Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEP DAN DINAMIKA KEPENDUDUKAN

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB


KONSEP DAN DINAMIKA KEPENDUDUKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu wilayah yang memiliki penduduk tentu saja terdapat perubahan-
perubahan. Dimana perubahan yang dimaksud disini adalah pertumbuhan penduduk suatu
wilayah yang dipengaruhi oleh varibel utama Demografi. Yakni fertilitas, mortalitas, dan
migrasi dimana ketiga variable tersebut sangat berpengaruh terhadap dinamika penduduk
pada wilayah tersebut.
Dalam mengkaji dinamika penduduk tersebut maka diperlukan sebuah metode agar
lebih mudah pengkajiannya. Tedapat metode pencacahan yang menghasilkan suatu data
dalam rangka untuk mempelajari suatu dinamika penduduk wilayah tersebut. Karena dengan
data dinamika penduduk tersebut bisa digunakan sebagai tolak ukur pembangunan suatu
bangsa. Dengan data tersebut maka akan mudah mengkaji kematian, kelahiran, dan
perpindahan penduduk yang ada. Sehingga warga tersebut diakui sebagai warga mana.
Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih
tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur
penduduk. Progran kependudukan dan keluarga berencana bertujuan turut serta menciptakan
kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan
dan pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik
antara jumlah dan kecepatan pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan
jasa.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini, rumusan masalah yang kami ambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kependudukan itu?
2. Apa pengertian dinamika kependudukan?
3. Darimana sumber data kependudukan diperoleh?
4. Apa saja komposisi penduduk itu?
5. Apa saja faktor-faktor demografi yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk?
6. Apa itu transisi demografi?
7. Apa saja masalah kependudukan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep kependudukan.
2. Untuk mengetahui pengertian dinamika kependudukan.
3. Untuk mengetahui sumber data kependudukan.
4. Untuk mengetahui komposisi penduduk.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor demografi yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk.
6. Untuk mengetahui transisi demografi.
7. Untuk mengetaui masalah-masalah kependudukan yang ada di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kependudukan


Dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan jumlah penduduk
menigkat dengan cepat dan dibeberapa bagian dunia telah terjadi kemiskinan dan kekurangan
pangan. Sehingga muncul beberapa kelompok aliran/teori tentang kependudukan, yaitu :
1. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)
Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat tentang kependudukan, yaitu :
1) Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan
berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari
permukaan bumi.
2) Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan makanan
jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (deret
ukur)
2. Aliran Neo Malthusian (Garreth Hardin Dan Paul Ehrlich)
Pada abad 1920, Teori Malthus kembali diperdebatkan, muncul kelompok aliran Neo
Malthusian yang menyokong teori Malthus. Namun, menurut aliran Neo Malthus,
mengurangi jumlah penduduk tidak hanya dengan moral restrain saja, tapi lebih ditekankan
pada Preventive check. Misalnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi kelahiran.
Aliran Neomalthusian memiliki kesamaan konsep dasar dengan Malthusian yaitu percaya
bahwa pertumbuhan penduduk pasti akan terjadi dan berdampak negatif pada manusia
walaupun tidak secara persis setuju dengan argumen argumen aliran Malhusian, beberapa
argumen Malthus dianggap tidak rasional oleh karena itu aliran ini lebih ekstrim
dalam melakukan tindakan tindakan untuk mengurangi jumlah penduduk, misalnya: aborsi,
legalitas homoseksual, hukuman mati.

2.2 Dinamika Kependudukan


Dinamika kependudukan adalah perubahan penduduk. Perubahan tersebut selalu terjadi
dan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera disebut sebagai perkembangan kependudukan.
Perkembangan kependudukan terjadi akibat adanya perubahan yang terjadi maupun karena
perilaku yang terkait dengan upaya memenuhi kebutuhannya.
Setiap perubahan yang diakibatkan salah satu faktor perubahan penduduk tersebut akan
berdampak pada keseluruhan, misalnya jumlah menurut umur penduduk dan jenis kelamin
penduduk. Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika kependudukan adalah :
a. Indikator
Indikator diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari dengan tepat berbagai keadaan atau
perubahan yang terjadi pada penduduk disuatu negara. Indikator dalam demografi terdiri dari
beberapa hal, yaitu :
a) Jumlah penduduk
b) Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, susku bangsa, pendidikan, agama,
pekerjaan dan lain-lain.
c) Proses demografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk.
b. Parameter
Ukuran atau satuan yang memberikan penilaian kuantitatif. Dikenal 2 macam pengukuran,
yaitu :
a) Angka absolut
b) Angka relatif
Dinamika kependudukan menjelaskan bahwa disamping jumlah absolutnya yang tetap
tinggi, persoalan kependudukan di Indonesia meliputi persebaran serta kualitas penduduk
dipandang dari sudut sumber daya manusia secara keseluruhan.
Manfaat dari memahami dinamika penduduk adalah :
1) Mengetahui jumlah penduduk pada suatu waktu dan wilayah tertentu
2) Memahami perkembangan dari keadaan dahulu, sekarang dan perkiraan yang akan datang.
3) Mempelajari hubungan sebab akibat keadaan penduduk dengan aspek kehidupan lain
misalnya ekonomi, pendidikan, sosial, kesehatan dan lain-lain.
4) Merancang antisipasi menghadapi perkembangan kependudukan yang terjadi baik hal yang
menguntungkan maupun merugikan.

2.3 Sumber Data Kependudukan


1. Sensus Penduduk
Data sensus yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, ketenagakerjaan, dan sosial
budaya. Karakteristik demografi yang dikumpulkan adalah mengenai kelahiran, kematian,
dan migrasi, serta riwayat kelahiran dan kematian anak dari wanita pernah kawin. Data yang
dihimpun pada bidang ketenagakerjaan mencakup lapangan usaha, jenis pekerjaan, dan status
pekerjaan. Sedangkan data sosial budaya mencakup tingkat pendidikan, kondisi tempat
tinggal, dan kegiatan penduduk lanjut usia (lansia).
Data-data yang diperoleh dari sensus tersebut digunakan untuk perencanaan pembangunan di
berbagai bidang. Hal tersebut sangat berperan penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pembangunan, baik di bidang kependudukan, sosial budaya, dan ketenagakerjaan.
Berdasarkan tempat tinggal penduduk, sensus dibedakan menjadi:
a. De facto,
Sensus de facto yaitu cara menghitung jumlah penduduk terhadap warga yang ditemukan
pada saat pencacahan berlangsung, walaupun orang tersebut bukan warga asli pada wilayah
yang sedang diadakan sensus.
b. De jure,
Sensus de jure dilakukan dengan cara melakukan penghitungan terhadap warga penduduk asli
dari daerah yang sedang dilakukan sensus. Jadi, andaikataditemukan orang yang bukan asli
penduduk di sana pada saat sensus, maka tidak dimasukkan dalam penghitungan. Untuk
membedakan antara penduduk asli dan bukan asli ialah dari kepemilikan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK).
Berdasarkan metode pengisiannya, sensus dibedakan menjadi:
1) Metode Canvasser,
Yaitu pelaksanaan sensus di mana petugas mendatangi tempat tinggal penduduk dan mengisi
daftar pertanyaan. Keunggulan metode ini, data yang diperoleh lebih terjamin
kelengkapannya dan penduduk sulit untuk memalsukan data. Sedangkan kekurangannya
adalah waktu yang diperlukan lebih lama karena jumlah petugas yang terbatas dan wilayah
yang luas.
2) Metode Householder,
Yaitu pelaksanaan sensus di mana pengisian daftar pertanyaan dilakukan oleh penduduk
sendiri. Kelebihan cara ini adalah waktu yang diperlukan lebih cepat karena petugas tidak
harus mendata satu per satu penduduk. Daftar pertanyaan dapat dikirimkan atau dititipkan
pada aparat desa. Sedangkan kekurangannya adalah data yang diperoleh kurang terjamin
kebenarannya karena ada kemungkinan penduduk tidak mengisi data sesuai dengan kondisi
sebenarnya.

Keunggulan dan kelemahan sensus de jure


a. Keunggulan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai berikut:
a) Jumlah penduduk yang tercatat adalah penduduk yang betulbetul memiliki bukti
kependudukan secara sah dalam sistem pemerintahan.
b) Pelaksanaan sensus tidak harus bersamaan waktunya dan serempak karena hanya penduduk
yang memiliki bukti kependudukan yang disensus.
c) Kemungkinan terjadinya pencatatan dua kali atau lebih pada penduduk yang sama dapat
dihindari.
b. Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de jure, diantaranya sebagai berikut:
a) Penduduk yang tidak memiliki bukti tanda kependudukan (KTP) tidak akan tercatat sebagai
penduduk meskipun orang tersebut lahir dan tinggal di tempat tersebut.
b) Jumlah penduduk yang tercatat tidak sesuai dengan jumlah penduduk yang sebenarnya.
c) Data hasil sensus apabila digunakan untuk kepentingan perencanaan yang berkaitan dengan
layanan publik tidak akurat.

Keunggulan dan kelemahan sensus de facto


a. Keunggulan pelaksanaan sensus de facto, diantaranya sebagai berikut:
a) Jumlah penduduk yang tercatat adalah jumlah riil di suatu tempat.
b) Dilakukan secara serempak di setiap daerah sehingga data cepat terkumpul dan lebih cepat
diolah.
c) Data yang diperoleh dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan yang berkaitan dengan
layanan publik.
b. Adapun kelemahan pelaksanaan sensus de facto, diantaranya sebagai berikut :
a) Kemungkinan pencatatan dua kali atau lebih pada penduduk yang sama dapat terjadi.
b) Untuk negara kepulauan yang luas diperlukan petugas dan dana yang cukup besar karena
harus dilakukan secara serempak.
c) Bagi daerah yang mobilitas penduduknya sangat dinamis, seperti di laut, pesawat, kereta,
atau kendaraan lainnya kemungkinan tidak tercatat.

Tujuan sensus penduduk


Tujuan sensus penduduk antara lain sebagai berikut :
1) Mengetahui perubahan penduduk dari waktu ke waktu dalam suatu periode.
2) Mengetahui jumlah, sebaran, dan kepadatan penduduk pada setiap wilayah.
3) Mengetahui berbagai informasi tentang kependudukan, seperti angka kelahiran, kematian,
migrasi, dan berbagai faktor yang me mengaruhinya.
4) Sebagai sumber data dalam perencanaan dan penentuan kebijakan pembangunan nasional.
2. Survei Penduduk
Survei adalah salah satu metode menjaring data penduduk dalam beberapa peristiwa
demografi atau ekonomi dengan tidak menghitung seluruh responden yang ada di suatu
negara, melainkan dengan cara penarikan sampel (contoh daerah) sebagai kawasan yang bisa
mewakili karakteristik negara tersebut. Sudah barang tentu sebelum menetapkan kawasan
sampel itu, ditentukan dulu kriteria apa saja yang bisa dijadikan syarat suatu wilayah bisa
ditetapkan sebagai kawasan sampel survei. Setelah ditetapkan sebagai kawasan yang bisa
mewakili karakteristik negara tersebut, baru dilakukan penghitungan terhadap seluruh
responden yang ada di kawasan sampel survei itu. Proses penjaringan data tentu akan
disesuaikan dengan kebutuhan survei.
Berikut ini contoh survei yang biasa dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia
:
1) Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS), dilakukan untuk menjaring data
mengenai keadaan sosial dan ekonomi penduduk Indonesia secara keseluruhan, dengan cara
mengambil sampel penelitian pada wilayah-wilayah yang bisa mewakili karakteristik rakyat
Indonesia. Hasil yang diperolehnya nanti akan mewakili rakyat Indonesia secara keseluruhan.
2) Survei Penduduk Antar-Sensus (SUPAS), dilakukan untuk mendapatkan angka jumlah
penduduk Indonesia secara keseluruhan dan biasanya dijadikan bahan rujukan dari
representasi jumlah penduduk Indonesia dalam setiap kurun waktu tertentu.
Berdasarkan tipenya, survei demografi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu
sebagai berikut:
a. Survei bertahap tunggal (single round surveys)
Survei ini adalah survei untuk menjaring data berbagai peristiwa demografi seperti kelahiran,
kematian, dan migrasi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden mengenai
berbagai kejadian demografi yang dialami di masa lalu dalam periode tertentu.
b. Survei bertahap ganda (multiround surveys)
Survei ini dilakukan oleh petugas pencacah jiwa di lapangan dengan melakukan kunjungan
kepada responden tertentu berulang-ulang untuk mencatat berbagai peristiwa demografi yang
terjadi, seperti kelahiran, kematian, atau migrasi. Tentunya kunjungan itu dilakukan dalam
kurun waktu tertentu, apakah per tahun, per dua tahun, per tiga tahun, dan seterusnya.
c. Survei bertipe kombinasi
Survei ini dilakukan dengan cara menggabungkan cara survei tahap tunggal atau ganda
dengan cara registrasi. Seperti yang diketahui, registrasi adalah proses pencatatan peristiwa
demografi yang diambil dari beberapa peristiwa penting yang terjadi. Hasil dari registrasi ini
kemudian digabungkan dan sekaligus dilakukan kros cek dengan hasil kedua jenis tipe survei
di atas, yaitu survei tunggal dan ganda.
3. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk merupakan kumpulan berbagai keterangan dari kejadian penting yang
dialami oleh manusia, seperti data perkawinan, perceraian, perpindahan penduduk, dan
kejadian-kejadian penting lainnya yang tertulis. Semua catatan itu pada akhirnya
dikumpulkan dan dipergunakan sebagai sumber data resmi dalam penghitungan semua
peristiwa demografi. Registrasi penduduk didasarkan pada keputusan Presiden Nomor 52
Tahun 1977, ditujukan untuk membangun sistem pencatatan yang berlaku menyeluruh dan
seragam di wilayah Indonesia. Walaupun mungkin saja terjadi bias pada data demografi yang
terkumpul itu, karena bisa saja terjadi kesalahan penulisan data oleh responden tertentu.
Cakupan data yang diperoleh pada registrasi penduduk sangat bergantung pada kesadaran
masyarakat untuk melaporkan kejadian vital yang terjadi dalam keluarga. Di negara-negara
maju, pengumpulan data melalui registrasi umumnya tidak menemui masalah danhambatan.
Sebaliknya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, umumnya data yang dicakup
masih kurang lengkap karena banyak peristiwa yang tidak dilaporkan dan data kurang rinci
sehingga kurang memadai untuk berbagai analisis kependudukan.

2.4 Komposisi Penduduk


1. Piramida Penduduk
Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dinamakan piramida penduduk.
Piramida penduduk pada umumnya disajikan dalam bentuk grafik batang yang meng
gambarkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada setiap kelompok usia tertentu.
Rentang interval umur yang umumnya digunakan adalah lima tahun (usia 0-4, 5-9, 10-14, 15-
19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64, 65-69, 70-74, 75 tahun
lebih).
Berdasarkan kecenderungan bentuknya, komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis
kelamin diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Komposisi penduduk muda (Ekspansif),
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai kerucut. Ciri-ciri komposisi penduduk
ekspansif antara lain sebagai berikut:
1) Jumlah penduduk usia muda (019 tahun) sangat besar, sedangkan usia tua sedikit.
2) Angka kelahiran jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian.
3) Pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
4) Sebagian besar terdapat di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, Malaysia,
Thailand, Republik Rakyat Cina, Mesir, dan India.
b. Komposisi penduduk dewasa (Stasioner),
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai batu nisan. Ciri-ciri komposisi penduduk
stasioner antara lain sebagai berikut:
1) Perbandingan jumlah penduduk pada kelompok usia muda dan dewasa relatif seimbang.
2) Tingkat kelahiran umumnya tidak begitu tinggi, demikian pula dengan angka kematian
relatif lebih rendah.
3) Pertumbuhan penduduk kecil.
4) Terdapat di beberapa negara maju antara lain Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris.
c. Komposisi penduduk tua (Konstruktif),
Dengan bentuk piramida penduduk menyerupai guci terbalik. Ciri-ciri komposisi penduduk
konstruktif antara lain sebagai berikut:
1) Jumlah penduduk usia muda (019 tahun) dan usia tua (di atas usia 64 tahun) sangat kecil.
2) Jumlah penduduk yang tinggi terkonsentrasi pada ke lompok usia dewasa.
3) Angka kelahiran sangat rendah, demikian juga angka kematian.
4) Pertumbuhan penduduk sangat rendah mendekati nol, bahkan pertumbuhan penduduk
sebagian mencapai tingkat negatif.
5) Jumlah penduduk cenderung berkurang dari tahun ke tahun.
6) Negara yang berada pada fase ini, antara lain Swedia, Jerman, dan Belgia.

2. Rasio Jenis Kelamin (sex ratio)


Sex ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan.
Adanya perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dapat
digunakan untuk memperkirakan atau memprediksi keadaan jumlah penduduk di masa
datang. Kemungkinan terjadinya ledakan penduduk akan lebih besar, kalau jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

3. Angka Beban Ketergantungan (dependency ratio)


Menurut Prof. H.R. Bintarto rasio ketergantungan (dependency ratio) atau angka beban
ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban tanggungan kelompok
usia produktif atas penduduk usia nonpoduktif. Usia produktif adalah usia penduduk antara
15 tahun sampai 59 tahun. Disebut produktif karena pada usia ini diperkirakan orang ada
pada rentang usia masih bisa bekerja, baik di sektor swasta maupun sebagai Pegawai Negeri
Sipil. Sedangkan usia tidak produktif adalah usia penduduk yang ada di rentang 60 tahun
keatas. Pertimbangannya, bahwa pada usia ini penduduk dipandang sudah tidak produktif lagi
bekerja atau tidak diperkenankan lagi bekerja, baik di sektor swasta ataupun sebagai pegawai
negeri.
Angka ketergantungan dapat memberikan informasi kepada kita berapa besar setiap orang
yang sudah bekerja menanggung beban orang yang belum atau tidak bekerja. Dengan melihat
angka atau indeks dari beban tanggungan ini, kita bisa melihat seberapa besar kemakmuran
yang dimiliki oleh suatu negara atau wilayah. Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
- Rendah : < 30
- Sedang : 31 40
- Tinggi : > 41

2.5 Faktor-Faktor Demografi yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk


1. Angka Kelahiran ( Fertilitas )
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil untuk
melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi
rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung pada struktur umur, banyaknya
kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat pendidikan,
status pekerjaan, serta pembangunan.
Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah:
1) Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)
Angka kelahiran kasar adalah angka yang menunjukkan jumlah kelahiran pertahun di satu
tempat per seribu penduduk.
CBR dapat dihitung dengan rumus berikut ini :
CBR = L /P x 1.000
Keterangan:
a. CBR = Crude birth Rate ( angka kelahiran kasar )
b. L = jumlah kelahiran selama 1 tahun
c. P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun
a. 1.000 = konstanta
Kriteria angka kelahiran kasar (CBR) dibedakan menjadi tiga macam.
a. Cbr <20, termasuk kriteria rendah
b. Cbr antara 20-30, termasuk kriteria sedang
c. Cbr >30, termasuk kriteria tinggi

2) Angka kelahiran khusus (Age Specific Birth Rate / ASBR)


Angka kelahiran khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran bayi setiap
1.000 penduduk wanita pada kelompok umur tertentu. Asbr dapat dihitung dengan rumus
berikut ini.
ASBR = Li / Pi x 1.000
Keterangan :
a. ASBR = angka kelahiran khusus
b. Li = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur.......................tertentu
c. Pi = jumlah penduduk wanita umur tertentu pada........................pertengahan
tahun
a. 1.000 = konstanta

3) Angka kelahiran umum (General fertility Rate / GFR)


Angka kalahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran setian 1.000
wanita yang berusia 15-49 tahun dalam satu tahun. GFR dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut ini :
GFR = L / W(15-49) x 1.000
Keterangan :
a. GFR = angka kelahiran umum
b. L = jumlah kelahiran selama satu tahun
c. W(15-49) = jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada.......................pertengahan
tahun
a. 1.000 = konstanta besar kecilnya angka kelahiran///////////////////////(natalitas)
dipengaruhi oleh beberapa faktor
Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran:
a. Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
1) Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki
2) Sifat alami manusia yang ingin malanjutkan keturunan
3) Pernikahan usia dini(usia muda)
4) Adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan anak
perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk
mempunyai anak laki-laki
5) Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki
anak akan berupaya bagaimana supaya mamiliki anak
b. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
1) Adanya program keluarga berencana (KB)
2) Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan
3) Adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjangan anak bagi PNS
4) Adanya UU perkawinan yang membatasi usia pernikahan
5) Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karier
6) Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak

2. Angka Kematian ( Mortalitas )


Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka kematian
khusus, dan angka kematian bayi.
1) Angka kematian kasar ( Crude Death Rate / CDR )
Angka kematian kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000
penduduk dalam waktu satu tahun. CBR dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut
ini.
CDR = M /P x 1.000
Keterangan :
a. CDR = angka kematian kasar
b. M = jumlah kematian selama satu tahun
c. P = jumlah penduduk pertengahan tahun
d. 1.000 = konstanta
Kriteria angka kematian kasar (CDR) dibedakan menjadi tiga macam:
a. CDR <10, termasuk kriteria rendah
b. CDR antara 10-20, termasuk kriteria sedang
c. CDR >20, termasuk kriteria tinggi
2) Angka kematian khusus ( Age Specific Death Rate / ASDR )
Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000
penduduk pada golongan umur tertentu dalam waktu satu tahun. ASDR dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini.
ASDR = Mi / Pi x 1.000
Keterangan :
a. ASDR = angka kematian khusus
b. Mi = jumlah kematian pada kelompok umur tertentu
c. Pi = jumlah penduduk pada kelompok tertentu
d. 1000 = konstanta

3) Angka kematian bayi ( Infant Mortality Rate / IMR )


Angka kematian bayi yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi (anak yang
umurnya di bawah satu tahun ) setiap 1.000 kelahiranbayi hidup dalam satu tahun. IMR dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini.
IMR = (Db / Pb ) x 1000
Keterangan :
a. IMR = angka kematian bayi
b. Db = jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun
c. Pb = jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama
d. 1000 = konstanta
Kriteria angka kematian bayi dibedakan menjadi berikut ini:
a. IMR <35, termasuk kriteria rendah
b. IMR antara 35-75, termasuk kriteria sedang
c. IMS antara 75-125, termasuk kriteria tinggi
d. IMR >125, termasuk kriteria sangat tinggi
Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat :
a. Faktor pendorong kematian ( promortalitas )
a) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya
b) Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan sebagainya
c) Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah
d) Adanya peperangan , kecelakaan, dan sebagainya
e) Tingkat pencermaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.
b. Faktor penghambat kematian ( antimortalitas )
a) Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik
b) Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan
c) Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai mecam penyakit dapat
diobati
d) Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak melakukan tindakan
bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang hal tersebut
3. Migrasi
Migrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk.
Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan teleh melakukan migrasi apabila
orang tersebut telah melewati batas administrasi wilayah lain.
Jenis-jenis migrasi:
a. Transmigrasi (perpindahan dari satu daerah(pulau) untuk menetap ke daerah lain di dalam
wilayah Republik Indonesia)
b. Urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota besar )
c. Emigrasi (perpindahan penduduk dari dalam negeri kemudian menetap di luar negeri )
d. Imigrasi (perpindahan penduduk dari luar negeri kemudian menetap di dalam negeri )
e. Re-emigrasi ( kembali ke tempat asal )
Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan
tujuan untuk menetap dalam waktu 6 bulan atau lebih. Terdapat beberapa kriteria migran
diantaranya:
a) Migran seumur hidup ( life time migrant )
b) Migrant risen (recent migrant )
c) Migran total (total migrant )

2.6 Transisi Demografi


Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortalitas yang besar. Perubahan
atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaan masih alami tingkat
kelahiran tinggi/tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga kesehatan dan
gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian penyakit tinggi
sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).
b. Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi,
misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin
membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan
semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian
menurun (akibat kesehatan dan lain-lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju
pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami Indonesia pada periode tahun 1970 sampai
1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.
c. Pada keadaan III
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka sikap
terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya tingkat
kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk menjadi
tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan penduduk Indonesia
periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %.
d. Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah Indonesia sedang
menuju/mengharap tercapainya kondisi lain yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau
tanpa pertumbuhan. Demikianlah gambaran transisi demografi yang dapat dipercepat dengan
peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan KB.
Menurut Blacker (1947) ada 5 fase dalam teori transisi demografi, dimana khususnya fase 2
dan 3 adalah fase transisi.
Tahap-tahap dalam transisi demografi
1) Tahap stasioner tinggi
Tingkat kelahiran : tinggi
Tingkat kematian : tinggi
Pertumbuhan alami : nol/sangat rendah
Contoh : Eropa abad 14
2) Tahap awal perkembangan
Tingkat kelahiran : tinggi (ada budaya pro natalis)
Tingkat kematian : lambat menurun
Pertumbuhan alami : lambat
Contoh : India sebelim PD II
3) Tahap akhir perkembangan
Tingkat kelahiran : menurun
Tingkat kematian : menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami : cepat
Contoh : Australia, selandia baru tahun 1930-an
4) Tahap stasioner rendah
Tingkat kelahiran : rendah
Tingkat kematian : rendah
Pertumbuhan alami : nol/sangat rendah
Contoh : Perancis sebelum PD II
5) Tahap menurun
Tingkat kelahiran : rendah
Tingkat kematian : lebih tinggi dari tingkat kelahiran
Pertumbuhan alami : negatif
Contoh : Jerman timur dan barat tahun 1975
Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi negara-
negara berkembang. Bila di eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan pembangunan
sosio ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di negara-negara berkembang lebih
karena pengaruh faktor-faktor lain seperti : peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan
perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan dll.

2.7 Masalah Kependudukan Di Indonesia


Permasalahan Kependudukan di Indonesia :
1. Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan
karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar:
a) Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
b) Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk besar, yaitu
nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
1) Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan
pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga berakibat seperti masih
banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.
2) Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas
sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi, oleh
karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini.
b. Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 %
pertahun, tahun 1971 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 1990 sebesar 1,98%
pertahun, dan periode 1990 2000 sebesar 1,6% pertahun dan periode 2000-2010 sebesar
1,49%.
c. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi,
kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya
hanya 7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk
Indonesia. Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi,
yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa
dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Selain di Jawa ketimpangan persebaran penduduk terjadi di Irian Jaya dan Kalimantan. Luas
wilayah Irian Jaya 21,99% dari luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 0,92% dari
seluruh penduduk Indonesia. Pulau Kalimantan luasnya 28,11% dari luas Indonesia, tetapi
jumlah penduduknya hanya 5% dari jumlah penduduk Indonesia.
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit.
Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di
luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya manusia.
Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian.
Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan
wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
Persebaran penduduk antara kota dan desa juga mengalami ketidakseimbangan.Perpindahan
penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu.Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan terjadinya pemusatan penduduk di kota
yang luas wilayahnya terbatas.Pemusatan penduduk di kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Medan dan kota-kota besar lainnya dapat menimbulkan dampak buruk terhadap
lingkungan hidup seperti:
a) Munculnya permukiman liar.
b) Sungai-sungai tercemar karena dijadikan tempat pembuangan sampah baik oleh masyarakat
maupun dari pabrik-pabrik industri.
c) Terjadinya pencemaran udara dari asap kendaraan dan industri.
d) Timbulnya berbagai masalah sosial seperti perampokan, pelacuran dan lain-lain.
2. Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif
a. Tingkat Kesehatan yang Rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia masih
tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan
melihat:
- Angka Kematian
- Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah. Angka
harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik. Kualitas
kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin tinggi
pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin tinggi.
Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati kualitas makanan yang memenuhi
standar kesehatan.
b. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat pendidikannya relatif
lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju, demikian juga dengan tingkat
pendidikan penduduk Indonesia.Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk
mengukur kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan
produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas
yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi
(sarjana) tetapi menganggur. Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang
menganggur menjadi beban bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan
berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah membawa dampak positif yang signifikan
terhadap kesejahteraan penduduk.
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:
a) Pendapatan perkapita penduduk rendah, sehingga orang tua/penduduk tidak mampu sekolah
atau berhenti sekolah sebelum tamat.
b) Ketidakseimbangan antara jumlah murid dengan sarana pendidikan yang ada seperti jumlah
kelas, guru dan buku-buku pelajaran. Ini berakibat tidak semua anak usia sekolah tertampung
belajar di sekolah.
c) Masih rendahnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan, sehingga banyak
orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya.
Dampak yang ditimbulkan akibat dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan
adalah :
1) Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari
negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar,
tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam
pembangunan.
2) Perumahan kumuh sebagai dampak permasalahan kependudukan
Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang
baru. Hal ini tampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan
secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan
masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan
menghambat jalannya pembangunan.
c. Tingkat Pendapatan (Kemakmuran) yang Rendah
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di bawah
garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis
kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus dengan
kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat
kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran
penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam.
Dengan pendapatan perkapita yang masih rendah berakibat penduduk tidak mampu
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga sulit mencapai manusia yang
sejahtera.Pendapatan per kapita rendah juga berakibat kemampuan membeli (daya beli)
masyarakat rendah, sehingga hasil-hasil industri harus disesuaikan jenis dan harganya. Bila
hasil industri terlalu mahal tidak akan terbeli oleh masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan
industri sulit berkembang dan mutu hasil industri sulit ditingkatkan.Penduduk yang
mempunyai pendapatan perkapita rendah juga mengakibatkan kemampuan menabung
menjadi rendah.Bila kemampuan menabung rendah, pembentukan modal menjadi lambat,
sehingga jalannya pembangunan menjadi tidak lancar.
Upaya Mengatasi Permasalahan Kependudukan di Indonesia
1) Upaya mengatasi masalah pertumbuhan penduduk yang besar dan cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 %
pertahun, tahun 1971 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 1990 sebesar 1,98%
pertahun, dan periode 1990 2000 sebesar 1,6% pertahun.Penurunan pertumbuhan penduduk
ini tentunya cukup menggembirakan, hal ini didukung oleh pelaksanaan program keluarga
berencana di seluruh tanah air.
Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga,
demi kesejahteraan keluarga.Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua
atau tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.
Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga
dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.Dari uraian di atas jelaslah bahwa
Program Keluarga Berencana mempunyai dua tujuan pokok yaitu:
- Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan
peningkatan produksi.
- Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera.
2) Upaya mengatasi masalah penyebaran penduduk yang tidak merata
Oleh karena dampak yang dirasakan cukup besar maka perlu ada upaya untuk meratakan
penyebaran penduduk di tiap-tiap daerah.Upaya-upaya tersebut adalah:
a) Pemerataan pembangunan.
b) Penciptaan lapangan kerja di daerah-daerah yang jarang penduduknya dan daerah pedesaan.
c) Pemberian penyuluhan terhadap masyarakat tentang pengelolaan lingkungan alamnya.
Untuk mengatasi persebaran penduduk yang tidak merata dilaksanakan program
transmigarasi. Tujuan pelaksanaan transmigrasi yaitu :
a) Meratakan persebaran penduduk di Indonesia.
b) Peningkatan taraf hidup transmigran.
c) Pengolahan sumber daya alam.
d) Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.
e) Menyediakan lapangan kerja bagi transmigran.
f) Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
g) Meningkatkan pertahanan dan kemananan wilayah Indonesia.
3) Upaya mengatasi masalah rendahnya kualitas kesehatan
Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Indonesia yaitu :
a) Melaksanakan program perbaikan gizi.
b) Perbaikan lingkungan hidup dengan cara mengubah perilaku sehat penduduk, serta
melengkapi sarana dan prasarana kesehatan.
c) Penambahan jumlah tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat.
d) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
e) Pembangunan Puskesmas dan rumah sakit.
f) Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
g) Penyediaan air bersih.
h) Pembentukan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu),
4) Upaya mengatasi masalah rendahnya kualitas pendidikan
Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi masalah pendidikan.
Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia yaitu:
a) Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD sampai dengan perguruan tinggi.
b) Menambah jumlah guru (tenaga kependidikan) di semua jenjang pendidikan.
c) Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang telah dimulai tahun ajaran
1994/1995.
d) Pemberian bea siswa kepada pelajar dari keluarga tidak mampu tetapi berprestasi di
sekolahnya.
e) Membangun perpustakaan dan laboratorium di sekolah-sekolah.
f) Menambah sarana pendidikan seperti alat ketrampilan dan olah raga.
g) Menggalakkan partisipasi pihak swasta untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan
ketrampilan.
h) Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di Indonesia.
i) Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
j) Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik
pemerintah.
k) Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja.
5) Upaya mengatasi masalah rendahnya tingkat pendapatan penduduk
Masih rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, terutama disebabkan oleh :
a) Pendapatan/penghasilan negara masih rendah, walaupun Indonesia kaya sumber daya alam
tetapi belum mampu diolah semua untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.
b) Jumlah penduduk yang besar dan pertambahan yang cukup tinggi setiap tahunnya.
c) Tingkat teknologi penduduk masih rendah sehingga belum mampu mengolah semua sumber
daya alam yang tersedia.
Oleh karena itu upaya menaikan pendapatan perkapita, pemerintah melakukan usaha :
a) Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.
b) Meningkatkan kemampuan bidang teknologi agar mampu mengolah sendiri sumber daya
alam yang dimiliki bangsa Indonesia.
c) Memperkecil pertambahan penduduk diantaranya dengan penggalakan program KB dan
peningkatan pendidikan.
d) Memperbanyak hasil produksi baik produksi pertanian, pertambangan, perindustrian,
perdagangan maupun fasilitas jasa (pelayanan).
e) Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengangguran tiap tahun selalu berkurang.
f) Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya usaha/investasi,
baik PMDN ataupun PMA.
g) Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih banyak
menyerap tenaga kerja.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini dibahas tentang konsep kependudukan yang didalamnya
terdapat beberapa aliran atau teori tentang kependudukan, diantaranya Aliran Malthusian
(Thomas Robert Malthus) dan Aliran Neo Malthusian (Garreth Hardin Dan Paul Ehrlich).
Kemudian ada dinamika kependudukan yang menjelaskan tentang perubahan penduduk.
Yang diperlukan dalam pengukuran dinamika kependudukan adalah indikator dan parameter.
Kemudian dibahas juga sumber data kependudukan yang meliputi sensus penduduk, survey
penduduk, dan registrasi penduduk. Selain itu ada komposisi penduduk yang membahas
tentang piramida penduduk, rasio jenis kelamin (sex ratio), angka beban ketergantungan
(dependency ratio).
Dilanjutkan dengan pembahasan faktor-faktor demografi yang mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk yang meliputi : angka kelahiran, angka kematian, dan migrasi.
Selanjutnya tentang transisi demografi yaitu perubahan terhadap fertilitas dan mortalitas yang
besar. Dan yang terakhir membahas masalah kependudukan yang meliputi : jumlah penduduk
besar, pertumbuhan penduduk cepat, persebaran penduduk tidak merata, tingkat kesehatan
yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, dan tingkat pendapatan yang rendah.

3.2 Saran
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Badan
Pusat Statistik: Republik Indonesia
BKKBN. 2013. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia tahun 2013. Jakarta:
BKKBN
Soegimo, Dibyo., dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Pusbuk Depdiknas
Sumardi., dkk. 2009. Geografi 2 Lingkungan Fisik dan Sosial, Jakarta: Pusbuk Depdiknas
Yosepana, Sandra. Belajar Efektif Geografi untuk Kelas XI SMA. Jakarta: Pusbuk Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai