Anda di halaman 1dari 15

PENGANGGURAN DARI PERPEKTIF EKONOMI DAN PEMIKIRAN

EKONOMI IBN KHALDUN

Oleh : Drs. H. Suraji, MSi.

Dosen PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo

ABSTRAK

Pengangguran adalah seseorang yang termasuk angkatan kerja yang ingin bekerja tetapi
belum mendapatkan pekerjaan. Terjadinya pengangguran karena jumlah lapangan kerja
yang tersedia lebih sedikit dibandingkan jumlah pencari kerja. Dampak dari
pengangguran adalah timbulnya ketidakstabilan diberbagai bidang secara
multidimensional. Kebijakan ekonomi dalam mengatasi pengangguran adalah dengan
membuka lapangan kerja melalui berbagai sektor, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan
baik secara formal maupun nonformal, meningkatkan pengembangan SDM serta
membuka kesempatan kerja di luar negeri. Pemikiran Ibn Khaldun, ek onomi suatu
negara secara empiris mencakup berbagai permasalahan ekonomi mikro dan makro.
Dewasa ini dengan resesi yang berkepanjangan yang diikuti dengan semakin tinggi
jumlah pengangguran, pemikiran ekonomi Islam Ibn Khaldun memiliki peluang yang
besar sebagai landasan pemikiran dan kebijakan negara dalam mencari jalan keluar
dari kemelut ekonomi dunia.

Kata kunci: Pengangguran,Ekonomi, Ibn Khaldun

A. PENDAHULUAN

Sindownews.com menyebutkan angka pengangguran di dunia pada tahun 2013


naik sebanyak 5 juta orang menjadi 202 juta, ditengah perekonomian global yang
berusaha bangkit dari resesi. ILO,memperkirakan pada tahun 2018 sekitar 215 juta
orang di seluruh dunia akan menjadi pengangguran. “Dimana pada tingkat
pertumbuhan saat ini, kita tidak mampu menghasilkan perbaikan dalam angka-angka.
Memang mereka akan menjadi lebih buruk. (Ryder , 2013).

Pengangguran di Indonesia berdasarkan data ranking entitas Wikipedia


menduduki peringkat 133 dari 197 negara-negara di dunia dengan tingkat
pengangguran 12,50% (Wikipedia , 2012).

Tingkat pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang seperti Indonesia


kurang seimbang dengan penyediaan lapangan kerja sehingga banyak orang yang
terpaksa menganggur. Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat
kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator untuk mengatasi
pengangguran, sementara dampak sosial dari pengangguran ini relataip lebih besar
dan banyak efek sampingnya misalnya tentang tingkat kriminalitas di tiap daerah
yang semakin bertambah karena adanya dorongan ekonomi.

Pengangguran merupakan masalah pokok dalam masyarakat modern. Apabila


tingkat pengangguran tinggi, sumber daya manusia menjadi terbuang percuma dan
tingkat pendapatan masyarakat akan merosot. Dalam situasi seperti ini, kelesuan
ekonomi akan berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga
sehari-hari. Mengingat kompleknya masalah ini maka upaya pemecahannyapun tidak
terbatas pada kebijakan di bidang ekonomi dan sosial saja tetapi juga merambah pada
bidang yang lain seperi bidang politik , pendidikan, dan keamanan secara
multidimensional.

A. DEFINISI DAN KONSEP

Pengangguran adalah seseorang yang termasuk angkatan kerja yang ingin bekerja
, tetapi belum mendapatkan pekerjaan.( Hananto, 1983) Berdasarkan pengertian dari
International Labour Organization (ILO) yang dimaksud pengangguran adalah
mereka yang bekerja kurang dari satu jam per minggu.

Di Indonesia yang dimaksud angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15


tahun ke atas sampai usia 64 tahun yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi
(Biro Pusat Statistik, 1983). Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja,
mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja, dan tidak mempunyai
pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur 15
tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus
rumah tangga, pensiun, atau sesara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk
bekerja tidak dimasukkan dalam angkatan kerja.

Bekerja diartikan sebagai melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau


membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan berupa uang atau barang dalam kurun waktu (time referece) tertentu.(Ida
Bagus Mantra, 2010).

Mereka yang bekerja dibagi menjadi dua, yaitu : fully employed dan under
employed. Angkatan kerja yang bekerja penuh diartikan sebagai dimanfaatkan penuh
(fully emeployed) dan yang bekerja tidak penuh yakni yang kurang dimanfaatkan
(under employed) didasarkan pada jumlah jam kerja seminggu yang lebih dikenal
dengan setengah penganggur karena upah yang rendah, setengah penganggur karena
pendidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan jenis pekerjaan dan lain-lain.

Menurut Badan Pusat Statistik (2000), konsep setengah penganggur adalah


mereka yang bekerja dalam seminggu kurang dari 35 jam.
Setengah penganggur dibedakan dalam dua kelompok yaitu setengah penganggur
sukarela dan setengah penganggur terpaksa. Setengah menganggur sukarela adalah
yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu akan tetapi tidak ingin mencari pekerjaan
dan diberi tambahan pekerjaanpun mereka menolak. Setengah menganggur terpaksa
dibedakan menjadi setengah penganggur terpaksa aktip mencari pekerjaan dan
setengah menganggur terpaksa pasip dalam mencari pekerjaan tambahan. Apabiala
digamabarkan dalam bentuk sekema nampak sebagai berikut :

Ukuran angkatan kerja yang sering digunakan adalah tingkat partisipasi


angkatan kerja (TPAK) dan tingkat pengangguran terbuka (TP). Kedua ukuran itu
biasanya dianalisis menurut umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan
perbedaan antara desa dan kota.

1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah angka yang
menunjukkan persentasi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Secara
umum TPAK dapat dirumuskan :

TPK = Angkatan kerja x 100%

Penduduk usia kerja

Untuk menghitung TPAK menurut golongan umur dan pendidikan


digunakan rumus sebagai berikut :

TPAK (Gol.Umur) = Angkatan kerja (golongan umur) x 100%

Tenaga kerja (golongan umur)

TPAK (Tk. Pendidikan) = Angkatan kerja (tk. pendidikan) x 100%

Tenaga kerja (tk. pendidikan)

Angka TPAK bisa digunakan sebagai dasar untuk mengetahui penduduk


yang aktif berkerja ataupun mencari pekerjaan. Bila angka TPAK kecil maka
dapat diduga bahwa penduduk usia kerja banyak yang tergolong bukan angkatan
kerja baik yang sedang sekolah maupuan mengurus rumah tangga dan lainnya.
Dengan demikian angka TPAK dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk yang
masih bersekolah dan penduduk yang mengurus rumah tangga. Kedua faktor
tersebut dapat pula dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan sosial budaya.

2. Tingkat Pengangguran (TP)

Menurut Effendi (1987) konsep tentang tingkat pengangguran di Indonsia


amat sulit diterapkan karena di Indonesia pengangguran tidak mendapatkan
tunjangan pengangguran, sehingga amat sedikit orang yang mau menganggur,
kecuali ada orang (keluarga) yang bersedia menanggung biaya hidupnya.

Tingkat pengangguran (TP) adalah angka yang menujukkan persentase yang


sedang mencari pekerjaan terhadap angkatan kerja. Secara umum dapat
dirumuskan :

TP = Sedang mencari kerja x 100%

Angkatan kerja

Tingkat pengangguran ini biasanya dianalisis menurut umur, pendidikan, dan


perbedaan menurut jenis kelamin atau desa-kota.

TP (Gol. Umur) = Sedang mencari kerja (gol.umur) x 100%


Angkatan kerja (gol.umur)

TP (Tk. Pend) = Sedang mencari kerja (tk. pend) x 100%

Angkatan kerja (tk. pend)

Menurut sensus 2000 Badan Pusat Statistik yang dimaksud dengan sedang
mencari kerja adalah :

a. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan


pekerjaan atau pencari kerja baru.

b. Mereka yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan
berusaha mendapatkan pekerjaan atau pencari kerja lama.

c. Mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan


atau pencari kerja lama.

3. Tingkat Setengah Penganggur (TSP)

Setengah penganggur adalah mereka yang bekerja kurang dari jam kerja
normal (kurang 35 jam perminggu). Tingkat setengah penganggur adalah angka
yang menunjukkan persentase jumlah yang bekerja kurang dari 35 jam per
minggu terhadap jumlah yang bekerja seluruhnya. Apabila dirumuskan sebagai
berikut :

TSP = Jumlah yang bekerja<35 jam perminggu x


100%

Jumlah yang bekerja seluruhnya

TSP Terpaksa = Jumlah yang bekerja<35 jam perminggu & masih mencari
pekerjaan dibagi jumlah yang bekerja seluruhnya dikalikan seratus persen.

TSP Sukarela = Jumlah yang bekerja <35 jam perminggu & tidak bersedia
menerima tawaran pekerjaan dibagi jumlah yang bekerja seluruhnya dikalikan
seratus persen.

B. FAKTOR, PENYEBAB, DAN DAMPAK PENGANGGURAN

Faktor terjadinya pengangguran antara lain: pertama pertumbuhan penduduk


lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja. Kedua kualitas
sumber daya manusia rendah karena kurang pendidikan dan ketrampilannya. Ketiga,
adanya mekanisme produksi untuk mengganti peran tenaga kerja. Keempat, pekerjaan
yang dipengaruhi oleh musim, khususnya dibidang pertanian, saat menunggu musim
panen sering petani tidak ada pekerjaan. Kelima, situasi politik, keamanan suatu
negara, keadaan negara yang tidak aman karena perang, kehidupan politik yang
membuat negara lebih sibuk mengurusi masalah perang sehingga masalah
pengangguran kurang mendapat perhatian.(Yustika, 2002).

Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:

1. Pengangguran Friksional, yaitu pengangguran yang terjadi karena kesulitan


yang bersifat temporer dalam mempertemukan pencari kerja dengan lowongan
kerja.

2. Pengangguran Struktural, pengangguran yang terjadi karena adanya


perubahan dalam struktur perekonomian.

3. Pengangguran Musiman, pengangguran yang terjadi karena pengaruh musim.


Pada umumnya terjadi pada bidang pertanian dan para pelaut.

4. Pengangguran Teknologi, pengangguran yang disebabkan


perkembangan/pergantian teknologi . Perubahan ini dapat menyebabkan
pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan teknologi yang diterapkan.

5. Pengangguran konjungtural siklus yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh


perubahan gelombang naik turunya kehidupan perekonomian.

6. Pengangguran voluntery sukarela, yaitu pengangguran yang terjadi karena


angkatan kerja sudah merasa cukup sehingga tidak perlu bekerja lagi karena
mereka memperoleh penghasilan dari harta kekayaannya.

7. Pengangguran deflasioner terbuka, yaitu pengangguran yang diakibatkan


karena pencari kerja jumlahnya lebih banyak daripada lowongan pekerjaan
yang tersedia. (Swasono, 1986).

Dampak dari pengangguran secara makro menurut Tukiran (2000) adalah


pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial, ekonomi, politik, dan
pertahanan keamanan negara sehingga akan mengganggu proses pembangunan.
Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak. Meningkatnya
biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah,dan dapat menambah beban
utang negara.

Secara micro dampak dari pengangguran adalah ketiadaan pendapatan


menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Apabila
pengangguran berkepanjangan dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk
terhadap pribadi penganggur dan keluarganya. Pengangguran dapat
menghilangkan ketrampilannya karena tidak digunakan apabila mereka tidak
bekerja.

C. KESEMPATAN KERJA DAN KEBIJAKAN PENGANGGURAN

Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja di suatu wilayah
(Kasto, 1995). Kesemptan kerja ini dapat dikelompokkan berdasarkan : lapangan
usaha menurut sektor, jabatan atau jenis pekerjaan, dan status pekerjaan.

1. Menurut sektor atau lapangan usaha

Menurut Chris Manning (1983) analisis data mengenai kegiatan ekonomi


penduduk umumnya menitik beratkan pada alokasi angkatan kerja yang bekerja
menurut sektor, tren perpindahan, dan penyebab perpindahan tersebut serta
implikasinya. Alokasi pekerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan inti
dari teori”kelebihan pekerja” yang dikembangkan oleh Lewis dan teori”ekonomi
dualistis” yang mengkaitkan penyerapan pekerja di sektor industri dengan titik balik
dalam pembangunan ekonomi.

Pembagian angkatan kerja yang bekerja dan perkembangannya menurut Sakernas


2000 dan SP2000 berdasarkan lapangan usaha meliputi 8 sektor sebagai berikut : a.
pertanian b. industri pengolahan, c.bangunan, d. perdagangan, e. angkutan, f.
keuangan, g. jasa kemasyarakatanm, h. lain-lain (pertambangan, listrik, gas, dan air).

2. Menurut jenis/ Jabatan pekerjaan

Penggolongan jenis/jabatan berdasarkan Badan Pusat


Statistik (BPS) tahun 2000 sebagai berikut: a. Pimpinan dan manajer senior, b.
Tenaga ahli, c. Teknisi dan sejenisnya, d. Tenaga produksi dan tenaga terkait, e. Tata
usaha dan usaha jasa tingkat lanjutan, f. Tata usaha dan usaha jasa tingkat menengah,
g. Pekerja produksi dan angkutan tingkat menengah, h. Tata usaha, penjualan dan jasa
tingkat rendah, i. Pekerja kasar dan pekerja terkait.

3. Menurut status pekerjaan

Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di


suatu unit usaha. Status pekerjaan dibedakan sebagai berikut : a. Berusaha sendiri
tanpa bantuan orang lain, b. Berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga, buruh
tidak tetap, c. Berusaha dengan buruh tetap, pengusaha yang mempekerjakan buruh
tetap dibayar tanpa memeperhatikan ada kegiatan apa tidak, d. Buruh karyawan,
seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi dengan menerima upah, e.
Pekerja tanpa menerima upah.

Adanya berbagai macam pengangguran dibutuhkan kebijakan yang berkaitan


dengan cara-cara untuk mengatasi pengangguran, yang terjadi. Adapun cara
mengatasi pengangguran adalah sebagai berikut:

1. Pengangguran friksional dapat diatasi dengan cara :

a. Perluasan jaringan komunikasi dan informasi di berbagai bidang terutama


di bidang industri.

b. Mengintensipkan pengembangan sektor informal di berbagai bidang.

c. Program transmigrasi ditingkatkan untuk membuka lahan baru di pulau-


pulau terpencil yang berbatasan dengan negara tetangga.

d. Pembukaan proyek-proyek umum, oleh pemerintah baik di tingkat daerah


maupun di tingkat pusat yang sifatnya padat karya.

e. Kemudahan kredit untuk merangsang investor baru di berbagai bidang.

2. Mengatasi pengangguran struktural dengan cara sebagai berikut:

a. Meningkatkan mobilitas modal dan tenaga kerja.

b. Memindahakan tenaga kerja ke tempat yang kekurangan tenaga kerja

c. Mendirikan industri padat karya di wilayah pengangguran

d. Mengadakan pelatihan tenaga kerja.

3. Pengangguran musiman diatasi dengan cara sebaga berikut:

a. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.

b. Melakukan pelatihan di bidang ketrampilan lain untuk memanfaatkan


waktu ketika menunggu musim tertentu.

4. Pengangguran teknologi dapat diatasi dengan cara :

a. Selektif dalam memilih teknologi

b. Meningkatkan pendidikan di bidang teknologi.

c. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia.


5. Pengangguran konjungtural siklus diatasi dengan cara sebagai berikut:

a. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa

b. Meningkatkan daya beli masyarakat.

6. Pengangguran voluntary sukarela dapat diatasi sebagai berikut:

a. Memotivasi angkatan kerja bahwa dengan bekerja kemakmuran dan


kesejahteraan akan lebih meningkat.

b. Kedudukan dan status sosial akan lebih tinggi dengan bekerja.

7. Pengangguran deflasioner terbuka diatasi dengan cara sebagai berikut :

a. Membuka kesempatan kerja di luar negeri

b. Menjalin kerja sama antar negara dalam urusan tenaga kerja di


intensifkan.

c. Peningkatan sistem padat karya di berbagai daerah di Indonesia.

D. PEMIKIRAN EKONOMI IBN KHALDUN

Pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi terkait dengan aspek negara (G), syariah
(S), masyarakat (N), kesejahteraan/kemakmuran (W), pembangunan (g), dan keadilan
(J) yang dinamakan lingkaran keadilan negara.

Gambar tersebut di bawah ini menunjukkan siklus kemajuan dan kemunduran


suatu negara, siklus kemajuan prosesnya adalah berputar seperti arah jarum jam
(lingkaran luar), dan siklus kemunduran negara arahnya adalah berputar melawan
arah jarum jam (lingkaran dalam).
Siklus kemajuan suatu negara prosesnya sebagai berikut:

1. Pemerintah (G) tidak dapat diwujudakan kecuali dengan implementasi Syari’ah


(S).

2. Implementasi Syari’ah (S) tidak bisa diwujudkan kecuali oleh Masyarakat (N).

3. Masyarakat (N) dan Pemerintah (G) yang mengimplementasi Syari’ah akan


menghasilakan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi (W).

4. Dengan kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi (W) maka dapat melakukan


pembangunan (g).

5. Pembangun (g) yang dilakukan oleh Masyarakat (N) dan Pemerintah (G) tidak
akan tercapai kecuali dengan Keadilan (J).

6. Pemerintah atau penguasa (G) bertangung jawab mewujudkan keadilan (J).


Maka ketika ekonomi kuat maka negara akan maju dan berkembang menjadi
negara yang kuat dan beradab.

Siklus kemunduran suatu negara prosesnya sebagai berikut:

1. Pembangunan(g) yang tidak adil (J) mengakibatkan kesejahteraan masyarakat


yang sejati tidak akan terwujud (W).

2. Kesejahteraan masyarakat yang tidak terwujud (W) masyarakat menjadi kacau


dan lemah (N).

3. Masyarakat yang lemah dan kacau (N) akan mempengaruhi dan mengganggu
pemahaman dan implementasi Syari’ah (S).

4. Implementsi Syari’ah yang terganggu di masyarakat menyebkan lemahnya


implementasi Syari’ah pada Pemerintah (G).

Pemikiran Ibn Khaldun dalam M.Umer Chapra dirumuskan dalam relasi


fungsional masing-masing variabel yang digabung dalam formula : G = f(S, N,W,
g,J). G adalah fungsi dari variabel (S,N,W, g,j). G ditempatkan sebagai variabel
dependent, karena G dalam hal ini adalah kelangsungan peradaban, kejayaan atau
kemunduran/keruntuhan dipengaruhi oleh lima variabel tersebut. Penguasa/negara
bertugas dan bertanggung jawab menerapkan syari’ah, sebab tanpa syari’ah,
masyarakat akan kacau, negara akan runtuh. Negara juga harus menjamin hak-hak
masyarakat dan bertanggung jawab mewujudkan kesejahteraan(N) agar masyarakat
sejahtera/makmur (W) melalui pembangunan yang adil.

Gerakan ekonomi syariah yang sedang berlangsung sekarang ini, sangat kondusif
dan signifikan untuk membangun. Pemahaman syari’ah dan implementasi
pembangunan ekonomi umat akan mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan
makmur berdasarkan syari’ah. Apabila masyarakat telah makmur maka dapat
melaksanakan pembangunan secara lebih adil. Apabiala gerakan ekonomi syari’ah ini
berjalan baik secara akademis maupun prakatek maka akan bermuara pada kejayaan
negara.

Umat Islam pada dasarnya mampu untuk menyajikan semua variabel dalam
lingkaran keadilan menjadi kekuatan besar untuk negara, akan tetapi variabel-variabel
tersebut tidak digerakan oleh pemerintah sebagai pemegang kekuasaan. Pemerintah
mulai melupakan kewajiban-kewajiban dan tanggung jawabnya. Pemerintah gagal
mengimplementasikan syari’ah sebagai pedoman dan rujukan ketaatan dalam nilai –
nilai di masyarakat, pemerintah juga lalai di dalam menjamin keadilan dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan masyarakat, dampaknya adalah pembangunan
dan kemakmuran mengalami kemunduran dan pengangguran semakin mengingkat
jumlahnya.

Kesempatan kerja sebagai bagian dari kegiatan ekonomi oleh Ibn Khaldun disebut
sebagai penghidupan. Penghidupan dapat diperoleh dari :

1. Memerintah, bertani, berdagang, dan mengembangkan industri

2. Pertukangan adalah kehidupan kedua setelah pertanian

3. Menjadi pelayan

4. Orang-orang yang mengurusi persoalan agama (guru, imam, khatib, muazin,


musfti, kadi)

5. Arsitektur dan tukang jahit

6. Kebidanan, kedokteran

7. Kaligrafi dan seni, menulis buku, menyanyi.

IbnKhaldun dalam mengkaji perkembangan berbagai masyarakat menekankan


pentingnya pembagian kerja dalam masyarakat tersebut. Ia mengurutkan bangsa –
bangsa dan sistem-sistem yang ia kaji sesuai dengan pola produksi ekonominya.

Ibn Khaldun juga telah merumuskan teori harga dan hukum supply and
demand sebelum ekonomi barat modern merumuskannya. Menurutnya bila suatu
kota berkembang dan populasinya bertambah banyak, rakyatnya semakin
makmur, maka permintaan terhadap barang-barang semakin meningkat, akibatnya
harga menjadi naik. Pasar menurutnya merupakan tempat yang menyediakan
kebutuhan manusia, baik kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.

Faktor penentu yang manaikan dan menurunkan permintaan (demand) ada


lima faktor yakni : a. harga, b. pendapatan, c. jumlah penduduk, d. kebiasaan
masyarakat, e. pembangunan kesejahteraan. Sedangkan faktor yang menentukan
penawaran (supply) ada enam, yakni : a. harga, b. permintaan, c. laju keuntungan,
d. buruh, e. keamanan, f. tingkat kesejahteraan masyarakat.

Dalam ekonomi, Ibn Khaldun juga membahas upah buruh. Menurutnya buruh
adalah sumber nilai. Faktor yang paling menentukan, urgen, dan bernilai dalam
ekonomi menurut Ibn Khaldun adalah kerja buruh yang memiliki skills.
Pendapatan adalah nilai kerja manusia, oleh karena itu keuntungan hanya dapat
diperoleh dengan usaha dan kerja. Demikian halnya dengan penghasilan yang
diperoleh dari pertambangan, pertanian, atau peternakan, karena kalau tidak ada
kerja dan usaha (buruh) maka tidak akan ada hasil keuntungan.
Menurut Ibn Khaldun kerja merupakan faktor penting dalam menciptakan
kemajuan dan semaraknya kebudayaan. Bahkan kerja buruh merupakan faktor
terpenting bagi pertumbuhan kemajuan dan peradaban. Jadi setiap kali kuantitas
kerja secara umum meningkat maka akan meningkat pulalah kemakmuran suatu
masyarakat, dan sebaliknya bilamana kuantitas kerja menurun maka akan
menurun pulalah kondisi ekonomi suatu masyarakat yang dapat berakibat
timbulnya disintegrasi politik.

Ibn Khaldun juga mengkaitkan antara jumlah penduduk dengan pertumbuhan


ekonomi. Setiap kali jumlah penduk meningkat maka kuantitas kerja pun akan
meningkat yang berakibat meningkatnya produksi. Sebaliknya setiap kali jumlah
penduduk menurun akan menurun pulalah kuantitas kerja yang berakibat
menurunnya produksi. Kata Ibn Khaldun: “ Tidakkah anda saksikan bahwa di
tempat-tempat yang kurang penduduknya kesempatan kerja adalah sedikit atau
tidak ada sama sekali, dan penghasilan rendah sebab sedikitnya kegiatan-kegiatan
manusia. Sebaliknya kota-kota yang kebudayaannya lebih maju penduduknya
lebih baik keadaannya dan makmur.”

Faktor-faktor produksi menurut Ibn Khaldun ada tiga, yaitu alam, pekerjaan
dan modal. Alam merupakan sumber daya yang membekali manusia berupa
materi yang ada kalanya dapat dipergunakan secara langsung dan ada kalanya
pula setelah ia olah. Pekerjaan merupakan faktor utama yang melebihi kedua
faktor lainnya yakni alam dan modal. Pekerjaan merupakan faktor yang selalu ada
dalam semua bentuk produksi. Modal kedudukannya adalah sebagai salah salah
satu alat produksi.

Pemikiran Ibn Khaldun tersebut di atas dapat digunakan sebagai landasan dan
pilar utama dalam ekonomi Islam terutama dalam merumuskan pemikiran tentang
devision of labour, karena pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi memiliki
signifikansi yang sangat besar bagi pengembangan ekonomi Islam ke depan.

E. KESIMPULAN

1. Pengangguran terjadi karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih sedikit
dibandingkan jumlah pencari kerja.

2. Faktor utama terjadinya pengangguran adalah sumber daya manusia yang


tersedia tidak bisa memenuhi kualifikasi kebutuhan lapangan kerja yang tersedia.

3. Dampak dari pengangguran adalah timbulnya ketidakstabilan diberbagai bidang,


seperti bidang ekonomi, sosial, dan politik serta bidang lain secara
multidimensional.
4. Kebijakan dalam mengatasi pengangguran adalah perlunya membuka lapangan
kerja melalui berbagai sektor, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan yang tersedia
baik secara formal maupun non formal.

5. Meningkatkan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia serta membuka


kesematan kerja di luar negeri.

6. Secara historis pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi jauh mendahului para
sarjana Barat modern.

7. Kajian empiris tentang ekonomi Islam yang dilakukan Ibn Khaldun mencakup
berbagai permasalahan ekonomi, baik secara makro maupun micro.

8. Pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi memiliki signifikansi yang positif


sebagai embrio pengembangan ekonomi Isam dewasa ini , yang mana pada saat
ini ekonomi dunia sedang dilanda resesi global dan berkepanjangan serta
menigkatnya jumlah pengangguran di berbagai negara.

DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, 2014, Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun, Sekjen DPP Ikatan Ahli Ekonomi
slam Indonesia (IAEI). http//shariaeconomic.wordpress.com

Ahmadie Thoha, 2000, Muqaddimah Ibn Khaldun, Pustaka Firdause, Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2001a, Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000
Seri L.2.2. Jakarta :BPS

__________________,2001b, Estimasi Fertilitas, Mortalitas, dan Migrasi. Hasil Sensus


Penduduk Tahun 2000, Jakarta :BPS.

Effendi, Tadjuddin Noer, 1987. Konsep dan Ukuran Ketenagakerjaan. Lokakarya


Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Diselenggarakan di Yogyakarta 16
Februari – 7 Maret oleh Meneg KLH bekerja sama dengan PPK dan PPLH, UGM.

Ekonomi Dunia. http://ramadan.sindonews.com/red/2014/01/20/35/828371

Hananto, Sigit, 1983, Perkembangan Kesempatan Kerja dan Ciri-Ciri Pekerja Sektor
Formal-Informal. Paper Lokakarya Nasional Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja.
Jakarta : 12-14 Januari.
Kasto, 1995. Karakteristik Demografi, Sosial dan Ekonomi Sumber Daya . Pemuda
Indonesia. Populasi. 6.(1).

Manning, Chris. 1983. Kegiatan Ekonomi Angkatan Kerja. Lapangan Pekerjaan Jenis
dan Status Pekerjaan, dalam Peter F.Mc Donald (ed).Pedoman Analisis Data Sensus
1971-1980. Canberra : Australian Universities International Development Program.

Mantra, Ida Bagus. 2010. Demografi Umum, Penerbit Pustaka Pelajar .Edisi Kedua.
Yogyakarta.

Pengangguran, Wikipedia bahasa Indonesi, ensiklopedia bebas.


http//id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran. 3/14/2014.

Siswanto, Agus Wilopo. 1996. Kebijaksanaan Kependudukan Indonesia Selama Repelita


VI, dalam Agus Dwiyanto, et al (eds), Penduduk dan Pembangunan. Penerbit Aditya
Media. Yogyakarta.

Swasono, Sri Edi. 1986. Kependudukan, Kolonisasi, dan Transmigrasi. Dalam Sri Edi
Swasono dan Masri Singarimbun (eds). Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. Penerbit
UI Press. Jakarta.

Tukiran. 2000. Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Reorientasi Kebijakan


Kependudukan. Penyunting Faturochman dan Agus Dwiyanto. Pusat Penelitian
Kependudukan. Yogyakarta.

Yustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan Krisis Memetakan Ekonomi Indonesia.
Penerbit Grasindo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai