Oleh : Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN
Dari waktu ke waktu, ilmu pengetahuan selalu berkembang diseluruh dunia baik
dalam bidang teknologi informasi, teknologi industri, energi, kesehatan, biologi, kimia,
pertanian, transportasi, dan lain sebagainya. Pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat. Segala hal diupayakan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat ini, dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk dunia, kebutuhan pangan merupakan hal yang sangat penting.
Begitupun jumlah penduduk Indonesia yang melonjak cukup pesat harus menjadi
perhatian pemerintah. Pertumbuhan penduduk pasti mempengaruhi ketahanan pangan. Suatu
sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Pertumbuhan
penduduk yang tidak terkendali akan menjadi pemicu utama lahirnya persoalan pangan.
BAB II
2
PEMBAHASAN
Dalam publikasi terbaru yang diterbitkan oleh Food and Agriculture Organization
(FAO) PBB mengenai “indeks harga makanan”, indeks yang mengukur perubahan harga
sekeranjang komoditas pangan dunia secara bulanan, secara jelas menunjukkan bahwa harga
komoditas tersebut mengalami kenaikan terus-menerus dalam beberapa tahun terakhir di
berbagai belahan dunia.
Harga pangan dianggap sebagai “tsunami bisu” yang akan mempengaruhi kehidupan
jutaan orang, karena tampaknya era makanan murah telah berakhir dan beban dari harga-
harga baru ini akan semakin membuat dunia “tenggelam” seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dunia.
Beberapa faktor berkontribusi terhadap kenaikan harga pangan saat ini. Kenaikan
jumlah populasi dunia secara keseluruhan mengindikasikan akan bertambahnya jumlah
individu yang harus diberi makan, kenaikan permintaan jumlah makanan dan kualitas
makanan yang lebih baik dari negara-negara seperti India atau China.
Meningkatnya kekhawatiran terhadap harga pangan dan bagaimana hal ini berdampak
pada tingkat kemiskinan dan pembangunan, terbukti oleh kerusuhan dan revolusi yang terjadi
di Timur Tengah. Harga pangan merupakan pendorong terjadinya kerusuhan sosial yang
menyebar di Tunisia dan selanjutnya berkembang menjadi isu di beberapa negara lain.
Tingginya harga pangan menyebabkan jutaan orang jatuh ke jurang kemiskinan,
mengakibatkan kerusuhan, ketidakstabilan ekonomi dan meruntuhkan kekuasaan pemerintah
di negara-negara berkembang tersebut.
Krisis pangan yang sedang terjadi mengingatkan kita bahwa isu ketahanan pangan
adalah isu permasalahan sosial dan merupakan permasalahan ekonomi. Dalam kasus
Indonesia, kebijakan di bidang pertanian saat ini telah menghasilkan beberapa poin yang
beralasan mengenai swasembada beberapa pangan utama, mengembangkan diversifikasi
pangan, meningkatkan kapasitas dan efisiensi yang produktif, dan kebijakan-kebijakan ini
juga telah mampu meningkatkan standar kehidupan bagi sejumlah penduduk.
Negara seperti Indonesia telah membuat perkembangan yang signifikan dalam usaha
mengurangi kemiskinan sejak krisis finansial Asia di tahun 1998, dan dengan pengembangan
produktivitas di bidang pertanian, Indonesia telah memperoleh predikat sebagai salah satu
negara yang mengalami perkembangan di sektor pertanian tercepat.
Sebuah fakta yang mengejutkan, hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010 ternyata
mencapai angka 241,9 juta jiwa. Tingkat pertumbuhannya pun yang menyentuh angka 1,49
persen per tahun ternyata meleset dari perkiraan sebelumnya. Angka ini memang sebuah
statistik, tetapi bukan sekedar statistik karena memiliki makna penting dan implikasi yang
serius. Makna penting dari angka ini adalah 241,9 juta jiwa penduduk Indonesia jangan
sampai menjadi beban tetapi harus menjadi modal pembangunan. Penduduk Indonesia harus
memperoleh pendidikan agar cerdas, kreatif dan inovatif. Selain itumereka harus pula
memperoleh pangan dan asupan gizi yang cukup agar sehat, serta memperoleh pencerahan
agama dan budaya agar jujur dan amanah serta menjunjung nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Statistik ini pun memiliki implikasi yang serius terhadap sumberdaya alam dan
lingkungan, mulai dari soal penyediaan pangan, energi, alokasi lahan permukiman hingga
meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan.
Jumlah penduduk sebesar 241,9 juta jiwa telah menempatkan Indonesia sebagai
negara keempat terbanyak jumlah penduduknya setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Indonesia menghadapi berbagai masalah kependudukan seperti ketidakmerataan
persebarannya, piramida penduduk yang melebar, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang masih sangat rendah. Persoalan ketidakmerataan penyebaran penduduk cukup serius.
Sebagian besar penduduk terkonsentrasi di pulau Jawa (57,49 persen) sementara luas
lahannya hanya 7 persen dari luas Indonesia. Amat berbeda dengan penduduk luar Jawa
khususnya di Indonesia Timur yang relatif jarang penduduknya dan mendiami lahan yang
luas. Dampak lanjutannya adalah terkait masalah ekonomi yakni ketimpangan antar-wilayah,
antar-sektor dan kemiskinan. Ketimpangan distribusi: Jawa dan luar Jawa, kota dan
perdesaan serta ketimpangan pertumbuhan antara kota-kota metropolitan dan kota menengah
kecil memiliki implikasi yang luas terhadap penyediaan infrastruktur, perumahan, fasilitas
sosial-ekonomi, dan khususnya terkait dengan penyediaan pangan, kecukupan pemenuhan
kebutuhan energi, dan kerusakan lingkungan hidup.
Masalah jumlah penduduk yang besar ini tak hanya sekedar persoalan ekonomi, sosial
dan lingkungan melainkan juga terkait dengan persoalan politik dan idiologis. Secara politik
jumlah penduduk yang tinggi tanpa adanya langkah penanganan dan antisipasi yang serius
khususnya yang terkait dengan pangan, energi, lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan
lapangan pekerjaan akan berimplikasi pada ancaman kedaulatan bangsa dan ketahanan
nasional. Krisis politik yang dibarengi krisis ekonomi, ancaman kelaparan akibat kekurangan
pangan & pasokan energi serta lingkungan hidup berpotensi menghancurkan eksistensi
sebuah Negara.
Indonesia sebagai negara agraris dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dan
memliki lahan pertanian yang sangat luas. Departemen Pertanian mencatat Indonesia
memiliki kurang lebih 30 juta hektar lahan pertanian. Selain itu, Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika juga mencatat curah hujan di Indonesia sangat tinggi dengan rata-
rata 2.000-3.000 milimeter per tahun yang mengakibatkan ketersediaan air yang sangat
melimpah. Dengan demikian Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang
terdepan dalam dunia pertanian. Banyak hal yang akan menunjang kemajuan bidang
pertanian antara lain benih yang berkualitas, nutrisi tanaman dan pestisida. Dengan
tersedianya nutrisi tanaman yang mencukupi dengan kualitas yang baik akan memberikan
dampak yang besar bagi para pelaku bidang pertanian, yang nantinya kita semua akan
merasakan manfaatnya. Pada tahun 1960, kita semua mulai mengenal Revolusi Hijau yang
dipelopori oleh Ford dan Rockefeller Foundation dengan ditemukannya teknologi pupuk
Nitrogen, Phosporus, dan Kalium yang memungkinkan membantu perkembangan pertanian.
Namun 40 tahun setelah Revolusi Hijau, dunia mulai mencari alternatif lain dibidang pupuk
atau nutrisi tanaman yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Angka 241,9 juta jiwa penduduk Indonesia, bukanlah sekadar pertambahan jumlah
penduduk yang cukup dipandang sebelah mata. Angka 241,9 juta jiwa bisa berubah jadi
bencana yang “mengerikan” apabila kita tak pernah memikirkannya secara serius. Bila kita
tak mampu menyediakan pangan yang cukup, maka angka 241,9 juta jiwa akan melahirkan
bencana kelaparan masal. Demikian pula jika kita tak mampu menyediakan energi yang
cukup karena sumber energi yang makin menipis dan kita tak mampu mengembangkan
sumber energi terbarukan maka ancaman kekurangan listrik, kekurangan pupuk akibat tak
adanya pasokan gas, hingga macetnya seluruh transportasi publik (darat, laut dan udara)
akibat mahalnya bahan bakar akan menghadang di depan mata. Bila Negara tak mampu
menyediakan infrastruktur kesehatan yang memadai untuk 241,9 juta jiwa rakyat Indonesia,
maka ancaman berbagai penyakit medis akan siap menyerang rakyat. Juga, bila pemerintah
tidak mampu menyediakan infrastruktur pendidikan yang memadai maka kualitas
sumberdaya manusia akan rendah dan tidak dapat diharapkan untuk mampu membangun
bangsa Indonesia.
Angka 241,9 juta jiwa juga mengharuskan Negara menjaga kelestarian dan daya
dukung lingkungan dari tindakan destruktif manusia yang tak bertanggungjawab. Jika tidak
maka rakyat Indonesia akan menghadapi bencana ekologis yang dahsyat mulai dari banjir,
tsunami, tanah longsor, angin topan hingga ketidakseimbangan iklim akibat hancurnya
ekosistem dan biosfir
BAB III
PENUTUP
6
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan khususnya kepada pemerintah Indonesia sebagai
para penentu kebijakan ialah agar dengan serius melihat perkembangan penduduk di
Indonesia yang tergolong besar sebagai salah satu masalah penting yang sangat
mempengaruhi stabilitas negara, contohnya pada ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan
yang cukup tentu akan membantu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Daftar Pustaka
7
http://bataviase.co.id/node/769846
http://www.ciptaindonesiaindah.com/tentang-kamiKetahanan Pangan Terancam
http://gembelzblog.blogspot.com/2011/01/pertumbuhan-penduduk-dunia.html
http://c-tinemu.blogspot.com/2011/06/mengatasi-krisis-pangan.html
http://akuinginhijau.org/2011/08/14/ketahanan-pangan-terancam/