Anda di halaman 1dari 88

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN SELF-EFFICACY

TERHADAP KINERJA AUDITOR


(Survei Penelitian Pada Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Wilayah Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Sidang Skripsi

Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Melisa Amara Putri

174020107

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2021
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana tentang


Kepuasan Kerja dan Self Efficacy pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota
Bandung. Serta mengetahui pengaruh Kepuasan Kerja dan Self Efficacy terhadap
Kinerja Auditor.

Operasionalisasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


variabel bebas yaitu Kepuasan Kerja dan Self Efficacy sedangkan variabel terikat
yaitu Kinerja Auditor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode-metode
deskriptif dan verifikatif. Populasi yang digunakan dari penelitian ini adalah 10
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung. Metode pemilihan sampel
penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Analisis data menggunakan
uji validitas, uji reliabilitas, uji regresi berganda, uji hipotesis, dan koefisien
determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepuasan Kerja berpengaruh positif


terhadap Kinerja Auditor dengan kontribusi 54,4%, hasil penelitian Self Efficacy
terhadap Kinerja Auditor dengan kontribusi 29,2% .

Kata Kunci: Kepuasan Kerja, Self Efficacy, Kinerja Auditor


ABSTRACT

This study aims to provide an overview of the work objectives and Self
Efficacy at the Public Accounting Firm in the Bandung City Region. And knowing
the effect of work and Self Efficacy on Auditor Performance.
The operationalization used in this study is the independent variable,
namely work and Self Efficacy, while the variable is Auditor Performance. The
research method used is descriptive and verification methods. The population used
in this study were 10 Public Accounting Firms in the Bandung City Region. The
sample selection method of this study used a random sampling technique. Data
analysis used validity test, reliability test, multiple regression test, hypothesis test,
and coefficient of determination.
The results show that work has a positive effect on Auditor Performance
with a contribution of 54.4%, the results of Self Efficacy research on Auditor
Performance with a contribution of 29.2%.

Keywords: Work goals, Self Efficacy, Auditor Performance


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi ini, sektor jasa merupakan sektor yang memegang

peranan penting bagi pertumbuhan berbagai negara, termasuk Indonesia. Semakin

maju suatu negara, semakin besar peran sektor jasanya. Saat ini sektor jasa masih

menjadi penyumbang nilai tambah perekonomian dan penyerapan tenaga kerja

terbesar. banyak sekali berbagai jasa yang dapat ditawarkan kepada konsumen

Salah satunya yaitu jasa akuntan publik.

Akuntan publik adalah suatu profesi yang menyediakan jasa kepada

masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat

oleh kliennya. Selain jasa audit, akuntan publik juga dapat memberikan jasa

konsultasi pajak, konsultasi manajemen serta jasa non atestasi lainnya. Profesi

akuntan publik merupakan profesi kepercayaan publik. Dari profesi akuntan publik

ini masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

informasi yang disajikan pihak manajemen perusahaan dalam laporan keuangan.

Kepercayaan yang besar dari para pengguna laporan keuangan ini yang akhirnya

mengharuskan akuntan publik untuk memperhatikan kualitas audit yang dihasilkan

(Alan, 2017).

Profesi akuntan publik merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan

keahlian dalam ilmu audit. Keahlian yang harus dimiliki tidak hanya ilmu

dibidangnya namun juga harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi serta

keterampilan kerja profesional. Akuntan publik memiliki peran penting dan

1
2

tanggungjawab yang besar terhadap perusahaan atau klien yang diauditnya. Tugas

dari akuntan publik yaitu memeriksa dan mengeluarkan opini atas hasil

pemeriksaan laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik

Indonesia (IAPI). Sebagaimana yang terdapat dalam Pernyataan Standar Auditing

(PSA) yang berbunyi “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang

memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor” (Agoes,

2016:32).

Auditor adalah orang yang melakukan audit atas laporan keuangan

berdasarkan standar auditing dan etika profesi akuntan publik. Berdasarkan

perannya auditor diklarifikasikan menjadi auditor pemerintah, auditor internal, dan

auditor independen atau akuntan publik. Auditor independen bekerja pada kantor

akuntan publik yang memiliki tanggungjawab terhadap stakeholders untuk

memberikan opini atas laporan keuangan yang diaudit. Maka sudah seharusnya

seorang auditor mampu memberikan kinerja secara profesional dan juga tentunya

bersifat independen (Agoes, 2016:6)

Seorang auditor yang mempertahankan integritas, akan bertindak jujur dan

tegas dalam mempertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan pribadi.

Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi akuntansi korporat

membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan menurun, sehingga

para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan

eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen. Kinerja KAP yang berkualitas

sangat ditentukan oleh kinerja auditor.


3

Idealnya, seorang auditor hendaknya memperoleh kepuasan kerja dalam

menjalankan profesinya. Kepuasan Kerja tersebut dapat dilihat dari sisi Pekerjaan

itu sendiri, Gaji, Kesempatan promosi, Pengawasan, Rekan Kerja, Kondisi Kerja dan

rasa percaya diri (Self Efficacy) yang digambarkan melalui Tingkat (Level),

Kekuatan (Strength), Generalisasi (Generality). Handayani (2017)

Ada beberapa faktor yang mencerminkan kinerja auditor yang berkualitas,

menurut (Harhinto dalam Muhammad Alifzuda Burhanudin, 2016) adalah sebagai

berikut:

1. Keberanian dalam Melaporkan Semua Kesalahan Klien

Kemampuan untuk melaporkan salah saji material dengan baik bergantung


pada independensi. Dalam melaksanakan jasa prosesinya, auditor dituntut
untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik
kepentingan
2. Pemahaman terhadap sistem informasi klien
Auditor berusaha mendapatkan informasi lebih mendalam untuk memahami
pengendalian yang ditetapkan dalam sistem komputer klien.
3. Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit
Sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu
mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak perikatan audit
dari calon kliennya.
4. Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi
Dalam melakukan pekerjaan lapangan. Auditor harus menjujung tinggi
prinsip auditor, dan menjadikan SPAP sebagai pedoman dalam
melaksanakan pemeriksaan tugas laporan keuangan.
5. Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien
Pernyataan klien merupakan informasi yang belum tentu benar karena
berdasarkan persepsi.
6. Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan
Dalam mengambil suatu keputusan, auditor diharapkan tidak tergesa-gesa,
dan mempertimbangkan informasi-informasi pendukung lainnya.
4

Menurut Agoes (2016:42) kinerja auditor adalah suatu hasil dari

pemeriksaan yang dikerjakan dengan kontrak waktu tertentu oleh auditor. Auditor

independen mesti menyadari bahwa bekerja profesional, sesuai standar audit dan

mematuhi kode etik akuntan publik sangatlah penting. Jika tidak maka akan terjadi

salah menetapkan opini audit yang seharusnya wajar dengan pengecualian

diberikan wajar tanpa pengecualian padahal laporan keuangan mengandung

ketidakwajaran maka terjadi kegagalan audit.

Kinerja auditor yang dihasilkan saat ini menjadi sorotan masyarakat yang

menginginkan pemerintahan yang bersih yang bebas dari unsur korupsi, kolusi dan

nepotisme. Sebagai penunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan

fungsinya dengan baik, sangatlah diperlukan auditor yang baik dan berkualitas.

Mereka harus profesional dalam menjalankan segala pengelolaan diperusahaan atau

organisasi tempat mereka berkerja. Seorang auditor yang profesional dapat dilihat

dari kinerjanya dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dalam menjalankan

profesinya, seorang akuntan publik mempunyai peran yang penting dalam

penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor,

pemegang saham, karyawan, debitur, dan bagi masyarakat serta pihak- pihak lain

yang berkepentingan (Wibowo, 2009 dalam Sanjiiwani dan Wisadha,2016).

Auditor sudah seharusnya memiliki kompetensi dan keahlian dalam

melakukan audit. Auditor yang tidak memiliki kompetensi yang baik akan

menimbulkan berbagai kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan. Untuk

mendapatkan kinerja yang maksimal maka auditor harus memiliki jiwa yang jujur

serta independen dalam memeriksa laporan keuangan (Trisnaningsih (2007)).


5

Independensi berarti tidak adanya interpensi dari pihak manapun terhadap auditor.

Dengan meningkatnya pertumbuhan pasar modal maka audit laporan kuangan

perusahaan yang listing di bursa efek sangat dibutuhkan para stakeholders. Selain

memiliki kompetensi dan sifat independen yang baik auditor juga harus bekerja

secara profesional. Untuk menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik maka

auditor yang melaksanakan tugas audit harus berpedoman pada Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia

(IAPI) (Agoes, 2016:6).

Peran auditor menjadi sorotan banyak pihak hal ini dikarenakan banyaknya

skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik. dari skandal tersebut

berdampak pada kepercayaan terhadap auditor maupun KAP (Dalam Tifany

Melinda Putri)

Kasus PT. Garuda Indonesia (Persero) merupakan fenomena yang terjadi

berkaitan dengan kinerja auditor, Tbk tahun buku 2018 yang menyangkut atas

pelanggaran dari kinerja auditor publik Kasner Sirumapea. PPPK, sebagai lembaga

yang berada di bawah Kemenkeu, menilai Kanser belum sepenuhnya mematuhi

Standar Audit (SA) 315 terkait Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan

Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya. Kasner

juga dinilai tak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan

keuangan sebagai dasar perlakuan, sehingga auditnya tak sesuai dengan SA 500 dan

SA 560. Kesalahan audit itu muncul terkait piutang Rp2,9 triliun atas kerja sama

pemasangan wifi dengan PT. Mahata Aero Teknologi yang dicatat sebagai

pendapatan dalam laporan keuangan Garuda tahun lalu.


6

Fenomena selanjutnya terjadi pada kasus yang dalam penelitian yang

dilakukan (Permatasari, 2013) mengemukakan bahwa tingkat keinginan berpindah

karyawan di salah satu kantor akuntan publik di Semarang cukup tinggi.

Pengamatan yang dilakukannya terhadap jumlah auditor dan tingkat perpindahan

auditor dari tahun 2007 sampai 2010 terdapat tingkat perpindahan auditor yang

cukup tinggi yaitu mencapai 45,83 persen pada tahun 2009. Berdasarkan Tabel 1.1

dapat dilihat adanya peningkatan jumlah auditor yang melakukan perpindahan dari

tahun 2007 ke tahun 2009 sebesar 37,53 persen. Namun tingkat perpindahan auditor

ini mengalami penurunan pada tahun 2010, yaitu sebesar 20,83 persen. Meskipun

demikian, tingkat perpindahan auditor cukup tinggi pada tahun 2010 yang mencapai

25 persen dari keseluruhan jumlah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di

Semarang

Tabel 1. 1
Daftar Tingkat Perpindahan Auditor di Kantor Akuntan Publik Semarang

Jumlah
Jumlah Auditor
TAHUN Auditor pindah Persentase
2007 22 2 8,3%
2008 26 11 42,3%
2009 24 11 45,83%
2010 24 6 25%
Sumber data yang diolah permatasari (2012)

Tarkosurnaryo (2013) juga mengatakan bahwa KAP dianggap sebagai

“sekolah lulusan sarjana akuntansi yang baru lulus dan setelah mereka memperoleh

ijazah (sertifikat pengalaman kerja, mereka cenderung mencari pekerjaan lain dan

melepas hak mereka untuk berpraktik sebagai auditor)”. Lebih lanjut

Tarkosurnaryo menyatakan bahwa 20% karyawan pada kantor akuntan publik


7

melakukan turnover sehingga banyak audit mengeluhkan para auditor yang

memeriksa laporan keuanganya yang sering berbeda orang sehingga tidak ada

keseimbangan assurance yang diberikan. Menurut ketua umum institute Akuntan

Publik Indonesia (IAPI) Tarkosurnaryo (2013), tingginya tingkat turnover

disebabkan oleh tingginya persaingan tenaga kerja, stres kerja, dan fee audit yang

kecil, yang berimbas pada tenaga kerja di KAP (akuntanonline, 2013).

Beberapa faktor yang diindikasikan berpengaruh terhadap keinginan

berpindah auditor. Faktor pertama, kepuasan kerja merupakan sikap emosional

yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral

kerja, kedisplinan dan prestasi kerja. Perasaan puas terhadap pekerjaannya bisa

timbul dari dalam pekerjaan, luar pekerjaan maupun kombinasi dalam dan luar

perusahaan. Karyawan yang sudah merasa puas dengan pekerjaannya cenderung

akan selalu memberikan kinerja yang baik pada pekerjaannya. Menurut (Fathoni,

2006) karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaannya

akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa dari 8 pelaksanaan

tugas-tugasnya. Dalam penelitian (Ritonga dan Zein, 2013) mengatakan bahwa

karyawan dengan kepuasan kerja yang rendah, kurang bahagia, dan tidak

termotivasi dengan pekerjaannya dapat meningkatkan keinginan berpindah kerja.

Hasil penelitian (Sijabat, 2012) mengemukakan bahwa kepuasan kerja yang

dirasakan auditor mempunyai pengaruh yang berarti dalam upaya menurunkan

keinginan untuk pindah. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

individual. Bila seorang karyawan telah merasakan kepuasan kerja, ia akan merasa
8

nyaman dalam bekerja serta tidak berusaha mencari alternatif pekerjaan lainnya

(Oktaviani dan Nurhayati, 2014).

Fenomena selanjutnya adanya keharusan dana kampanye partai politik

peserta Pemilu tahun 2009 diaudit oleh auditor independent. Auditor melaksanakan

audit berdasarkan produser yang telah disepakati dengan Komisi Pemilihan Umum

(KPU) sebagai klien KAP. Waktu dan tugas yang diberikan bagi auditor untuk

mengaudit laporan dana kampanye sangat pendek, yaitu 30 hari, sementara itu

setiap partai memiliki banyak Dewan Pimpinan Cabang (DPC) yang tersebar di

daerah-daerah terpencil sehingga laporan yang harus diaudit sangat banyak. Hal ini

menimbulkan tugas yang banyak dan tekanan terhadap auditor untuk

menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang di sepakati, dengan adanya

tugas tersebut menyebabkan auditor melakukan sampling dan membuat pelaporan

dana kampanye tidak valid (Elvan Dany, DetikNews:2009).

Kepuasan kerja menurut Iskandar dan Indarto (2014) merupakan suatu

keadaan emosional individu, dimana keadaan tersebut menyenangkan atau tidak

menyenangkan menurut sisi dan pandangan karyawan itu sendiri. Rasa senang akan

datang ketika seseorang merasa puas dengan pekerjaan yang dijalaninya, terlepas

dari rasa tertekan, sehingga akan menimbulkan rasa aman dan nyaman untuk selalu

bekerja di lingkungan kerjanya (Tranggono dan Kartika, 2008)

Kepuasan kerja juga harus dimiliki oleh seorang akuntan publik. Kepuasan

kerja yang dimiliki oleh seorang auditor akan memengaruhi sikap dan perilakunya

dalam bekerja dan bedampak pada kualitas audit yang dihasilkannya. Kepuasan

kerja erat kaitannya dengan pemenuhan keinginan seseorang ditempatkerja, baik


9

berupa gaji maupun fasilitas yang memadai. Hal tersebut dapat menjadi

stimulus bagi auditor untuk selalu bekerja dengan baik terlepas dari kondisi

apapun yang tengah dihadapinya. Semakin tinggi tingkat kepuasan auditor

dalam bekerja, maka semakin meningkat pula kualitas auditnya (Luthans,

2015:121).

Self efficacy merupakan suatu kepercayaan yang muncul karena meimiliki

keyakinan diri atas kemampuan yang dimilikinya dalam menjalankan suatu

pekerjaannya, sehingga mampu memperoleh suatu keberhasilan. Keyakinan

berhubungan denngan dorongan atau motivasi yang dimiliki karyawan untuk lebih

percaya diri dan memiliki keyakinan terhadap kemampuan sendiri. Self efficacy

sangat dibutuhkan dalam diri para karyawan, dengan meningkatkan kemampuan

dalam mengerjakan tugas yang diberikan agar perusaan berjalan secara optimal dan

kinerja karyawan akan meningkatkan. Oleh karena hal tersebut, maka self efficacy

sangat diperlukan untuk dapat membuat karyawan mampu bekerja dengan ,baik dan

mempuanyai juga kinerja yang tinggi.

menurut Bandura (Ghufron dan Rini, 2010 dalam Atieka 2016, hlm, 16)

menjelaskan bahwa efikasi diri (sel-efficacy) adalah hasil proses kognitif berupa

keputusan, keyakinan, atau penghargaan tentang sejauh mana individu

memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan

tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Berdasarkan kasus-kasus diatas tersebut, yang harus/paling bertanggung

jawab seolah-olah adalah profesi akuntan. Hal ini disebabkan karena peran

pentingnya akunta dalam sebuah proses bisnis dalam lingkungan masyarakat.


10

Akuntan public bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggung

jawabnya atas kemorosotan perekonomian indonesi (Ludigdi, 2006). Setidaknya

hal ini mampu menjadi alasan mempertahankan kinerja auditor yang indepen agar

kasus-kasus yang diatas tidak terulang kembali.

Berdasarkan penelitian terdahulu faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

Kinerja Auditor:

Berdasarkan penelitian terdahulu faktor-faktor yang diduga mempengaruhi

Kinerja Auditor:

1. Faktor yang pertama adalah Self Efficacy yang diteliti Kadek Ricky Ardie

Suprapta, Putu Ery Setiawan (2017), Triana Yuniati, Cahya Husadha,

Futriwati (2021)

2. Faktor yang kedua adalah Time Budget Pressure yang diteliti Nyoman Gede

Arya Diatmika, Putu Ayu Pande Riani Savitri (2020), Ni Putu Devy

Rismayanti, Putu Nuniek Hutnaleontina (2020)

3. Faktor yang ketiga adalah Perilaku Disfungsional yang diteliti Nyoman

Gede Arya Diatmika, Putu Ayu Pande Riani Savitri (2020)

4. Faktor yang keempat adalah Konflik Peran yang diteliti Ni Putu Devy

Rismayanti, Putu Nuniek Hutnaleontina (2020)

5. Faktor yang kelima adalah Good Government yang diteliti Ni Putu Devy

Rismayanti, Putu Nuniek Hutnaleontina (2020)

6. Faktor yang keenam adalah Profesionalisme yang diteliti Eska Prima

Monique, Suwanti Nasution (2020), Rindi Wulandari, Eka Rima Presetya

(2020), Bela Angela, Gideon Setyo Budiwitjaksono (2021)


11

7. Faktor yang ketujuh adalah Teknoligi Informasi yang diteliti Rindi

Wulandari, Eka Rima Presetya (2020)

8. Faktor yang kedelapan adalah Indepensi Auditor yang diteliti Eska Prima

Monique, Suwanti Nasution (2020), Bela Angela, Gideon Setyo

Budiwitjaksono (2021)

9. Faktor yang kesembilan adalah Etika Profesional yang diteliti Eska Prima

Monique, Suwanti Nasution (2020)

10. Faktor yang kesepuluh adalah Gaya Kepemimpinan yang diteliti Eska Prima

Monique, Suwanti Nasution (2020)

11. Faktor yang kesebelas adalah Komitmen Profesional yang diteliti Triana

Yuniati, Cahya Husadha, Futriwati (2021)

12. Faktor keduabelas adalah Kepuasan Kerna yang diteliti Kadek Ricky Ardie

Suprapta, Putu Ery Setiawan (2017)

13. Faktor yang ketigabelas adalah Beban Kerja yang diteliti Kadek Ricky

Ardie Suprapta, Putu Ery Setiawan (2017)


12

Tabel 1.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor berdasarkan Penelitian
Sebelumnya

Perilaku Disfungsional

Komitmen Profesional
Independensi Auditor
Time budget pressure

Gaya Kepemimpinan
Teknologi Informasi

Good Governance

Etika profesional

Kepuasan Kerja
profesionalisme

Konflik Peran

Self Efficacy

Beban Kerja
Tahun

No Peneliti

1 Kadek Ricky 2017 - - - - - - - - - √ - √ X


Ardie
Suprapta,
Putu Ery
Setiawan
2 Nyoman 2020 - - X X - - - - - - - - -
Gede Arya
Diatmika,
Putu Ayu
Pande Riani
Savitri
3 Ni Putu Devy 2020 - - X - X √ - - - - - - -
Rismayanti,
Putu Nuniek
Hutnaleontin
a
4 Eska Prima 2020 - √ - - - - √ √ X - - - -
Monique,
Suwanti
Nasution
5 Rindi 2020 √ √ - - - - - - - - - - -
Wulandari,
Eka Rima
Presetya
6 Triana 2021 - - - - - - - - - X √ - -
Yuniati,
Cahya
Husadha,
Futriwati
13

7 Bela Angela, 2021 - √ - - - - √ - - - - - -


Gideon Setyo
Budiwitjakso
no

Tabel 1. 2
Penelitian Terdahulu
NO Penelitian Judul Penelitian Perbedaan Hasil
(Tahun) Penelitian
1 Kadek Ricky Pengaruh beban Penelitian yang Kepuasan
Aridie Suprata kerja, kepuasan dilakukan kerja dan sefl
dan Putu Ery kerja, self efficacy hanya efficacy
Setiawan (2017) dan time budget menggunakan berpengaruh
pressure pada dua variabel positif pada
kinerja auditor yaitu kepuasan kinerja auditor
pada KAP Bali kerja, self
efficacy

2 Riska Dian Analisis pengaruh Penelitian ini Kepuasan


Purbowati, M. kepuasan kerja dan hanya Kerja
Taufiq dan komitmen menggunakan berpengaruh
Sutopo (2019) organisasi variabel positif
terhadap turnover kepuasan kerja terhadap
intention dengan kinerja auditor
kinerja auditor
sebagai variabel
mediasi pada KAP
Semarang

3 Ida Bagus Widya Pengaruh Penelitian ini Self efficacy


Kirana dan H. independensi hanya berpengaruh
Bambang auditor, menggunakan positif
Suprasto (2019) pemahaman good variabel self terhadap
governance Iself efficacy kinerja auditor
efficacy terhadap
kinerja auditor
pada KAP Bali
14

Adapun penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Kadek Ricky Ardie Suprapta dan Putu Ery Setiawan (2017) yang

berjudul Penguruh Beban Kerja, Kepuasan Kerja, Self Efficacy dan Time Budget

Pressure pada Kinerja Auditor.

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu dimana penelitian terdahulu

meneliti tentang variable Beban Kerja dan Time Budget Pressure sedangkan penulis

tidak meneliti varibel tersebut, dan perbedaan yang lainnya mengambil sampel 52

responden perbedaan tempat yang diteliti dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

ada di Kota Bandung, waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tahun 2021,

sedangkan penelitian terdahulu pada tahun 2017, perdebaan dimensi/indikator

(Kemampuan, Komitmen professional, Motivasi, Kepuasan) dan perbedaan lain-

lainya

Alasan meneliti variabel Kepuasan Kerja dan Self Efficacy karena masih

jarang yang meneliti varibel tersebut, sedangkan penelitian dengan variabel Beban

Kerja dan Time Budget Pressure sudah banyak dilakukan dan secara umum

hasilnya konsisten.

Berdasarkan penelitian di atas penulis tertarik mengambil judul “Pengaruh

kepuasan kerja dan self efficacy terdahap Kinerja Auditor”


15

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan fenomena yang telah penulis uraikan, maka dapat diidentifikasi

masalah pokok sebagai berikut :

1. Kinerja auditor dinilai masih belum baik antara lain, masih terdapat

kesalahan dalam Kinerja Auditor pada proses pengauditan seperti

kurang teliti dan tidak melakukan proses audit secara lengkap.

2. Terjadinya perpindahan auditor, diduga karena tidak adanya kepuasan

kerja. Hal ini menyebabkan kinerja auditor kurang optimal

3. Auditor dalam melakukan tugas audit dilakukan secara tidak benar

sehingga kinerja auditor kurang optimal dan kurangnya self efficacy.

1.2.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka

penulis merumuskan masalah-masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Kepuasan Kerja Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik (KAP) di Wilayah Kota Bandung

2. Bagaimana Self efficacy Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik (KAP) di Wilayah Kota Bandung

3. Bagaimana Kinerja Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik

(KAP) di Wilayah Kota Bandung


16

4. Seberapa besar pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Auditor

pada Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah

Kota Bandung

5. Seberapa besar pengaruh Self Efficacy terhadap Kinerja Auditor pada

Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Kota

Bandung

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Kepuasan Kerja Auditor terhadap Kinerja Auditor

pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung

2. Untuk mengetahui Self efficacy Auditor terhadap Kinerja Auditor pada

Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung

3. Untuk mengetahui Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di

Kota Bandung

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepuasan Kerja Auditor

terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung.

5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Self Efficacy Auditorterhadap

Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung.


17

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan

memberikan kegunaan sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini disajikan untuk menambahkan ilmu pengetahuan,

wawasan dan pemahaman bagi penulis mengenai Kepuasan Kerja dan

Self Efficacy terdahap Kinerja Auditor.

2. Bagi Intansi atau Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi, sehingga

dapat memberikan masukan bagi manajemen mengenai Kepuasan Kerja

dan Self Efficacy pada Kinerja Auditor.

3. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan dan

juga dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan, acuan, dan referensi

untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama yang berkaitan

dengan Kinerja Auditor.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP)

Penelitian ini bermanfaat sebagai tinjauan literatur yang diharapkan

dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan kinerja para auditornya.


18

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menilai kualitas

pekerjaan audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan objek yang akan

diteliti, maka penulis melakukan penelitian pada Kantor Akuntan Publik di wilayah

kota Bandung. Waktu penelitian yang dilakukan yaitu pada bulan Maret 2021

sampai dengan selesai.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA KERANGKA KEPIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konsep dasar Auditing Umum

2.1.1.1 Definisi Auditing

Pengertian Auditing menurut (Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal

J.Elder, 2017:23) yaitu :

“ Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about


information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done
by a competent, independent person.”

Pernyataan diatas mendefinisikan audit sebagai suatu proses pengumpulan

dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat

atau derajat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan.

Audit harus dilakukan oleh orang yang kompenten serta independen.

Pengertian Auditing menurut Sukrisno Agoes (2018:4) yaitu :

”Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Sedangkan menurut Mulyadi (2016:8) definisi audit secara umum adalah :

"Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara


objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan, ditinjau
dari sudut profesi akuntan publik, audit adalah pemeriksaan secara objektif
atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan
untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara

19
20

wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha
perusahaan atau organisasi tersebut.”

2.1.1.2 Tujuan dan Manfaat Audit

Menurut Abdul Halim (2015:157) tujuan umum audit adalah untuk


menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum.

Sedangkan menurut Arens, Elder, dan Beasley (2015:68) menyatakan

bahwa :

“Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu


pendapat yang diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor ini
menambah tingkat keyakinan pengguna yang bersangkutan terhadap
laporan keuangan”.

Manfaat audit ( Abdul Halim, 2015 :64-65) dibedakan ke dalam 2 (dua)

kategori yakni :

A. Manfaat Ekonomis Audit


1) Meningkatkan kredibilitas perusahaan
2) Meningkatkan efisiensi dan kejujuran
3) Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
4) Mendorong efisiensi pasar modal.
B. Manfaat Audit dari Sisi Pengawasan
1) Preventive Control
Akuntansi akan bekerja lebih berhati-hati dan akurat bila mereka
menyadari akan diaudit.
2) Detective Control
Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi lazimnya akan dapat
diketahui dan dikoreksi melalui proses audit.
3) Reporting Control
21

Setiap kesalahan perhitungan, penyajian atau pengungkapan yang


tidak dikoreksi dalam keuangan akan disebutkan dalam laporan
pemeriksaan.

2.1.1.3 Jenis-Jenis Audit

Menurut Arens, at.al (2017:12-15), jenis-jenis audit di bedakan menjadi 3

jenis, yaitu:

1. Audit Operasional (Operational Audit)


Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian
dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit
operasional, auditor diharapkan untuk memberikan hasil evaluasi apakah
kegiatan suatu entitas atau perusahaan tersebut sudah berjalan secara
efektif, efisien dan ekonomis.
2. Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Audit ketaatan dilakukan untuk menentukan apakah suatu entitas atau
perusahaan yang diaudit mengikuti prosedur, aturan atau ketentuan
tertentu yang telah ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari
audit ketaatan ini ditujukan kepada manajemen perusahaan. Oleh karena
itu, proses audit ini biasanya dilakukan oleh auditor yang bekerja pada
suatu perusahaan tersebut.
3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit atas laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah
seluruh laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria
tertentu. Dalam audit laporan keuangan seorang auditor mengumpulkan
bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan tersebut telah sesuai
dengan kriteria yang berlaku atau sudah wajar. Bukti-bukti tersebut yang
mendasari auditor untuk memberikan opini atas laporan keuangan klien
tersebut.

Menurut Agoes (2017:12), terdapat 2 jenis audit yang ditinjau dari

luasnya pemeriksaan, yaitu:

1. Pemeriksaan Umum (General Audit) suatu pemeriksaan atas laporan


keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
independen yang bertujuan untuk memberikan opini kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
22

Suatu bentuk pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik


(KAP) yang hanya terbatas pada permintaan audit dengan memberikan
opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit.

2.1.1.4 Jenis-Jenis Auditor

Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam


semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (Randal J. Elder, Mark S.
Beasley, dan Alvin A. Arens, 2017:5).

Menurut Arens et al. (2017:35), menyatakan bahwa auditor memiliki

beberapa jenis dalam prakteknya, yaitu:

1. Kantor Akuntan Publik.


Kantor akuntan publik bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan
historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka, kebanyakan
perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta
organisasi non-komersial yang lebih kecil. Oleh karena luasnya
penggunaan laporan keuangan yang telah diaudit dalam perekonomian
Indonesia, serta keakraban para pelaku bisnis dan pemakai lainnya, sudah
lazim digunakan istilah auditor dan kantor akuntan publik dengan
pengertian yang sama, meskipun ada beberapa jenis auditor. Sebutan
kantor akuntan publik mencerminkan bahwa auditor yang menyatakan
pendapat audit atas laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai
akuntan publik. KAP sering disebut auditor eksternal atau auditor
independen untuk membedakannya dengan auditor internal.
2. Auditor Internal Pemerintah.
Auditor internal pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), guna melayani
kebutuhan pemerintah. Porsi utama upaya audit BPKP adalah dikerahkan
untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasional berbagai
program pemerintah. BPKP mempekerjakan lebih dari 4.000 orang
auditor diseluruh Indonesia. Auditor BPKP juga sangat dihargai dalam
profesi audit.
3. Auditor Badan Pemeriksa Keuangan.
Auditor Badan Pemeriksa Keuangan adalah auditor yang bekerja untuk
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang
didirikan berdasarkan konstitusi Indonesia. Dipimpin oleh seorang
kepala. BPK melapor dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada DPR.
Tanggung jawab utama BPK adalah untuk melaksanakan fungsi audit
DPR, dan juga mempunyai banyak tanggung jawab audit seperti KAP.
23

BPK mengaudit sebagian besar informasi keuangan yang dibuat oleh


berbagai macam badan pemerintah baik pusat maupun daerah.
4. Auditor Independen
Auditor Independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama
ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi
keuangan seperti: kreditor, investor, calon kreditor dan instansi
pemerintah (terutama instansi pajak).
5. Auditor Pemerintah
Auditor Pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintahan yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
diajukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor bekerja
instansi pemerintah, namun umunya yang disebut auditor pemerintah
adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan, serta instansi
pajak.
6. Auditor Internal
Auditor Intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (negara
maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan
organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian organisasi”.
Menurut Mulyadi (2014: 28) tipe-tipe auditor, adalah sebagai berikut:
1. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat kliennya. Audit tersebut terutama
ditujukan untuk para pemakai informasi keuangan, seperti: kreditur,
investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah.
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pusat
pertanggung jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
Meskipun terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah,
namun umunya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang
bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), serta instansi pajak.
3. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan Negara maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah
24

menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh


manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efesiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Umumnya
pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur
Utama Perusahaan.

2.1.2 Kepuasan Kerja Auditor

“Kepuasan kerja Auditor merupakan sikap (positif) tenaga kerja auditor


terhadap pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi
kerja. Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaanya
seorang auditor. Penilaian yang dilakukan sebagai rasa menghargai dalam
mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Auditor yang puas
lebih menyukai situasi kerjaanya daripada auditor yang tidak puas, yang
tidak menyukai situasi kerjaanya (Umam,2010:192)”.

“Kepuasan kerja Auditor adalah penilaian dari pekerjaan tentang seberapa


jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhan, dalam hal ini
Auditor dapat menilai seberapa puas atau tidak puas dirinya dengan
pekerjaannya (Kartono 2007: 249)”.

2.1.2.1 Dimensi-dimensi kepuasan kerja Auditor

Luthan (2006) menyatakan bahwa ada enam dimensi dalam kepuasan kerja,

yaitu:

a. Pekerjaan itu sendiri


Sejauh mana tugas kerja dianggap sesuai dan peningkatan kemampuan
b. Gaji atau upah
Yaitu jumlah yang diterima meliputi besar gajinya, kesesuaian antara
cepatnya menerima gaji.
c. Kesempatan promosi
yaitu yang berhubungan dengan masalah kenaikan jabatan, kesempatan
untuk maju dan pengembangan karir
d. Pengawasan
Yaitu termasuk didalamnya hubungan antara karyawan dengan atasan,
pengawasan kerja dan kualitas kerja
25

e. Rekan kerja
Yaitu sejauh mana hubungan sesama karyawan.
f. Kondisi kerja
yaitu yang menyangkut dengan suasana kerja yaitu peralatan kerja,
ventilasi, tataruang dan sebagainya

2.1.2.2 Aspek-aspek Kepuasan Kerja Auditor

Menurut Robbin (1996, dalam Badriyah 2013:229) ada lima aspek didalam

kepuasan kerja adalah sebagai berikut.

1. Kerja yang secara mental menantang


2. Ganjaran yang pantas
3. Kondisi kerja yang mendukung
4. Rekan kerja yang mendukung
5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan

2.1.2.3 Jenis-jenis Kepuasan Kerja Auditor

Menurut Hasibuan (2013), kepuasan kerja dapat dibedakan menjadi tiga

jenis yaitu:

1. Kepuasan kerja di dalam pekerjaan


Kepuasan kerja di dalam pekerjaan merupakan kepuasan kerja yang
dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja,
penempatan, perlakuan, dan suasana lingkungan kerja yang baik.
Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan
akan lebih mengutamakan pekerjaannya dari pada balas jasa walaupun
balas jasa itu penting.
2. Kepuasan kerja di luar pekerjaan
Kepuasan kerja di luar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang
dinikmati diluar pekerjaannya dengan besarnya balas jasa yang akan
diterima dari hasil kerjanya. Balas jasa atau kompensasi digunakan
karyawan tersebut untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya.
Karyawan yang lebih menikmati kepuasan kerja di luar pekerjaan lebih
memperhatikan balas jasa dari pada pelaksanaan tugas-tugasnya.
Karyawan akan merasa puas apabila mendapatkan imbalan yang benar.
3. Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan
Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar merupakan kepuasan kerja
yang mencerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas
jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya. Karyawan yang lebih menikmati
26

kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan ini akan merasa
puas apabila hasil kerja dan balas jasa dirasanya adil dan layak.

2.1.2.4 Korelasi Kepuasan Kerja dengan Kinerja Auditor

Kinerja seseorang juga akan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja.

Peningkatan kepuasan kerja bagi auditor berkaitan dengan pemenuhan harapan

kerja dalam melakukan pemeriksaan. Banyaknya pemeriksaan yang dilakukan

(overload) dan resiko yang dihadapi auditor dalam melakukan audit, menjadikan

seorang sukar untuk dapat mencapai tingkat kepuasan kerja. Seorang auditor yang

mempunyai tingkat kepuasan kerja tinggi akan menunjukan kinerjanya dengan baik

pula (Trijayanti, 2015). Kepuasan kerja memiliki implikasi manajerial yang

signifikan. Auditor yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi, maka akan mampu

tampil lebih baik, sedangkan jika tingkat kepuasan kerja auditor rendah akan

berdampak pada masalah kinerja

2.1.3 Self Efficacy Auditor

“Self efficacy Auditor merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya


sendiri atau tingkat keyakinan auditor mengenai seberapa besar
kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk dapat
mencapai hasil tertentu (Wolkfolk dalam Marini & Hamidah, 2014, hlm.
197)”.

“Self-efficacy Auditor adalah proses kognitif berupa keputusan, keyakinan,


atau penghargaan tentang sejauh mana individu memperkirakan
kemampuan auditor dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Ghufron dan Rini, 2010
dalam Atieka 2016, hlm 16)”
27

2.1.3.1 Komponen Self Efficacy Auditor

Komponen-komponen yang menentukan Self Efficacy yaitu (Suprapta dan

Setiawan, 2017):

1. Keyakinan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang sulit


2. Kemampuan untuk dapat mencapai tujuan yang telat ditekunkan
3. Keyakinan untuk dapag bekerja secara efektif

2.1.3.2 Aspek-aspek Self Efficacy Auditor

Bandura (dalam Ghufron dan Rini Risnawati, 2012) mengemukakan bahwa

self efficacy individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:

1. Tingkat (Level)
Tingkat Self-efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas
berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-
efficacy yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau
juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi
yang tinggi.
2. Kekuatan (Strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan
atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy
menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika
menemui hambatan sekalipun.
3. Generalisasi (Generality)
Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan Individu dapat
menyatakan dirinya memiliki self-efficacy pada aktivitas yang luas.
Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu menguasai
beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas, dapat
mengontrol rasa malas saat mengerjakan tugas yang diberikan.

2.1.3.3 Fungsi Self Efficacy Auditor

Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi fungsi

pada aktifitas individu. Bandura (1994:4-7) menjelaskan tentang pengaruh dan

fungsi tersebut yaitu:


28

a. Fungsi Kognitif
Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada proses
kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang kuat
akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi diri
semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya
sendiri dan yang memperkuat adalah komitmen individu terhadap
tujuan tersebut. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan
mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan
berkomitmen pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua
.individu dengan efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi
bagaimana individu tersebut menyiapkan langkah-langkah
antisipasi bila usahanya yang pertama gagal dilakukan.
b. Fungsi motivasi
Efikasi diri memiliki peran penting dalam pengaturan motivasi diri.
Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif.
Individu memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakan-
tindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang
masa depan sehingga individu tersebutakan membentuk
kepercayaan mengenai apa yang dapat dirinya lakukan. Individu
juga akan mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan yang prospektif,
mencipatakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan bagian
dari tindakan-tindakan untuk merealisasikan masa depan yang
berharga. Efikasi diri mendukung motivasi dalam berbagai cara dan
menetukan tujuan-tujuan yang diciptakan inividu bagi dirinya
sendiri dengan seberapa besar ketahanan individu terhadap
kegagalan. Ketika menghadapi kesulitan dan kegagalan, individu
yang mempunyai keraguan diri terhadap kemampuan dirinya akan
lebih cepat dalam mengurangi usaha-usaha yang dilakukan atau
menyerah. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap
kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar letika
individu tersebut gagal dalam menghadapi tantangan. Kegigihan
yang kuat mendukung untuk mencapai suatu performasi yang
optimal. Efikasi diri akan berpengaruh terhadap aktifitas yang
dipilih, keras atau tidaknya dan tekun atau tidaknya individu dalam
usaha mengatasi masalah yanng sedang dihadapi.
c. Fungsi Efikasi
Efikasi diri akan mempunyai kemampuan coping individu dalam
mengatasi besarnya stres dan depresi yang individu alami pada
situasi yang sulit dan menekan, dan juga akan mempengaruhi tingkat
motivasi individu tersebut. Efikasi diri memegang peranan penting
dalam kecemasan, yaitu untuk mengontrol stres yang terjadi.
29

Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa


efikasi diri mengatur perilaku untuk menghindari suatu kecemasan.
Semakin kuat efikasi diri. Individu semakin berani menghadapi
tindakan yang menekan dan mengancam. Individu yang yakin pada
dirinya sendiri dapat membangkitkan kontrol pada situasi yang
mengancam, tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran yang
mengganggu. Sedangkan bagi individu yang tidak dapat mengatur
situasi yang mengancam akan mengalami kecemasan yang tinggi.
Individu yang memikirkan ketidakmampuan coping dalam dirinya
dan memandang banyak aspek dari lingkungan sekeliling sebagai
situasi ancaman yang penuh bahaya, akhirnya akan membuat
individu membesar-besarkan ancaman yang mungkin terjadi dan
khawatir terhadap hal-hal yang sangat jarang terjadi. Melalui
pikiran-pikiran tersebut, individu menekan dirinya dan meremehkan
kemampuan dirinya sendiri.
d. Fungsi Selektif
Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan
yang akan timbul diambil oleh individu. Individu menghindari
aktivitas dan situasi yang individu percayai telah malampaui batas
kemampuan coping dalam dirinya, namun individu tersebut telah
siap melakukan aktivitas-aktivitas yang menantang dan memilih
situasi yang dinilai mampu untuk diatasi. Perilaku yang individu
buat ini akan memperkuat kemampuan, minat dan jaringan sosial
yang mempengaruhi kehidupan, dan akhirnya akan mempengaruhi
arah perkembangan personal. Hal ini karena pengaruh sosial
berperan dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk
meningkatkan kompetensi. Nilai-nilai dan minta tersebut dalam
waktu yang lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan keyakinan telah memberikan pengaruh awal.

2.1.3.4 Sumber-sumber Self Efficacy Auditor

Perubahan tingkah laku didasari oleh adanya perubahan self efficacy. Oleh

karena itu self efficacy dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan maupun diturunkan

tergantung pada sumbernya. Perubahan tingkah laku akan terjadi apabila sumber

self efficacy berubah. Berikut ini adalah sumber-sumber self efficacy (Maharani, N,

2017). :
30

1. Mastery experience, merupakan suatu keberhasilan atau prestasi yang


pernah dicapai di masa lalu, dapat meningkatkan self efficacy seseorang.
Pengalaman sebelumnya merupakan sumber informasi yang paling
berpengaruh bagi self efficacy.
2. Vicarious Experinences, self efficacy dapat diperoleh melalui metode
belajar sosial yaitu belajar dari pengalaman orang lain. Melihat orang
lain berhasil melalui usaha yang terus menerus meningkatkan keyakinan
seseorang akan kemampuan mereka.
3. Social Persuation, merupakan dukungan dari orang sekitar merupakan
salah satu bentuk dari sumber self efficacy. Seseorang yang didukung
oleh orangorang dekat yang ada disekitarnya akan lebih mudah untuk
yakin dengan kemampuan diri sendiri.
4. Emotional and Phychological State, keadaan emosi yang mengikuti
suatu perilaku atau tindakan akan mempengaruhi self efficacy pada
situasi tertentu.

2.1.4 Kinerja Auditor

Auditor adalah akuntan publik yang memberikan jasa kepada auditan untuk

memeriksa laporan keuangan agar bebas dari salah saji (Mulyadi, 2013:1).

“Auditor adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk


menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan
kriteria yang telah ditetapkan auditing harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen (Arens, Elder dan Brasley (2012:4) dalam
Herman Wibowo)”.

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Auditor

“Kinerja auditor adalah ekspresi potensi kerja auditor berupa perilaku kerja
seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai hasil kerja
yang optimal, yang dapat diukur melalui dimensi faktor objektif, yaitu hasil
kerja dan disiplin kerja serta dimensi faktor subjektif yang meliputi inisiatif,
kerja sama dan loyalitas (Tinangon (2012) “.

“Suatu hasil karya yang dicapai oleh seorang auditor dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, dan kesunguhan waktu yang diukur dengan
mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu (Taufik Akbar
2015)”.
31

2.1.4.2 Kriterian Penilaian Kinerja Auditor

Menurut Iqbal M, Aris Ali, dan Sri Handayani (2020) penilaian kinerja
adalah sebagai berikut:
“Proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan
mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian
mengomunikasikan informasi tersebut”.
Sedangkan menurut Hanif (2013) dalam Novi (2018), suatu pencapaian
kinerja auditor yang baik harus sesuai dengan standar yang berlaku dan kurun waktu
tertentu. Hal tersebut dapat diukur melamui yaitu:
1. Kualitas kerja
Kualitas menyelesaikan pekerjaan dengan seluruh kemampuan dan
keterampilan serta pengetahuan yang dimiliki auditor
2. Kuantitas kerja
Suatu hasil kerja yang dapat diselesaikan dengan target yang menjadi
tanggung jawab pada pekerjaan auditor tersebut serta kemampuan untuk
memanfaatkan sarana dan prasarana yang menunjang pekerjaan.
3. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu adalah ketepatan waktu untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut

2.1.4.3 Kinerja Auditor yang berkualitas

Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara. 2000:67)

Kualitas proses audit dimulai dari tahap perencanaan penugasan, tahap

pelaksanaan lapangan dan sampai pada tahap administrasi akhir. Indkator kualitas

audit menurut (Harhinto dalam Muhammad Alifzuda Burhanudin, 2016) adalah

sebagai berikut:

1. Keberanian dalam Melaporkan Semua Kesalahan Klien


Kemampuan untuk melaporkan salah saji material dengan baik
bergantung pada independensi. Dalam melaksanakan jasa
prosesinya, auditor dituntut untuk tidak memihak, jujur secara
32

intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan. Jika auditor menjadi


korban tekanan pribadi, emosional, atau finansial, maka
independensi auditor telah dikompromikan dan kemingkinan besar
kualitas audit akan buruk.
2. Pemahaman terhadap sistem informasi klien
Auditor berusaha mendapatkan informasi lebih mendalam untuk
memahami pengendalian yang ditetapkan dalam sistem komputer
klien. Auditor harus dapat memperkirakan bahwa hasil audit pada
akhirnya harus dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai apakah
struktur pengendalian intern yang ditetapkan dapat dipercaya atau
tidak. Kuat atau tidaknya pengendalian tersebut akan menjadi dasar
bagi auditor dalam menentukan langkah selanjutnya.
3. Komitmen yang kuat dalam menyelesaikan audit
Sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu
mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak
perikatan audit dari calon kliennya. Jika auditor memutuskan untuk
menerima perikatan audit dari calon kliennya, ia akan melaksanakan
audit dalam beberapa tahap.
4. Berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip akuntansi
Dalam melakukan pekerjaan lapangan. Auditor harus menjujung
tinggi prinsip auditor, dan menjadikan SPAP sebagai pedoman
dalam melaksanakan pemeriksaan tugas laporan keuangan.
5. Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien
Pernyataan klien merupakan informasi yang belum tentu benar
karena berdasarkan persepsi. Oleh karena itu auditor sebaiknya tidak
begitu saja percaya terhadap pernyataan kliennya dan lebih mencari
informasi lain yang relevan.
6. Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan
Dalam mengambil suatu keputusan, auditor diharapkan tidak
tergesa-gesa, dan mempertimbangkan informasi-informasi
pendukung lainnya. Kehati-hatian profesional mengharusnyan
auditor untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama setiap
kegiatan profesinal yang menjadi tanggung jawabnya.
33

2.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
NO Penelitian Judul Penelitian Perbedaan Hasil
(Tahun) Penelitian
1 Kadek Ricky Pengaruh beban Penelitian yang Kepuasan
Aridie Suprata kerja, kepuasan dilakukan kerja dan sefl
dan Putu Ery kerja, self efficacy hanya efficacy
Setiawan (2017) dan time budget menggunakan berpengaruh
pressure pada dua variabel positif pada
kinerja auditor yaitu kepuasan kinerja auditor
pada KAP Bali kerja, self
efficacy

2 Riska Dian Analisis pengaruh Penelitian ini Kepuasan


Purbowati, M. kepuasan kerja dan hanya Kerja
Taufiq dan komitmen menggunakan berpengaruh
Sutopo (2019) organisasi variabel positif
terhadap turnover kepuasan kerja terhadap
intention dengan kinerja auditor
kinerja auditor
sebagai variabel
mediasi pada KAP
Semarang

3 Ida Bagus Widya Pengaruh Penelitian ini Self efficacy


Kirana dan H. independensi hanya berpengaruh
Bambang auditor, menggunakan positif
Suprasto (2019) pemahaman good variabel self terhadap
governance Iself efficacy kinerja auditor
efficacy terhadap
kinerja auditor
pada KAP Bali
34

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Kepuasan kerja terhadap Kinerja Auditor

“Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang

sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dengan

banyaknya ganjaran yang diyakini seharusnya diterima (Robbins, 2015: 170)”

Kinerja seseorang juga akan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja.


Peningkatan kepuasan kerja bagi auditor berkaitan dengan pemenuhan
harapan kerja dalam melakukan pemeriksaan. Banyaknya pemeriksaan
yang dilakukan (overload) dan risiko yang dihadapi auditor dalam
melakukan audit, menjadikan seorang auditor sukar untuk dapat mencapai
tingkat kepuasan kerja. Seorang auditor yang mempunyai tingkat kepuasan
kerja tinggi akan menunjukkan kinerjanya dengan baik pula (Trijayanti,
2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulton (2010), kepuasan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini menunjukkan

bahwa Auditor merasakan kepuasan dalam bekerja maka pekerjaan yang dihasilkan

akan berjalan sesuai harapan kerja terpenuhi dan kinerja auditor baik, dengan

demikian akan memberikan manfaat dalam kinerjanya.

Auditor merasakan kepuasan dalam


bekerja

Harapan kerja terpenuhi

Kinerja auditor baik

Gambar 2. 1
Skema Pengaruh Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja Auditor
35

2.2.2 Pengaruh Self Efficacy terhadap Kinerja Auditor

Faktor lainnya yang memengaruhi kinerja auditor adalah self-efficacy yang

dimiliki oleh seorang auditor. Self-efficacy dinyatakan sebagai kepercayaan

seseorang bahwa dia dapat menjalankan sebuah tugas pada sebuah tingkat tertentu,

adalah salah satu dari faktor yang memengaruhi aktivitas pribadi terhadap

pencapaian tugas. Penelitian yang dilakukan oleh Arsanti (2009) menyatakan bahwa

self efficacy berpengaruh terhadap kinerja auditor. Shue (2013) berargumen bahwa

self efficacy mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja manajemen

maupun kinerja auditor. Lilia (2014)dalam penelitiannya menyatakan bahwa self

efficacy berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian Kristiyanti (2015)

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara self efficacy

dan kinerja auditor pada KAP di Surakarta dan Yogyakarta. Auditor jika memiliki

Rasa percaya diri (Self efficacy) baik akan pencapaian tugas baik sehingga dapat

melaksanakan kinerja auditor yang baik.

Rasa percaya diri Self efficacy baik

Pencapaian tugas baik

Kinerja auditor baik

Gambar 2. 2

Skema Pengaruh Self Efficacy

terhadap Kinerja Auditor


36

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah.

Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui

data yang terkumpul (Sugiyono 2017)

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis yang merupakan

simpulan sementara dari penelitian ini yaitu:

H1 : Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Kinerja Auditor.

H2 : Self efficacy berpengaruh terhadap Kinerja Auditor.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau teknik yang dapat membantu

peneliti tentang urutan bagaimana penelitian dilakukan. Sugiyono (2015:5)

mendefinisikan metode penelitian sebagai berikut:

“Metode Penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan


data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan
dibuktikan suatu pengetahuan tentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.”
Menurut Sugiyono (2017: 2) yang dimaksud dengan metode penelitian

adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk


mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Dengan demikian penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan

mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat

dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang menunjang

penyusunan laporan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian deskriptif

dan verifikatif, dimana dalam penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan dan

juga menginterpretasikan pengaruh antar variabel variabel yang akan ditelaah

hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur,

factual, dan akurat mengenai fakta-fakta hubungan antar variabel yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2015:147) pengertian metode deskriptif adalah sebagai

berikut:

37
38

“Metode deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data


dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.”
Sedangkan metode verifikatif menurut Sugiyono (2017:55) adalah sebagai

berikut:

“Penelitian verifikatif pada dasarnya untuk menguji teori dengan pengujian


hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan perhitungan
statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel X1 dan X2
terhadap Y. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis
apakah diterima atau ditolak”.

3.2 Objek penelitian

Objek penelitian merupakan objek yang akan diteliti dan dianalisis.

Menurut Sugiyono (2017:4-5) objek penelitian adalah sebagai berikut:

“sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan


tertentu tentang suatu objektif, valid dan reliabel tentang suatu hal
(variabel tertentu)”.
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Pengaruh

Kepusan Kerja dan Self Efficacy terhadap Kinerja Auditor.

Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian penulis

bermaksud untuk mendapatkan informasi dimulai dari operasionalisasi variabel,

penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan diakhiri

dengan merancang analisis data dan pengujian hipotesis.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif.

menurut Sugiyono (2018:15) metode kuantitatif adalah:

“Metode yang berdasar filsafat positivisme bertujuan menggambarkan dan


menguji hipotesis yang dibuat peneliti”.
Kemudian yang dimaksud dengan survey menurut Sugiyono (2017:6)

adalah sebagai berikut:


39

“Metode survey merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan


data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi penelitian
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan
mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya”

3.3 Instrumen Penelitian

Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.

Menurut Sugiyono (2017:102) instrumen penelitian adalah:

“Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


fenomena alam maupun social yang diamati.”

Instrumen penelitian dengan metode kuesioner hendaknya disusun

berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dalam tabel operasionalisasi

variabel sehingga masing-masing pertanyaan yang akan diajukan kepada setiap

responden lebih jelas serta dapat terstruktur. Adapun data yang telah dijabarkan

dalam tabel operasionalisasi variabel yang bersifat kualitatif akan diubah menjadi

bentuk kuantitatif dengan pendekatan analisis statistik. Secara umum teknik dalam

pemberian skor yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah teknik Skala

Likert.

Sugiyono (2017:93) mendefinisikan Skala Likert sebagai berikut:

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi


seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik

oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala

likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-

item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.


40

3.4 Instrumen Penelitian

Unit Penelitian ini adalah Auditor Eksternal yang ada di Kantor Akuntan

Publik Wilayah Kota Bandung terdiri dari Kantor Akuntan Publik yang telah

terdaftar di OJK Kota Bandung.

3.5 Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian harus didefinisikan secara jelas, sehingga tidak

menimbulkan pngertian ganda. Definisi varibel juga memberikan Batasan sejauh

mana penelitian yang akan dilakukan. Operasionalisasi variabel diperlukan untuk

mengubah masalah yang diteliti kedalam bentuk variabel diperlukan untuk

menguba masalah yang diteliti kedalam bentuk varibel, kemudian menentukan jenis

dan indikator dari variabel-variabel yang terkait .

3.5.1 Definisi Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan dengan

jelas sebelum mulai pengumpulan data.

Pengertian variabel penelitian menurut Sugiyono (2015) adalah:


“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.
Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta

skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Berdasarkan judul

penelitian yang dilakukan penutlis yaitu ‘Pengaruh Kepuasan Kerja dan Self
41

Efficacy terhadap Kinerja Auditor” terdiri dari variabel bebas (Variabel

Independen) dan variabel terikat (Variabel Independen).

3.2.1.1 Variabel Independen (X)

Variabel bebas menurut Menurut Sugiyono (2016) adalah:

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Kepuasan Kerja

(X1) dan Self Efficacy (X2) adapun penjelasan mengenai kedua variabel tersebut

adalah:

a. Kepuasan Kerja (X1)

Menurut Robbins (2015: 170) Kepuasan Kerja adalah:

“Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang

sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dengan

banyaknya ganjaran yang diyakini seharusnya diterima.”

b. Self Efficacy (X2)

Menurut Bandura (2000) dalam Gunawan dan Susanto (2013):

“Self efficacy adalah rasa kepercayaan seseorang bahwa ia dapat


menunjukkan perilaku yang dituntut dalam suatu situasi yang spesifik. Self
efficacy lebih mengarah pada penilaian individu akan kemampuannya.
Pentingnya self efficacyakan berpengaruh pada usaha yang diperlukan dan
pada akhirnya terlihat dari performance kerja.”

3.2.1.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen menurut Sugiyono (2015:59) adalah:


42

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas.”

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel terikat (dependent variabel)

yaitu Kinerja Auditor (Y).

Definisi Kinerja Auditor menurut (Tinangon (2012) dalam Maturidi

(2016)):

“Kinerja auditor adalah ekspresi potensi kerja auditor berupa perilaku kerja
seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai hasil kerja
yang optimal, yang dapat diukur melalui dimensi faktor objektif, yaitu hasil
kerja dan disiplin kerja serta dimensi faktor subjektif yang meliputi inisiatif,
kerja sama dan loyalitas”

3.5.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasinalisasi variabel diperlukan untuk menentukan konsep, dimensi,

indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terikat dengan penelitian, sehingga

pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai

dengan judul penelitian mengenai Pengaruh Kepusan Kerja dan Self Efficacy

terhadap Kinerja Auditor, maka terdapat tiga variabel penelitian, yaitu:

1. Kepusan Kerja (X1)

2. Self Efficacy (X2)

3. Kinerja Auditor (Y)

Dalam pengujian, masing-masing variabel independen dan variabel dependen

diuraikan ke dalam indikator-indikator variabel yang bersangkutan, seperti yang

dijelaskan pada tabel berikut ini:


43

Tabel 3. 1
Operasionalisasi Variabel
VariabeIndependen (X1): Kepuasan Kerja

KONSEP DIMENSI INDIKATOR SKAL NOMOR


VARIABEL A ITEM

Kepuasan kerja Dimensi-


adalah suatu dimensi
sikap umum kepuasan
terhadap kerja auditor: Ordinal 1
pekerjaan
seseorang
sebagai
perbedaan 1. Pekerjaan -Pekerjaan yang
antara itu sendiri sesuai
banyaknya kemampuan
ganjaran yang -Pekerjaan yang Ordinal 2
diterima pekerja secara mental
dengan menantang
banyaknya
ganjaran yang
diyakini
seharusnya 2. Gaji -Besanya gaji Ordinal 3
diterima Ketepatan Ordinal 4
pembayaran gaji
Sumber: 3. Kesempatan -Kesempatan Ordinal 5
Robbins, 2015: promosi untuk maju
170
-Cara pemilihan Ordinal 6
promosi

-Kepedulian Ordinal 7
terhadap kondisi
kerja

4. Pengawasan -Kesediaan atasan Ordinal 8


membantu
karyawannya

-Pengawasan Ordinal 9
yang diberikan
pemimpin
44

KONSEP DIMENSI INDIKATOR SKAL NOMOR


VARIABEL A ITEM

-Metode Ordinal 10
pengawasan yang
digunakan
pemimpin

5. Rekan -Kepuasan Ordinal 11


Kerja hubungan dengan
rekan kerja

-Kesediaan Ordinal 12
bekerjasama
dengan rekan
kerja
-Pemberian solusi Ordinal 13
dari rekan kerja
dalam mengatasi
perbedaan
pendapat dalam
tugas

-Kesediaan rekan Ordinal 14


kerja dalam
membantu tugas
sesama
6. Kondisi -Kepuasan atas Ordinal 15
Kerja lingkungan fisik
ditempat kerja

Luthan (2006)
45

Tabel 3. 2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Independen (X2): Self Efficacy

KONSEP DIMENSI INDIKATOR SKALA NOMOR


VARIABEL ITEM
Self efficacy Aspek-aspek
adalah rasa Self Efficacy:
kepercayaan
seseorang 1. Tingkat -Berani Ordinal 1
bahwa ia dapat (Level) menghadapi
menunjukkan tugas yang sulit
perilaku yang -Meyakini untuk Ordinal 2
dituntut dalam berhasil
suatu situasi menyelesaikan
yang spesifik. tugas
Self efficacy
lebih mengarah
pada penilaian -Dapat Ordinal 3
individu akan menyelesaikan
kemampuannya. tugas yang sulit
Pentingnya self
efficacyakan 2. Kekuatan -Mempunyai Ordinal 4
berpengaruh (Strength) keyakinan
pada usaha yang untuk
diperlukan dan menyelesaikan
pada akhirnya masalah
terlihat dari dalam segala
performance kondisi
kerja
-Bisa Ordinal 5
Sumber: beradaptasi
Gunawan dan dalam segala
Susanto (2013)) situasi

3.Generalisasi -Mempunyai Ordinal 6


(Generality) kekuatan untuk
menyelesaikan
tugas hingga
selesai

-Dapat Ordinal 7
menghadapi
setiap persoalan
dengan ulet
46

-Dapat menekan Ordinal 8


rasa malas
Bandura dalam bekerja
(dalam
Ghufron dan
Rini
Risnawati,
2012)
47

Tabel 3. 3
Operasionalisasi Variabel
Variabel Independen (Y) : Kinerja Auditor
KONSEP DIMENSI INDIKATOR SKALA NOMOR
VARIABEL ITEM
Kinerja auditor Kriteria
adalah ekspresi penilaian
potensi kerja kinerja
auditor berupa auditor:
perilaku kerja
seorang auditor
1. Kualiatas a. Kemampan Ordinal 1
dalam
melaksanakan kerja menyelesaikan
tugasnya untuk pekerjaan
mencapai hasil b. Pengetahuan Ordinal 2
kerja yang yang dimiliki
optimal, yang auditor
dapat diukur
melalui dimensi 2. Kuantitas a. Hasil pekerjaan Odinal 3
faktor objektif, kerja yang dapat
yaitu hasil kerja diselesaikan
dan disiplin kerja sesuai target
serta dimensi
faktor subjektif b. Kemampuan Ordinal 4
yang meliputi
untuk
inisiatif, kerja
sama dan loyalitas
memanfaatkan
sarana dan
Sumber: prasarana yang
(Tinangon (2012) menunjang
dalam Maturidi pekerjaan
(2016))
3. Ketepatan a. Kemampuan Ordinal 5
menyelesaikan
pekerjaan
dengan tepat
waktu

b. kemampuan Ordinal 6
menyelesaikan
pekerjaan audit
keseluruhan
Iqbal M, Aris dengan tepat
Ali, dan Sri waktu
Handayani
(2020)
48

3.5.3 Model Penelitian

Model penelitian merupakan abstraksi dari kenyataan-kenyataan yang

sedang diteliti. Dalam penelitian ini sesuai dengan judul yang diambil maka model

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Kepuasan Kerja
(X1)

Kinerja Auditor
(Y)

Self Efficacy
(X2)

Gambar 3. 1 Model Penelitian

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi Penelitian

Berdasarkan judul penelitian, maka penulis menentukan populasi sasaran.

Menurut Sugiyono (2015:80) definisi populasi adalah sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”


49

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor

Akuntan Publik di wilayah Kota Bandung yang terdaftar di OJK. Jumlah populasi

dari setiap KAP dapat dilihat dalam table 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3. 4
Populasi Penelitian

No Nama Kantor Akuntan Publik Jumlah Auditor

1 KAP Jahja Gunawan 8 Auditor

2 KAP Prof. Dr.H. Tb. Hasanudding, Msc & 19 Auditor


Rekan

3 KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & 14 Auditor


Ali (Cabang)

4 KAP Roebiandini & Rekan 28 Auditor

5 KAP Dra. Yati Ruhiyati 19 Auditor

6 KAP Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 16 Auditor

7 KAP Djoemarma, wahyudin & Rekan 12 Auditor

8 KAP Jojo Sunarjo & Rekan 14 Auditor

9 KAP Sabar & Rekan 15 Auditor

10 KAP AF Rachman & Sotjipto Ws 10 Auditor

Jumlah Populasi 155 Auditor


(Sumber: https://www.ojk.go.id/id/data-dan-statistik/ojk/Pages/Data-AP-
danKAPTerdaftar-di-OJK-.aspx)

Berdasarkan jumlah auditor sebanyak 155 responden dan jumlah Kantor Akuntan

Publik yang dijadikan objek penelitian sebanyak 10 Kantor Akuntan Publik.


50

3.6.2 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2017:81) mengemukakan Teknik sampling adalah

sebagai berikut:

“Teknik sampling merupakan Teknik pengambilan sampel. Untuk


menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai Teknik samplimg yang digunakan.”

Dalam penelitian ini, Teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah

Teknik Probability Sampling dengan menggunakan metode Simple Random

Sampling. Metode simple random sampling dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dan anggota populasi relatif homogen.

Menurut sugiyono (2017:82) Probability Sampling didefinisikan sebagai

berikut:

“ProbabilitySampling adalah teknik pengambilan sampel yang


memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur(anggota)populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel.”

Menurut sugiyono (2017:82) simple random Sampling dapat didefinisikan

sebagai berikut:

“simple random sampling adalah pengambilan anggotasampeldari


populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu.”

3.6.3 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:81) definisi sampel sebagai berikut:


“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk
menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan penelitian
suatu objek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan
statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus
51

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar


dapat berfungsi atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya, dengan istilah lain harus representatif (mewakili)”.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari populasi pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Wilayah Kota Bandung, dengan jumlah

sampel yang dianggap sudah mewakili dari populasi yang ada. Untuk menghitung

sampel. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus slovin, berikut

rumus slovin :

𝑵
𝒏=
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐

Keterangan :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran Populasi

e : Persen kelonggaran ketidaktelitian kesalahan pengambilan sampel yang

dapat ditolelir (e dalam penelitian ini ditentukan sebesar 5%).

𝑁
maka: n = 1+𝑁𝑒 2

60
n = 1+60 ( 0,052)

n = 52

Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung sampel dari populasi jumlah orang

dengan tarif kesalahan 5% maka sampel 52 responden.


52

Tabel 3. 5
Distribusi Sampel

No Nama KAP Jumlah Auditor Perhitungan Persebaran


bekerja > 2 th sampel
1 KAP Jahja Gunawan 3 Auditor 4/74 ×62 3

2 KAP Prof. Dr.H. Tb. 7 Auditor 10/74 ×62 8


Hasanudding, Msc &
Rekan
3 KAP Doli, 5 Auditor 8/74× 62 7
Bambang,
Sulistiyanto, Dadang
& Ali (Cabang)
4 KAP Roebiandini & 8 Auditor 8/74× 62 7
Rekan
5 KAP Dra. Yati 8 Auditor 6/74× 62 5
Ruhiyati
6 KAP Koesbandijah, 6 Auditor 8/74×62 7
Beddy Samsi &
Setiasih
7 KAP Djoemarma, 6 Auditor 10/74× 62 8
wahyudin & Rekan

8 KAP Jojo Sunarjo & 5 Auditor 7/74x62 6


Rekan

9 KAP Sabar & Rekan 6 Auditor 7/74x62 6

10 KAP AF Rachman & 6 Auditor 6/74x62 5


Sotjipto Ws
Jumlah Auditor 60 Auditor 52 Auditor

3.7 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Sumber Data

Sebagian besar tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data yang

relevan, dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penyusunan

skripsi ini penulis memperoleh data dari sumber primer.


53

Menurut Sugiyono (2017:193), mendefinisikan bahwa sumber primer,

yaitu:

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data.”

Data primer tersebut bersumber dari hasil pengumpulan data berupa

kuesioner kepada responden di 10 Kantor Akuntan Publik Wilayah Kota Bandung

yang telah ditetapkan oleh peneliti sebagai objek penelitian.

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

memperoleh data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian.(Sugiyono,

2017:137). Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini

adalah penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field

Research).

1 Penelitian Lapangan (Field Research)

Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan


pengamatan langsung pada objek yang diteliti untuk memperoleh data
primer. Adapun cara yang dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut
:

a. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan


dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan
metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa
yang diharapkan dari responden.
54

2 Studi Internet

Sehubung dengan adanya keterbatasan sumber referensi dari

perpustakaan yang ada, maka penulis juga melakukan browsing guna

mendapatkan tambahan referensi pada situs-situs terkait yang dibutuhkan.

3.8 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu kegiatan penelitian berupa proses

penyusunan dan pengolahan data guna menafsirkan data yang telah diperoleh.

Menurut Sugiyono (2017 : 244) menyatakan bahwa :

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.”
Setelah data tersebut dikumpulkan, kemudian data tersebut di analisis

dengan menggunakan teknik pengolahan data. Analisis data yang digunakan oleh

penulis dalam penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum

dalam identifikasi masalah. Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang tercantum dalam

identifikasi masalah yaitu analisis deskriptif dan analisis verifikatif. Metode analisis

data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan program

Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 20.0 for Windows.


55

3.8.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.8.1.1 Uji Validitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan

mengukur apa yang perlu diukur. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan

mempunyai tingkat kesalahan kecil, sehingga data yang terkumpul merupakan data

yang memadai.

Menurut Sugiyono (2016 :172) menyatakan bahwa:

“Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.”

Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur

yang telah dirancang dalam bentuk kuesioner itu benar-benar dapat menjalankan

fungsinya. Semua item pertanyaan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk

menentukan valid atau tidaknya suatu item. Jika ada item yang tidak memenuhi

syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Menurut Sugiyono

(2015:178), syarat minimum suatu item dianggap valid adalah:

a. Jika nilai r ≥ 0,30 maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid.

b. Jika nilai r ≤ 0,30 maka item-item pertanyaan dari kuesioner dianggap tidak

valid.

Untuk menghitung korelasi pada uji validitas menggunakan korelasi

Pearson Product Moment menurut Sugiyono (2015:248) yang dirumuskan

sebagai berikut:
56

𝑛 ∑ 𝑥𝑦−(∑𝑥)(∑𝑦)
rxy =
√[𝑛 ∑ 𝑥 2 −(∑𝑥)2 ][𝑛 ∑ 𝑦 2 −(∑𝑦)2 ]

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasipearson

∑xy = Jumlah perkalian variabel X danY

∑x = Jumlah nilai variabelX

∑y = Jumlah nilai variabelY

∑x2 = Jumlah pangkat dua nilai variabelX

∑y2 = Jumlah pangkat dua nilai variabel Y

n = Banyaknya sampel

3.8.1.1 Uji Reliabilitas

Uji reliablitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran

tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama dengan alat pengukur yang sama. Sugiyono (2015:121) reliabilitas

menyatakan bahwa:

“Instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang

sama, akan menghasilkan data yang sama.”

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan merode Cronbach Alpha

yang penulis kutip dari Ety Rochaety (2009:54) dengan rumus sebagai berikut:

𝑁 𝑆 2 (1−∑𝑆𝑖 2
𝑅=𝑎=𝑅= ( )
𝑁−1 𝑆2

Keterangan:
57

α = Koefisien Reliabilitas AlphaCronbach

S2 = Varians skor keseluruhan

Si2 = Varians masing-masingitem

3.8.2 Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval

Data yang dihasilkan kuesioner penelitian memiliki skala pengukuran

ordinal. Untuk memenuhi persyaratan data dan untuk keperluan analisis regresi

yang mengharuskan skala pengukuran data minimal skala interval, maka data yang

berskala ordinal tersebut harus ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam skala

interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Langkah-

langkahnya sebagai berikut:

1. Memperhatikan frekuensi setiap responden yaitu banyaknya responden

yang memberikan respon untuk masing-masing kategori yang ada.

2. Menentukan nilai populasi setiap responden yaitu dengan membagi setiap

bilangan pada frekuensi, dengan banyaknya responden keseluruhan.

3. Jumlah proporsi secara keseluruhan (setiap responden), sehingga

diperoleh proporsi kumulatif.

4. Tentukan nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif.

5. Menghitung Scale Value (SV) untuk masing-masing responden dengan

rumus:

(𝑫𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒚 𝒂𝒕 𝑳𝒐𝒘𝒆𝒓 𝑳𝒊𝒎𝒊𝒕) − (𝑫𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒚 𝒂𝒕 𝑼𝒑𝒑𝒆𝒓 𝑳𝒊𝒎𝒊𝒕)


𝑺𝑽 =
(𝑨𝒓𝒆𝒂 𝑩𝒆𝒍𝒐𝒘 𝑼𝒑𝒑𝒆𝒓 𝑳𝒊𝒎𝒊𝒕) − (𝑨𝒓𝒆𝒂 𝑩𝒆𝒍𝒐𝒘 𝑳𝒐𝒘𝒆𝒓 𝑳𝒊𝒎𝒊𝒕)
58

Keterangan :

Density at Lower Limit = Kepadatan Atas Bawah

Density at Upper Limit = Kepadatan Batas Bawah

Area Below Upper Limit = Daerah Batas Atas Bawah

Area Below Lower Limit = Daerah Bawah Batas Bawah

6. Mengubah Scale Value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (=1) dan

mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala

terkecil sehingga diperoleh Transformed Scaled (TSV), yaitu :

Transformasi Scale Value = SV + (1 + SVmin)

3.8.3 Analisis Deskriptif

Pengertian deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2017: 147) sebagai

berikut:

“Analisis deskriptif adalah analisis yang mengemukakan tentang data dari


responden, yang diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner.
Kemudian data yang diperoleh dari jawaban responden tersebut dihitung
presentasinya.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara sampling , di mana yang

sedang diselidiki adalah sampel yang merupakan sebuah himpunan dari

pengukuran yang dipilih dari populasi yang menjadi perhatian dalam

penelitian.
59

2. Setelah metode pengumpulan data ditentukan, kemudian ditentukan alat

untuk memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diselidiki. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan atau kuesioner

untuk menentukan nilai dari kuesioner tersebut, penulis menggunakan skala

likert.

3. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,

sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

skala likert. Setelah adanya analisis data antara data di lapangan kemudian

diadakan perhitungan hasil kuesioner agar hasil analisis dapat teruji dan

dapat diandalkan. Setiap masing-masing item dari kuesioner memiliki nilai

yang berbeda yaitu :

Tabel 3. 6
Skor Skala Likert

No. Pemilihan Jawaban Skor


1 Selalu 5
2 Sering 4
3 Kadang-kadang 3
4 Jarang 2
5 Tidak Pernah 1

4. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan. Apabila data terkumpul,

kemudian dilakukan pengolahan data, disajikan dan dianalisis. Dalam


60

penelitian ini penulis menggunakan uji statistic untuk variabel X dan

variabel Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan rata-rata (mean) dari

masing-masing variabel. Nilai rata-rata (mean) didapat dengan

menjumlahkan data keseluruhan setiap variabel, kemudian dibagi dengan

jumlah responden.

5. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan. Apabila data terkumpul,

kemudian dilakukan pengolahan data, disajikan dan dianalisis. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan uji statistic untuk variabel X dan variabel

Y, maka analisis yang digunakan berdasarkan didapat dengan

menjumlahkan data keseluruhan setiap variabel, kemudian dibagi dengan

jumlah responden rata-rata (mean) dari masing-masing variabel. Nilai rata-

rata (mean).

6. Rumus rata-rata (mean) adalah sebagai berikut:

Untuk Variabel X Untuk Variabel Y

∑ 𝒙𝒊 ∑ 𝒚𝒊
𝑴𝒆 = 𝑴𝒆 =
𝒏 𝒏

Keterangan :

Me = Mean (rata-rata) xi = Nilai variabel x ke-i sampai ke-n

∑ = Epsilon ( baca jumlah) yi = Nilai variabel x ke-i sampai ke-n

n = Jumlah responden
61

Setelah rata-rata dari masing-masing variabel di dapat, kemudian

dibandingkan dengan kriteria yang peneliti tentukan berdasarkan nilai terendah dan

nilai tertinggi dari hasil kuesioner. Nilai terendah dan nilai tertinggi tersebut peneliti

ambil banyaknya pernyataan dalam kuesioner dikalikan dengan skor terendah (1)

dan skor tertinggi (5) dengan menggunakan skala likert. Teknik skala likert,

dipergunakan untuk mengukur jawaban.

a. Kepuasan Kerja

Untuk variabel (X1) Kepuasan Kerja terdiri dari 15 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

- Nilai tertinggi (15x5) = 75

- Nilai terendah (15x1) = 15

Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

𝟕𝟓−𝟏𝟓
( )= 12
𝟓

Maka kriteria untuk nilai variabel Kepuasan Kerja (X1) adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. 7
Kriteria Kepuasan Kerja (X1)

Nilai Kriteria

15-27 Rendah

27-39 Kurang rendah

39-51 Cukup rendah


62

51-63 Tinggi

63-75 Sangat Tinggi


1. Kriteria Dimensi pekerjaan itu sendiri

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 2 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 2 = 2
Nilai tertinggi = 5 x 2 = 10
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

𝟏𝟎−𝟐
Interval = ( )= 1,6
𝟓

Maka kriteria untuk nilai dimensi pekerjaan itu sendiri adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. 8
Kriteria pekerjaan itu sendiri

Nilai Kriteria

2-3,6 Rendah
3,6- 5,2
Kurang rendah
5,2-6,8
Cukup rendah
6,8-8,4
Tinggi
8,4-10
Sangat Tinggi
63

1. Kriteria Dimensi Gaji

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 2 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 2 = 2
Nilai tertinggi = 5 x 2 = 10
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

𝟏𝟎−𝟐
Interval = ( )= 1.6
𝟓

Maka kriteria untuk nilai dimensi gaji adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 9
Kriteria gaji

Nilai Kriteria
2-3,6
Rendah
3,6- 5,2
Kurang rendah
5,2-6,8
Cukup rendah
6,8-8,4
Tinggi
8,4-10
Sangat Tinggi

2. Kriteria Dimensi Kesempatan promosi

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 3 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 3 = 3
64

Nilai tertinggi = 5 x 3 = 15
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

𝟏𝟓−𝟑
Interval = ( )= 2,4
𝟓

Maka kriteria untuk nilai dimensi kesempatan promosi adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. 10
kesempatan promosi

Nilai Kriteria
3-5,4
Rendah
5,4-7,8
Kurang rendah
7,8-10,2
Cukup rendah
10,2-12,6 Tinggi

12,6-15
Sangat Tinggi

3. Kriteria Dimensi Pengawasan

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 3 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 3 = 3
Nilai tertinggi = 5 x 3 = 15
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:
65

𝟏𝟓−𝟑
Interval = ( )= 2,4
𝟓

Maka kriteria untuk nilai dimensi pengawasan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 11
pengawasan

Nilai Kriteria
3-5,4
Rendah
5,4-7,8
Kurang rendah
7,8-10,2
Cukup rendah
10,2-12,6
Tinggi
12,6-15
Sangat Tinggi

4. Kriteria Dimensi Rekan Kerja

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 4 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 4 = 4
Nilai tertinggi = 5 x 4 = 20
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

𝟐𝟎−𝟒
Interval = ( )= 3,2
𝟓

Maka kriteria untuk nilai dimensi rekan kerja adalah sebagai berikut:
66

Tabel 3. 12
rekan kerja

Nilai Kriteria
4-7,2 Rendah

7,2-10,4 Kurang rendah

10,4-13,6 Cukup rendah

13,6-16,8 Tinggi

16,6-20 Sangat Tinggi

5. Kriteria Dimensi Kondisi Kerja

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 1 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 1 = 1
Nilai tertinggi = 5 x 1 = 5
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

𝟓−𝟏
Interval = ( )= 0,8
𝟓

Maka kriteria untuk nilai dimensi kondisi kerja adalah sebagai berikut:
67

Tabel 3. 13
kondisi kerja

Nilai Kriteria
1-1,8 Rendah

1,8-2,6 Kurang rendah

2,6-3,4 Cukup rendah

3,4-4.2 Tinggi

4,2-5 Sangat Tinggi

b. Self Efficacy

Untuk variabel (X2) Self Efficacy terdiri dari 8 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

- Nilai tertinggi (8x5) = 40

- Nilai terendah (8x1) = 8

Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

𝟒𝟎−𝟖
( )= 6,4
𝟓

Maka kriteria untuk nilai variabel Self Efficacy (X2) adalah sebagai

berikut:
68

Tabel 3. 14
Kriteria Self Efficacy (X2)

Nilai Kriteria

8-14,4 Tidak baik

14,4-20,8 Kurang baik

20,8-27,7 cukup baik

27,7-33,6 Baik

33,6-40 Sangat baik

1. Kriteria Dimensi Tingkat (Level)

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 3 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 3 = 3
Nilai tertinggi = 5 x 3 = 15
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

Interval = ( )= 2,4

Maka kriteria untuk nilai dimensi Tingkat (Level) adalah sebagai berikut:
69

Tabel 3. 15
Tingkat (Level)

Nilai Kriteria
3-5,4 Tidak baik

5,4-7,8 Kurang baik

7,8-10,2 cukup baik

10,2-12,6 Baik

12,6-15 Sangat baik

2. Kriteria Dimensi Kekuatan (Strength)

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 2 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 2 = 2
Nilai tertinggi = 5 x 2 = 10
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

Interval = ( )= 1.6

Maka kriteria untuk nilai dimensi Kekuatan (Strengh) adalah sebagai

berikut:
70

Tabel 3. 16
Kekuatan (Strengh)

Nilai Kriteria
2-3,6 Tidak baik

3,6- 5,2 Kurang baik

5,2-6,8 cukup baik

6,8-8,4 Baik

8,4-10 Sangat baik

3. Kriteria Dimensi Generalisasi (Generality)

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 3 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 3 = 3
Nilai tertinggi = 5 x 3 = 15
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

Interval = ( )= 2,4

Maka kriteria untuk nilai dimensi Generelasi (Generality )adalah sebagai

berikut:
71

Tabel 3. 17
Generelasi (Generality )

Nilai Kriteria
3-5,4 Tidak baik

5,4-7,8 Kurang baik

7,8-10,2 cukup baik

10,2-12,6 Baik

12,6-15 Sangat baik

c. Kinerja Auditor

Untuk variabel (Y) Kinerja Auditor terdiri dari 6 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

- Nilai tertinggi (6x5) = 30

- Nilai terendah (6x1) = 6

Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

𝟑𝟎 −𝟖
( )= 4,4
𝟓

Maka kriteria untuk nilai variabel Kinerja Auditor (Y1) adalah sebagai

berikut:
72

Tabel 3. 18
Kriteria Kinerja Auditor (Y)

Nilai Kriteria

6-10,4 Tidak baik

10,4-14,8 Kurang baik

14,8-19,2 Cukup baik

19,2-23,6 Baik

23,6-28 Sangat Baik

1. Kriteria Dimensi Kualiatas kerja

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 2 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 2 = 2
Nilai tertinggi = 5 x 2 = 10
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

Interval = ( )= 1.6

Maka kriteria untuk nilai dimensi Kualitas Kerja adalah sebagai berikut:
73

Tabel 3. 19
Kualitas Kerja

Nilai Kriteria
2-3,6 Tidak baik

3,6- 5,2 Kurang baik

5,2-6,8 cukup baik

6,8-8,4 Baik

8,4-10 Sangat baik

2. Kriteria Dimensi Kuantitas kerja

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 2 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 2 = 2
Nilai tertinggi = 5 x 2 = 10
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

Interval = ( )= 1.6

Maka kriteria untuk nilai dimensi Kuantitas Kerja adalah sebagai berikut:
74

Tabel 3. 20
Kuantitas Kerja

Nilai Kriteria
2-3,6 Tidak baik

3,6- 5,2 Kurang baik

5,2-6,8 cukup baik

6,8-8,4 Baik

8,4-10 Sangat baik

3. Kriteria Dimensi Ketepatan

Untuk dimensi pekerjaan itu sendiri terdiri dari 2 pertanyaan. Nilai tertinggi

dikalikan dengan 5 dan nilai terendah dikalikan dengan 1, sehingga:

Nilai terendah = 1 x 2 = 2
Nilai tertinggi = 5 x 2 = 10
Dengan perhitungan kelas interval sebagai berikut:

Interval = ( )= 1.6

Maka kriteria untuk nilai dimensi Ketepatan adalah sebagai berikut:


75

Tabel 3. 21
Ketepatan

Nilai Kriteria
2-3,6 Tidak baik

3,6- 5,2 Kurang baik

5,2-6,8 cukup baik

6,8-8,4 Baik

8,4-10 Sangat baik

3.8.4 Analisis Verifikatif

Analisis verifikatif adalah analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis

dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji

seberapa besar pengaruh variable-variabel yang diteliti. Verifikatif berarti menguji

teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.8.5 Uji Hipotesis

pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dari ketiga

variabel yang dalam hal ini adalah korelasi Kepuasan Kerja, dan Self Efficacy

Terhadap Kinerja Auditor dengan menggunakan perhitungan statistik

Rancangan pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui korelasi dari

dua variabel yang dalam hal ini adalah kompetensi, motivasi, dan komitmen

organisasi terhadap kinerja auditor internal dengan menggunakan perhitungan


76

statistik. Berdasarkan rumusan masalah, maka diajukan hipotesis sebagai

jawaban sementara yang akan diuji dan dibuktikan kebenarannya. Rumusan

hipotesis adalah sebagai berikut:

H01: (β1 = 0): Kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap Kinerja Auditor.

Ha1: (β1 = 0): Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Kinerja Auditor.

H02: (β1 = 0): Self-efficacy tidak berpengaruh terhadap Kinerja Auditor.

Ha2: (β1 = 0): Self-efficacy berpengaruh terhadap Kinerja Auditor.

3.8.5.1 Penentuan Taraf Signifikan

Sebelum pengujian dilakukan maka terlebih dahulu harus ditentukan taraf

signifikansinya. Hal ini dilakukan untuk membuat suatu rencana pengujian agar

diketahui batas-batas untuk menentukan pilihan antara hipotesis nol (H0) dan

hipotesis alternatif (Ha). Taraf signifikan yang dipilih dan ditetapkan dalam

penelitian ini adalah 5% (α = 0,05) dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Angka

ini dipilih karena dapat mewakili hubungan variabel yang diteliti dan merupakan

suatu taraf signifikansi yang sering digunakan dalam penelitian di bidang ilmu

sosial.

3.8.5.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik T)

Uji t berarti melakukan pengujian terhadap koefisien secara parsial.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peranan variabel

independen terhadap variabel dependen diuji dengan uji-t satu, taraf kepercayaan

95%, kriteria pengambilan keputusan untuk melakukan penerimaan atau penolakan


77

setiap hipotesis adalah dengan cara melihat signifikansi harga thitung setiap

variabel independen atau membandingkan nilai thitung dengan nilai yang ada pada

ttabel , maka Ha diterima dan sebaiknya thitung tidak signifikan dan berada

dibawah ttabel, maka Ha ditolak. Uji t atau parsial ini untuk melihat hubungan :

1. Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Auditor

2. Self-efficacy terhadap Kinerja Auditor

Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji statistik t adalah sebagai berikut :

1. Menentukan model keputusan dengan menggunakan statistik uji t, dengan

melihat asumsi sebagai berikut:

a. Interval keyakinan α = 0,05

b. Derajat kebebasan = n-k-1

c. Kaidah keputusan: Tolak H0 (terima Ha), jika t hitung> t tabel

Terima H0 (tolak Ha), jika t hitung< t tabel

Apabila H0 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu pengaruh

atau tidak berpengaruh, sedangkan apabila H0 ditolak maka pengaruh variabel

independen terhadap dependen adalah signifikan.

2. Menentukan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan menggunakan statistik uji t, dengan rumus sebagai

berikut :

𝒓 √𝒏 − 𝟐
𝒕 =
√𝟏 − 𝒓𝟐

Keterangan :

r = koefisien korelasi
78

t = nilai koefisien korelasi dengan derajat bebas (dk) = n-k-l

n = jumlah sampel

3. Membandingkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

Gambar 3. 1
Uji T (Sumber : Sugiyono, 2016 :185)
Distribusi t ini ditentukan oleh derajat kesalahan dk = n-2. Kriteria yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Ho ditolak jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau - 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < -𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau sig ,< α

b. Ho diterima jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau - 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > -𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau sig ,> α

Apabila Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruhnya tidak

signifikan, sedangkan apabila Ho ditolak maka pengaruh variabel independen

terhadap dependen adalah signifikan. Agar lebih memudahkan peneliti dalam

melakukan pengolahan data, akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu

aplikasi Software IBM SPSS Statisticsts 20 agar pengukuran data yang

dihasilkan lebih akurat.


79

3.8.5.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kedua variabel, peneliti

menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Uji regresi linier sederhana

ini digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada variabel dependen,

nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel independent yang diketahui.

Dengan menggunakan uji regresi linier sederhana maka akan mengukur perubahan

variabel terikat berdasarkan perubahan variabel bebas. Untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh yang diperkirakan dilakukan dengan rumus regresi linier sederhana

(Sugiyono, 2009:204), yaitu sebagai berikut:


Y= a + bX

Keterangan :

Y = Nilai prediksi dari Y

a = Bilangan konstanta

b = Koefisien variabel bebas

X = Variabel dependen

3.8.5.4 Analisis Koefisien Korelasi

Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan

antara seluruh variabel bebas dan variabel terkait secara bersamaan.

Menurut Sugiyono (2017:183), adapun rumus statistiknya adalah sebagai

berikut :
80

𝒏∑𝒙𝒊 𝒀𝒊 − ( ∑𝑿𝒊 ) ( ∑𝒀𝒊 )


𝒓𝒙𝒚 =
√{𝒏∑𝑿𝒊𝟐 − (∑𝑿𝟏 )𝟐 (𝒏∑𝒀𝒊𝟐 − (∑𝒀𝟏 )𝟐 }

Keterangan :

𝒓𝒙𝒚 = Koefisien korelasi pearson

𝒙𝒊 = Variabel independen

𝒀𝒊 = Variabel dependen

𝒏 = Banyak sampel

Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar

atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut ini:

Tabel 3. 22
Interpretasi Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat lemah
0,20-0.399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2017:184)

3.8.5.5 Koefisien Determinasi

Setelah diketahui besarnya koefisien korelasi, tahap selanjutnya adalah

mencari nilai dari koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan

kuadrat dari koefisien korelasi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus yang

digunakan adalah : Kd = r2xy x 100%

Dimana :
81

Kd = koefisien determinasi

r2xy =koefisien korelasi ganda

3.9 Rancangan Kuesioner

Kuisioner merupakan Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono, 2017:193). Rancangan kuisioner yang dibuat oleh penulis

adalah kuisioner dengan pertanyaan tertutup. Kuisioner dengan pertanyaan tertutup

adalah responden menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu jawaban yang

telah tersedia yang ditentukan oleh penulis.

Kuisioner dirancang berdasarkan indicator variable penelitian. Kuisioner

dalam penelitian ini terdiri dari 38 pertanyaan, yaitu 15 pertanyaan mengenai

Kepuasan kerja, 8 pertanyaan mengenai Self efficacy dan 15 pertanyaan mengenai

Kinerja auditor
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntansi oleh


Akuntan Publik.Edisi Keempat Buku 2. Jakarta : Salemba Empat.
Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing; Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntansi oleh
Akuntan Publik.Edisi Kelima Buku 1. Jakarta : Salemba Empat
Arens, A. Alvin, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Herman Wibowo.2015.
“Jasa Auditan dan Assurance”. Buku 1, Jakarta: Salemba Empat
Arens et al. (2011). Jasa Audit dan Assurance, Pendekatan Terpadu (Adaptasi
Indonesia) Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.
Halim, Abdul. 2015. Auditing; Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi
Kelima. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat
Mulyadi.2013 “Auditing”. Jakarta : Salembang Empat.
Mulyadi.2014 “Auditing”. Cekatan ke-6 Jakarta : Salembang Empat.
Robbins, Stephen, 2016, “Perilaku Organisasi”, Prentice Hall, edisi kesepuluh
Sabardini, 2006, “Peningkatan Kinerja Melalui Perilaku Kerja
Berdasarkan Kecerdasan Emosional”, Telaah Bisnis, Vol.7, No.1.
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. (2016). Perilaku Organisasi Edisi 16.
Jakarta : Salemba Empat.
Santoso, Singgih, 2015. Analisis SPSS Pada Statistik Parametik. Jakarta: PT.Elex
Media Komputindo.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
JURNAL, LAPORAN PENELITIAN, DAN KARYA ILMIAH:

Diawati, P., & Sugesti, H. (2015). Pengaruh Pengembangan Karier Terhadap


Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus Di Pt. Pelabuhan Indonesia Ii
(Persero) Cabang Cirebon). Pro Mark, 1(1), 28-51.
Kirana, I. B. W., & Suprasto, H. B. (2019). Pengaruh Independensi Auditor,
Pemahaman Good Governance dan Self Efficacy Terhadap Kinerja Auditor
Pada KAP Bali. E-Jurnal Akuntansi, 27(3), 1839-1866.
Maharani, N. (2017). HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU
PENEMUAN INFORMASI (Studi Eksplanatif Tentang Hubungan Self
Efficacy Dengan Perilaku Penemuan Informasi Mahasiswa Dalam
Penulisan Skripsi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
UNAIR) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Nursaadah, S., & Yuliantoro, R. (2019). PENGARUH PENERAPAN SISTEM
PENGENDALIAN MUTU PADA KINERJA AUDITOR (Studi Kasus pada
Kantor Akuntan Publik di Bandung) (Doctoral dissertation, Universitas
Ahmad Dahlan).
Purbowati, R. D., & Taufiq, M. (2019). ANALISIS PENGARUH KEPUASAN
KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP TURNOVER
INTENTION DENGAN KINERJA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL
MEDIASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di
Semarang). DHARMA EKONOMI, 26(50).
RIZKI NOVIAWATI, D. I. A. N. (2016). Pengaruh self efficacy terhadap kinerja
karyawan dengan motivasi sebagai variabel intervening (studi pada
karyawan divisi finance dan human resources pt. coca-cola distribution
indonesia, surabaya). Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 4(3).
Sidik, J., & Safitri, D. (2020). Motivasi kerja memoderasi pengaruh komitmen
organisasi, gaya kepemimpinan dan ambiguitas peran terhadap kinerja
auditor. Jurnal Akuntansi, Keuangan, Dan Manajemen, 1(3), 195-212.
Suprapta, K. R. A., & Setiawan, P. E. (2017). Pengaruh Beban Kerja, Kepuasan
Kerja, Self Efficacy dan Time Budget Pressure pada Kinerja Auditor. E-
Jurnal Akuntansi, 19(1), 81-108.
Suteja, I. G. D. A. P., & Widhiyani, N. L. S. (2019). Pengalaman Auditor dan
Kepuasan Kerja Sebagai Pemoderasi Pengaruh TBP dan Profesionalisme
Pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi, 26(1), 651-681.
Waspodo, A. A., Handayani, N. C., & Paramita, W. (2013). Pengaruh kepuasan
kerja dan stres kerja terhadap turnover intention pada karyawan pt. Unitex di
bogor. JRMSI-Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 4(1), 97-115

WEBSITE :
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/pengertian-kepuasan-kerja.html

http://theorymanajemendanorganisasi.blogspot.com/2016/01/kinerja-pegawai.html

https://www.universitaspsikologi.com/2020/03/pengertian-self-efficacy-keyakinan-
dan-aspek-self-efficacy.html?m=1

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-menkeu-jatuhkan-
sanksi-auditor-laporan-keuangan-garuda-indonesia/

https://www.ojk.go.id/id/data-dan-statistik/ojk/Pages/Data-AP-danKAPTerdaftar-di-
OJK-.aspx

Anda mungkin juga menyukai