Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Demografi merupakan catatan atau bahasan tentang penduduk di suatu


daerah dalam kurun waktu tertentu. Demografi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari jumlah, persebaran wilayah, dan komposisi penduduk.
Perubahan tersebut disebabkan oleh kelahiran, kematian, dan mobilitas
sosial.
Adapun pengertian demografi menurut para ahli (1):
“demografi adalah ilmu yang mempelajari hukum ilahi dalam perubahan-
perubahan apda umat manusia yang tampak dari kelahiran, kematian, dan
pertumbuhannya” (Johan Susczmilch, 1762).
”demografi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari sikap
manusia dan dapat diukur” (Achille Guillard).
“demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang jumlah, persebaran,
territorial, dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahan dan sebab-
sebab perubahan tersebut” (Philip M. Hauser and Dudley Duncan, 1959).
Kata demografi pertama kali diperkenalkan oleh Achille Guillard pada
tahun 1885. Demografi berasal dari kata “Demos” yang artinya penduduk,
dan “Grafein” artinya gambaran/tulisan. Achille memperkenalkan demografi
dalam buku yang berjudul Elements de Statistique Humaine, on Demographic
Comparee. Para ahli lain juga menyebutkan bahwa demografi adalah ilmu
yang memberikan gambaran menarik penduduk yang digambarkan secara
statistika. Demografi mempelajari seluruh tingkah laku dan bukan tingkah
laku perseorangan (George W. Barclay). Ahli lain yaitu V. Glass juga
mendefinisikan bahwa demografi adalah ilmu secara umum terbatas untuk
mempelajari penduduk yang dipengaruhi oleh proses demografis, yaitu
fertilitas, mortalitas, dan migrasi (2).
Demografi sebagai disiplin ilmu memiliki fungsi, menjelaskan fenomena
terkait kependudukan, memprediksi peristiwa yang terjadi atas dasar data
empiric, dan menemukan permasalahan untuk dicari alternatif
pemecahannya(3). Didalam demografi dapat dikatakan statis dan dinamis.
Aspek statis ditunjukkan oleh komposisi penduduk. Contoh aspek dinamis
ditunjukkan dalam hal kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk (2)
.
Dari pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwa demografi adalah suatu
ilmu yang mempelajari penduduk dan karakteristiknya, meliputi jumlah
penduduk terkait kelahiran, kematian, dan migrasi, serta persebarannya.
Karakteristik seluruh perubahan perilaku manusia dapat diukur dalam ilmu
statistika dan disajikan menjadi sebuah data.
Dalam mempelajari apa itu penduduk, perlu diketahui perbedaan
antara penduduk dan masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara tetap dan memiliki
kepentingan yang sama. Sedangkan penduduk adalah semua orang yang
menempati suatu wilayah hukum tertentu dan waktu tertentu, sehingga kita
mengenal istilah penduduk tetap (penduduk yang berada dalam suatu
wilayah dalam waktu lama) dan penduduk tidak tetap (penduduk yang
berada dalam suatu wilayah untuk sementara waktu) (4).
Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi kependudukan suatu
wilayah atau negara diperlukan data akurat mengenai aspek-aspek kuantitas
dan kualitas penduduk. Tingkat akurasi data yang diperoleh sangat
mempengaruhi ketelitian hasil analisis dan prediksi kondisi kependudukan.
Untuk itu kita membutuhkan sumber data kependudukan yang akurat dan
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Khusus di negara kita,
lembaga yang bertugas mengumpulkan, mengolah dan mempublikasikan
data kependudukan adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Sumber-sumber data
demografi yang pokok untuk kalian ketahui adalah: Sensus Penduduk,
Registrasi Penduduk dan Penelitian (Survai) Penduduk. Ada juga sumber
lainnya, seperti catatan-catatan dan dokumen-dokumen dari pemerintah.
Sensus penduduk juga dikenal dengan cacah jiwa adalah kegiatan
pencacahan penduduk pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sensus
penduduk merupakan metode pengumpulan data yang paling akurat, tetapi
hanya memberikan data penduduk pada saat Sensus Penduduk itu dilakukan
(4).

PERKEMBANGAN DEMOGRAFI
Masa lalu, sekarang, dan yang akan dating memberikan gambarang
tentang hubungan sesama manusia dan alam lingkungan tempat tinggal.
Keadaan sekarang dapat memperkirakan keadaan yang akan datang.
Revolusi pertanian memberikan gambaran adanya pertambahan manusia
melebihi 20 juta. Sekitar 600 tahun yang lalu saat munculnya kerjaan di
lembah Nil, penduduk dunia diperkirakan mencapai 90 juta jiwa. Hal itu
berarti selama 4.000 tahun penduduk telah bertambah kira-kira 10.16 kali
lipat. Pada jaman 0 masehi, penduduk diperkirakan mencapai 200-300 juta
jiwa. Pada jaman modern (permulaan tahun 1650), jumlah tersebut telah
mencapai setengah miliar jiwa. Pada revolusi industry, 1750, penduduk
diperkirakan mencapai 728 jiwa. Dalam hal ini didapatkan gambaran bahwa
tujuan demografi adalah:
1. Mendiskripsikan atau menjelaskan pertumbuhan penduduk yang
terjadi pada masa lampau, meliputi perkembangan meningkatnya
atau menurunnya jumlah penduduk beserta persebarannya;
2. Mengembangkan berbagai hubungan sebab akibat, yang ada pada
perkembangan penduduk terkait dengan segala aspek didalamnya;
3. Menganalisis dan mempelajari kuantitias meliputi perkembangan dan
persebaran jumlah penduduk dalam suatu wilayah;
4. Memprediksikan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang
dalam wilayah tertentu dengan segala konsekuensinya yang mungkin
timbul.

UKURAN DEMOGRAFI
Fertility
Fertilitas dalam lingkup demografi dapat diartikan sebagai kemampuan riil
seorang Wanita untuk melahirkan, yang mencerminkand alam jumlah bayi
yang dilahirkannya. Terkait hal ini, ada beberapa ukuran yang digunakan,
mencakup (5):
1. Crude birth rate, yaitu banyakanya kelahiran pada tahun tertentu
dibagi jumlah penduduk dalam pertengahan tahun dikalikan seribu
2. Age specific fertility rate, yaitu jumlah kelahiran kelompok wanita
kelompok umur tertentu dibagi jumlah Wanita kelompok umur
dikalikan seribu

3. Total fertility rate, yaitu

Mortality
1. Crude death rate

2. Age specific death rate


Migration
1. Imigrasi

2. Emigrasi

DEMOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN


Demografi mencakup pengumpulan dan analisis statistik matematik
dari data demografis. Ilmu demografi tdalam perjalanannya erbagi menjadi
dua yaitu demografi formal (murni) dan studi kependudukan. Adolphe Landy
(1945) menyatakan demografi murni atau pure demography merupakan
ilmu yang menghasilkan berbagai teknik-teknik pengukuran indikator
kependudukan. Demografer formal biasanya merupakan ahli matematika
atau statistika yang menghitung variabel demografi secara matematis.
Demografi merupakan analisa statistik terhadap jumlah, distribusi,
komposisi serta komponen-komponen perubahannya, sedangkan studi
kependudukan lebih mempersoalkan hubungan-hubungan antara variabel
demografi dan variabel sistem lainnya Philip Hauser dan Duddley Duncan
(1959). Sedangkan Mantra (2000) mengatakan bahwa demografi tidak
mempelajari penduduk sebagai individu, tetapi penduduk sebagai suatu
kumpulan (aggregates atau collection). Jadi yang dimaksud penduduk dalam
kajian demografi adalah sekelompok orang yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu bisa negara bisa bagian wilayah administrasi dari suatu negara dan
bisa global (2).
Shryock dan Siegel (1971) membagi pengertian demografi dalam arti
sempit dan luas. Secara sempit demografi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang jumlah, distribusi, struktur dan pertumbuhan
penduduk, ilmu ini disebut dengan demografi formal. Sedangkan dalam arti
luas, demografi mencakup semua karakteristik penduduk termasuk di
dalamnya etnik, budaya, sosial dan ekonomi. Studi kependudukan
merupakan studi yang membahas tentang hubungan antara faktor-faktor
perubahan penduduk dan faktor-faktor pembangunan. Studi kependudukan
menerangkan informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik dan
perubahanperubahannya, serta menerangkan faktor penyebab perubahan
tersebut dan menganalisa segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di
masa depan sebagai hasil perubahan tersebut T. Romlinson (1965). Mantra
(2000) mengatakan bahwa studi kependudukan lebih luas dari kajian
demografi murni, karena di dalam memahami struktur dan proses
kependudukan di suatu wilayah, faktor-faktor non demografis ikut
dilibatkan, misalnya dalam memahami fertilitas di suatu daerah tidak hanya
cukup diketahui trend pasangan usia subur tetapi juga faktor sosial, ekonomi
dan budaya yang ada di daerah tersebut. Dengan kata lain studi
kependudukan lebih bersifat interdisipliner dan lebih mencakup tentang
ilmu sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, politik, dan biologi. Banyak
demografer yang lebih menyukai pendekatan studi kependudukan di mana
hubungan antara variabel-variabel demografis dan nondemografis
diperhitungkan. Para demografer sangat tertarik dengan efek dari variable
nondemografis terhadap variabel demografis, contohnya bagaimana
perubahan dari pendapatan atau tingkat pendidikan keluarga dapat
memengaruhi kelahiran dan kematian. Beberapa demografer justru tertarik
kepada hal sebaliknya; apakah variabel demografis akan menyebabkan
perubahan pada variabel nondemografis. Hal ini juga menjadi perhatian
beberapa ahli pada disiplin ilmu berbeda. Misalnya, ketika suatu populasi
memiliki proporsi lansia yang besar, pola pemilihan umum bisa jadi berbeda,
karena para lansia lebih memilih partai politik tradisional yang sudah ada
sejak lama. Jika terjadi hal seperti itu, maka topik ini adalah kewenangan ahli
politik, bukan demografer lagi. Analisis penduduk merupakan analisis yang
dimulai "dari rahim ke liang kubur" (from the womb to the tomb) karena
meliputi analisis penduduk pada seluruh siklus kehidupan manusia sejak
dari kandungan sampai meninggal. Banyak pertanyaan yang sering
dilontarkan oleh seorang demographer ketika mengamati kondisi suatu
penduduk di suatu negara, yaitu seberapa banyak jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan? Di mana mereka tinggal? Berapa rentang usia mereka?
Berapa banyak kelahiran yang terjadi, dan dialami oleh siapa? Apa saja
karakteristik yang terdapat pada mereka yang mati ataupun bermigrasi?
Bagaimana dan mengapa penduduk mengalami dinamika (perubahan-
perubahan)? Upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas sudah
dilakukan dengan melakukan berbagai pencatatan statistik tentang peristiwa
demografi, meskipun dalam lingkup yang masih terbatas. John Graunt (1620-
1674) telah berhasil menjawab beberapa pertanyaan tersebut mengenai
penduduk London pada abad ke-17. John Graunt mengestimasi bahwa
penduduk London terdiri dari 199.000 laki-laki dan 185.000 perempuan.
Pada saat itu John Graunt juga berhasil mengidentifikasi bahwa lebih banyak
bayi laki-laki yang dilahirkan dibandingkan bayi perempuan, pada tahun
1628 dan 1662 (Graunt 1975:57). Graunt adalah seorang penjual pakaian,
dan dengan pengetahuannya tentang 'aritmatika penjualan' yang dijadikan
dasar untuk Natural and Political Observations, Made Upon the Bills of
Mortality yaitu sebuah studi tentang kelahiran dan kematian yang ditulisnya
pada tahun 1662. Data yang dikumpulkan disajikan dalam tabel statistik,
yang telah diuji, di cek dan disesuaikan keandalannya (Kreager, 1988).
Karena jasa Graunt dalam memperhitungkan laju perubahan demografis dan
statistik yang dibuat, maka dia dijuluki sebagai Bapak Demografi(6). Kata
'demografi' berarti 'penjabaran dari manusia' dan istilah ini pertama kali
digunakan oleh ahli politik dan ekonomi Prancis Archille Guillard pada tahun
1855 (Petersen dan Petersen 1976:219). Teori-teori tentang kependudukan
juga terus mengalami perkembangan. Teori kependudukan yang sebelumnya
banyak dibahas di antaranya hipotesis Malthus tentang hubungan antara
penduduk dan keterbatasan sumber daya alam serta kaitan antara
kependudukan dengan lingkungan hidup. Dalam bukunya yang berjudul
Essay on the Principle of Population, Thomas Robert Malthus
mengembangkan demikian Daniel Malthus tentang hubungan antara
penduduk dengan pangan. Teorinya mengajukan tiga hal penting yaitu:
1. Penduduk dibatasi oleh sumber-sumber subsistensi pangan
2. Jumlah penduduk akan meningkat apabila sumber-sumber subsistensi
meningkat, kecuali kalau ada faktor-faktor penghambat.
3. Faktor penghambat tersebut yang menekan perkembangan penduduk
serta menekan dampaknya pada tingkat subsistensi dapat dipecahkan
melalui ketahanan moral, kejahatan dan kesengsaraan.
Dalam teorinya Malthus mengemukakan bahwa pertumbuhan
penduduk yang cepat disebabkan karena hubungan antara laki-laki dan
perempuan yang akan menghasilkan kehamilan serta kelahiran tidak bisa
dihentikan. Sementara di saat bersamaan, jumlah penduduk yang meningkat
juga memerlukan pasokan pangan yang cukup. Malthus mengatakan bahwa
jika tidak ada faktor penghambat, maka penduduk akan tumbuh menurut
deret ukur sedangkan sumber-sumber pangan akan tumbuh seperti deret
hitung. Dia juga mengatakan bahwa faktor yang menghambat perkembangan
penduduk adalah pereventive checks yaitu moral restraint dan vice serta
positive check yaitu vice dan misery. Dalam preventive checks pengurangan
penduduk dilakukan dengan menurunkan kelahiran melalui upaya-upaya
untuk mengekang nafsu seksual (moral restraint) dan pengurangan
kelahiran melalui aborsi, homoseksualitas, promiscuity dan adultery (vice).
Sedangkan positive checks merupakan pengurangan penduduk melalui
kematian yang meliputi kejahatan kriminalitas, dan pembunuhan (vice) serta
melalui berbagai penyebab kematian seperti epidemik, bencana alam,
kelaparan dan peperangan (misery).
Pada abad ke-19, kelompok anti Malthus menyampaikan kritik
terhadap
teori Malthus dengan argumen bahwa:
1. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan transportasi yang
menghubungkan daerah satu dengan yang lain, sehingga pengiriman
bahan makanan ke daerah yang kekurangan pangan mudah untuk
dilaksanakan.
2. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan pesat dalam bidang
teknologi terutama dalam bidang pertanian, karena pertanian dapat
ditingkatkan dengan cepat dengan menggunakan teknologi baru.
3. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi
pasangan yang sudah menikah, artinya pengontrolan kelahiran yang
diutarakan oleh Malthus dianggap tidak bermoral.
4. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan
standar hidup penduduk meningkat (2).

Aliran Marxist yang dicetuskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels,
mengatakan terdapat 3 hal dalam kaitannya penduduk dan faktor yang
mempengaruhi. Teori ini dulu banyak digunakan di negara-negara yang
menganut paham sosialis seperti Cina, Vietnam maupun Korea Utara. Dalam
teorinya dikatakan bahwa (2):
1. Jumlah penduduk tidak memberikan tekanan berarti terhadap
peningkatan kebutuhan pangan tetapi lebih besar dampaknya bagi
kesempatan kerja
2. Kemelaratan terjadi bukan karena cepatnya pertumbuhan penduduk,
tetapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian besar hak para
buruh.
3. Semakin tinggi tingkat jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula
produktivitasnya. Hal ini terjadi jika teknologi tidak menggantikan
tenaga kerja manusia. Sehingga manusia tidak perlu menekan jumlah
kelahiran, dan ini berarti menolak teori Malthus tentang moral
restraint untuk menekan angka kelahiran.
Dalam perkembangannya, muncul aliran Neo-Malthusian yang
dikemukakan oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich. Dalam teorinya di abad
ke 20, Bumi yang pada jaman Malthus masih kosong mulai dipadati oleh
manusia. Setiap minggu lebih dari 10 juta bayi diperkirakan lahir di dunia,
sehingga semakin banyak manusia yang harus dipenuhi kebutuhan
pangannya. Sementara keadaan pangan terbatas dan kerusakan lingkungan
semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk. Aliran ini
dilengkapi oleh Meadow dalam bukunya yang berjudul The Limit to Growth
(1972) yang memperhatikan hubungan antara variabel lingkungan yaitu
penduduk, produksi pertanian, industri dan sumber daya alam serta polusi.
Pertumbuhan penduduk dapat dibatasi dengan melakukan pembatasan
kelahiran (2).
Adapun ruang lingkup kependudukan sebagai berikut (6):
Tabel 1. Perkembangan teori kependudukan
No Nama Teori Uraian
Kependudukan
1. Cina Kuno  Contoh : Konfusius 500 SM
 Membahas tentang hubungan antara
jumlah penduduk dan tingkat
kesejahteraan masyarakat
 Jumlah penduduk yang terlampau besar
akan menekan standar hidup
masyarakat terutama jika jumlah
penduduk dikaitkan dengan luas
tanah / luas lahan pertanian untuk
mencukupi kebutuhan penduduk
 Ada suatu proporsi ideal antara luas
tanah dan jumlah penduduk
 Teori ini menganjurkan agar
pemerintah memindahkan penduduk ke
daerah yang masih kekurangan
penduduk sebagai pemecahan masalah
kelebihan penduduk
2. Yunani Kuno  Contoh : Plato dan Aristoteles 300 SM
 Menganjurkan jumlah penduduk yang
tepat dan ideal untuk sebuah kota
 Apabila sebuah kota tidak mampu
menampung jumlah penduduk yang ada
maka diperlukan pembatasan kelahiran.
Sebaliknya jika terjadi kekurangan
penduduk, maka diperlukan insentif
untuk mendorong angka kelahiran.
3. India Kuni  Contoh : Kuntilaya 300 SM
 Mengajukan ukuran desa optimum dan
menganggap penduduk terlalu sedikit
untuk suatu kejahatan besar.
4. Kekaisaran Roma  Contoh : Cicero 50 SM
 Mendorong pertumbuhan penduduk
sebagai contoh dengan memberikan
keistimewaan kepada mereka yang
mempunyai anak
 Lebih banyak laki-laki berarti lebih
banyak kemenangan militer
5. Yudaisme Mendukung pertumbuhan penduduk sesuai
perintah dengan Kitab Suci yaitu “pergi”
dan “berkembang biaklah”
6. Kristenan Awal Contoh : Agustine dan Aguinas 400 SM
Selibat secara moral adalah baik, tetapi
tingkat kelahiran yang tinggi diperlukan
untuk menghadapi tingkat kematian yang
tinggi.
7. Merkantilisme (Abad Intervensi negara dalam ekonomi
17 dan 18) dibutuhkan untuk memaksimumkan
kekayaan nasional. Teori ini berpendapat
bahwa penduduk yang meningkat akan
berarti Angkatan bersenjata yang lebih
besar, upah per jam yang lebih rendah, dan
kekayaan yang meningkat
8. Psiokrat Contoh : Quesnay abad 18
Mendukung pemerintahan oleh alam (rule
by nature atau laissez-faire) dan tidak perlu
intervensi pemerintah. Teori ini
berpendapat bahwa penduduk bergantung
pada nafkah kehidupan (subsistensi) dan
pertanian adalah statusnya sumber
kekayaan. Teori ini juga berpendapat
bahwa manfaat dari reformasi sosial akan
dibatalkan oleh pertambahan penduduk
9. Malthus (1766-1843) Merupakan teori kependudukan yang
paling terkenal dengan tiga porporsi besar
yaitu:
 Penduduk dibatasi oleh sumber-sumber
atau subsistensi pangan
 Penduduk akan dengan sendirinya
meningkat jika sumber-sumber
subsistensi meningkat, kecuali jika ada
penghambat
 Penghambat tersebut dan penghambat
yang menekan kekuatan perkembangan
penduduk, serta penahan dampaknya
pada tingkat subsistensi.

MOBILITAS PENDUDUK DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


Salah satu cara yang cukup mudah dan sederhana untuk mengetahui
apakah seseorang termasuk migran atau bukan adalah dengan
membandingkan tempat kelahiran dan tempat tinggalnya. Apabila lokasi
tempat kelahiran berbeda dengan tempat tinggal, maka dia adalah seorang
migran, sedangkan jika lokasinya sama maka dia adalah penduduk asli
(nonmigran). Para ahli membagi dua jenis mobilitas penduduk yaitu
mobilitas horisontal dan mobilitas vertikal. Mobilitas horisontal adalah
perpindahan penduduk dengan gerak pembentuk melintas batas wilayah
menuju wilayah yang lain dalam periode tertentu. Sebaliknya mobilitas
penduduk vertikal adalah perubahan status, salah satunya perubahan status
pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja hanya di bagian Gudang
dengan gaji kecil sekarang bekerja di bagian administrasi dengan gaji yang
lebih besar. Ukuran wilayah bagi seseorang yang dikatakan pindah umumnya
menggunakan wilayah administrasi, misalnya propinsi, kota/kabupaten,
kecamatan, kelurahan, dan pedukuhan. Adapun ukuran waktu untuk
menentukan seseorang melakukan mobilitas tidak ada ketentuannya. Ukuran
seseorang dikatakan berpindah tempat jika ada niatanuntuk pindah. Jika
tidak ada niatan maka belum dikatakan berpindah tempat. Mantra (2003)
seorang tokoh kependudukan pernah menyatakan bahwa seseorang dapat
dikatakan melakukan migrasi jika melintasi batas wilayah menuju ke
wilayah lain dengan ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Walaupun
demikian, niatan untuk menetap dapat dibagi dua yaitu niat menetap
selamanya (permanen) dan tidak ada niat menetap selamanya (non-
permanen). Perpindahan penduduk nonpermanen bisa berpuluh-puluh
tahun, dan kita kenal dengan istilah merantau. Gerak penduduk non-
permanen yang sebentar dapat dibagi dua. Jika pagi berangkat dan sore
pulang kita sebut ulang-alik atau nglaju, sedangkan jika menginap disebut
mondok. Ukuran mondok, adalah menginap dengan lama sekurang-
kurangnyasatu malam tetapi tidak lebih dari 6 bulan berturut-turut (4).

Faktor utama yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah


sulitnya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan untuk
memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan.
Pemilihan tempat tujuan umumnya diperoleh dari berita-berita sanak
saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah tersebut. Karena itu,
para migran cenderung memilih daerah tempat teman atau sanak saudara
yang telah bertempat tinggal lebih dahulu. Perpindahan penduduk dari desa
ke kota sering disebut dengan istilah urbanisasi. Walaupun arti urbanisasi
dapat lebih luas dari itu, yaitu meningkatnya jumlah penduduk kota sehingga
wilayah kota menggelembung atau merambah ke desa-desa. Pinggiran kota
menjadi kota dan desa-desa yang dahulu terpencil secara bertahap menjadi
daerah pinggiran kota. Arti yang lain, urbanisasi mengandung arti adanya
perubahan kehidupan dari suasana pedesaan menjadi suasana kehidupan
perkota. Banyaknya perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke kota
karena adanya daya dorong dari desa seperti rendahnya penghasilan, banyak
penganguran di desa, kurangnya atauu tidak adanya pemilikan tanah. Selain
itu, dari pihak lain daerah perkotaan memiliki daya tarik karena di perkotaan
banyak kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan upah yang
menarik, daya beli masyarakatnya tinggi sehingga dagang apa saja akan laku
dijual. Kesempatan bersekolah atau mengikuti kursus-kursus terbuka lebar
di perkotaan daripada di pedesaan. Di perkotaan banyak hiburan dan
banyaknya sarana olah raga. Adanya daya dorong kemiskinan di desa dan
daya tarik perkotaan inilah yang medorong orang untuk melakukan
urbanisasi ke kota. Bukti adanya urbanisasi ke kotakota besar dapat kita
perhatikan pada saat lebaran. Pada waktu itu orang-orang banyak yang
mudik ke desa-desa. Mereka
Pulang kampung ke desa asal kelahirannya. Ada beberapa teori yang
menyatakan mengapa seseorang mengambil keputusan melakukan
mobilitas, di anataranyateori kebutuhan dan stress (need and stress). Setiap
individu mempunyai kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan tersebut
dapat berupa kebutuhan ekonomi, sosial, politik, dan psikologi. Apabila
kebutuhan itu tidak dapat dipenuhi, terjadilah stres. Kalau stres seseorang
tidak terlalu besar (masih dalam batas toleransi), orang tersebut tidak akan
pindah. Dia akan tetap tinggal di daerah asal tetapi berusaha menyesuaikan
kebutuhannya dengan keadaan lingkungan yang ada. Apabila stres yang
dialami seseorang di luar batas toleransinya, orang tersebut mulai
memikirkan untuk pindah ke daerah lain di tempat kebutuhannya dapat
terpenuhi. Atau dengan ungkapan lain, seseorang akan pindah dan daerah
yang mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place utility) lebih rendah ke
daerah yang mempunyai kefaedahan wilayah lebth tinggi di mana
kebutuhannya dapat terpenuhi. Di bawah ini ditunjukkan bagan hubungan
antara kebutuhan dan pola mobilitas penduduk menurut Mantra (2000;179)
(4).

KOMPOSISI PENDUDUK
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk berdasarkan
pengelompokan penduduk berdasarkan karakteristik yang sama, contohnya
berdasrkan etnis, agama, kewarganegaraan, Bahasa, Pendidikan, usia, jenis
kelamin, pendapatan, dll. Manfaat pengelompokkan penduduk:
1. Mengetahui human resource yang ada
2. Bahan pertimbangan guna mengambil kebijakan yang berhubungan
dengan kependudukan
3. Membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lainnya
4. Mengetahui proses demografi yang terjadi pada penduduk
Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk dibedakan menjadi:
1. Geografis : missal benua Asia, Afrika, Australia, Amerika, Eropa
2. Administratif dan politis : missal Indonesia tersebar dalam 33
provinsi, yang didalamnya terdapat kabupaten, kecamatan, desa
3. Piramida penduduk : sebuah grafik komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin digambarkan secara visual. Berdasarkan
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik
penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
a. Ekspansif : jika Sebagian besar penduduk berada dalam kelompok
usia muda. Tipe ini terdapat pada negara-negara dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang cepat, akibat dari masih tingginya
tingkat kelahiran dan menurunnya tingkat kematian. Negara yang
termasuk dalam tipe seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, India,
Costa Rica.
b. Konstruktif : jika penduduk yang berada dalam kelompok muda
jumlahnya sedikit. Tipe ini terdapat pada negara-negara yang
tingkat kelahirannya turun dengan cepat, dan tingkat kematiannya
rendah. Negara yang termasuk pada tipe ini adalah Jepang, dan
negara-negara Eropa Barat, misalnya Swedia.
c. Stasioner : jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur
hamper sama, kecuali pada kelompok umur tertentu. Tipe ini
terdapat pada negara-negara yang memiliki tingkat kematian dan
kelahiran rendah, missal Jerman (1).
PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
Masalah kependudukan bersifat kuantitatif:
1. Jumlah penduduk besar
a. Kesulitan menjamin kebutuhan hidup
b. Terbatasnya lapangan kerja, sarana dan prasarana Kesehatan
2. Pertumbuhan penduduk cepat
Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan daya dukung
lingkungan yang seimbang, berbagai masalah akan muncul baik
masalah lingkungan, ekonomi, dan sosial
3. Persebaran penduduk tidak merata
Akibat tidak meratanya penduduk, ketersediaan lahan pertanian
semakin sempit akibat perluasan pemukiman dan industry
Masalah kependudukan yang bersifat kualitatif:
1. Tingkat kesehatan
Kualitas Kesehatan penduduk tidak terlepas dari pendapatan.
Semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula kemampuan
dalam menjangkau pelayanan kesehatan
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan tergantung pada kesejahteraan penduduk.
Semakin sejahtera maka tingkat Pendidikan semakin tinggi (1).

Anda mungkin juga menyukai