Anda di halaman 1dari 18

Leadership and Entrepreneurship

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN

Program Studi Manajemen

OLEH:

Martha Racwel Patty

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman
ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari
peranya memberikan pengajaran/instruksi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan
bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting
misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila
kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill,
Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu
melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka
inginkan.
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau mejadi seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi
lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan yang merupakan hasil proses perubahan karakter atau
transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.

Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya (Nawawi,
2003:113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi
(Malayu, 2000:167).

Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah
fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut bawahan, situasi
lingkungan, kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif bila
dapat melakukan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Terdapat kriteria
perilaku kepemimpinan yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha.

Beda perusahaan biasanya butuh gaya kepemimpinan yang berbeda juga. Hal ini
dipengaruhi sistem perusahaan, jumlah pekerja, target yang harus dicapai, dan karakter atau sifat
dari SDM yang berbeda-beda. Meskipun belum menjadi salah satu leader di kantor atau
perusahaan tempat bekerja, tidak ada salahnya untuk tahu dan memahami sedikit soal gaya
kepemimpinan dan penerapannya serta kelebihan atau kekurangannya. Selain bekal untuk jadi
pemimpin masa depan, juga jadi tahu cara menghadapi bos yang gaya kepimpinannya
bermacam-macam. Dalam penulisan ini akan dibahas 7 gaya kepemimpinan yang banyak akan
dibahas satu per satu.

1.2 Rumusan Masalah

Mengingat situasi dan kondisi yang di hadapi seorang pemimpin sangat berbeda satu
dengan lainnya, sehingga muncul berbagai gaya kepemimpinan untuk situasi dan kondisi yang
tepat. Hal inilah yang menjadi dasar rumusan masalah dalam makalah ini yaitu gaya-gaya
kepemimpinan.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah dapat memahami dan mendalami pokok
bahasan khususnya tentang “gaya-gaya kepemimpinan”.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kepemimpinan

Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia,


yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan
daripada yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini tidak
dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihankelebihan
tertentu.

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks dimana seorang
pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan mencapai visi, misi, dan tugas,
atau objektif-objektif yang dengan itu membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu.
Seorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan
dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan kemahirankemahiran yang
dimilikinya.

Seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila secara genetika
memiliki bakat-bakat kepemimpinan, kemudian bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan
melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinan serta ditopang oleh pengetahuan
teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang
menyangkut teori kepemimpinan.

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas


yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga diartikan sebagai
kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen
dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama, dan kemampuan mempengaruhi
kelompok agar mengidentifikasi, memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi (Stogdill
dalam Stoner dan Freeman 1989: 459-460).
Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka
mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan
menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang
sama dan terarah pada pencapaian tujuannya. Kepemimpinan juga merupakan proses
menggerakkan grup atau kelompok dalam arah yang sama tanpa paksaan.

Dari pengertian di atas, maka pemimpin pada hakikatnya merupakan seorang yang
mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain sekaligus mampu mempengaruhi orang
tersebut untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan memimpin secara profesional dengan menggunakan gaya
kepemimpinan yang menurutnya dipandang efektif dalam pengelolaan organisasi atau unit kerja
yang dipimpinnya.

2.2 Gaya Kepemimpinan

Menurut Heidjrachman dan S. Husnan gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai
tujuan tertentu. (Heidjrachman, 2002:224). Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa
gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang
pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 1994:29).

Ada suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami kesuksesan dari
kepemimpinan, yakni dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh pemimpin
tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah gayanya. Gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat
diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun iklim
motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin
bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan dalam
tugas setiap bawahannya. Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam
kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengerti
kekuatan dan kelemahan bawahannya, dan mengerti bagaimana caranya memanfaatkan kekuatan
bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki. Istilah gaya adalah cara yang
dipergunakan pimpinan dalam mempengaruhi para pengikutnya (Thoha, 2007:23).

2.2.1 Gaya-Gaya Kepemimpinan

1. Gaya kepemipinan otoriter (otokratis, dominator)

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.

Dalam gaya ini, pemimpin bertindak diktaktor pada bawahannya. Cenderung


melakukan pemaksaan dalam menggerakkan kelompoknya. Disini kewajiban dari
bawahan adalah untuk mengikuti dan menjalankan perintah. Tak boleh ada saran dan
bantahan dari bawahan. Mereka diharuskan patuh dan setia secara mutlak kepada
pemimpinnya. Kendali penuh ada pada pemimpin (bersifat satu arah). Para pemimpin
otoriter melakukan pengambilan keputusan sendiri tanpa berkonsultasi dengan para
karyawannya. Mereka menghasilkan keputusan, mengomunikasikannya kepada bawahan
dan mengharapkan implementasi atas instruksi mereka dengan segera. (Boone & Kurtz,
2007).

Kebaikan atau Kelebihan :


 Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak pemimpin, tak ada
bantahan dari bawahan
 Pemimpin yang bersifat otoriter pasti bersifat tegas, sehingga apabila terjadi
kesalahan dari bawahan maka pemimpin tak segan untuk menegur
 Mudah dilakukan pengawasan

Kelemahan atau Kendala dari Gaya Kepemimpinan Otoriter :


 Suasana kaku, mencekam dan menakutkan karena sifat keras dari pemimpin
 Menimbulkan permusuhan, keluhan dan rawan terjadi perpindahan karena bawahan
tidak merasa nyaman
 Bawahan akan merasa tertekan karena apabila terjadi perbedaan pendapat, pemimpin
akan menganggapnya sebagai pembangkangan dan kelicikan
 Kreativitas dari bawahan sangatlah minim karena tidak diberikan kesempatan
mengajukan pendapat.
 Mudahnya melahirkan kubu oposisi karena dominasi pemimpin yang berlebihan
 Disiplin yang terjadi seakan-akan karena ketakutan dan hukuman bahkan pemecatan
dari atasan
 Pengawasan dari pemimpin hanya bersifat mengontrol, apakah perintah yang
diberikan sudah dijalankan dengan baik oleh anggotanya

Solusi Dalam Mengatasi Kendala pada Gaya Kepemimpinan Otoriter :

Pemimpin dengan gaya yang otoriter sebenarnya tidak salah namun sebagai
pemimpin harusnya cerdas dalam menerapkan gayanya dalam memimpin karena ada
bawahan yang bisa diperlakukan secara tegas namun ada juga yang tidak bisa
diperlakukan seperti itu. Solusi yang baik berdasarkan kendala yang terjadi diatas maka
sebagai pemimpin yang otoriter itu sebaiknya tegas disaat-saat yang memang
diharuskan namun sebaiknya pemimpin itu harus bisa memberikan ruang untuk
bawahan supaya dia juga bisa merasa nyaman dan tidak kaku dalam bekerja dengan
begitu apa yang menjadi perintah dapat ia kerjakan dengan baik sehingga tujuan dari
organisasi dapat terwujud. Selain itu kepercayaan yang diberikan oleh pemimpin
terhadap bawahannya juga perlu dengan begitu bawahan akan merasa sangat diandalkan
apabila seorang pemimpin dengan gaya yang otoriter dapat memberikan kepercayaan
kepadanya dengan begini bawahan merasa kemampuanya dihargai dengan begitu ia
akan bekerja dengan sangat serius.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan


wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikut
sertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis
pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para
bawahannya. Menurut Sudarwan Danim (2004: 75) kepemimpinan demokratis bertolak
dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan tujuan yang bermutu
tercapai. Mifta Thoha (2010: 50) mengatakan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan
dengan kekuatan personal dan keikut sertaan para pengikut dalam proses pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan demokratis adalah kebalikan dari pemimpin otoriter. Disini


pemimpin ikut berbaur dan berada ditengah-tengah anggotanya. Hubungan yang tercipta
juga tidaklah kaku seperti majikan dengan bawahan, melainkan seperti saudara sendiri.
Pemimpin selalu memperhatikan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan
kesanggupan kelompok dalam mengerjakan tugas. Pemimpin juga mau menerima
masukan dan saran dari bawahannya.

Kebaikan atau Kelebihan Gaya Kepemimpinan Demokratis:


 Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku
 Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga bawahan akan
merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya
 Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan pendapat dan
saran
 Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa mengeluarkan
kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya
 Bawahan akan merasa bersemangat karena merasa diperhatikan
 Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan

Kelemahan atau Kendala dari Gaya Kepemimpinan Demokrtis :


 Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil secara
musyawarah
 Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang jelas berbeda
 Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan apabila ego
masing-masing anggota tinggi
Solusi Dalam Mengatasi Kendala pada Gaya Kepemimpinan Demokratis :

Solusi untuk gaya kepemimpinan demokratis supaya dengan menerapkan gaya ini
tujuan bersama tetap tercapai dengan efektif dan efisien. Sebagai seorang pemimpin
walaupun harus tetap ramah dan harus mendengar masukan dari bawahan namun ia
dutuntut untuk menjaga sikap dan tindakannya sebagai seorang pemimpin sehingga orang
yang menjadi bawahannya tetap menghargai bahwa ia adalah sosok pemimpin. Oleh
karena itu pemimpin yang demokratis dituntut setidaknya harus bersikap tegas dan
memiliki kewibawaan supaya bawahannya tidak membuang banyak waktu dalam
membuat satu kesimpulan. Sebagai seorang pemimpin juga ia harus sadar tugas dan
tangung jawab utamanya adalah pengambilan keputusan, sehingga pemimpin itu dituntut
harus memiliki keberanian dalam mengambil suatu keputusan yang benar karena apapun
kesimpulan akhirnya dari semua bawahanya keputusan tetap dilakukan oleh pemimpin.
Dengan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat maka pekerjaan yang dilakukan
pula bisa selesai secara efektif dan efisien.

3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik

Tipe Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat lantaran citra nya
yang karismatik dan disenangi bawahannya. Para pengikut cenderung mengikuti
pemimpin karismatik karena mereka merasa kagum dengan apa yang sudah pemimpin itu
capai dan berusaha untuk seperti itu. Karisma tersebut muncul dari pesona yang dia
bangun sejak awal, sehingga hal itu sangat berpegaruh terhadap apapun kebijakan yang
dia buat.

Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki energi dan daya tarik yang luar biasa
untuk dapat mempengaruhi orang lain, maka tidaklah heran apabila memiliki pengikut
atau masa yang jumlahnya besar. Sifat kharismatik yang dimiliki adalah karunia dari
tuhan. Pemimpin kharismatik bisa dilihat dari cara mereka berbicara, berjalan maupun
bertindak.
Kebaikan atau Kelebihan Gaya Kepemimpinan Kharismatik :
 Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
 Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
 Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya yang
berkharisma sehingga bisa dipercaya
 Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya semaksimal
mungkin

Kelemahan atau Kendala Dari Gaya Kepemimpinan Kharismatik :


 Para pemimpin kharismatik mudah mengambil keputusan yang beresiko
 Pemimpin kharismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa yang dilakukan pasti
benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya
 Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin yang berkompeten
sulit

Solusi Dalam Mengatasi Kendala pada Gaya Kepemimpinan Kharismatik :

Pengambilan keputusan yang berisiko sebenarnya tidak salah, namun sebelum


mengambil suatu keputusan yang besar dan berisiko sebaiknya pemimpin itu harus benar-
benar sadar dan mengetahui apa yang akan diperoleh dengan keputusan sebesar itu.
Keputusan yang berisiko sebaiknya jangan dengan mudah diambil karena kemungkinan
kerugian itu juga sangat mudah dan besar. Pemimpin seharusnya jangan banyak berhayal
namun harusnya bertindak karena khayalan adalah hal yang tidak pasti dan belum tentu
benar. Sebagai pemimpin jangan pernah menjanjikan suatu hal yang tidak pasti kepada
bawahannya. Pemimpin yang kharismatik seharusnya juga mempersiapkan bawahannya
yang lain agar kelak menjadi penggantinya yang berkompeten.

4. Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya kepemimpinan dalam organisasi ini biasa disebut Laissez-faire dimana


pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak untuk melakukan sesuatu keputusan.
Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan mengingat selalu akan ada anggota yang
masih belum cukup matang dalam mengambil keputusan. Bisa bisa sebuah Lembaga
atau kelompok hancur.

Perilaku pemimpin yang rendah pengarahan dan rendah dukungan dirujuk


sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan
bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai visi misi masalah yang kemudian
proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.

Kebaikan atau Kelebihan Gaya Kepemimpinan Delegatif :

 Bawahan akan memiliki kreatifitas tinggi dalam pengembangan tugas, karena


pemimpin telah memberikan hak penuh dalam pelaksanaanya
 Bawahan akan memiliki rasa percaya tinggi tinggi karena dipercaya mengambil
keputusan sendiri
 Bawahan akan memiliki tanggung jawab dalam penyelesaian tugas

Kelemahan atau Kendala dari Gaya Kepemimpinan Delegatif :


 Bawahan akan merasa terbebani apabila tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik

Solusi Dalam Mengatasi Kendala pada Gaya Kepemimpinan Delegatif :

Solusi untuk pemimpin dengan gaya kepemimpinan delegatif supaya


bawahannya tidak merasa terbebani apabila ia tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik
adalah dengan memberikan Job Description sesuai dengan kemampuan masing-masing
orang. Pemimpin juga harus sadar bahwa bawahan adalah manusia dan bukan robot,
manusia itu punya kelemahan, oleh karena itu jika bawahan tidak bisa menyelesaikan
sebaiknya pemimpin itu merangkul dan memberikan waktu kepada bawahannya untuk
menyelesaikan pekerjaan tersbut buka memberikan tekanan.

5. Gaya Kepemimpinan Transformasional


Awalnya, konsep kepemimpinan transformasional diperkenalkan oleh Burns pada
tahun 1978 (Jabnoun and al-Ghasyah, 2005 : 23) yang menyatakan bahwa pemimpin
yang transformasional meningkatkan kebutuhan dan motivasi bawahan dan
mempromosikan perubahan dramatis dalam individual, grup, dan organisasi. Bass, 1985
dalam Jabnoun and al-Ghasyah (2005 : 23) mendefinisikan bahwa pemimpin
transformasional adalah seseorang yang meningkatkan kepercayaan diri individual
maupun grup, membangkitkan kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan organisasi, dan
mencoba untuk menggerakkan perhatian bawahan untuk pencapaian dan pengembangan
eksistensi.

Gaya kepemimpinan transformasional dapat memberikan nilai positif. Para


pemimpin jenis ini biasanya terlibat langsung termasuk dalam hal membantu karyawan
yang mengalami kesulitan dalam hal pekerjaan. Pemimpin ini juga biasanya selalu
memberikan aura positif dan semangat ke bawahannya untuk maju kedepan dan
bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Kebaikan atau Kelebihan dari Gaya Kepemimpinan Transformasional :

 Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)


 Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
 Mampu memberdayakan potensi karyawan
 Meningkatkan hubungan interpersonal

Kelemahan atau Kendala dari Gaya Kepemimpinan Transformasional :

 Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin


 Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
 Membutuhkan pehatian pada detail
 Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak

Solusi Dalam Mengatasi Kendala pada Gaya Kepemimpinan Transformasional:

Dalam menerapkan gaya kepemimpinan ini sebaiknya pemimpin itu harus mampu
meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja semua orang dalam tim, supaya dengan
begitu pekerjaan yang dilakukan oleh tiap anggota dalam tim tidak terlalu memerlukan
banyak waktu untuk mendapatkan perhatian yang detail dari pemimpin. Pemimpin juga
harus mampu mengkoordinasi bawahannya agar pekerjaan yang dilakukan itu harus rutin
dan kreatif dengan begitu bawahannya dapat memperoleh pengalaman dari pekerjaan yang
rutin ia kerjakan dalam tim. Sebagai pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional
karena sulit dilakukan pada jumlah bawahannya yang banyak, maka pemimpin dengan gaya
ini sebaiknya 1 pemimpin hanya memimpin 8 orang yang menjadi bawahannya berdasarkan
span of control. Dengan begitu pemimpin dapat dengan mudah mengawasi bawahannya.

6. Gaya Kepemimpinan Transaksional


Burns (1978) mendefinisikan kepemimpinan transaktional sebagai kepemimpinan
berdasarkan transaksi atau pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan bawahan.
Pertukaran ini didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak terkait untuk
menentukan kebutuhan, spesifikasi serta kondisi imbalan atau hadiah yang akan
diberikan kepada bawahan jika bawahan memenuhi atau mencapai syarat-syarat yang
ditentukan oleh pemimpin. Bass pada tahun 1985 mendefinisikan kepemimpinan
transaksional berhubungan dengan kebutuhan bawahan yang difokuskan pada perubahan,
dimana pemimpin memenuhi kebutuhan bawahan dalam perubahan untuk meningkatkan
kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin transaksional bertindak dengan
menghindari resiko dan membangun kepercayaan diri bawahan agar bawahan mampu
mencapai tujuan.

Gaya kepemimpinan ini diistilahkan pertama kali oleh Max Weber pada 1947 dan
umumnya sering digunakan oleh manajer. Berfokus pada peraturan dan struktur
organisasi, seorang pemimpin diwajibkan untuk bertanggung jawab dalam mengatur
kinerja bawahannya secara rutin. Tentunya, pemimpin harus menjelaskan terlebih dahulu
tanggung jawab dan imbalan yang didapat bawahannya jika standar yang diinginkan
tercapai. Oleh karena itu, ada suatu timbal balik dimana pemimpin menginginkan apa
yang dimiliki pengikut dan sebagai balasannya, pemimpin akan memberikan apa yang
diinginkan oleh pengikut. Umumnya, perusahaan besar menggunakan gaya
kepemimpinan ini pada level manajemen menengah, namun ada juga pemimpin yang
mengombinasikan gaya kepemimpinan transaksional dengan gaya kepemimpinan yang
lain.
Penelitian-penelitian mengenai tipe kepemimpinan transaksional menyimpulkan
bahwa segala aktifitas pekerjaan yang dilakukan bawahan harus memiliki harga atau
mendapatkan imbalan. Namun hal tersebut justru menjadi kelemahan tipe kepemimpinan
transaksional karena komitmen bawahan terhadap organisasi biasanya berjangka pendek
(Avolio, Bass and Jung, 1999 : 460). Mereka menambahkan bahwa aktivitas pekerjaan
bawahan hanya terfokus pada negosiasi upah serta mengabaikan pemecahan masalah atau
visi bersama. Komitmen bawahan terhadap organisasi akan tergantung pada sejauh mana
kemampuan organisasi dalam memenuhi keinginan bawahan. Hal inilah nampaknya yang
mendorong Bass pada tahun 1990 untuk mengembangkan konsep kepemimpinan
transformasional untuk melengkapi teori kepemimpinan transaksional yang masih
memiliki kelemahan (Rahyuda, 2008 : 16).

Kebaikan atau Kelebihan dari Gaya Kepemimpinan Transaksional

 Dapat memotivasi secara individu;


 Memingkatkan kinerja pagawai secara individu.

Kelemahan atau Kendala dari Gaya Kepemimpinan Transaksional :

 Munculnya persaingan dalam individu.


 komitmen bawahan terhadap organisasi biasanya berjangka pendek
 Aktivitas pekerjaan bawahan hanya terfokus pada negosiasi upah serta mengabaikan
pemecahan masalah atau visi bersama.
 Komitmen bawahan terhadap organisasi akan tergantung pada sejauh mana
kemampuan organisasi dalam memenuhi keinginan bawahan.

Solusi Dalam Mengatasi Kendala pada Gaya Kepemimpinan Transaksional:

Dalam menghadapi kendala sebagai pemimpin dengan gaya kepemimpinan


transaksional sebaiknya pemimpin itu harus bisa memberikan pengarahan dan arti yang
baik dalam memotivasikan dan meningkatkan kinerja bawahannya secara individu tanpa
memasukan unsur atau kepentingan individu tapi untuk kepentingan tim, supaya tidak
terjadi persaingan yang tidak sehat antar individu dalam tim. Sebagai pemimpin yang
transaksional sebaiknya kurangi sifat yang suka menjanjikan hal-hal yang belum pasti
dan kurangi pemberian harapan yang kosong. Karena kalau sering memberikan janji dan
harapan maka bawahan itu akan bekerja hanya berdasarkan janji atau negoisasi yang
dibuat dengan pemimpin. Janji yang tidak terpenuhi dan harapan kosong yang diberikan
pemimpin kepada bawahannyaakan berdampak pula pada komitmen dan kepercayaan
bawahan terhadap organisasi atau pemimpin itu sendiri. Oleh karena itu sebagai
pemimpin transaksional sebaiknya jangan terlalu member janji tapi lebih perbanyak
pembuktian dan bukan harapan kosong.

7. Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan kekuatan dan sharing


dalam pemecahan masalah bersama dengan bawahan, dengan cara melakukan konsultasi
dengan bawahan sebelum membuat keputusan.

Kepemimpinan partisipatif berkaitan erat dengan penggunaan berbagai macam


prosedur pengambilan keputusan, yang memberikan kepada orang lain suatu pengaruh
tertentu terhadap keputusan-keputusan pemimpin tersebut. Istilah lain yang biasa
digunakan untuk mengacu aspek-aspek kepemimpinan partisipatif termasuk konsultasi,
pembuatan keputusan bersama, pembagian kekuasaan, desentralisasi, dan manajemen
demokratis.

Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan dirujuk


sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya tiga ini, pemimpin dan
pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan.
Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif
mendengar.

Kebaikan atau Kelebihan Gaya Kepemimpinan Partisipasi :


 Bawahan turut serta dalam pengambilan keputusan
 Pemimpin bersifat terbuka dalam pelaksanaan tugas

Kelemahan atau Kendala dari Gaya Kepemimpinan Partisipasi :


 Kontrol dalam pemecahan masalah dilakukan secara bergantian sehingga dapat
menimbulkan ketidakcocokan pendapat.

Solusi Dalam Mengatasi Kendala pada Gaya Kepemimpinan Partisipasi:

Tugas controlling pada dasarnya adalah tugas seorang pemimpin dan bukan
dilakukan oleh bawahan. Dalam menyelesaikan masalah fungsi kontrol dari seorang
pemimpin adalah yang terpenting bukan dari bawahannya karena bawahan tidak bisa
mengontrol dan mengawasi pekerjaan yang dia lakukan apakah benar atau salah dalam
tim. Pemimpin yang partisipatif bukan berarti partisipasi pemimpin dan bahwan harus
sama atau seimbang. Partisipasi itu harus sesuai fungsi dan tanggung jawab dari tiap-tiap
orang entah itu pemimpin atau bawahan. Dan kontrol dalam menyelesaikan masalah
dalam organisasi dilakukan oleh pemimpin supaya tidak terjadi ketidak cocokan
pendapat antar tiap orang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gaya kepemimpinan menurut Heidjrachman dan S. Husnan gaya kepemimpinan adalah


pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan
individu untuk mencapai tujuan tertentu. (Heidjrachman, 2002:224). Kepemimpinan dalam
sebuah organisasi dituntut untuk bisa membuat individu-individu dalam organisasi yang
dipimpinnya bisa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin untuk mencapai
tujuan organisasi. Maka dari itu seorang pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-
individu di dalam organisasi yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya kepemimpinan yang
tepat bagi organisasinya.

Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah
fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut bawahan, situasi
lingkungan, kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif bila
dapat melakukan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Terdapat kriteria
perilaku kepemimpinan yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha.

3.2 Saran

1. Untuk meningkatkan kinerja pemimpin harus berupaya seefektif mungkin


mengoptimalkan gaya kepemimpinan demokrasi. Karena semakin efektifnya gaya
kepemimpinan demokrasi akan meningkatkan kinerja.
2. Pemimpin harus meningkatkan komunikasi, sehingga hubungan dengan bawahan
terjalin dengan baik. Dengan semakin baiknya hubungan dengan karyawan secara
otomatis akan meningkatkan kinerja.
3. Pemimpin harus berupaya untuk memberikan pengertian tentang hasil yang didapat
dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga bawahan akan berusaha untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Avolio, B.J., B.M. Bass, D.I. Jung. (1999). Re-Examining the Components of Transformational
and Transactional Leadership Using the Multifactor Leadership Questionnaire. Journal of
Occupational and Organizational Psychology, 72, 441-462

Boone, L. E. & Kurtz, D. L. (2007). Contemporary Business (1sted). Jakarta: Salemba Empat.

Bass, B.M. (1997). Personal Selling and Transactional/Transformational Leadership. Journal of


Personal Selling & Sales Management, Vol. XVII, No. 3 (Summer 1997, Pages 19-28)

Danim, Sudarman. 2004. "Motivasi Kepemimpinan & Ektifitas Kelompok". Jakarta: Rineka
Cipta.

Hersey, Paul. 1994. Kunci Sukses Pemimpin Situasional. Jakarta : Delaprasata.

Jabnoun, N. and H.A. Al-Ghasyah. (2005). Leadership Styles Supporting ISO 9000:2000. The
Quality Management Journal, 12, 1, pp. 21-29

Nawawi, Hadari & Hadari, M. Martini. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta

Rahyuda, A.G. (2008). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Sistem Kompensasi


terhadap Kinerja Dosen. Tesis Program Studi Teknik dan Manajemen Industri Institut
Teknologi Bandung

Thoha, Miftah. 2010. "Kepemimpinan Dalam Manajemen". Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai