Anda di halaman 1dari 8

Rangkuman Materi Kuliah Pemeriksaan Akuntansi Sektor Publik

Bab 3 – Perencanaan Audit

Fitrah Desnata Ramanda – 19013010142

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Akuntansi

2022
Menurut PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 109 TAHUN 2017 dijelaskan bahwa Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis,
dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan
standar pengauditan di Indonesia, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas,
efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. (Maros &
Juniar, 2016)

Administrasi telah berkembang menjadi satu fenomena yang sangat menarik perhatian
para ahli, terutama dimulai tahun 1970-an. Para ahli senantiasa merumuskan satu kerangka
konseptual yang dapat digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
administrasi, termasuk juga didalamnya dikenal istilah administrasi publik. Pada dasarnya,
administrasi dan manajemen mempunyai fungsi-fungsi yang mengandung unsur yang diawali
dengan planning (perencanaan) dan diakhiri dengan controlling (pengawasan), yang kemudian
dilanjutkan dengan penggunaan hasil pengawasan untuk perbaikan perencanaan selanjutnya,
sebagaimana dikenal melalui rumusan fungsi- fungsi manajemen bisnis dengan nama Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting dan Budgetting (POSDCORB) (Keban,
2008: 94).

Hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah khususnya pasal 1 ayat 4.
Secara khusus, kegiatan pengawasan dilakukan oleh auditor, yang secara rutin maupun khusus
melakukan kegiatan pengawasan terhadap seluruh program/kegiatan yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah. Inspektorat berfungsi sebagai mata dan telinga bupati/walikota dalam menilai
proses penyelenggaraan pemerintahan. Hasil pengawasan yang dilaporkan oleh inspektorat dapat
menjadi bahan pertimbangan kepala daerah dalam melaksanakan roda pemerintahan.

Penugasan Audit

Penugasan sangat berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan Pendahuluan proses


pemeriksaan akuntansi (audit) dalam rangka untuk mengetahui kondisi lapangan atau objek audit
sesungguhnya. Kegiatan utama pada tahap ini adalah pengumpulan informasi umum tentang
auditi, untuk ditelaah dalam rangka menentukan sasaran audit tentantif (tentative audit
objectieves) atau perkiraan permasalahan yang perlu mendapat perhatian pada tahap audit
pendahuluan. Perencanaan. (Utary, 2014)
Proses Audit

Terdapat beberapa fase tahapan proses auditing sistem informasi. Banyak pendapat dari
para pakar mengenai fase proses auditing tersebut diantaranya: Galegos Cs.Audit and Control of
Information Systems.

1. Perencanaan (Planning). Tahapan perencanaan, mutlak perlu dilakukan agar pengaudit


mengenal benar objek yang akan diperiksa,tentunya pengaudit dapat memastikan bahwa sumber
daya yang berkualitas sudah dimiliki, dalam hal ini aspek SDM yang berpengalaman dan juga
referensi praktik-praktik terbaik (good practices). Tahapan perencanaan ini akan menghasilkan
suatu program auditing yang didesain sedemikian rupa.

2. Pemeriksaan Lapangan (Fieldwork) Dalam pelaksanaannya, pengaudit TI


mengumpulkan bukti-bukti yang memadai melalui berbagai teknik termasuk survei, interview,
observasi dan review dokumentasi (termasuk review source-law bila diperlukan)

3. Pelaporan (Reporting) Persiapan (persiapan). Pada tahap persiapan, pengaudit mulai


mengembangkan temuan-temuan auditing, menggabungkan temuantemuan tersebut menjadi
sebuah laporan yang logis, serta menyiapkan bukti-bukti pendukung dan dokumentasi yang
diperlukanTindak Lanjut

4. Follow Up (Follow Up) Setelah melaporkan temuan dan membuat rekomendasi


pengaudit, Auditor IT mengevaluasi berbagai informasi yang relevan dan memastikan tindak
lanjut temuan telah dilaksanakan oleh manajemen tepat pada waktunya. (Amnah, 2014)

Proses pemeriksaan pengauditan di atas cenderung mengacu pada pengertian


pemeriksaan keuangan, yang bertujuan untuk menilai layak dipercaya atau tidaknya laporan
keuangan yang disajikan auditi. Namun secara konseptual, pengertian proses pemeriksaan
keuangan tersebut berlaku pula untuk pengauditan kepatuhan dan pemeriksaan operasional,
karena walaupun memiliki tujuan berbeda, sebelum melakukan analisis lebih lanjut, pada
awalnya pengaudit perlu memastikan lebih dahulu kebenaran nilai populasi yang terkait dengan
kegiatan yang diaudit, seperti banyaknya sumber daya yang digunakan dan hasil yang diperoleh.
Setelah itu barulah dilakukan evaluasi lebih lanjut sesuai tujuan pemeriksaan keuangan, misalnya
:
 Pada pemeriksaan ketaatan atas ketentuan pengadaan barang dan jasa, kegiatan
pengauditan dimulai dengan pengumpulan data mengenai frekuensi, volume dan nilai
pengadaan yang akan diuji. Setelah itu barulah dilakukan pengujian mengenai ketaatan
prosedur pengadaan tersebut terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku.
 Pada pemeriksaan operasional pemberian salah satu jenis perizinan, pengaudit terlebih
dahulu mengumpulkan informasi mengenai volume dan nilai pendapatan retribusi dari
pemberian izin tersebut. Setelah itu baru melakukan pengujian mengenai keekonomisan,
efi siensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan operasional pemberian izin tersebut.

Disamping itu, sebagai aktivitas mengolah masukan menjadi

keluaran, proses pemeriksaan keuangan juga dapat diartikan sebagai urut- urutan kegiatan
dari awal sampai akhir. Secara umum proses pengauditan internal dapat dikelompokkan dalam;

a) Persiapan penugasan

b) pengauditan pendahuluan

c) Pelaksanaan pengujian.

d) Penyelesaian penugasan.

e) Pelaporan dan Tindak Lanjut.

Materialitas

Isu materialitas merupakan inti dari konsep "pengambilan sampel", "kesalahan yang
dapat ditoleransi" dan "kepastian yang masuk akal". Studi ini mengkaji persepsi individu yang
mewakili kelompok pemangku kepentingan utama dalam proses audit; manajemen auditee,
pemasok jasa audit, pengguna laporan audit, mereka yang menetapkan standar audit dan
regulator pasar untuk jasa audit. Makalah ini adalah salah satu bagian dari studi Australia yang
jauh lebih luas tentang "masa depan audit". (Houghton et al., 2011)

Konsep materialitas penting selama proses audit, mulai dari perencanaan audit hingga
evaluasi hasil pengujian audit. Pertimbangan profesional menentukan apa yang dianggap
material pada setiap fase proses audit ini. Gagasan tentang tingkat materialitas agregat atau
kumulatif dimana pekerjaan audit dilakukan, dengan berbagai saldo akun yang diberikan tingkat
terpisah sesuai dengan risikonya dan biaya untuk mengaudit juga bergantung pada penilaian
auditor. Menentukan materialitas dan materialitas secara keseluruhan untuk masing-masing
komponen menjadi lebih menjadi isu panas karena jumlah dan kompleksitas audit internasional
yang besar meningkat (Gloverdkk.,2008). Baru-baru ini, ada komentar terkait dengan pembuatan
peraturan PCAOB terkait dengan penilaian auditor dan respons mereka terhadap risiko
(Bierstaker dkk.,2010). Kekhawatiran yang diangkat terkait dengan pembatasan agregasi salah
saji yang dapat ditoleransi terhadap materialitas laporan keuangan karena hal ini dapat
mengakibatkan audit yang berlebihan. Sayangnya, standar audit dan rilis panduan profesional
lainnya menawarkan sedikit panduan praktis tentang topik tersebut (Gloverdkk., 2008). Namun,
beberapa isu yang auditor anggap tidak material mungkin sangat material bagi investor dan
lainnya. Dan, terlepas dari upaya regulator akuntansi untuk menghindari aturan garis terang dan
mengembangkan standar akuntansi berbasis prinsip, banyak auditor secara konsisten mencari
"definisi" dan "contoh" dalam hal materialitas (Kranacher, 2007)

Langkah Penerapan Materialitas

Evaluasi salah saji yang diidentifikasi selama audit berkaitan dengan auditor, tanggung jawab
untuk mengevaluasi efek salah saji yang diidentifikasi pada audit dan dari salah saji yang tidak
dikoreksi, jika ada, pada laporan keuangan. Bagian ini mengenai masalah praktis seputar:

• mengumpulkan salah saji selama audit;

• mengkategorikan salah saji sesuai dengan sifatnya;

• menilai materialitas salah saji; dan

• mempertimbangkan dampak salah saji pada audit.

Mengevaluasi salah saji yang teridentifikasi mengharuskan auditor untuk menerapkan penilaian
profesional. Penting untuk mempertimbangkan ukuran dan sifat salah saji yang diidentifikasi,
sebagai salah saji yang mungkin tampak relatif kecil masih bisa menjadi material karena
sifatnya.

Akumulasi Salah Saji Selama Audit, ISA 450.5 mengharuskan auditor untuk mengakumulasi
salah saji yang diidentifikasi selama audit lainnya, daripada yang jelas-jelas sepele. ISA 450.A3
menjelaskan bahwa auditor dapat menunjuk jumlah di bawah ini yang salah saji jumlah dalam
pernyataan individu akan jelas sepele, dan tidak perlu diakumulasikan karena auditor
mengharapkan bahwa akumulasijumlah tersebut jelas tidak akan berpengaruh material pada
laporan keuangan. (ICAEW, 2017)

Audit risk

Mengingat bahwa risiko audit adalah risiko bahwa auditor dapat menyatakan pendapat
audit yang tidak memadai ketika laporan keuangan tidak akurat secara material, konsep risiko
audit adalah konsep yang sangat kompleks dalam proses audit secara keseluruhan. Menurut
IAASB Glossary of Terms, risiko audit didefinisikan sebagai berikut: “Risiko bahwa auditor
mengungkapkan opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan salah saji secara material.
Risiko audit adalah fungsi dari salah saji material dan risiko deteksi” .

 Risiko audit dalam proses audit terjadi dalam tiga bentuk :


 Risiko yang direncanakan (yaitu risiko yang ada saat menyimpulkan kontrak),
 Pos ekstraseluler (risiko yang tidak diketahui bagi auditor sampai pekerjaan mereka
selesai), Estimasi risiko (dikenal auditor selama audit).

Risiko audit dianggap sebagai satu kesatuan dari dua komponen ini: penilaian risiko - risiko
selama pengumpulan dan evaluasi bukti audit; dan risiko bisnis - dampak ekonomi dari penilaian
audit. Auditor selalu merencanakan prosedur yang memadai yang akan meminimalkan risiko
audit dan memaksimalkan deteksi kesalahan, penipuan, dan penyimpangan lainnya dalam
laporan keuangan. Sangat penting bagi auditor untuk mengidentifikasi area berisiko tinggi di
mana kesalahan berulang. (Nicolovski, 2016)

Mengingat pentingnya konsep risiko audit secara keseluruhan, dan tujuan dari risiko bawaan,
pengendalian, dan deteksi untuk menunjukkan komponen utama risiko audit dan audit, dapat
digunakan bagan berikut :
DAFTAR PUSTAKA

Amnah, & Fakultas Ilmu Komputer, I. & B. I. D. (2014). Amnah Jurnal Informatika, Volume 14
Nomor 1, Juni 2014. 14.

Houghton, K. A., Jubb, C., & Kend, M. (2011). Materiality in the context of audit: The real
expectations gap. Managerial Auditing Journal, 26(6), 482–500.
https://doi.org/10.1108/02686901111142549

ICAEW. (2017). Materiality in the audit of financial statements. In Handbook of International


Quality Control, Auditing, Review, Other Assurance, and Related Services
Pronouncements. https://www.icaew.com/-/media/corporate/files/technical/iaa/materiality-
in-the-audit-of-financial-statements.ashx

Maros, H., & Juniar, S. (2016). PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2017. 1–23.

Nicolovski, P. (2016). Jurnal Sains Internasional : Riset Dasar dan Terapan. 183–187.

Utary, A. R. (2014). Audit Sektor Publik Terapan. In AINTERPENA Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai