Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

TEORI SOSIOLOGI MODERN

OLEH:

ROSSA ARIANTO

NIM. 20058043

DOSEN PENGAMPU

KHAIRUL FAHMI, S.Sos, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
Teori Strukturasi Anthony Giddens

Anthony Giddens adalah ilmuwan sosial asal inggris yang pernah menduduki jabatan
direktur the London School of Economics dan Professor Sosiologi di Cambridge. Anthony Giddens
merupakan anggota kehormatan pada King’s College dan Profesor Sosiologi pada Universitas
Cambridge. Giddens dalam tulisannya yang berjudul The Class Structure of the Advanced Societies
(1973), dan The Constitution of Society (1984), ia mengemukakan kritiknya bahwa teori-teori sosial
semenjak zaman klasik hingga tahun 1960-an ditandai dengan serangkaian asumsi pra-teoretis yang
kurang memadai bagi studi kehidupan sosial (Supardan, 2008).

Sebelumnya telah disinggung perihal kata kunci dalam teori strukturasi: “struktur” dan
“agensi”. Menurut Anthony Giddens yang dimaksud dengan “struktur” adalah “rules and
resources” yang dipakai pada produksi dan reproduksi sistem. Sedangkan “agensi” (terjemahan
harfiah Inggris: agency) adalah individu. Segala sesuatu tidak mungkin terjadi lewat intervensi
individu. Giddens dipandang sebagai orang pertama yang berhasil menghasilkan teori yang
menghubungkan struktur dan agensi. Teorinya disebut “Teori Strukturasi”. Dalam teori ini, struktur
dan agensi tidak dipandang sebagai dua hal yang terpisah, karena jika demikian akan muncul
dualisme struktur-agensi. Struktur dan agensi, menurut Giddens, harus dipandang sebagai dualitas
(duality), dua sisi mata uang yang sama. Hubungan antara keduanya bersifat dialektik, dalam arti
struktur dan agensi saling mempengaruhi dan hal ini berlangsung terus menerus, tanpa henti.

Teori strukturasi merupakan teori yang menepis dualism (pertentangan) dan mencoba
mencari likage atau pertautan setelah terjadi pertentangan tajam antara struktur fungsional dengan
konstruksionismefenomenologis. Giddens (2011) memaparkan, struktur tidak disamakan dengan
kekangan (constraint) namun selalu mengekang (constraining) dan membebaskan (enabling). Hal ini
tidak mencegah sifat-sifat struktur system sosial untuk melebar masuk kedalam ruang dan waktu
diluar kendali actor-aktor individu, dan tidak ada kompromi terhadap kemungkinan bahwa teori-
teori sistem sosial para aktor yang dibantu ditetapkan kembali dalam aktivitasativitasnya bisa
merealisasikan sistem-sistem itu. Manusia melakukan tindakan secara sengaja untuk menyelesaikan
tujuan-tujuan mereka, pada saat yang sama, tindakan manusia memiliki unintended consequences
(konsekuensi yang tidak disengaja) dari penetapan struktur yang berdampak pada tindakan manusia
selanjutnya. Manusia menurut teori ini yaitu agen pelaku bertujuan yang memiliki alasan-alasan atas
aktivitas-aktivitasnya dan mampu menguraikan alasan itu secara berulangulang.

Agen dan Struktur

Giddens meneliti sejumlah besar teori mulai dari teori yang berorientasi individual atau agen
maupun masyarakat atau struktur. Giddens memulai bukan dari kedua kutub tersebut, namun
menitikberatkan pada praktik sosial yang berulang yang menghubungkan antara agen dan struktur.
Agen dan struktur tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi dilihat sebagai hubungan dialektik
dan saling mempengaruhi. Agen dan struktur adalah dwi rangkap, yaitu seluruh tindakan sosial
memerlukan struktur dan seluruh struktur memerlukan tindakan sosial. Agen dan struktur saling
jalin menjalin dalam praktik atau aktivitas manusia.

Tindakan dilihat sebagai perulangan dimana aktivitas bukan dihasilkan sekali jadi saja oleh
aktor, namun dilakukan secara terus menerus atau mereka ciptakan ulang melalui suatu cara dan
dengan cara itu juga mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor. Atau dengan kata lain
Giddens menjelaskan tentang agen-struktur secara historis, processual dan dinamis. Inilah yang
dimaksud oleh Giddens dengan strukturasi.
Teori strukturasi memiliki elemen yang dimulai dari pemikiran tentang agen yang terus
menerus memonitor pemikiran dan aktivitas mereka sendiri serta konteks sosial dan fisik mereka.
Dalam hal ini aktor melakukan rasionalisasi kehidupan mereka. Rasionalisasi adalah
mengembangkan kebiasaan sehari-hari yang memberikan rasa aman kepada aktor dan kemungkinan
menghadapi kehidupan secara efisien. Selain rasionalisasi aktor juga memiliki motivasi untuk
bertindak yang menjadi pendorong melakukan tindakan.

Tidak hanya rasionalisasi dan motivasi, kesadaran juga diperlukan. Giddens membedakan
kesadaran diskursif dan kesadaran praktis. Kesadaran diskursif memerlukan kemampuan untuk
melukiskan tindakan kita dalam kata-kata. Kesadaran praktis melibatkan tindakan yang dianggap
aktor benar tanpa mampu mengungkapkan dengan kata-kata tentang apa yang mereka lakukan.

Giddens memberi penekanan pada keagenan (agency) yakni menyangkut kejadian yang
dilakukan seorang individu, yaitu peran individu. Agen memiliki kemampuan untuk menciptakan
pertentangan dalam kehidupan sosial dan agen tidak akan berarti apa-apa tanpa kekuasaan agen
tersebut. Paksaan dan batasan terhadap aktor tidak menjadikan aktor tidak memiliki pilihan dan
peluangh untuk membuat pertentangan.

Konsep strukturasi mendasari bahwa agen dan struktur adalah dua kumpulan yang tidak
berdiri sedniri tetapi mencerminkan dualitas ciri-ciri struktural sistem sosial sekaligus medium dan
hasil praktik sosial yang dibentuk secara berulang-ulang.

Dualisme Subjek-Objek

Dualisme subjek (dirinya)-objek (struktur) berkaitan dengan orientasi individu terhadap


struktur. Ada tiga orientasi individu terhadap struktur yaitu (Gidden dalam Wirawan, 2012) :

1. Orientasi rutin-praktis yaitu aktor yang secara psikologi mencari rasa aman dan berusaha
menghindari akibat-akibat tindakan yang tidak disadari atau belum terbayangkan. Orientasi
ini menempatkan diri invidu sebagai objek-objek.
2. Orientasi yang bersifat teoritis. Di sini aktor mampu memelihara jarak dirinya dengan
struktur masyarakat sehingga memahami tentang struktur tersebut dan memberikan respon
yang muncul dari struktur tersebut.
3. Orientasi yang bersifat strategik-pemantauan, dimana individu tidak hanya mampu
memelihara jarak dengan struktur, tetapi juga memiliki kepentingan dengan apa yang
dilahirkan oleh struktur tersebut sehingga dianggap cepat tanggap terhadap kondisi yang
ada.

Konsep Kekuasaan

Kekuasaan merupakan alat analisis kehidupan sosial yang terkait dengan dualitas struktur
karena kekuasaan terkait dengan tindakan manusia dan struktur. Davis menyimpulkan ada 5
karakteristik utama dari kekuasaan menurut pandangan strukturasionis yaitu (Wirawan, 2012):

1. Kekuasaan sebagai bagian integral dari interaksi sosial (power as integration to social
interaction). Setiap interaksi sosial selalu melibatkan kekuasaan sehingga dapat diterapkan
pada semua jenjang kehidupan sosial dari hal yang sempit maupun secara luas.
2. Kekuasaan merupakan hal yang pokok dalam diri manusia (power as intrinsic to human
agency).Kekuasan dapat mempengaruhi dan mengintervensi serangkaian peristiwa.
3. Kekuasaan adalah konsep relasional termasuk hubungan otonomi dan ketergantungan
(power as relational concept, involving relations of otonomy and dependence). Kekuasan
bukan sekedar kapasitas transformasi aktor untuk mencapai tujuan, melainkan juga konsep
relasional. Artinya setiap aktor dapat mempengaruhi lingkungan di mana peristiwa interaksi
itu terjadi agar aktor lauin dapat memenuhi keinginannya.
4. Kekuasaan bersifat membatasi dan memberi kebebasan (power as contraining as well as
enabling).Kekuasaan bergandengan tangan dengan dominasi yang terstruktur dimana
anggota masyarakat melakukan intervensi terhadap jalannya interaksi dan melakukan
kontrol terhadap perilaku orang lain dengan adanya pemberian sanksi.
5. Kekuasaan sebagai proses (power as process). Terjadinya hubungan dialektik antara aktor
dan struktur secara kontinu melakukan produksi dan reproduksi melalui proses strukturasi.

Tema pusat padangannya adalah teori tindakan, agensi dan struktur, tingkat keinformasian aktor
sosial, dan teori stukturasi (Abercrombie, Hill, Turner, 2010: 223). Tujuan utama dari teori strukturasi
adalah untuk menjelaskan hubungan dialektika dan saling pengaruh memengaruhi antara agen dan
struktur (Ritzer & Googman, 2004: 508). Teori strukturasi mencakup kemampuan intelektual aktor-
aktor, dimensi spasial dan temporal tindakan, keterbukaan, dan kemungkinan tindakan dalam
kehidupan sehari-hari, dan kekeliruan pemisahan agen dan struktur (Abercrombie, Hill, Turner,
2010: 560). Seluruh tindakan sosial memerlukan struktur dan seluruh struktur memerlukan tindakan
sosial (Ritzer & Goodman, 2004: 508). Konsep struktur yang diemukakan oleh Giddens berbeda dari
apa yang diungkap Durkheim. Durkheim melihat struktur adalah sebagai sesuatu yang berasal dari
luar yang memaksa aktor sedangkan menurut Giddens (2011), struktur adalah apa yang membentuk
dan menentukan kehidupan sosial tetapi bukan struktur itu sendiri yang membentuk dan
menentukan kehidupan sosial itu.

Berikut beberapa point penting dari teori stukturasi Anthony Giddens:

1. Konsep strukturasi merupakan kritik Giddens terhadap teori fungsionalisme dan dan teori
evolusioner (Abercrombie, Hill, Turner, 2010). Teori sosial memerlukan adanya rekonstruksi
yang berbeda dari mazhab sosiologi interpretatif, fungsionalisme, dan strukturalisme. Untuk
itu diperlukan langkah rekonstruksi daripada sintesis untuk mencapai apa yang disebut ke
arah ”teori strukturasi” (theory of structuration) (Supardan, 2008).
2. Strukturasi menenggarai pentingnya praktik sosial baik dalam aksi maupun struktur. Praktik-
praktik sosial harus dipahami sebagai kesesuaian antara ucapan dan tindakan, atau
signifikansi dan aksi (Abercrombie, Hill, Turner, 2010). Ada hubungan dialektik antara
struktur dan tindakan, karena setiap tindakan menyumbang bagi reproduksi struktur, juga
merupakan tindakan kontruksi, suatu upaya yang sengaja dilakukan, dan oleh karena itu
dapat mengawali perubahan struktur itu pada saat yang sama mereproduksinya (Giddens,
2011). Dengan demikian secara umum dinyatakan bahwa Giddens memusatkan perhatian
pada proses dialektika dimana praktik sosial, struktur, dan kesadaran diciptakan sehingga
sebenarnya Giddens menjelaskan masalah agen-struktur secara historis, prosesual, dan
dinamis (Ritzer & Goodman, 2004: 508).
3. Rekonseptualisasi atas tindakan, struktur, dan sistem diawali dengan memandang praktik-
praktik sosial yang terus berlangsung sebagai segi analitis terpenting. Dengan demikian
praktik-praktik sosial dianggap sebagai basis yang melandasi keberadaan pelaku dan
masyarakat. Seorang pelaku harus mengetahui apa yang ia kerjakan, meskipun pengetahuan
itu biasanya tidak terucapkan (Giddens, 2011).
4. Konsep aktor dan agen (Giddens, 2011: 11-14). Agen akan terus menerus memonitor
pemikiran dan aktivitas mereka sendiri serta konteks sosial dan fisik mereka sendiri. Aktor
akan merasionalkan, merefleksivitas, dan memotivasi diri agar mendapatkan rasa aman dan
menghadapi kehidupan dengan lebih efesien (Ritzer & Goodman, 2004: 509). Aktivitas
bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh aktor sosial, tetapi secara terus menerus mereka
ciptakan ulang melalui suatu cara, dan dengan cara ini juga mereka menyatakan diri mereka
sebagai aktor (Giddens, 2011). Aktor akan berhenti menjadi agen bila ia kehilangan
kekuasaan, yaitu kemampuan untuk menciptakan pertentangan meskpun tetap ssaja
struktur memberikan paksaan atau pembatas (Giddens, 2011: 18; Ritzer & Goodman, 2004:
510)
5. Konsep agensi, adalah kondisi-kondisi struktural dimana tindakan manusia diwujudkan
(Jones, 2010) atau sesuatu yang sebenarnya dilakukan agen (Ritzer & Goodman, 2004: 509).
Dalam kata lain, apa pun yang telah terjadi, takkan terjadi struktur seandainya individu tidak
mencampurinya (Giddens, 2011: 18).
6. Konsep dualitas struktur, dimana struktur-struktur diproduksi baik oleh tindakan manusia
maupun medium tindakan sosial. Dualitas struktur memiliki makna bahwa struktur tidak
hanya menghambat dan menentukan bentuk-bentuk tertentu perilaku, tetapi juga
memberikan kemampuan bagi perilaku, yang berarti struktur memberikan kesempatan dan
pembatasan sekaligus (Jones, 2010: 240). Struktur memungkinkan adanya tindakan, ia
merupakan sarana bagi tindakan, namun pada saat yang sama struktur hanya bisa
direproduksi di dalam dan melalui tindakan, dan inilah yang disebut ”dualitas struktur”
(duality of structur) (Supardan, 2008).
7. Konsep locale. Pengertian locale adalah situasi di mana interaksi sosial terjadi, dan karena
semua interaksi memerlukan orang-orang yang terlibat hadir di waktu dan tempat tertentu,
maka locale sering merupakan tempat. Begitu juga pada gilirannya locale adalah wilayah
penting di mana interaksi berlangsung dan identitas kelompok berkembang (Johnston, 2000:
761-762).
8. Giddens memusatkan perhatian pada kesadaran dan reflektifitas (Ritzer & Goodman, 2004:
508). Mengetahui bagaimana berpartisipasi atau bagaimana ”bertindak” dalam konteks
kehidupan sosial juga mencakup pengetahuan tentang bagaimana mematuhi peraturan
(rule), yang merupakan pengetahuan praktis yang berfungsi sebagai ”kesadaran praktis”
yang berbeda dengan ”kesadaran diskursif”, maupun ”ketaksadaran” (Giddens, 2011: 8).
Kesadaran diskursif memerlukan kemampuan melukiskan tindakan dengan kata kata
sementara kesadaran praktis melibatkan tindakan tanpa harus diungkapkan dengan kata
kata. Dengan demikian, teori stukturasi meusatkan perhatian pada apa yang dilakukan aktor
ketimbang apa yang dikatakannya (Ritzer & Goodman, 2004: 509).
9. Struktur hanya akan terwujud dengan adanya aturan dan sumber daya (Giddens, 2011: 22-
23; Ritzer & Goodman, 2004: 510). Peraturan bukanlah suatu rumusan yang terisolir, namun
peraturan lebih merupakan pembangkit, atau media, bagi praktik-praktik sosial, adanya
saling ketergantungan antara struktur dan tindakan (Giddens, 2011: 22). Dengan demikian
subyek dipandang bukan sebagai obyek yang dideterminasi maupun sebagai subyek yang
bebas sepenuhnya. Atau dengan kata lain yang ditempuh subyek untuk menciptakan dirinya
sendiri melalui partisipasi dalam praktik-praktik sosial yang terus berlangsung (Supardan,
2008).
10. Giddens membedakan struktur dengan sistem sosial. Sistem sosial tidak memiliki struktur
namun memprlihatkan ciri-ciri strukturnya (Ritzer & Goodman, 2004: 511). Sistem sosial
adalah praktik sosial yang dikembangbiakan atau hubungan yang direproduksi antara aktor
dan kolektivitas yang diorganisir sebagai praktik soisal tetap (Giddens, 2011: 31).

Para ilmuwan sosial sudah banyak memberikan kritik pada teori strukturasi Gddens tersebut. Bagi
Craib, karya Giddens mempunyai kekurangan kedalaman ontologis, tidak mampu mengambil
gagasan yang bermanfaat dari berbagai metateori, dan gagal menerangkan struktur sosial yang
melandasi kehidupan sosial serta kekurangan basis yang memadai dalam membuat analisis kritis
masyarakat modern (Ritzer & Goodman, 2004: 511). Ritzer dan Goodman (2004: 515) sendiri
memberikan kritik pada karya Giddens tersebut sebagai pemikiran yang terlalu mempertentangkan
antara dualitas dan dualisme, padahal dua hal tersebut diperlukan dalam menganalisis relaitas
sosial. Selain itu, teori strukturasi dipandangan sebagai lingkaran tanpa ujung hubungan antara agen
dan struktur tanpa arah

Penggunaan Teori Strukturasi dalam Riset

Inti dari teori strukturasi dapat kita lihat dari empat hal yang digunakan dalam risetnya yaitu
(Ritzer, 2003) :

1. Teori strukturasi memusatkan perhatian pada tatanan institusi sosial yang melintasi waktu
dan ruang. Institusi tersebut adalah tatanan simbolik, institusi politik, institusi ekonomi, dan
institusi hukum.
2. Pemusatan perhatian pada perubahan institusi sosial melintasi ruang dan waktu.
3. Peneliti harus peka terhadap cara-cara pemimpin berbagai institusi ikut campur tangan
mengubah pola sosial.
4. Pakar strukturasi perlu memonitor dan peka terhadap pengaruh temuan penelitian mereka
terhadap kehidupan sosial, seperti dampak dari perpecahan, dan masalah sosial yang terjadi.

Namun, teori strukturasi dari Giddens ini juga dikritik oleh beberapa ahli. Misalnya Ian Craib
mengkritik sebagai berikut :

1. Pusat perhatian dari kajian Giddens yang menekankan tindakan sosial dinilai dari segi
ontologis memiliki kedalaman yang kurang. Giddens dianggap gagal menjelaskan struktur
sosial yang melandasi kehidupan sosial.
2. Upaya dalam membuat sintesis teoritis tidak bertautan cesara tepat dengan kompleksitas
kehidupan sosial. Craib menjelaskan bahwa kehidupan sosial itu sangat rumit dan ruwet
tidak bisa dijelaskan dengan pendekatan tunggal.
3. Giddens dianggap tidak bertolak dari landasan teoritis tertentu maka ia mengalami
kekurangan untuk menganalisis secara kritis tentang masyarakat modern akibatnya
kritikannya terhadap masyarakat modern cendrung berkualitas khusus untuk tujuan
tertentu ketimbang menganalisis secara sistematis dari inti teori tersebut.
4. Giddens kelihatannya secara fragmentaris tidak berkaitan secara utuh menyebabkan
pemikirannya dianggap sepengal sehingga teorinya tidakl dapat dipersatukan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai