PETA PENDUDUKAN
DISUSUN OLEH :
WAHYU ( 2015310011 )
JHINGGA ALFA R ( 2015310012 )
ALDHY OCKTA PRAYOGA ( 2015310017 )
c. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan
melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap. Migrasi
penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan
penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal
yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu
negara saja.
3. Dinamika Kependudukan
Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu
terjadi dan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai perkembangan
kependudukan. Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang
terjadi maupun karena perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya.
Setiap perubahan yang diakibatkan salah satu faktor perubahan penduduk
tersebut akan berdampak pada keseluruhan, misalnya jumlah menurut umur penduduk
dan jenis kelamin penduduk. Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika
kependudukan adalah :
a. Indikator
Indikator diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari dengan tepat berbagai
keadaan atau perubahan yang terjadi pada penduduk disuatu negara. Indikator
dalam demografi terdiri dari beberapa hal, yaitu :
Jumlah penduduk
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, susku bangsa, pendidikan,
agama, pekerjaan dan lain-lain.
Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk.
b. Parameter
Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Dikenal 2 macam
pengukuran, yaitu :
Angka absolut
Angka relative
Dinamika kependudukan menjelaskan bahwa disamping jumlah absolutnya yang tetap
tinggi, persoalan kependudukan di Indonesia meliputi persebaran serta kualitas
penduduk dipandang dari sudut sumber daya manusia secara keseluruhan.
Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah :
a. Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu
b. Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan yang akan
datang.
c. Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspek kehidupan
lain misalnya ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain.
d. Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang terjadi baik
hal yang menguntungkan maupun merugikan.
2. De jure
Sensus de jure dilakukan dengan cara melakukan penghitungan terhadap
warga penduduk asli dari daerah yang sedang dilakukan sensus. Jadi,
andaikataditemukan orang yang bukan asli penduduk di sana pada saat
sensus, maka tidak dimasukkan dalam penghitungan. Untuk membedakan
antara penduduk asli dan bukan asli ialah dari kepemilikan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).
a. Keunggulan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai berikut:
3. Jumlah penduduk yang tercatat adalah penduduk yang betulbetul
memiliki bukti kependudukan secara sah dalam sistem pemerintahan.
4. Pelaksanaan sensus tidak harus bersamaan waktunya dan serempak
karena hanya penduduk yang memiliki bukti kependudukan yang
disensus.
5. Kemungkinan terjadinya pencatatan dua kali atau lebih pada
penduduk yang sama dapat dihindari.
b. Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai
berikut:
Penduduk yang tidak memiliki bukti tanda kependudukan (KTP) tidak
akan tercatat sebagai penduduk meskipun orang tersebut lahir dan
tinggal di tempat tersebut.
Jumlah penduduk yang tercatat tidak sesuai dengan jumlah penduduk
yang sebenarnya.
Data hasil sensus apabila digunakan untuk kepentingan perencanaan
yang berkaitan dengan layanan publik tidak akurat.
Berdasarkan metode pengisiannya, sensus dibedakan menjadi:
a. Metode Canvasser,
Yaitu pelaksanaan sensus di mana petugas mendatangi tempat tinggal
penduduk dan mengisi daftar pertanyaan. Keunggulan metode ini, data yang
diperoleh lebih terjamin kelengkapannya dan penduduk sulit untuk memalsukan
data. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lebih lama
karena jumlah petugas yang terbatas dan wilayah yang luas.
b. Metode Householder,
Yaitu pelaksanaan sensus di mana pengisian daftar pertanyaan dilakukan oleh
penduduk sendiri. Kelebihan cara ini adalah waktu yang diperlukan lebih cepat
karena petugas tidak harus mendata satu per satu penduduk. Daftar
pertanyaan dapat dikirimkan atau dititipkan pada aparat desa. Sedangkan
kekurangannya adalah data yang diperoleh kurang terjamin kebenarannya
karena ada kemungkinan penduduk tidak mengisi data sesuai dengan kondisi
sebenarnya.
b. Tujuan sensus penduduk
Tujuan sensus penduduk antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui perubahan penduduk dari waktu ke waktu dalam suatu periode.
2. Mengetahui jumlah, sebaran, dan kepadatan penduduk pada setiap wilayah.
3. Mengetahui berbagai informasi tentang kependudukan, seperti angka kelahiran,
kematian, migrasi, dan berbagai faktor yang me mengaruhinya.
4. Sebagai sumber data dalam perencanaan dan penentuan kebijakan pembangunan
nasional.
5. Survei Penduduk
Survei adalah salah satu metode menjaring data penduduk dalam beberapa peristiwa
demografi atau ekonomi dengan tidak menghitung seluruh responden yang ada di suatu
negara, melainkan dengan cara penarikan sampel (contoh daerah) sebagai kawasan
yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut. Sudah barang tentu sebelum
menetapkan kawasan sampel itu, ditentukan dulu kriteria apa saja yang bisa dijadikan
syarat suatu wilayah bisa ditetapkan sebagai kawasan sampel survei. Setelah
ditetapkan sebagai kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut, baru
dilakukan penghitungan terhadap seluruh responden yang ada di kawasan sampel
survei itu. Proses penjaringan data tentu akan disesuaikan dengan kebutuhan survei.
Berikut ini contoh survei yang biasa dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di
Indonesia :
1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), dilakukan untuk menjaring data
mengenai keadaan sosial dan ekonomi penduduk Indonesia secara keseluruhan,
dengan cara mengambil sampel penelitian pada wilayah-wilayah yang bisa
mewakili karakteristik rakyat Indonesia. Hasil yang diperolehnya nanti akan
mewakili rakyat Indonesia secara keseluruhan.
2. Survei Penduduk Antar-Sensus (SUPAS), dilakukan untuk mendapatkan angka
jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan dan biasanya dijadikan bahan
rujukan dari representasi jumlah penduduk Indonesia dalam setiap kurun waktu
tertentu. Berdasarkan tipenya, survei demografi dapat dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Survei bertahap tunggal (single round surveys)
Survei ini adalah survei untuk menjaring data berbagai peristiwa demografi
seperti kelahiran, kematian, dan migrasi dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada responden mengenai berbagai kejadian demografi yang dialami di masa
lalu dalam periode tertentu.
b. Survei bertahap ganda (multiround surveys)
Survei ini dilakukan oleh petugas pencacah jiwa di lapangan dengan melakukan
kunjungan kepada responden tertentu berulang-ulang untuk mencatat berbagai
peristiwa demografi yang terjadi, seperti kelahiran, kematian, atau migrasi.
Tentunya kunjungan itu dilakukan dalam kurun waktu tertentu, apakah per tahun,
per dua tahun, per tiga tahun, dan seterusnya.
c. Survei bertipe kombinasi
Survei ini dilakukan dengan cara menggabungkan cara survei tahap tunggal atau
ganda dengan cara registrasi. Seperti yang diketahui, registrasi adalah proses
pencatatan peristiwa demografi yang diambil dari beberapa peristiwa penting
yang terjadi. Hasil dari registrasi ini kemudian digabungkan dan sekaligus
dilakukan kros cek dengan hasil kedua jenis tipe survei di atas, yaitu survei
tunggal dan ganda
3. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk merupakan kumpulan berbagai keterangan dari kejadian
penting yang dialami oleh manusia, seperti data perkawinan, perceraian,
perpindahan penduduk, dan kejadian-kejadian penting lainnya yang tertulis. Semua
catatan itu pada akhirnya dikumpulkan dan dipergunakan sebagai sumber data
resmi dalam penghitungan semua peristiwa demografi. Registrasi penduduk
didasarkan pada keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1977, ditujukan untuk
membangun sistem pencatatan yang berlaku menyeluruh dan seragam di wilayah
Indonesia. Walaupun mungkin saja terjadi bias pada data demografi yang terkumpul
itu, karena bisa saja terjadi kesalahan penulisan data oleh responden tertentu.
Cakupan data yang diperoleh pada registrasi penduduk sangat bergantung pada
kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam
keluarga. Di negara-negara maju, pengumpulan data melalui registrasi umumnya
tidak menemui masalah danhambatan. Sebaliknya di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, umumnya data yang dicakup masih kurang lengkap karena
banyak peristiwa yang tidak dilaporkan dan data kurang rinci sehingga kurang
memadai untuk berbagai analisis kependudukan.
6. Komposisi Penduduk
1. Piramida Penduduk
Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dinamakan piramida
penduduk. Piramida penduduk pada umumnya disajikan dalam bentuk grafik
batang yang meng gambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada
setiap kelompok usia tertentu. Rentang interval umur yang umumnya digunakan
adalah lima tahun (usia 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44,
45-49, 50-54, 55-59, 60-64, 65-69, 70-74, 75 tahun lebih).
Berdasarkan kecenderungan bentuknya, komposisi penduduk berdasarkan usia
dan jenis kelamin diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Komposisi penduduk muda (Ekspansif),
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai kerucut. Ciri-ciri komposisi
penduduk ekspansif antara lain sebagai berikut:
Jumlah penduduk usia muda (019 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua
sedikit.
Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian.
Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia,
Malaysia, Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir, dan India.