ceramic retainers
Membutuhkan preparasi gigi yang maksimal.
iv. All acrylic retainer
Untuk gigi tiruan jembatan dalam jangka waktu yang
lama.
2. Pontik
Pontik merupakan bagian gigi tiruan jembatan yang menggantikan
fungsi dan menempati daerah yang ditinggalkan gigi asli. Adapun
klasifikasi pontik yakni:16
a. Kontak mukosa
Berdasarkan berkontak tidaknya dengan mukosa, pontik
terbagi atas:
i. Berkontak dengan mukosa
Saddle/ saddle-ridge-lap pontic
Pontik yang berkontak bidang dengan
edentulous ridge. Pontik tipe ini tidak memiliki
akses untuk dental floss sehingga tidak dapat
dibersihkan dan menyebabkan akumulasi plak.
12
residual ridge dan bagian lingual tidak berkontak
dengan ridge, sehingga estetiknya bagus dan mudah
dibersihkan.
Conical pontic
Pontik yang hanya memiliki satu titik kontak
pada titik tengah residual ridge, sehingga mudah
dibersihkan. Diindikasikan untuk mengganti gigi
yang hilang pada ridge yang pipih di daerah
posterior.
Ovate pontic
Pontik yang sangat estetis, dasar pontik
membulat dan masuk ke dalam cekungan
(concavity) residual ridge, sehingga mudah
dibersihkan. residual ridge cekung dapat dibuat
dengan cara penempatan GTJ smentara segera
setelah ekstraksi, dengan memperluas pontik ¼
bagian servikal dan dimasukkan ke residual ridge
atau juga dapat dibentuk dengan tindakan bedah.
Diindikasikan untuk kebutuhan estetika yang
optimal, misalnya pada kehilangan gigi insisif,
kaninus, dan premolar rahang atas.
ii. Tidak berkontak mukosa
Sanitary/ hygienic pontic
Pontik yang mudah dibersihkan karena tidak
berkontak dengan edentulous ridge. Dengan
kondisi tersebut akan memudahkan plaque control,
dengan cara menyisipkan dental floss di bawah
pontik. Pontik tipe ini diindikasikan untuk gigi
posterior rahang bawah atau pasien dengan oral
hygine yang buruk.
Modified sanitary (hygienic) pontic/ perel pontic
13
Merupakan modifikasi dari sanitary pontic.
Permukaan dasar pontik cekung/ melengkung pada
arah mesiodistal dan fasolingual. Konektor yang
menghubungkan pontik ini dengan retainer dapat
dibuat dengan ketebalan maksimal. Sehingga
konektor lebih dapat menahan stress.
b. Bahan yang digunakan
Berdasarkan bahan yang digunakan, pontik terbagi atas:
i. Metal and porcelain veneered pontic
ii. Metal and resin veneered pontic
iii. All metal pontic
iv. All ceramic pontic
3. Konektor
Konektor merupakan bagian gigi tiruan jembatan yang
menghubungkan retainer-retainer, pontik-pontik, dan retainer-
pontik. Konektor diklasifikasikan sebagai:
a. Rigid Connector
Digunakan untuk menghubungkan retainer dan pontik
pada fixed-fixed bridge. Konektor ini digunakan ketika
seluruh tekanan pontik ditransfer langsung ke abutment.
b. Non-Rigid Connector
Konektor ini diindikasikan pada kasus gigi penyangga
nonparalel sehingga arah insersi satu arah sulit dilakukan,
terjadi gerakan terbatas antara retainer dan pontik.
14
c. Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan
periodontal baik.
d. Pasien berumur 17-55 tahun.
e. Keadaan umum dan OH baik (resiko karies rendah)
15
Gambar 2.2. (a). Perbandingan optimal mahkota-akar untuk gigi tiruan
jembatan 2:3. (b) Perbandingan maksimum yang dapat diterima 1:1.
(Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals
of fixed prosthodontics. 4rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 2012.
Hal.151.)
Gambar 2.3. Luas permukaan akar dari kedua gigi tersebut hampir sama,
konfigurasi akar dari premolar rahang atas (a), lebih besar pada dimensi
fasiolingual, membuat insisivus sentralis rahang atas lebih utama sebagai
gigi penyangga (b) Akar dengan potongan melintang bulat.
(Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals
of fixed prosthodontics. 4rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 2012.
Hal.151.)
16
Gambar 2.4. Gigi molar dengan akar divergen (a) merupakan gigi
penyangga yang baik dibandingkan gigi dengan akar fusi (b)
(Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals
of fixed prosthodontics. 4rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 2012.
Hal.152.)
2. Konfigurasi akar
Gigi penyangga yang memiliki akar dengan dimensi fasolingual
lebih lebar daripada mesiodistal lebih baik daripada gigi penyangga
yang berakar bulat. Sedangkan gigi posterior yang memiliki bentuk
akar yang menyebar/ divergen akan mendapatkan dukungan
periodontal lebih baik daripada bentuk akar yang konvergen atau
berfusi.
17
untuk mendukung gigi tiruan cekat sebagian harus sama atau lebih
besar dari luas gigi yang akan diganti.Adapun penilaian lain seperti: 17
1. Penilaian status periodontal
Pemeriksaan jaringan periodontal perlu dilakukan. Pemeriksaan
ini dapat menggunakan indeks CPITN (community periodontal index
of treatment needs) dengan probe periodontal.
2. Resesi
Setiap adanya resesi atau kehilangan perlekatan disekitar gigi
harus dituliskan, bagian yang paling menonjol biasanya dibagian
bukal atau lingual dari gigi.
3. Hubungan panjang sumbu gigi
Hubungan panjang sumbu gigi dari gigi penyangga tidak boleh
lebih dari 25-30 derajat sejajar dengan sumbu gigi. Gigi yang
mengalami inklinasi berat tidak dapat menerima beban sama besar
dengan gigi penyangga yang lain.
7. Gigi molar yang mengalami kemiringan
Kehilangan gigi molar pertama permanen pada rahang bawah
karena karies merupakan hal yang paling sering terjadi. Jika ruangan
ini tidak dirawat maka molar kedua akan miring ke mesial
sehubungan dengan erupsinya molar ketiga. Hal ini menjadi kesulitan
bagi praktisi untuk membuat gigi tiruan cekat yang baik, karena arah
insersi tidak lagi sejajar. Half crown preparation, non - rigid
attachment dan protesa teleskopik disarankan pada kasus ini.
Terdapat penyebab yang menjadi kegagalan pada mahkota dan gigi tiruan
jembatan. Beberapa penyebab ini diklasifikasikan dalam tiga kelompok:2
1. Faktor biologi
a. Karies
b. Perawatan endodontik
c. Perawatan ulang endodontik
18
d. Jaringan periodontal
e. Oklusi
f. Alergi bahan logam
2. Faktor mekanik
a. Kegagalan sementasi
b. Tepi margin yang kurang baik
c. Kegagalan restorasi pasak dan inti dibawah restorasi mahkota/gigi
tiruan jembatan
d. Kerusakan pada attachment
e. Fraktur facing porcelain
3. Faktor estetik
a. Perubahan warna
b. Perubahan Kontur
19
2. Retensi dan Resistensi
Retensi mencegah terjadinya perpindahan restorasi sepanjang arah
insersi atau panjang aksis gigi yang dipreparasi. Elemen terpenting dari
retensi adalah dua permukaan vertikal yang berlawanan dengan
preparasi yang sama. Hal ini meliputi permukaan luar, seperti dinding
bukal dan lingual dari full veneer crown. Sedangkan resistensi
mencegah dislodgement restorasi oleh gaya yang diteruskan ke apikal
dan mencegah adanya pergerakan dari restorasi dibawah tekanan
oklusal. Hal yang memengaruhi retensi, adalah:
a. Taper
Oleh karena restorasi cast metal atau keramik diletakkan pada
tempat yang telah dipreparasi, dinding aksial preparasi harus
sedikit berbentuk taper agar restorasi dapat masuk dengan baik.
Kedua dinding yang berlawanan harus berbentuk konvergen.
Penggunaan bur diamond taper akan menghasilkan inklinasi
sebesar 2 – 3 derajat, jika instrument dipegang pararel dengan
arah insersi dari preparasi. Kedua permukaan yang
berlawanan, dengan iklinasi 3 derajat pada setiap permukaan,
akan menghasilkan preparasi berbentuk taper 6 derajat.
b. Luas permukaan yang melekat dengan restorasi gigi (retainer)
c. Kekerasan permukaan gigi yang dilakukan preparasi; sebagai
permukaan yang beradhesi dengan permukaan gigi tiruan
jembatan
3. Daya Tahan Restorasi
Kemampuan restorasi untuk mencegah kerusakan terhadap
tekanan yang di berikan hal ini terkait dengan ketebalan restorasi.
Pengurangan bagian oklusal untuk mahkota metal-ceramic
membutuhkan pengurangan cusp fungsional 1,5 – 2 mm. Bentuk
permukaan oklusal yang datar menyebabkan terlalu pendeknya
preparasi yang menyebabkan minimnya retensi yang adekuat. Sebagai
tambahan, tidak adekuatnya pengurangan dibawah anatomi groove dari
20
permukaan oklusal maka tidak terdapat pula tempat yang adekuat untuk
morfologi fungsional yang baik. Restorasi akan lebih mudah perforasi
dengan prosedur finishing atau selama pemakaian dalam mulut.
4. Integritas Tepi Restorasi
Margin restorasi sebaiknya diletakan pada bagian supragingiva
karena memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah di selesaikan,
mudah diatur, di adaptasi marginal yang buruk akan berdampak pada
aturan oral yang dapat membuat “Marginal Leakage” ataupun karies
sekunder. Salah satu yang harus diperhatikan dalam perencanannya
adalah bentuk preparasi finishing line pada tepi gingiva sebagai
adaptasi marjinal.
Tabel 2.2. Kelebihan dan kekurangan garis akhiran
Garis akhiran Kelebihan Kekurangan
Chamfer Kerusakan giginya Mengurangi
minimal kekuatan mahkota
Tegangannya minimal (keramik)
Estetik buruk
(keramik)
21
Kekuatan mahkota Tegangan lebih
sangat bagus besar dibanding
Kurang ada tegangan chamfer
jika dibanding bahu
klasik
(Sumber: Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals
of fixed prosthodontics. 4rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 2012.
Hal.151.)
22
BAB III
LAPORAN KASUS
Pada pemeriksaan klinis pada gigi penyangga menunjukkan bahwa kaninus rusak,
terdapat karies supragingiva. Pada gigi tersebut, pasak screw yang ada dilepaskan
menggunakan Classic smooth flat pliers. Gigi 15 tinggal sisa akar dengan dinding yang
lunak dan karies yang sangat dalam. Prognosisnya tidak menguntungkan sehingga
diputuskan untuk diekstraksi. Gigi 16 menunjukkan restorasi yang luas dengan resin
komposit (Gambar 3). Pemeriksaan oklusi menunjukkan interkuspasi maksimum yang
stabil.
Gambar 3.1. Radiografi panoramik Gambar 3.2. Gigi tiruan jembatan yang
dilepas 23
Gambar 3.3. Pemeriksaan klinis gigi
penyangga setelah desementasi gigi tiruan
jembatan yang lama dan ekstraksi gigi 15
(Sumber: Imen D, Jilani S, Zohra N, Belhassen H, Mounir C. An original approach to retrofitting a post
and core restoration to an existing bridge. JOHDS 2018 Jan; 2(2): 2.)
(Sumber: Imen D, Jilani S, Zohra N, Belhassen H, Mounir C. An original approach to retrofitting a post
and core restoration to an existing bridge. JOHDS 2018 Jan; 2(2): 2.)
24
Pada kasus ini, pontik berada di atas gingiva agar mudah dibersihkan
menggunakan sikat gigi interdental. Masalah pada pilihan ini adalah terdapat celah
yang sangat terlihat antara gingiva dan pontik sehingga tidak nyaman untuk dilihat
(Gambar 5). Untungnya, celah ini tidak terlihat ketika tersenyum dan tidak
menyebabkan masalah estetik untuk pasien setelah keadaannya dijelaskan (Gambar 6).
Pasien meminta untuk menggunakan gigi tiruan jembatan lamanya sebagai solusi gigi
tiruan sementara yang cepat.
Gambar 3.5. Celah antara gingiva dan Gambar 3.6. Celah tidak terlihat
pontik ketika tersenyum
(Sumber: Imen D, Jilani S, Zohra N, Belhassen H, Mounir C. An original approach to retrofitting a post
and core restoration to an existing bridge. JOHDS 2018 Jan; 2(2): 3.)
Kunjungan pertama:
Pasien dirujuk ke departemen Penyakit Mulut dan Bedah Mulut untuk diekstraksi
gigi 15. Obat kumur dan analgesik diresepkan untuk menyembuhkan gingiva dan
meredakan rasa nyeri setelah operatif.
25
Sering kali, gigi tiruan cekat yang ada dapat dipakai kembali oleh resin akrlik
dengan atau tanpa menggunakan pasak logam yang mengubah gigi tiruan cekat yang
asli menjadi restorasi semetara yang efektif.
Penyembuhan gingiva pada soket meningkat dengan baik. Setelah memilih ukuran
pasak plastik yang sesuai (Para-Pasak, Whaledent International, New York, N.Y.),
pasak diinsersi ke dalam saluran akar yang telah dipreparasi. Pasak plastik dibasis
kembali dengan melapisi pasak menggunakan bahan akrilik autopolimerisasi (Duralay,
Reliance Dental Mfg Co, Alsip, Ill.) untuk memastikan adapatasi yang lebih baik ke
struktur gigi (pasak pada ruang pasak 13 dan ruang pasak palatal 16) (Gambar 7).
Panjang pasak disesuaikan dengan memotong pasak menggunakan disk sehingga tidak
mengganggu permukaan dalam retainer yang dapat membahayakan dudukan yang
akurat dan oklusi yang tepat (Gambar 8).
(Sumber: Imen D, Jilani S, Zohra N, Belhassen H, Mounir C. An original approach to retrofitting a post
and core restoration to an existing bridge. JOHDS 2018 Jan; 2(2): 3-4.)
Selapis lubrikan diberikan pada setiap permukaan dalam retainer dan struktur gigi
untuk memudahkan pelepasan gigi tiruan jembatan setelah waktu setting resin. Gigi
tiruan jembatan dicobakan pada interkuspasi maksimum (Gambar 9). Bahan resin
26
Duralay kemudian dicampur dan diisi pada permukaan dalam retainer, kemudian
dipasang di atas pasak plastik dan pasien diminta untuk menutup mulutnya pada posisi
interkuspasi maksimum untuk menghindari sur-occlusion hingga bahan resin
terpolimerisasi sempurna dan kemudian dilepas (Gambar 10).
Gambar 3.9. Gigi tiruan jembatan Gambar 3.10. Pasien diminta untuk menutup
dicobakan pada interkuspasi maksimum mlutnya pada posisi interkuspasi maksimum
(Sumber: Imen
D, Jilani S, Zohra N, Belhassen H, Mounir C. An original approach to retrofitting a post and core
restoration to an existing bridge. JOHDS 2018 Jan; 2(2): 4-5.)
Pasak dan inti Duralay yang dibuat dicek sehingga tidak ada kekurangan bahan,
kemudian kontur pasak dan inti tuang sebelumnya dibuat kembali dan bahan inti yang
berlebihan yang tersisa di atas margin dikeluarkan menggunakan probe. Waktu setting
resin Duralay adalah 5 menit, 2 model pasak dan inti diperhalus menggunakan bur intan
pada turbin yang menggunakan irigasi untuk menciptakan ruang tambahan bagi semen
antara gigi penyangga dan retainer, kemudian dikirim ke laboratorium untuk dicor
dengan logam (Gambar 11, 12 dan 13). Dengan jelas, pada tahap ini menambahkan
groove atau box ke pasak dan inti Duralay yang dibuat (penyangga baru) membatasi
path of placement, sehingga retensi meningkat.
27
Gambar 3.11. 2 Model pasak dan inti yang Gambar 3.12. Gigi tiruan jembatan yang lama
dicor setelah penghalusan dengan dua model pasak dan inti Duralay
(Sumber: Imen D, Jilani S, Zohra N, Belhassen H, Mounir C. An original approach to retrofitting a post
and core restoration to an existing bridge. JOHDS 2018 Jan; 2(2): 5.)
Gambar 3.13. 2 Model pasak dan inti yang Gambar 3.14. Resin komposit light cure
dicor logam diisi pada permukaan dalam gigi 15
Kunjungan berikutnya:
Pasak dan inti tuang dicobakan di dalam mulut tanpa gigi tiruan jembatan untuk
memastikan adaptasi yang baik dan sempurna, kemudian gigi tiruan jembatan
dicobakan tanpa adanya over-occlusion. Selanjutnya, pasak dan inti disementasi
dengan glass ionomer cement adesif (Gambar 15). Terakhir, gigi tiruan jembatan
disementasi menggunakan zinc phosphate cement (Gambar 16).
28
Gambar 3.15. Dua pasak dan inti logam Gambar 3.16. Gigi tiruan jembatan
disementasi disementasi
(Sumber:
Imen D, Jilani S, Zohra N, Belhassen H, Mounir C. An original approach to retrofitting a post and core
restoration to an existing bridge. JOHDS 2018 Jan; 2(2): 6-7.)
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Merestorasi gigi pasca perawatan saluran akar merupakan hal yang sangat perlu
dilakukan setelah perawatan endodontik. Restorasi yang baik harus memenuhi
kesehatan meliputi bentuk restorasi, fungsi, fonetik, estetik, stabilitas oklusi dan
perlindungan terhadap jaringan pendukung di sekitar gigi serta keharonisan dalam
seluruh sistem stomagtonatik. Restorasi mahkota pasak merupakan pilihan pada gigi
dengan kerusakan mahkota yang sangat luas atau pada gigi yang telah dirawat saluran
akar. Pada umumnya restorasi mahkota pasak yang dibuat konstruksi dua unit, yaitu
inti yang berpasak dan mahkota yang nantinya disemenkan pada inti tersebut.
Konstruksi dua unit ini memiliki keuntungan jika dibandingkan dengan konstruksi satu
unit. Pada konstruksi dua unit, jika restorasi mahkotanya ingin diganti tidak perlu
melepas pasak dari saluran akar, dan adaptasi pinggiran mahkota terhadap permukaan
akar dan posisi mahkota terhadap gigi-gigi tetangganya serta gigi antagonisnya tidak
bergantung pada keakuratan dari pasak terhadap saluran akar.3,6
Beberapa pilihan bahan restorasi gigi tiruan cekat pasca perawatan saluran akar
salah satunya porcelain fuse to metal (PFM). PFM memiliki resistensi yang lebih baik
terhadap tekanan mastikasi dan memiliki kerapatan tepi yang baik sehingga resstorasi
dapat bertahan lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gigi nonvital pasca
perawatan endodontik yang dijadikan sebagai gigi penyangga memiliki persentase
kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan gigi penyangga vital. Hal ini berhubungan
dengan hilangnya struktur gigi akibat karies, kemudian dilakukan preparasi yang
burujung pada tingginya presentase fraktur pada gigi yang telah dirawat endodontik
dibandingan dengan gigi vital. Sehingga banyaknya struktur dentin yang tesisa menjadi
faktor utama untuk menentukan kekuatan gigi.3,19
29
Pada kasus klinis, penggantian dua premolar menggunakan kaninus dan molar
sebagai gigi penyangga tanpa kehilangan tulang merupakan solusi yang sesuai. Gigi
penyangga tersebut memungkinkan untuk menahan gaya aksial normal atau oblik
selama fungsi. Berdasarkan hukum Ante, yaitu bahwa luas permukaan akar gigi
penyangga harus sama atau lebih besar daripada gigi yang akan digantikan. Dengan
demikian, penggantian dua gigi yang telah hilang dengan menggunakan gigi tiruan
jembatan yang didukung oleh dua gigi penyangga pada kasus sesuai dengan hukum
Ante.1,20
Pada kasus klinis ini, resin Duralay yang digunakan dalam konsistensi tebal seperti
yang direkomendasikan dan penggunaan monomer yang berlebihan dihindari sebanyak
mungkin. Untuk menyisakan ruang tambahan bagi semen antara penyangga dan
retainer, digunakan bur intan rotary untuk mengurangi sedikit permukaan dari dua
pasak dan inti. Karena gigi tiruan jembatan yang lama dapat digunakan, masalah waktu
30
dan biaya tambahan berupa preparasi kembali, pencetakan kembali, dan pembuatan
mahkota yang baru dapat dihindari.1,20
Restorasi optimal pada kasus fraktur gigi posterior dapat dicapai dengan
memperhatikan berbagai persyaratan. Beberapa persyaratan seperti pemilihan jenis
restorasi, jenis pasak, kelayakan jaringan keras gigi tersisa dan jaringan pendukung gigi
wajib untuk dipertimbangkan dalam mendapatkan hasil restorasi yang baik dan
memenuhi syarat retensi maupun resistensi. Restorasi yang memenuhi kaidah dapat
mewujudkan suatu bangunan gigi tiruan jembatan yang mampu memulihkan fungsi
estetika, fungsional, mastikasi, dan perlindungan terhadap jaringan pendukung gigi
sehingga memiliki prognosis yang baik.1fpe
31
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pemilihan perawatan dengan mahkota pasak merupakan indikasi pada gigi dengan
kerusakan yang cukup luas dan memerlukan endodontik, sehingga dikhawatirkan tidak
cukup kuat jika hanya dengan restorasi komposit atau dengan mahkota jaket.
Keberhasilan perawatan tersebut untuk gigi tiruan jembatan yang ada membutuhkan
pemilihan kasus yang selektif, perencanaan desain yang tepat, dan prosedur perawatan
yang benar. Ketahanan gigi tiruan jembatan juga didukung kemampuan dan kemauan
pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya.Teknik retrofitting dapat menjadi pilihan
untuk memperbaiki dan membangun kembali mahkota akibat fraktur gigi penyangga.
Teknik ini dapat mengurangi waktu dan biaya.
5.2. Saran
2. Sharma A, Rahul GR, Poduval ST, Shetty K. Removal of failed crown and bridge. J
Clin Exp Dent. 2012;4(3):e168.
5. Backer HD, Maele GV, Decock V, Berghe LV. Long term survival of complete
crowns, fixed dental prostheses, and cantilever fixed dental prostheses with post and
cores on root canal treated teeth. The Int J of Prosthodontic. 20(3):230
6. Bonifacius S, Rais SW. Restorasi mahkota pasak pada gigi dengan jarak serviko-
oklusal pendek. Dentofasial.2012;11(3):165
7. Mona D, Sukartini E. Restorasi pasak fiber dan porcelain fused to metal pada fraktur
gigi rahang atas pasca perawatan endodontik. Andalas Dental Journal. 71-72
8. Fernandes NA, Vally ZI, Sykes LM. The longetivity of restorations-a literature
review. SADJ. 2015;70(9):413
9. Pratiwi TD, Rizal MF. Restorasi mahkota logam dengan pasak fiber komposit pada
molar permanen muda. Dental Journal. 2014;46(3):163
10. Singh SV, Chandra A, Pandit IK. A new classification of post and core. Ind J Rest
Dent 2015;4(3):56
11. Juloski J. Radovic I, Goracci C, et al. Ferulle effect: A Literature Review. J Endod.
2012;38(1):11-2
12.Mamoun JS. On the ferrule effect and the biomechanical stability of teeth restored
with cores, posts, and crowns. Eur J Dent 2014;8:283.
13. Soeprapto, A. Buku pedoman dan tata laksana praktik kedokteran gigi. 2016. 205-
2013
14. Ferro J, et al. The glossary of prosthodontics terms. J Prosthet Dent. 177(55):e40
15. Smith BG, Howe LC. Planning and making crowns and bridges fourth edition.
London: Informa Health Care;2008. Hal.43-45,197-204
16. Shillingburg Jr HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamentals of
fixed prosthodontics. 4rd Ed. Illinois: Quintessence Publishing Co. Inc.; 2012.
Hal.151,252,241,238
20. Patil PG, Tay K. Modified technique to retrofit the crown on fractured core. J
Interdiscip Dentistry 2016;6:50.