PERKEMBANGAN DEMOGRAFI
Masa lalu, sekarang, dan yang akan dating memberikan gambarang
tentang hubungan sesama manusia dan alam lingkungan tempat tinggal.
Keadaan sekarang dapat memperkirakan keadaan yang akan datang.
Revolusi pertanian memberikan gambaran adanya pertambahan manusia
melebihi 20 juta. Sekitar 600 tahun yang lalu saat munculnya kerjaan di
lembah Nil, penduduk dunia diperkirakan mencapai 90 juta jiwa. Hal itu
berarti selama 4.000 tahun penduduk telah bertambah kira-kira 10.16 kali
lipat. Pada jaman 0 masehi, penduduk diperkirakan mencapai 200-300 juta
jiwa. Pada jaman modern (permulaan tahun 1650), jumlah tersebut telah
mencapai setengah miliar jiwa. Pada revolusi industry, 1750, penduduk
diperkirakan mencapai 728 jiwa. Dalam hal ini didapatkan gambaran bahwa
tujuan demografi adalah:
1. Mendiskripsikan atau menjelaskan pertumbuhan penduduk yang
terjadi pada masa lampau, meliputi perkembangan meningkatnya
atau menurunnya jumlah penduduk beserta persebarannya;
2. Mengembangkan berbagai hubungan sebab akibat, yang ada pada
perkembangan penduduk terkait dengan segala aspek didalamnya;
3. Menganalisis dan mempelajari kuantitias meliputi perkembangan dan
persebaran jumlah penduduk dalam suatu wilayah;
4. Memprediksikan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang
dalam wilayah tertentu dengan segala konsekuensinya yang mungkin
timbul.
UKURAN DEMOGRAFI
Fertility
Fertilitas dalam lingkup demografi dapat diartikan sebagai kemampuan riil
seorang Wanita untuk melahirkan, yang mencerminkand alam jumlah bayi
yang dilahirkannya. Terkait hal ini, ada beberapa ukuran yang digunakan,
mencakup (5):
1. Crude birth rate, yaitu banyakanya kelahiran pada tahun tertentu
dibagi jumlah penduduk dalam pertengahan tahun dikalikan seribu
2. Age specific fertility rate, yaitu jumlah kelahiran kelompok wanita
kelompok umur tertentu dibagi jumlah Wanita kelompok umur
dikalikan seribu
Mortality
1. Crude death rate
2. Emigrasi
Aliran Marxist yang dicetuskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels,
mengatakan terdapat 3 hal dalam kaitannya penduduk dan faktor yang
mempengaruhi. Teori ini dulu banyak digunakan di negara-negara yang
menganut paham sosialis seperti Cina, Vietnam maupun Korea Utara. Dalam
teorinya dikatakan bahwa (2):
1. Jumlah penduduk tidak memberikan tekanan berarti terhadap
peningkatan kebutuhan pangan tetapi lebih besar dampaknya bagi
kesempatan kerja
2. Kemelaratan terjadi bukan karena cepatnya pertumbuhan penduduk,
tetapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian besar hak para
buruh.
3. Semakin tinggi tingkat jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula
produktivitasnya. Hal ini terjadi jika teknologi tidak menggantikan
tenaga kerja manusia. Sehingga manusia tidak perlu menekan jumlah
kelahiran, dan ini berarti menolak teori Malthus tentang moral
restraint untuk menekan angka kelahiran.
Dalam perkembangannya, muncul aliran Neo-Malthusian yang
dikemukakan oleh Garrett Hardin dan Paul Ehrlich. Dalam teorinya di abad
ke 20, Bumi yang pada jaman Malthus masih kosong mulai dipadati oleh
manusia. Setiap minggu lebih dari 10 juta bayi diperkirakan lahir di dunia,
sehingga semakin banyak manusia yang harus dipenuhi kebutuhan
pangannya. Sementara keadaan pangan terbatas dan kerusakan lingkungan
semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk. Aliran ini
dilengkapi oleh Meadow dalam bukunya yang berjudul The Limit to Growth
(1972) yang memperhatikan hubungan antara variabel lingkungan yaitu
penduduk, produksi pertanian, industri dan sumber daya alam serta polusi.
Pertumbuhan penduduk dapat dibatasi dengan melakukan pembatasan
kelahiran (2).
Adapun ruang lingkup kependudukan sebagai berikut (6):
Tabel 1. Perkembangan teori kependudukan
No Nama Teori Uraian
Kependudukan
1. Cina Kuno Contoh : Konfusius 500 SM
Membahas tentang hubungan antara
jumlah penduduk dan tingkat
kesejahteraan masyarakat
Jumlah penduduk yang terlampau besar
akan menekan standar hidup
masyarakat terutama jika jumlah
penduduk dikaitkan dengan luas
tanah / luas lahan pertanian untuk
mencukupi kebutuhan penduduk
Ada suatu proporsi ideal antara luas
tanah dan jumlah penduduk
Teori ini menganjurkan agar
pemerintah memindahkan penduduk ke
daerah yang masih kekurangan
penduduk sebagai pemecahan masalah
kelebihan penduduk
2. Yunani Kuno Contoh : Plato dan Aristoteles 300 SM
Menganjurkan jumlah penduduk yang
tepat dan ideal untuk sebuah kota
Apabila sebuah kota tidak mampu
menampung jumlah penduduk yang ada
maka diperlukan pembatasan kelahiran.
Sebaliknya jika terjadi kekurangan
penduduk, maka diperlukan insentif
untuk mendorong angka kelahiran.
3. India Kuni Contoh : Kuntilaya 300 SM
Mengajukan ukuran desa optimum dan
menganggap penduduk terlalu sedikit
untuk suatu kejahatan besar.
4. Kekaisaran Roma Contoh : Cicero 50 SM
Mendorong pertumbuhan penduduk
sebagai contoh dengan memberikan
keistimewaan kepada mereka yang
mempunyai anak
Lebih banyak laki-laki berarti lebih
banyak kemenangan militer
5. Yudaisme Mendukung pertumbuhan penduduk sesuai
perintah dengan Kitab Suci yaitu “pergi”
dan “berkembang biaklah”
6. Kristenan Awal Contoh : Agustine dan Aguinas 400 SM
Selibat secara moral adalah baik, tetapi
tingkat kelahiran yang tinggi diperlukan
untuk menghadapi tingkat kematian yang
tinggi.
7. Merkantilisme (Abad Intervensi negara dalam ekonomi
17 dan 18) dibutuhkan untuk memaksimumkan
kekayaan nasional. Teori ini berpendapat
bahwa penduduk yang meningkat akan
berarti Angkatan bersenjata yang lebih
besar, upah per jam yang lebih rendah, dan
kekayaan yang meningkat
8. Psiokrat Contoh : Quesnay abad 18
Mendukung pemerintahan oleh alam (rule
by nature atau laissez-faire) dan tidak perlu
intervensi pemerintah. Teori ini
berpendapat bahwa penduduk bergantung
pada nafkah kehidupan (subsistensi) dan
pertanian adalah statusnya sumber
kekayaan. Teori ini juga berpendapat
bahwa manfaat dari reformasi sosial akan
dibatalkan oleh pertambahan penduduk
9. Malthus (1766-1843) Merupakan teori kependudukan yang
paling terkenal dengan tiga porporsi besar
yaitu:
Penduduk dibatasi oleh sumber-sumber
atau subsistensi pangan
Penduduk akan dengan sendirinya
meningkat jika sumber-sumber
subsistensi meningkat, kecuali jika ada
penghambat
Penghambat tersebut dan penghambat
yang menekan kekuatan perkembangan
penduduk, serta penahan dampaknya
pada tingkat subsistensi.
KOMPOSISI PENDUDUK
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk berdasarkan
pengelompokan penduduk berdasarkan karakteristik yang sama, contohnya
berdasrkan etnis, agama, kewarganegaraan, Bahasa, Pendidikan, usia, jenis
kelamin, pendapatan, dll. Manfaat pengelompokkan penduduk:
1. Mengetahui human resource yang ada
2. Bahan pertimbangan guna mengambil kebijakan yang berhubungan
dengan kependudukan
3. Membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lainnya
4. Mengetahui proses demografi yang terjadi pada penduduk
Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk dibedakan menjadi:
1. Geografis : missal benua Asia, Afrika, Australia, Amerika, Eropa
2. Administratif dan politis : missal Indonesia tersebar dalam 33
provinsi, yang didalamnya terdapat kabupaten, kecamatan, desa
3. Piramida penduduk : sebuah grafik komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin digambarkan secara visual. Berdasarkan
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik
penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
a. Ekspansif : jika Sebagian besar penduduk berada dalam kelompok
usia muda. Tipe ini terdapat pada negara-negara dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang cepat, akibat dari masih tingginya
tingkat kelahiran dan menurunnya tingkat kematian. Negara yang
termasuk dalam tipe seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, India,
Costa Rica.
b. Konstruktif : jika penduduk yang berada dalam kelompok muda
jumlahnya sedikit. Tipe ini terdapat pada negara-negara yang
tingkat kelahirannya turun dengan cepat, dan tingkat kematiannya
rendah. Negara yang termasuk pada tipe ini adalah Jepang, dan
negara-negara Eropa Barat, misalnya Swedia.
c. Stasioner : jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur
hamper sama, kecuali pada kelompok umur tertentu. Tipe ini
terdapat pada negara-negara yang memiliki tingkat kematian dan
kelahiran rendah, missal Jerman (1).
PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN
Masalah kependudukan bersifat kuantitatif:
1. Jumlah penduduk besar
a. Kesulitan menjamin kebutuhan hidup
b. Terbatasnya lapangan kerja, sarana dan prasarana Kesehatan
2. Pertumbuhan penduduk cepat
Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan daya dukung
lingkungan yang seimbang, berbagai masalah akan muncul baik
masalah lingkungan, ekonomi, dan sosial
3. Persebaran penduduk tidak merata
Akibat tidak meratanya penduduk, ketersediaan lahan pertanian
semakin sempit akibat perluasan pemukiman dan industry
Masalah kependudukan yang bersifat kualitatif:
1. Tingkat kesehatan
Kualitas Kesehatan penduduk tidak terlepas dari pendapatan.
Semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula kemampuan
dalam menjangkau pelayanan kesehatan
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan tergantung pada kesejahteraan penduduk.
Semakin sejahtera maka tingkat Pendidikan semakin tinggi (1).