Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN AUDIT

RESUME:

”Diajukkan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Auditing I”

Dosen Pengampu: Dr. Sumarlin, S.E., M.Ak.

Oleh:

KADAFI REUBUN

( 90400122036 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS DAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR

2023
1. Pemahaman bisinis klien

Untuk pengetahuan tentang bisnis dan industri klien dapat diperoleh dengan beberapa
cara antara lain dengan mempelajari kertas kerja audit tahun sebelumnya (untuk audit berulang).
Berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku bagi industri maupun klien secara khusus
ditelaah.

2. Pelaksanaan prosedur analitik

Prosedur analitik merupakan perhitungan yang dilakukan oleh auditor dalam proses
audit dengan cara hubungan dan perbandingan antara data keuangan yang satu dengan data
keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data non keuangan.

Tujuan prosedur analitik

a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat dan lingkup prosedur audit lainnya.

b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi,

c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang
dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan
oleh auditor.
Berikut ini sumber infromasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan:
a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan
memperhatikan perubahan yang diketahui.
b. Hasil yang diantisipasi, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ektrapolasi dari
data interim atau tahunan.
c. Hubungan antar unsur informasi keuangan dalam suatu periode
d. Informasi industri bidang usaha client, misalnya : laba bruto
e. Hubungan informasi keuangan dan non keuangan yang relevan
PROSEDUR ANALITIK DALAM PERENCANAAN AUDIT
Tujuan prosedur analitik:
a. Membantu perencanaan audit (sifat, saat dan lingkup prosedur audit)
b. Meningkatkan pemahaman auditor atau bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang
terjadi sejak tanggal audit berakhir dan,
c. Mengidentifikasi bidang yang mungkin mencerminkan risiko tertentu yang berhubungan
dengan audit.

3. Pertimbangan Materialitas

- Profesionalisme dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Pengaruh profesionalisme auditor sangat penting karena dengan adanya profesionalitas


akan menciptakan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa audit yang diberikan. Auditor juga
mempunyai tanggung jawab akan kepercayaan publik dengan cara meyakinkan klien akan
kualitas audit, hal ini berhubungan dengan penentuan tingkat salah saji atas laporan keuangan.
Apabila pengguna jasa tidak memiliki keyakinan pada auditor, maka kemampuan para
profesional akan diragukan oleh masyarakat dan kepercayaan efektif akan berkurang Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh (Reana Sitio 2018) yang
menyimpulkan bahwa profesionalisme auditor mempunyai pengaruh positif terhadap
pertimbangan auditor atas tingkat materialitas.

- Etika Profesi dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas


Etika merupakan nilai-nilai perilaku yang meliputi kepribadian, kecakapan, profesional,
pertanggung jawaban, kepatuhan terhadap kode etik oleh seseorang profesional terhadap
organisasi profesionalnya (Kusuma, 2012 dalam Astari dkk, 2020). Setiap menjalankan
pekerjaan, seorang auditor diharuskan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan, agar dapat
meningkatkan kualitas auditor, dimana kinerjanya tidak akan diragukan oleh kliennya dan akan
meningkatkan kepercayaan kliennya. Menurut hasil penelitian dari (Ni Putu Lisna Ariska, Ni
Made Sunarsih 2020) memberikan bukti empiris bahwa etika profesi berpengaruh signifikan
terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

- Profesionalisme dan etika profesi dengan pertimbangan tingkat materialitas


Profesionalisme dan etika profesi dari seorang auditor akan berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Dari adanya keprofesionalan auditor juga akan meningkatkan
kepercayaan publik atas hasil laporan keuangan yang disajikan, didukung dengan penerapan
etika profesi agar seorang auditor dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar yang
telah di tetapkan sesuai dengan kode etik yang berlaku. Profesionalisme audior dan etika profesi
berpengaruh positif dibuktikan dalam penelitian (Fransiska Silalahi, 2019) dibuktikan dari uji
hipotesis simultan (Uji F)
Bukti empiris yang mendukung bahwa profesionalisme dan etika profesi berpengaruh
signifikan terhadap tingkat materialitas adalah riset yang dilakukan sebelumnya oleh
(Ardianingsih and Ilmiani 2020)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik yang berada di Provinsi Yogyakarta dan Jateng, disini penulis mengambil populasi dari 8
KAP yang berada di Yogyakarta dan Jateng, dengan sampel 5 auditor pada setiap kantor. Auditor
yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi partner, manajer, supervisor, auditor junior dan
auditor senior. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive judgement
sampling yakni teknik pengambilan sampel dengan kriteria
tertentu. Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu auditor yang bekerja di KAP wilayah
DIY dan Jateng, auditor yang memiliki pengalaman dibidang audit atau sekurang-kurangnya
berlatar belakang jurusan akutansi,auditor yang telah menyelesaikan dua kasus audit. Sedangkan
teknik pengumpulan data pada peneitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi dan kuisioner.
Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sampel merupakan auditor yang bekerja di KAP di wilayah Yogyakarta dan Jateng
2. Sampel merupakan auditor yang memiliki pengalaman di bidang audit dengan
sekurang-kurangnya berlatar belakang jurusan akuntansi.
3. Sampel merupakan auditor yang telah menyelesaikan lebih dari dua kasus audit.
4. Minimal pendidikan D3.

4. Pertimbangan resiko bawaan


Auditor harus membatasi risiko audit serendah mungkin, dalam arti bahwa kemungkinan
kekeliruan auditor yang telah memberikan pendapat wajar terhadap suatu laporan keuangan
padahal sebenarnya pada laporan keuangan tersebut terdapat salah saji yang bersifat material
sekecil mungkin.
Dalam merecanakan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit, SA 312.02
(PSA No.25) mendefinisikan risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa sadar
tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
memiliki salah saji matreial.

5. Pertimbangan saldo awal jika audit tahap pertama


Ketika auditor menyimpulkan bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang
material terhadap laporan keuangan periode kini, dan dampak kesalahan penyajian tersebut tidak
dicatat dengan tepat, atau tidak disajikan atau diungkapkan dengan memadai, auditor harus
menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau opini .

6. Pengembangan strategi awal audit


Strategi Awal Audit terhadap Asersi Signifikan adalah proses yang ke-enam dalam Tahap
Perencanaan Audit setelah melewati beberapa proses sebelumnya dalam tahapan yang sama.
Seorang Auditor memiliki tujuan utama didalam melakukan strategi ini, yaitu untuk mengurangi
risiko yang terjadi baik itu dalam tingkatan yang rendah karena jika terjadi sesuatu hal terkait
laporan keuangan maka seorang auditor yang akan diminta pertanggungjawaban maka dari itu
Auditor membutuhkan pendapat yang mendukung atas laporan keuangan yang telah disajikan.
Pengembangan strategi awal audit terhadap asersi signifikan, Auditor telah menetapkan
unsur yang berkaitan dengan dua pendekatan yaitu Pendekatan terutama Substantif serta
Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah. Dalam Pendekatan terutama Substantif merupakan
salah satu pendekatan yang mengakibatkan penaksiran terhadap risiko pengendalian yang lebih
maksimum serta pada dasarnya seorang Auditor lebih memilih untuk menggunakan pendekatan
ini.

7. Pemahaman pengendalian internal


Dalam teori, pengendalian intern atau internal control diartikan sebagai proses yang
dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan untuk membantu organisasimencapai suatu tujuan
atau objektif tertentu yang telah ditetapkan. Menurut Kumaat (2015), pengendalian adalah suatu
cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya atau organisasi. Ia berperan
penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud), dan melindungi sumber daya
organisasi baik yang berwujud maupun tidak berwujud seperti (reputasi, hak kekayaan
intelektual dagang).
Pengendalian internal merupakan bagian dari manajemen resiko yang harus dilakukan
oleh setiap lembaga untuk mencapai tujuan lembaga. Demikian perlunya pengendalian internal
dalam sebuah lembaga, sehingga hal ini harus dilaksanakan secara konsisten untuk menjamin
kesinambungan dan kepercayaan dari pihak donatur maupun masyarakat.
Zamzami dkk (2013) mendefinisikan pengendalian internal sebagai sebagai sebuah
proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan personel lainnya, yang dirancang
untuk memberikan jaminan terkait pencapaian tujuan dalam efektivitas dan efisiensi operasi,
keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan hukum.
Unsur-unsur Pengendalian Intern
Pengendalian internal terdiri atas beberapa unsur yang saling saling berkaitan dalam
satu sistem. Unsurunsur pengendalian internal menurut Zamzami dkk (2013) adalah:
a) Lingkungan pengendalian (control environment) merupakan seperangkat standar,
proses dan struktur yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal di seluruh
organisasi
b) Penilaian resiko (risk assesment) melibatkan proses yang dinamis dan interaktif
untuk mengindentifikasi dan menilai resiko terhadap pencapaian tujuan.
c) Aktivitas pengendalian (control activities) merupakan kebijakan dan prosedur yang
dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah
dilaksanakan.
d) Informasi dan komunikasi (information and communication) mencakup
penyimpanan informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang
bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam
maupun di luar organisasi.
e) Aktivitas pemantauan (monitoring activities) adalah proses penilaian kualitas kinerja
pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya
melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian.

Tujuan Pengendalian Intern


Pengendalian internal yang diciptakan dalam suatu perusahaan mempunyai beberapa
tujuan. Tujuan dari pengendalian internal menurut Mulyadi (2014) yaitu:
a) Menjaga kekayaan organisasi
b) Memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi
c) Mendorong efisiensi operasi perusahaan
d) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu
untuk dipatuhi.

Anda mungkin juga menyukai