Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ILMU UKUR TANAH

PETA PENDUDUKAN

DISUSUN OLEH :

WAHYU ( 2015310011 )
JHINGGA ALFA R ( 2015310012 )
ALDHY OCKTA PRAYOGA ( 2015310017 )

DOSEN PEMBIMBING : DEVRY HERNAWAN SN, ST

SEKOLAH TINGGI ILMU TEKNIK


PERTAMBANGAN PRABUMULIH
2017
1. Pengertian peta penduduk
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan menjadi dua:
Orang yang tinggal di daerah tersebut
Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain
orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti
kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah
geografi dan ruang tertentu.Masalah-masalah kependudukan dipelajari dalam ilmu
Demografi.
Kata Demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau
penduduk dan Grafein adalah menulis.Jadi Demografi adalah tulisan atau karangan
mengenai penduduk.Istilah ini pertama kali dipakai untuk pertama kalinya oleh Achille
Guilard dalam karangannya yang berjudul Elements de Statistique Humaine on
Demographic Compares pada tahun 1885.
Kependudukan Merupakan hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan,
persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan, yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan ( uu No. 23 Th
2006). Ilmu Kependudukan dimaksudkan untuk memberikan pengertian yang lebih luas
dari pada demografi, karena sejumlah ahli demografi telah menggunakan istilah
demografi untuk menunjuk pada demografi formal, demografi murni, atau kadang-
kadang demografi teoritis. Sedangkan arti dari demografi itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yang terdiri dari kata :
demos, yang artinya rakyat/penduduk
grafein, yang artinya menggambar atau menulis.
Demografi adalah tulisan atau karangan tentang rakyat atau penduduk
Demografi adalah suatu studi mengenai jumlah distribusi dan komposisi dan
koposisi penduduk serta komponen-komponen yang menyebabkan perubahan yang
diidentifikasi sebagai natalitas, gerak penduduk teritorial dan mobilitas sosial
(perubahan status). Merupakan analisa statistik penduduk, hanya mempersoalkan
hubungan antar variable demografi (Dependen dan independen)
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama
enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi
bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu:
fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang
mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada
benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam kaitannya dengan
manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau
bagian-bagiannya. Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlah penduduk
dengan luas area dimana mereka tinggal.
Demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Stuktur
penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Stuktur ini berubah-
ubah yang disebabkan oleh proses demografi yaitu kelahiran, kematian dan migarsi.
Ketiga faktor ini disebut dengan komponen pertumbuhan penduduk. Selain ketiga faktor
tersebut struktur penduduk ditentukan juga oleh faktor yang lain misal perkawinan,
perceraian. Perubahan stuktur yaitu perubahan dalam jumlah maupun komposisi akan
memberikan pengaruh sosial, ekonomi dan politis terhadap penduduk yang tinggal
disuatu wilayah.

Peta Kepadatan penduduk


Peta dalam kependudukan bertujuan untuk memenuhi Kebutuhan informasi tentang
jumlah penduduk di masa yang akan datang sebagai dasar pembuatan perencanaan
pembangunan serta dapat mengestimasi dan proyeksi penduduk untuk memenuhi
kebutuhan informasi jumlah penduduk di masa yang akan datang.
Ada Banyak macam peta-peta dalam Kependudukan diantaranya:
1. Peta Jumlah Penduduk
2. Peta Kepadatan Penduduk
3. Peta Jenis Kelamin
4. Peta Sebaran Penduduk
5. Peta Kepadatan Penduduk Agraris
6. Peta Penduduk berdasarkan Usia, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
7. Peta Kemiskinan
8. Peta Angka Kelahiran
9. Peta Angka Kematian
10. Peta Kesehatan (KB, PUS, Sebaran Pennyakit dll)
11. Peta Migrasi Penduduk
12. Peta Pertumbuhan Penduduk
13. Peta Proyeksi Penduduk
14. Piramida Penduduk
15. dll

2. Faktor-Faktor yang mempengatuhi kependudukan


a. Kelahiran (fertilitas)
Fertilitas adalah kesuburan, kesuburan disini yang dimaksud adalah dapat bekerjanya
secara optimal dari organ-organ reproduksi baik dari pihak pria maupun wanita
sehingga dapat melakukan fungsi fertilisasi dengan baik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi fertilitas adalah asupan zat gizi. Fertilitas sebagai istiah semografi
diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok
wanita, dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup,
fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak.
b. Kematian (mortalitas)
Kasus kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial,
ekonomi, adat istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian
berguna untuk memonitor kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga
komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah
dan komposisi umur penduduk.

c. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan
melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap. Migrasi
penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan
penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal
yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu
negara saja.

3. Dinamika Kependudukan
Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu
terjadi dan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai perkembangan
kependudukan. Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang
terjadi maupun karena perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya.
Setiap perubahan yang diakibatkan salah satu faktor perubahan penduduk
tersebut akan berdampak pada keseluruhan, misalnya jumlah menurut umur penduduk
dan jenis kelamin penduduk. Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika
kependudukan adalah :

a. Indikator
Indikator diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari dengan tepat berbagai
keadaan atau perubahan yang terjadi pada penduduk disuatu negara. Indikator
dalam demografi terdiri dari beberapa hal, yaitu :
Jumlah penduduk
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, susku bangsa, pendidikan,
agama, pekerjaan dan lain-lain.
Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk.
b. Parameter
Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Dikenal 2 macam
pengukuran, yaitu :
Angka absolut
Angka relative
Dinamika kependudukan menjelaskan bahwa disamping jumlah absolutnya yang tetap
tinggi, persoalan kependudukan di Indonesia meliputi persebaran serta kualitas
penduduk dipandang dari sudut sumber daya manusia secara keseluruhan.
Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah :
a. Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu
b. Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan yang akan
datang.
c. Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspek kehidupan
lain misalnya ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain.
d. Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang terjadi baik
hal yang menguntungkan maupun merugikan.

4. Sumber Data Kependudukan


a. Sensus Penduduk
Data sensus yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, ketenagakerjaan,
dan sosial budaya. Karakteristik demografi yang dikumpulkan adalah mengenai
kelahiran, kematian, dan migrasi, serta riwayat kelahiran dan kematian anak dari
wanita pernah kawin. Data yang dihimpun pada bidang ketenagakerjaan mencakup
lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Sedangkan data sosial
budaya mencakup tingkat pendidikan, kondisi tempat tinggal, dan kegiatan
penduduk lanjut usia (lansia).
Data-data yang diperoleh dari sensus tersebut digunakan untuk perencanaan
pembangunan di berbagai bidang. Hal tersebut sangat berperan penting untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan, baik di bidang kependudukan,
sosial budaya, dan ketenagakerjaan.
Berdasarkan tempat tinggal penduduk, sensus dibedakan menjadi:
1. De facto,
Sensus de facto yaitu cara menghitung jumlah penduduk terhadap warga yang
ditemukan pada saat pencacahan berlangsung, walaupun orang tersebut bukan
warga asli pada wilayah yang sedang diadakan sensus.
a. Keunggulan pelaksanaan sensus de facto, diantaranya sebagai berikut:
Jumlah penduduk yang tercatat adalah jumlah riil di suatu tempat.
Dilakukan secara serempak di setiap daerah sehingga data cepat
terkumpul dan lebih cepat diolah.
Data yang diperoleh dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan
yang berkaitan dengan layanan publik.
b. Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de facto, diantaranya sebagai
berikut :
Kemungkinan pencatatan dua kali atau lebih pada penduduk yang sama
dapat terjadi.
Untuk negara kepulauan yang luas diperlukan petugas dan dana yang
cukup besar karena harus dilakukan secara serempak.
Bagi daerah yang mobilitas penduduknya sangat dinamis, seperti di laut,
pesawat, kereta, atau kendaraan lainnya kemungkinan tidak tercatat.

2. De jure
Sensus de jure dilakukan dengan cara melakukan penghitungan terhadap
warga penduduk asli dari daerah yang sedang dilakukan sensus. Jadi,
andaikataditemukan orang yang bukan asli penduduk di sana pada saat
sensus, maka tidak dimasukkan dalam penghitungan. Untuk membedakan
antara penduduk asli dan bukan asli ialah dari kepemilikan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).
a. Keunggulan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai berikut:
3. Jumlah penduduk yang tercatat adalah penduduk yang betulbetul
memiliki bukti kependudukan secara sah dalam sistem pemerintahan.
4. Pelaksanaan sensus tidak harus bersamaan waktunya dan serempak
karena hanya penduduk yang memiliki bukti kependudukan yang
disensus.
5. Kemungkinan terjadinya pencatatan dua kali atau lebih pada
penduduk yang sama dapat dihindari.
b. Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai
berikut:
Penduduk yang tidak memiliki bukti tanda kependudukan (KTP) tidak
akan tercatat sebagai penduduk meskipun orang tersebut lahir dan
tinggal di tempat tersebut.
Jumlah penduduk yang tercatat tidak sesuai dengan jumlah penduduk
yang sebenarnya.
Data hasil sensus apabila digunakan untuk kepentingan perencanaan
yang berkaitan dengan layanan publik tidak akurat.
Berdasarkan metode pengisiannya, sensus dibedakan menjadi:
a. Metode Canvasser,
Yaitu pelaksanaan sensus di mana petugas mendatangi tempat tinggal
penduduk dan mengisi daftar pertanyaan. Keunggulan metode ini, data yang
diperoleh lebih terjamin kelengkapannya dan penduduk sulit untuk memalsukan
data. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang diperlukan lebih lama
karena jumlah petugas yang terbatas dan wilayah yang luas.
b. Metode Householder,
Yaitu pelaksanaan sensus di mana pengisian daftar pertanyaan dilakukan oleh
penduduk sendiri. Kelebihan cara ini adalah waktu yang diperlukan lebih cepat
karena petugas tidak harus mendata satu per satu penduduk. Daftar
pertanyaan dapat dikirimkan atau dititipkan pada aparat desa. Sedangkan
kekurangannya adalah data yang diperoleh kurang terjamin kebenarannya
karena ada kemungkinan penduduk tidak mengisi data sesuai dengan kondisi
sebenarnya.
b. Tujuan sensus penduduk
Tujuan sensus penduduk antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui perubahan penduduk dari waktu ke waktu dalam suatu periode.
2. Mengetahui jumlah, sebaran, dan kepadatan penduduk pada setiap wilayah.
3. Mengetahui berbagai informasi tentang kependudukan, seperti angka kelahiran,
kematian, migrasi, dan berbagai faktor yang me mengaruhinya.
4. Sebagai sumber data dalam perencanaan dan penentuan kebijakan pembangunan
nasional.

5. Survei Penduduk
Survei adalah salah satu metode menjaring data penduduk dalam beberapa peristiwa
demografi atau ekonomi dengan tidak menghitung seluruh responden yang ada di suatu
negara, melainkan dengan cara penarikan sampel (contoh daerah) sebagai kawasan
yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut. Sudah barang tentu sebelum
menetapkan kawasan sampel itu, ditentukan dulu kriteria apa saja yang bisa dijadikan
syarat suatu wilayah bisa ditetapkan sebagai kawasan sampel survei. Setelah
ditetapkan sebagai kawasan yang bisa mewakili karakteristik negara tersebut, baru
dilakukan penghitungan terhadap seluruh responden yang ada di kawasan sampel
survei itu. Proses penjaringan data tentu akan disesuaikan dengan kebutuhan survei.
Berikut ini contoh survei yang biasa dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di
Indonesia :
1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), dilakukan untuk menjaring data
mengenai keadaan sosial dan ekonomi penduduk Indonesia secara keseluruhan,
dengan cara mengambil sampel penelitian pada wilayah-wilayah yang bisa
mewakili karakteristik rakyat Indonesia. Hasil yang diperolehnya nanti akan
mewakili rakyat Indonesia secara keseluruhan.
2. Survei Penduduk Antar-Sensus (SUPAS), dilakukan untuk mendapatkan angka
jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan dan biasanya dijadikan bahan
rujukan dari representasi jumlah penduduk Indonesia dalam setiap kurun waktu
tertentu. Berdasarkan tipenya, survei demografi dapat dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Survei bertahap tunggal (single round surveys)
Survei ini adalah survei untuk menjaring data berbagai peristiwa demografi
seperti kelahiran, kematian, dan migrasi dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada responden mengenai berbagai kejadian demografi yang dialami di masa
lalu dalam periode tertentu.
b. Survei bertahap ganda (multiround surveys)
Survei ini dilakukan oleh petugas pencacah jiwa di lapangan dengan melakukan
kunjungan kepada responden tertentu berulang-ulang untuk mencatat berbagai
peristiwa demografi yang terjadi, seperti kelahiran, kematian, atau migrasi.
Tentunya kunjungan itu dilakukan dalam kurun waktu tertentu, apakah per tahun,
per dua tahun, per tiga tahun, dan seterusnya.
c. Survei bertipe kombinasi
Survei ini dilakukan dengan cara menggabungkan cara survei tahap tunggal atau
ganda dengan cara registrasi. Seperti yang diketahui, registrasi adalah proses
pencatatan peristiwa demografi yang diambil dari beberapa peristiwa penting
yang terjadi. Hasil dari registrasi ini kemudian digabungkan dan sekaligus
dilakukan kros cek dengan hasil kedua jenis tipe survei di atas, yaitu survei
tunggal dan ganda
3. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk merupakan kumpulan berbagai keterangan dari kejadian
penting yang dialami oleh manusia, seperti data perkawinan, perceraian,
perpindahan penduduk, dan kejadian-kejadian penting lainnya yang tertulis. Semua
catatan itu pada akhirnya dikumpulkan dan dipergunakan sebagai sumber data
resmi dalam penghitungan semua peristiwa demografi. Registrasi penduduk
didasarkan pada keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1977, ditujukan untuk
membangun sistem pencatatan yang berlaku menyeluruh dan seragam di wilayah
Indonesia. Walaupun mungkin saja terjadi bias pada data demografi yang terkumpul
itu, karena bisa saja terjadi kesalahan penulisan data oleh responden tertentu.
Cakupan data yang diperoleh pada registrasi penduduk sangat bergantung pada
kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam
keluarga. Di negara-negara maju, pengumpulan data melalui registrasi umumnya
tidak menemui masalah danhambatan. Sebaliknya di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, umumnya data yang dicakup masih kurang lengkap karena
banyak peristiwa yang tidak dilaporkan dan data kurang rinci sehingga kurang
memadai untuk berbagai analisis kependudukan.

6. Komposisi Penduduk
1. Piramida Penduduk
Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dinamakan piramida
penduduk. Piramida penduduk pada umumnya disajikan dalam bentuk grafik
batang yang meng gambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada
setiap kelompok usia tertentu. Rentang interval umur yang umumnya digunakan
adalah lima tahun (usia 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44,
45-49, 50-54, 55-59, 60-64, 65-69, 70-74, 75 tahun lebih).
Berdasarkan kecenderungan bentuknya, komposisi penduduk berdasarkan usia
dan jenis kelamin diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Komposisi penduduk muda (Ekspansif),
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai kerucut. Ciri-ciri komposisi
penduduk ekspansif antara lain sebagai berikut:
Jumlah penduduk usia muda (019 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua
sedikit.
Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian.
Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia,
Malaysia, Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir, dan India.

b. Komposisi penduduk dewasa (Stasioner)


Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai batu nisan. Ciri-ciri komposisi
penduduk stasioner antara lain sebagai berikut:
Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa
relatif seimbang.
Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan angka
kematian relatif lebih rendah.
Pertumbuhan penduduk kecil.
Terdapat di beberapa negara maju antara lain Amerika Serikat, Belanda, dan
Inggris.
c. Komposisi penduduk tua (Konstruktif)
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai guci terbalik. Ciri-ciri komposisi
penduduk konstruktif antara lain sebagai berikut:
Jumlah penduduk usia muda (019 tahun) dan usia tua (di atas usia 64
tahun) sangat kecil.
Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi pada ke lompok usia dewasa.
Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian.
Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan pertumbuhan
penduduk sebagian mencapai tingkat negatif.
Jumlah penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun.
Negara yang berada pada fase ini, antara lain Swedia, Jerman, dan Belgia.

2. Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)


Sex ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan. Adanya perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk perempuan dapat digunakan untuk memperkirakan atau memprediksi
keadaan jumlah penduduk di masa datang. Kemungkinan terjadinya ledakan
penduduk akan lebih besar, kalau jumlah penduduk perempuan lebih banyak
dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

3. Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio)


Menurut Prof. H.R. Bintarto rasio ketergantungan (dependency ratio) atau angka
beban ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban
tanggungan kelompok usia produktif atas penduduk usia nonpoduktif. Usia produktif
adalah usia penduduk antara 15 tahun sampai 59 tahun. Disebut produktif karena
pada usia ini diperkirakan orang ada pada rentang usia masih bisa bekerja, baik di
sektor swasta maupun sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan usia tidak
produktif adalah usia penduduk yang ada di rentang 60 tahun keatas.
Pertimbangannya, bahwa pada usia ini penduduk dipandang sudah tidak produktif
lagi bekerja atau tidak diperkenankan lagi bekerja, baik di sektor swasta ataupun
sebagai pegawai negeri.
Angka ketergantungan dapat memberikan informasi kepada kita berapa besar
setiap orang yang sudah bekerja menanggung beban orang yang belum atau tidak
bekerja. Dengan melihat angka atau indeks dari beban tanggungan ini, kita bisa
melihat seberapa besar kemakmuran yang dimiliki oleh suatu negara atau wilayah.
Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu:
Rendah : < 30
Sedang : 31 40
Tinggi : > 41

7. Masalah Kependudukan Di Indonesia


1. Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk Besar
b. Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan
pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah
penduduk yang besar:
Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa
lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk
besar
c. Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun
ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 1971 pertumbuhan penduduk
sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun
1980 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 2000 sebesar 1,6%
pertahun dan periode 2000-2010 sebesar 1,49%.
d. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau,
provinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan
Madura yang luasnya hanya 7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni
lebih kurang 60% penduduk Indonesia. Perkembangan kepadatan penduduk di
Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi, yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-
tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938
jiwa per kilo meter persegi (km2). Selain di Jawa ketimpangan persebaran
penduduk terjadi di Irian Jaya dan Kalimantan. Luas wilayah Irian Jaya 21,99%
dari luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 0,92% dari seluruh
penduduk Indonesia. Pulau Kalimantan luasnya 28,11% dari luas Indonesia,
tetapi jumlah penduduknya hanya 5% dari jumlah penduduk Indonesia. Akibat
dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin
sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri.
Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal
karena kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa
dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya
sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan
bagi peningkatan pertahanan keamanan negara. Persebaran penduduk antara
kota dan desa juga mengalami ketidakseimbangan.Perpindahan penduduk dari
desa ke kota di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu.Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan terjadinya pemusatan
penduduk di kota yang luas wilayahnya terbatas.Pemusatan penduduk di kota-
kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya dapat
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan hidup seperti:
Munculnya permukiman liar.
Sungai-sungai tercemar karena dijadikan tempat pembuangan sampah baik
oleh masyarakat maupun dari pabrik-pabrik industri.
Terjadinya pencemaran udara dari asap kendaraan dan industri.
Timbulnya berbagai masalah sosial seperti perampokan, pelacuran dan lain-
lain.

2. Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif


a. Tingkat Kesehatan yang Rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk
Indonesia masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan
penduduk adalah dengan melihat:
Angka Kematian
Angka Harapan Hidup
b. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat
pendidikannya relatif lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju,
demikian juga dengan tingkat pendidikan penduduk Indonesia.Tingkat pendidikan
bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM penduduk suatu
negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang tingkat
pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang
terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi
menganggur. Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang
menganggur menjadi beban bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan
diharapkan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga
pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah membawa
dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:
Pendapatan perkapita penduduk rendah, sehingga orang tua/penduduk tidak
mampu sekolah atau berhenti sekolah sebelum tamat.
Ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana pendidikan yang ada
seperti jumlah kelas, guru dan buku-buku pelajaran. Ini berakibat tidak semua
anak usia sekolah tertampung belajar di sekolah.
Masih rendahnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan,
sehingga banyak orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya.
Dampak yang ditimbulkan akibat dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap
pembangunan adalah :
Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga
ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah
penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli
yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
Perumahan kumuh sebagai dampak permasalahan kependudukan
Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima
hal-hal yang baru. Hal ini tampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat
hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak
karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan
seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai