OLEH:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman
ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari
peranya memberikan pengajaran/instruksi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan
bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting
misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila
kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill,
Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu
melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka
inginkan.
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau mejadi seorang pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi
lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan yang merupakan hasil proses perubahan karakter atau
transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku organisasinya (Nawawi,
2003:113). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi
(Malayu, 2000:167).
Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah
fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut bawahan, situasi
lingkungan, kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif bila
dapat melakukan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Terdapat kriteria
perilaku kepemimpinan yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha.
Beda perusahaan biasanya butuh gaya kepemimpinan yang berbeda juga. Hal ini
dipengaruhi sistem perusahaan, jumlah pekerja, target yang harus dicapai, dan karakter atau sifat
dari SDM yang berbeda-beda. Meskipun belum menjadi salah satu leader di kantor atau
perusahaan tempat bekerja, tidak ada salahnya untuk tahu dan memahami sedikit soal gaya
kepemimpinan dan penerapannya serta kelebihan atau kekurangannya. Selain bekal untuk jadi
pemimpin masa depan, juga jadi tahu cara menghadapi bos yang gaya kepimpinannya
bermacam-macam. Dalam penulisan ini akan dibahas 7 gaya kepemimpinan yang banyak akan
dibahas satu per satu.
Mengingat situasi dan kondisi yang di hadapi seorang pemimpin sangat berbeda satu
dengan lainnya, sehingga muncul berbagai gaya kepemimpinan untuk situasi dan kondisi yang
tepat. Hal inilah yang menjadi dasar rumusan masalah dalam makalah ini yaitu gaya-gaya
kepemimpinan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah dapat memahami dan mendalami pokok
bahasan khususnya tentang “gaya-gaya kepemimpinan”.
BAB II
PEMBAHASAN
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks dimana seorang
pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan mencapai visi, misi, dan tugas,
atau objektif-objektif yang dengan itu membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu.
Seorang pemimpin itu melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan
dirinya yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan kemahirankemahiran yang
dimilikinya.
Seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila secara genetika
memiliki bakat-bakat kepemimpinan, kemudian bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan
melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinan serta ditopang oleh pengetahuan
teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang
menyangkut teori kepemimpinan.
Dari pengertian di atas, maka pemimpin pada hakikatnya merupakan seorang yang
mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain sekaligus mampu mempengaruhi orang
tersebut untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan memimpin secara profesional dengan menggunakan gaya
kepemimpinan yang menurutnya dipandang efektif dalam pengelolaan organisasi atau unit kerja
yang dipimpinnya.
Menurut Heidjrachman dan S. Husnan gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai
tujuan tertentu. (Heidjrachman, 2002:224). Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa
gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang
pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 1994:29).
Ada suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami kesuksesan dari
kepemimpinan, yakni dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh pemimpin
tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah gayanya. Gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat
diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun iklim
motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin
bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan dalam
tugas setiap bawahannya. Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya tertentu dalam
kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa bawahan yang dipimpinnya, mengerti
kekuatan dan kelemahan bawahannya, dan mengerti bagaimana caranya memanfaatkan kekuatan
bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang mereka miliki. Istilah gaya adalah cara yang
dipergunakan pimpinan dalam mempengaruhi para pengikutnya (Thoha, 2007:23).
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Pemimpin dengan gaya yang otoriter sebenarnya tidak salah namun sebagai
pemimpin harusnya cerdas dalam menerapkan gayanya dalam memimpin karena ada
bawahan yang bisa diperlakukan secara tegas namun ada juga yang tidak bisa
diperlakukan seperti itu. Solusi yang baik berdasarkan kendala yang terjadi diatas maka
sebagai pemimpin yang otoriter itu sebaiknya tegas disaat-saat yang memang
diharuskan namun sebaiknya pemimpin itu harus bisa memberikan ruang untuk
bawahan supaya dia juga bisa merasa nyaman dan tidak kaku dalam bekerja dengan
begitu apa yang menjadi perintah dapat ia kerjakan dengan baik sehingga tujuan dari
organisasi dapat terwujud. Selain itu kepercayaan yang diberikan oleh pemimpin
terhadap bawahannya juga perlu dengan begitu bawahan akan merasa sangat diandalkan
apabila seorang pemimpin dengan gaya yang otoriter dapat memberikan kepercayaan
kepadanya dengan begini bawahan merasa kemampuanya dihargai dengan begitu ia
akan bekerja dengan sangat serius.
Solusi untuk gaya kepemimpinan demokratis supaya dengan menerapkan gaya ini
tujuan bersama tetap tercapai dengan efektif dan efisien. Sebagai seorang pemimpin
walaupun harus tetap ramah dan harus mendengar masukan dari bawahan namun ia
dutuntut untuk menjaga sikap dan tindakannya sebagai seorang pemimpin sehingga orang
yang menjadi bawahannya tetap menghargai bahwa ia adalah sosok pemimpin. Oleh
karena itu pemimpin yang demokratis dituntut setidaknya harus bersikap tegas dan
memiliki kewibawaan supaya bawahannya tidak membuang banyak waktu dalam
membuat satu kesimpulan. Sebagai seorang pemimpin juga ia harus sadar tugas dan
tangung jawab utamanya adalah pengambilan keputusan, sehingga pemimpin itu dituntut
harus memiliki keberanian dalam mengambil suatu keputusan yang benar karena apapun
kesimpulan akhirnya dari semua bawahanya keputusan tetap dilakukan oleh pemimpin.
Dengan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat maka pekerjaan yang dilakukan
pula bisa selesai secara efektif dan efisien.
Tipe Pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang kuat lantaran citra nya
yang karismatik dan disenangi bawahannya. Para pengikut cenderung mengikuti
pemimpin karismatik karena mereka merasa kagum dengan apa yang sudah pemimpin itu
capai dan berusaha untuk seperti itu. Karisma tersebut muncul dari pesona yang dia
bangun sejak awal, sehingga hal itu sangat berpegaruh terhadap apapun kebijakan yang
dia buat.
Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki energi dan daya tarik yang luar biasa
untuk dapat mempengaruhi orang lain, maka tidaklah heran apabila memiliki pengikut
atau masa yang jumlahnya besar. Sifat kharismatik yang dimiliki adalah karunia dari
tuhan. Pemimpin kharismatik bisa dilihat dari cara mereka berbicara, berjalan maupun
bertindak.
Kebaikan atau Kelebihan Gaya Kepemimpinan Kharismatik :
Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas
Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat
Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya yang
berkharisma sehingga bisa dipercaya
Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya semaksimal
mungkin
Dalam menerapkan gaya kepemimpinan ini sebaiknya pemimpin itu harus mampu
meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja semua orang dalam tim, supaya dengan
begitu pekerjaan yang dilakukan oleh tiap anggota dalam tim tidak terlalu memerlukan
banyak waktu untuk mendapatkan perhatian yang detail dari pemimpin. Pemimpin juga
harus mampu mengkoordinasi bawahannya agar pekerjaan yang dilakukan itu harus rutin
dan kreatif dengan begitu bawahannya dapat memperoleh pengalaman dari pekerjaan yang
rutin ia kerjakan dalam tim. Sebagai pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional
karena sulit dilakukan pada jumlah bawahannya yang banyak, maka pemimpin dengan gaya
ini sebaiknya 1 pemimpin hanya memimpin 8 orang yang menjadi bawahannya berdasarkan
span of control. Dengan begitu pemimpin dapat dengan mudah mengawasi bawahannya.
Gaya kepemimpinan ini diistilahkan pertama kali oleh Max Weber pada 1947 dan
umumnya sering digunakan oleh manajer. Berfokus pada peraturan dan struktur
organisasi, seorang pemimpin diwajibkan untuk bertanggung jawab dalam mengatur
kinerja bawahannya secara rutin. Tentunya, pemimpin harus menjelaskan terlebih dahulu
tanggung jawab dan imbalan yang didapat bawahannya jika standar yang diinginkan
tercapai. Oleh karena itu, ada suatu timbal balik dimana pemimpin menginginkan apa
yang dimiliki pengikut dan sebagai balasannya, pemimpin akan memberikan apa yang
diinginkan oleh pengikut. Umumnya, perusahaan besar menggunakan gaya
kepemimpinan ini pada level manajemen menengah, namun ada juga pemimpin yang
mengombinasikan gaya kepemimpinan transaksional dengan gaya kepemimpinan yang
lain.
Penelitian-penelitian mengenai tipe kepemimpinan transaksional menyimpulkan
bahwa segala aktifitas pekerjaan yang dilakukan bawahan harus memiliki harga atau
mendapatkan imbalan. Namun hal tersebut justru menjadi kelemahan tipe kepemimpinan
transaksional karena komitmen bawahan terhadap organisasi biasanya berjangka pendek
(Avolio, Bass and Jung, 1999 : 460). Mereka menambahkan bahwa aktivitas pekerjaan
bawahan hanya terfokus pada negosiasi upah serta mengabaikan pemecahan masalah atau
visi bersama. Komitmen bawahan terhadap organisasi akan tergantung pada sejauh mana
kemampuan organisasi dalam memenuhi keinginan bawahan. Hal inilah nampaknya yang
mendorong Bass pada tahun 1990 untuk mengembangkan konsep kepemimpinan
transformasional untuk melengkapi teori kepemimpinan transaksional yang masih
memiliki kelemahan (Rahyuda, 2008 : 16).
Tugas controlling pada dasarnya adalah tugas seorang pemimpin dan bukan
dilakukan oleh bawahan. Dalam menyelesaikan masalah fungsi kontrol dari seorang
pemimpin adalah yang terpenting bukan dari bawahannya karena bawahan tidak bisa
mengontrol dan mengawasi pekerjaan yang dia lakukan apakah benar atau salah dalam
tim. Pemimpin yang partisipatif bukan berarti partisipasi pemimpin dan bahwan harus
sama atau seimbang. Partisipasi itu harus sesuai fungsi dan tanggung jawab dari tiap-tiap
orang entah itu pemimpin atau bawahan. Dan kontrol dalam menyelesaikan masalah
dalam organisasi dilakukan oleh pemimpin supaya tidak terjadi ketidak cocokan
pendapat antar tiap orang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik, karena gaya kepemimpinan haruslah
fleksibel dan harus disesuaikan dengan perilaku, sistem nilai yang dianut bawahan, situasi
lingkungan, kematangan dan situasi bawahan. Seorang pemimpin yang berhasil dan efektif bila
dapat melakukan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang tepat. Terdapat kriteria
perilaku kepemimpinan yang dapat menentukan gaya kepemimpinan pengusaha.
3.2 Saran
Avolio, B.J., B.M. Bass, D.I. Jung. (1999). Re-Examining the Components of Transformational
and Transactional Leadership Using the Multifactor Leadership Questionnaire. Journal of
Occupational and Organizational Psychology, 72, 441-462
Boone, L. E. & Kurtz, D. L. (2007). Contemporary Business (1sted). Jakarta: Salemba Empat.
Danim, Sudarman. 2004. "Motivasi Kepemimpinan & Ektifitas Kelompok". Jakarta: Rineka
Cipta.
Jabnoun, N. and H.A. Al-Ghasyah. (2005). Leadership Styles Supporting ISO 9000:2000. The
Quality Management Journal, 12, 1, pp. 21-29
Nawawi, Hadari & Hadari, M. Martini. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta