KATA PENGANTAR
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh
wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena
terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin
tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan
seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu
pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas serta
memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang
diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya
ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap,
akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara kontrasepsi sebaiknya
mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak
pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak
yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase
kesuburan (ferundity).
Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang
positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan
yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program
KB berkurang.
April 2012
Penulis
2
BAB I
KONSEP KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
A. Pengertian Penduduk
PENDUDUK (UU.RI. No.10 tahun 1992): Orang dalam matranya sebagai pribadi,
anggota keluarga, anggota masyarakat, warga Negara dan himpunan kuantitas yang
bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada waktu tertentu.
B. Dinamika Kependuduk
Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu:
Fertilitas
Mortalitas
Migrasi.
Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas
mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
• Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang
dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak
saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung
dalam bidang ekonomi dan kesehatan.
• Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus
mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata,
adanya faktor – faktor pendorong dan penarik bagi orang – orang untuk melakukan
migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar.
Dinamika kependudukan berkaitan dengan proses kelahiran, kematian, dan migrasi
penduduk dalam suatu kehidupan masyarakat. Perubahan pada dinamika kependudukan
membawa perubahan pola hidup sosial sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Indonesia
• Penduduk: 241.973.879 jiwa
• Wilayah : 1.919.440 km2
• Kepadatan: 126 jiwa/km2
4
C. Faktor-faktor Demografi Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk
1. Kelahiran
2. Kematian
3. Migrasi
D. Transisi Demografi
Mortality: tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer tinggi
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
E. Masalah Kependudukan di Indonesia
1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus tahun 1990 berjumlah 179246785
dari jumlah tersebut komposisi usianya tidak berimbang yang menyebabkan timbulnya masalah-
masalah baru. Katagori Berdasarkan Usia Sebagai Berikut :
U S I A (Thn) Jumlah (Jiwa)
0-4 20.985.144
5-9 23.223.058
10 - 14 21.482.141
15 - 19 18.926.983
20 - 24 16.128.352
25 - 29 15.623.530
30 - 34 13.245.794
35 - 39 11.184.217
40 - 44 8.081.636
45 - 49 7.565.664
50 - 54 6.687.586
55 - 59 4.831.697
60 - 64 4.526.451
65 - 69 2.749.724
70 - 74 2.029.026
>75 4.415
Sumber : Kantor BPS Jawa Timur
Kepadatan penduduk dapat di hitung dengan menggunakan rumus :
KP = Jumlah penduduk suatu wilayah
Luas wilayah
Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga 2,49% per tahun.
Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu kelahiran
(fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (mingrasi).
Masalah kependudukan di Indonesia pada saat ini menjadi sangat rawan bila tidak ada
usaha untuk mengelola ledakan penduduk dengan baik, yang merupakan bahaya besar untuk
kelangsungan hidup. kepadatan penduduk Indonesia tidak seimbang, walaupun sudah
dilakukan upaya pemerataan melalui program transmigrasi dan gerakan kembali ke Desa dan
juga pengendalian jumlah penduduk dengan program KB.
Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya Indonesia masih tergolong tinggi, bila
tidak di upayakan pengendaliannya akan menimbulkan banyak masalah. Masalah
kependudukan di Indonesia ini terdiri dari beberapa faktor yaitu masalah akibat angka kelahiran,
5
masalah akibat angka kematian, masalah komposisi jumlah penduduk, masalah angkatan kerja,
masalah mobilitas penduduk di Indonesia, masalah kepadatan penduduk di Indonesia, masalah
perkawinan dan perceraian.
Indikator Karakteristik Penduduk Indikator penting tentang umur dan jenis kelamin
maupun jumlah penduduk adalah:
1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
2. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
3. Tingkat pertumbuhan penduduk
Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah :
A. Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
Banyaknya beban tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia
produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi dan hayat hidup.
B. Aspek pemenuhan gizi.
Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan makanan
yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak lebih lanjut adalah adanya
rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya nanti bila kekurangan gizi terutama pada
usia muda (0 -5 tahun). Akan mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang
mental (mental retardation). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang
C. Aspek Pendidikan
Pendidikan memerlukan biaya yang tidaksedikit, sehingga diperlukan dukungan
kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila kemampuan ekonomi kurang
mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yung mengakibatkan pada
kualitas pendidikan tersebut kurang
D. Lapangan Kerja
Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan
lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu pencari kerja
atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak
lebih buruk pada semua aspek kehidupan.
Alternatif Pemecahan yang diperlukan :
(a) Pengendalian angka kelahiran melalui KB.
(b) Peningkatan masa pendidikan.
(c) Penundaaan usia perkawinan
6
4. Kelahiran dan Kematian
a. Kelahiran
Ukuran tingkat kelahiran yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka
kelahiran total Fertility Rate (TFR) dan angka kelahiran menurut umur atau Age specific Fertility
Rate (ASFR).
TFR merupakan ukuran tingkat kelahiran yang menunjukkan rata-rata jumlah anak yang
akan dilahirkan oleh seorang wanita, seandainya dia dapat hidup sampai akhir masa
reproduksinya (umur 15-49 tahun).
Adapun pertimbangan penerapan metode tersebut antara lain:
Karena tidak tersedianya data angka kelahiran secara lengkap dari hasil registrasi
selama periode tahun 1990-2000.
Dapat menghasilkan ukuran kelahiran menurut umur ibu (ASFR)
Paling memungkinkan untuk keperluan trend dna untuk menjaga kesinambungan data.
b. Kematian
Ukuran tingkat kematian yang digunakan dalam perhitungan proyeksi adalah angka
kematian bayi atau infant mortality rate (IMR), karena IMR merupakan salah satu indikator yang
penting yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat.
Adapun pertimbangan penerapan metode tersebut antara lain adalah:
1. Karena tidak tersedianya data dasar kematian periode tahun 1990-2000
2. Dapat memberikan rujukan untuk setiap kelompok umur wanita
7
BAB II
IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA
A. Sejarah KB di Indonesia
Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatan-cacatan
dan tulisan-tulisan yang berasal dari mesir kuno, yunani kuno, Tiongkok kuno dan India, hal ini
telah mulai dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu. Tetapi pada waktu itu cara-cara yang
dipakai masih kuno dan primitif.
Dalam sejarah manusia berabad-abad lamanya tidak seorangpun yang tahu bagaimana
terjadinya kehamilan. Waktu itu hubungan antara persetubuhan suami istri dengan kehamilan
tidak diketahui sama sekali, kehamilan disangka disebabkan oleh sesuatu yang masuk atau
termakan oleh wanita atau disebabkan oleh pengaruh matahari dan bulan atau hal-hal lainnya.
Maka dengan sendirinya cara keluarga berencana yang pertama dilakukan adalah
dengan jalan berdoa dan memakai jimat anti hamil, sambil meminta dan berharap supaya
wanita itu jangan hamil.
Kemudian disangka bahwa wanita menjadi hamil karena kemasukan roh halus kedalam
tubuhnya dan cara kontrasepsi adalah dengan memakai jimat anti hamil, atau jamu-jamuan
untuk mengusir roh dan badan halus tersebut.
Pada zaman Yunani kuno, Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmiah tentang
cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan semen (air mani) dengan
membersihkan vagina dengan kain dan minyak. Ada pula yang memakai alat-alat yang dapat
menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim, umpamanya dengan memasukkan rumput,
daun-daunan, atau sepotong kain perca ke dalam vagina.
Menurut beberapa ahli, pada zaman mesir kuno, dari relief dan manuskrip berhuruf
hiroglif dijumpai keterangan mengenai cara orang Mesir kuno menjarangkan kelahiran. Menurut
ahli sejarah Avicena (Ibnu Sina), seorang tabib dan filsuf Arab zaman Persia telah
menganjurkan cara-cara menjarangkan kelahiran.
Pada Zaman Tiongkok kuno dan India kuno telah ada obat dan jamu yang maksudnya
untuk mencegah kehamilan. Sebenarnya pikiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk
sudah timbul sejak lama diantaranya Plato (427-347) mengemukakan bahwa sebaiknya pranata
sosial dan pemerintahan sebaiknya direncanakan keseimbangan antara kebutuhan dan jumlah
penduduk itu. Ibnu Khaldun (1332-1407), telah membahas tentang kesuburan wanita, kematian
ibu dan anak, masalah migrasi yang berkaitan dengan masalah sosial. Malthus (1766-1834)
setelah jaman industri di eropa mengeluarkan sebuah buku an Easy on the principle of
population (1798) yang prinsipnya menyatakan bahwa manusia jangan terlalu banyak
menghayal dengan kemampuan ilmu dan teknologi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
manusia yang pertumbuhannya sangat cepat.
Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk
mencegah kehamilan. Di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan yang
khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam masyarakat hindu bali sejak dulu hanya ada
nama untuk empat orang anak, mungkin suatu cara untuk menganjurkan supaya pasangan
suami istri mengatur kelahiran anaknya sampai empat.
Di Indonesia keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu
sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu
masyarakat. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama
perkumpulan keluarga Berencana Indonesia (PKBI ) dan bergerak secara silent operation
8
membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela, jadi di Indonesia PKBI
adalah pelopor pergerakan keluarga Berencana nasional.
Untuk menunjang dalam rangka mencapai tujuan, berdasarkan hasil penandatanganan
Deklarasi Kependudukan PBB 1967 oleh beberapa Kepala Negara Indonesia, maka dibentuklah
suatu lembaga program keluarga Berencana dan dimasukkan dalam program pemerintah sejak
pelita 1 (1969) berdasar instruksi presiden nomor 26 tahun 1968 yang dinamai Lembaga
Keluarga Berencana Nasional (LKBN ) sebagai lembaga semi pemerintah.
Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan pemerintah melalui Keppres No. 8 tahun
1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN ) yang
bertanggung jawab kepada presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan,
pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga Berencana.
Melalui Keppres no. 33 tahun 1972 dilakukan penyempurnaan struktur organisasi, tugas
pokok dan tata kerja BKKBN. Dengan Keppres no 38 tahun 1978 organisasi dan struktur
BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas tidak hanya masalah KB tetapi juga
kegiatan-kegiatan lain, yaitu kependudukan yang mendukung KB (beyond family planning).
Sesuai dengan perkembangan program pembangunan nasional, ditetapkan adanya Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH ) dengan Keppres no 25 tahun 1983 yang
bergerak langsung dalam bidang kependudukan, maka dilakukan lagi penyempurnaan
organisasi BKKBN dengan keppres no 64 tahun 1983 dengan tugas pokok adalah menyiapkan
kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan penyelenggaraan program secara menyeluruh
dan terpadu.
9
C. Organisasi-Organisasi KB Di Indonesia
1. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
PKBI merupakan salah satu LSM yang menjadi pelopor keluarga Berencana dan
berkomitmen meningkatkan status kesehatan reproduksi rakyat Indonesia.
a) Sejarah
Riwayat perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) adalah suatu riwayat
kepeloporan. Misinya menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan manusia yakni
persoalan reproduksi, yang padanya melekat berbagai norms, tabu dan juga peraturan-
peraturan, Bagi pengerak-penggeraknya motivasi kemanusiaan, menolong sesama untuk
kesehatan dan kesejahteraan ekonomi, merupakan dorongan yang penting.
PKBI didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 bertempat di gedung IDI A Dr. Sam
Ratulangi 29 Jakarta, yang melibatkan tokoh-tokoh pendiri antara lain seperti DR R.Soeharto,
Ny. Dr. Hurustiati Soebandrio, Ny Nani Soewondo SH, Ny Untung, Ny H.RABS Samsuridjal, Prof
DR. Sarwono, Prawirohardjo , Ny Pojotomo, Dr. M. Judono, Dr.R.Hanifa Winyosastro, Ny Roem,
Dr. Koen S Martiono. Tokoh seperti Dr Abraham Stone (telah meninggal) dan Mrs Dorathy
Brush (juga telah wafat) bersama Dr. R Soeharto (juga telah wafat) pernah menghadap
Presiden Soekarno yang saat itu tetap tidak membenarkan usaha keluarga berencana secara
luas terbuka atau sebagai unsur politik kependudukan, meskipun demikian beliau dapat
menyetujui keluarga berencana dengan cara tubektomi sekalipun demi kesehatan dan kese-
lamatan sang ibu.
Pada tahu 1970 PKBI menjadi unit pelaksana dari program nasional yang dikoordiner
oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pada tahun 1970 PKBI menjadi
unit pelaksana dari program nasional yang dikoordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
b) Filosofi
Perkumpulan percaya bahwa keluarga adalah pilar utama untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera. Keluarga yang dimaksud ialah keluarga bertanggung jawab, yaitu
keluarga yang menunaikan tanggung jawab dalam dimensi kelahiran, pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan dan masa depan.
Dimensi Kelahiran : Artinya bahwa kelahiran anak dalam setiap keluarga terjadi atas
keinginan yang direncanakan. Dimensi Pendidikan artinya bahwa pendidikan dalam setiap
keluarga ditujukan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan dan
kepribadian, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk setiap anggota keluarga serta
dilaksanakan secara dialogis.
Dimensi Kesehatan, artinya bahwa kesehatan keluarga ditujukan untuk terpenuhinya
kebutuhan hidup sehat yang mengutamakan upaya pembebasan dari ketergantungan obat-
obatan kimiawi (lebih prefentif dari pada kuratif).
Dimensi Kesejahteraan artinya bahwa kesejahteraan itu mencerminkan martabat
manusia (human dignity) lebih daripada pemilikan harga (not having but being). Dimensi Masa
depan artinya bahwa masa depan anak itu ditentukan sendiri oleh mereka, dan bukan oleh
orang tuanya.
c) Misi
Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggung jawab dalam keluarga
Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan, dan pemberdayaan
masyarakat di bidang kependudukan secara umum dan secara khusus di bidang kesehatan
reproduksi.
10
d) Nilai
Tidak membedakan ras, agama, warna kulit, aliran politik, umur, jenis kelamin, status
ekonomi dan fisik. Melakukan pendekatan pelayanan yang manusiawi, holistic dan
berkelanjutan. Berpegang teguh pada semangat profesionalisme, kemandirian, kepeloporan,
dan kerelawanan, dan tidak semata-mata untuk mencari keuntungan (not merely to profit)
Menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan, demokratisasi, dan keadilan social.
e) Struktur Organisasi
Struktur organisasi PKBI berbentuk vertical dari tingkat pusat, daerah/propinsi dan
cabang/kabupaten. Terdiri dari 2 kelompok pelaku organisasi yaitu kelompok pengambil
kebijakan umum (governing body) dan kelompok staf pelaksana (Executive Team) Untuk
membantu tugas mengambil kebijakan umum dalam pengambilan kebijakan umum (Governing
Body) dan kelompok staf pelaksana (Executive Team), Untuk membantu tugas mengambil
kebijakan umum dalam pengambilan kebijakan perkumpulan, dibentuk pula Panitia Ahli yang
terdiri dari para pakar dibidangnya dan sudah memahami PKBI dan dunia LSM.
Struktur organisasi staf pelaksana dipimpin oleh Direktur pelaksana pusat, Direktur
Pelaksana diangkat dan bertanggung jawab kepada pengurus Nasional Khusus untuk
mengelola Wisma PKBI, Pengurus menunjuk langsung seorang Manager Wisma PKBI,
Pengurus langsung seorang Manager wisma dan bertanggung jawab kepada PHN.
Memperkuat kemampuan organisasi, membangun komunikasi internal dan eksternal di
semua tingkatan, meningkatkan profesionalisme dan memperluas akses ke sumber-sumber
dana dan pendukung lainnya.
Area Kegiatan Antara Lain :
Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan perkumpulan di semua tingkat
dalam rangka mendapatkan dan menggali dana untuk pelaksanaan program-program-
nya.
Mengembangkan Sumber Daya Manusia, baik bagi staf dan relawan melalui pelatihan
dan berbagai cara lain di perkumpulan maupun di lembaga lain.
Mengintensifkan bimbingan dan pertemuan-pertemuan teknis.
Mengembangkan dan menerangkan system Informasi management pada semua
tingkatan untuk memenuhi kebutuhan internal dan ekternal.
Memperkuat citra perkumpulan melalui pengembangan jaringan dengan pihak lain,
lembaga donor, pemerintah, media dan melalui penyebaran informasi mengenai konsep
"Keluarga Bertanggung Jawab" dan kegiatan-kegiatan perkumpulan.
Memperluas peran Perkumpulan untuk mengakomodasi kebutuhan pelatihan internal
dan eksternal. Mengembangkan alat management, khususnya pedoman supervises ke
cabang-cabang.
11
Tugas BKKBN adalah merumuskan kebijakan pengelolaan dan koordinasi pelaksanaan
program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera, mengembangkan
dan memantapkan peran serta masyarakat, meningkatkan kualitas program keluarga berencana
nasional dan pembangunan keluarga sejahtera serta pemberdayaan perempuan secara terpadu
bersama instansi terkait.
a. Fungsi BKKBN
Penetapan kebijakan pengelolaan program keluarga berencana nasional dan pembangu-
nan keluarga sejahtera secara menyeluruh dan terpadu, sesuai dengan kebijakan umum yang
ditetapkan oleh Presiden.
Koordinasi dan penyelenggaraan management dan administrasi umum program
keluarga Berencana Nasional dan pembangunan Keluarga sejahtera Koordinasi dan
penyelenggaraan perencanaan program dan bantuan Luar negri serta mengumpulkan data dan
informasi Keluarga. Koordinasi dan penyelenggaraan, peningkatan peran serta, masyarakat
dalam program Keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Keluarga sejahtera.
Koordinasi dan penyelenggaraan pembinaan program pembangunan keluarga sejahtera.
Koordinasi dan penyelenggaraan dan pembinaan program keluarga berencana Nasional dan
kesehatan Reproduksi. Koordinasi dan penyelenggaraan pelatihan Nasional dan Internasional,
Pengembangan program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan keluarga sejahtera,
Koordinasi dan penyelenggaraan dan pengawasan fungsional administrasi umum dan
keuangan, ketenagaan dan materiel, serta pengelolaan program keluarga Berencana Nasional
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b. Susunan Organisasi BKKBN
Dalam penyelenggaraan program keluarga Berencana Nasional dan pembangunan
keluarga sejahtera, Koordinasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh BKKBN,
sedangkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dilakukan oleh uni-unit pelaksana, dan pelaksana.
Unit –unit pelaksana yang dimaksud adalah Departemen/instansi Pemerintah pusat maupun
Daerah yang atas dasar fungsional mengadakan usaha-usaha dan mengambil bagian dalam
penyelenggaraan program keluarga berencana nasional dan pembagunan keluarga sejahtera.
Perkumpulan/Organisasi Masyarakat formal maupun informal dan pelaksana-pelaksana
lainnya yang atas dasar sukarela dan kemampuan sendiri menggadakan usaha-usaha dan
mengambil bagian dan penyelenggaraan program keluarga berencana nasional dan
pembagunan keluarga sejahtera.
12
BAB III
PROGRAM KELUARGA BERNCANA DI INDONESIA
A. Pengertian Program KB
Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera.
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
B. Tujuan Program KB
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi
dan misi program KB di muka adalah “membangun kembali dan melestarikan pondasi yang
kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga berkualitas
2015 dapat tercapai.”
C. Sasaran program KB
a. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49 tahun,
Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap
kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi
13
peserta KB yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun,
2008).
b. Sasaran Tidak Langsung
Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk
menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko
untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya,
Sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah
maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang
diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS (Hartanto, 2004).
Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (Prawirohardjo, 2005 A).
14
Strategi dimaksud dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KBN sbb:
1. Tahap Perluasan Jangkauan
Pada tahap ini penggarapan program lebih difokuskan kepada sasaran:
a. Coverge wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada
penggarapan wilayah potensial seperti Jawa Bali, yaitu Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Bali dengan kondisi jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.
b. Coverage khalayak
Diarahkan pada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya pada tahap ini
pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.
2. Tahap pelembagaan
Pada tahap ini indikator kuantitatif kesertaan ber KB berada pada kisaran 45%-65%
dengan prioritas pada pelayanan kontrasepsi metodhe jangka panjang (MJP)
3. Tahap Pembudayaan Program KB
Pada tahap ini Coverge wilayah diperluas menjangkau propinsi-propinsi di seluruh
Indonesia sendagkan Coverge khalayak diperluas menjangkau sisa PUS yang menolak, oleh
peserta itu pendekatan program KB.
15
BAB IV
PROGRAM KIE DALAM PELAYANAN KB
A. Tujuan KIE
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan dan
praktek KB sehingga tercapai penambahan peserta baru
2. Membina kelestarian peserta KB
3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosiokultural yang dapat menjamin berlangsungnya
proses penerimaan
B. Jenis Kegiatan KIE
1. KIE Massa
2. KIE Kelompok
3. KIE Perorangan
C. Prinsip Langkah KIE
1. Apa masalah/topic?
2. Siapa peserta kegiatan
3. SAsaran kegiatan
4. Dimana & berapa lama untuk mencapai sasaran
5. Metode apa yang paling sesuai
6. Perlengkapan apa yang dibutuhkan
7. Pertanyaan/pencarian KIE apa yang dapat digunakan untuk member semangat/memulai
kegiatan
8. Evaluasi efektifitas kegiatan
9. Mempersiapkan tempat
10. Melaksanakan kegiatan
11. Mengevaluasi kegiatan
D. Konseling
1. Pengertian
Pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak membantu pihak lain untuk
mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan kemudian bertindak sesuai keputusan.
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE, bila seseorang telah termotivasi melalui KIE, maka
selanjutnya ia perlu diberikan konseling sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah
diterimanya konseling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah tidak dapat
dipecahkan sendiri.
2. Tujuan
a. Memberikan informasi yang tepat serta obyektif mengenai klien mengetahui manfaatnya
b. Mengidentifikasi dna menampung perasaan-perasaan negative, keraguan atau
kekhawatiran sehibungan dengan metode kontrasepsi
c. Membantu klien memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi mereka sehingga aman
dan sesuai keinginan klien
d. Membantu klien agar menggunakan cara kontrasepsi yang mereka pilih secara aman dan
efektif
e. Memberi informasi tentang cara mendapatkan bantuan dan tempat pelayanan Keluarga
Berencana
16
f. Khusus kontrasepsi mantap, menyeleksi calon akseptor yang sesuai dan metode
kontrasepsi alternatif
g. Memahami diri secara lebih baik
h. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya
i. Lebih realitas dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi sehingga:
Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif
Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salam penyesuaian diri
Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan
Memperoleh dan merasakan kebahagian
3. Jenis Konseling
a. Konseling KB awal atau pendahuluan
Dilakukan pada mereka yang sama sekali belum tahu KB, belum mengerti Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
b. Konseling KB pemilihan Cara
Dilakukan pada mereka yang sudah mengerti NKKBS dan membutuhkan pertolongan atau
bantuan dalam memilih cara-cara atau alat/obat kontrasepsi, misalnya: karena belum tahu,
pengetahuannya masih kurang lengkap, atau bias juga karena pengetahuannya kurang
tepat atau keliru.
c. Konseling KB Pemantapan
Dilakukan kepada mereka yang sudah memahami. Tujuannya ialah supaya yakin bahwa
alat/obat kontrasepsi yang akan dipakainya sesuai dnegan kondisi dna kebutuhannya, tahu
kemungkinan efek samping dan cara megatasinya. Pada konseling ini sudah dilengkapi
dengan hasil pemeriksaan kesehatan dan keterangan diri (nama, Jumlah, anak, riwayat
kesehatan) yang diperlukan untuk emngethaui cocok tidaknya memakai alat/obat
kontrasepsi.
d. Konseling KB pengayoman
Dilakkan pada mereka yand sudha memakau alat kontrasepsi. Tujuannya adalah untuk
mengatasi masalah yang timbul sesudah memakai alat kontrasepsi, misalnya karena
pengaruh dari luar (mendengar gunjingan, melihat pengalaman orang lain yang kurang
enak). Bias juga dilakukan pada mereka yang tadinya sudah memahami dan ingin memiliki
KKBS (Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera), memakai alat kontrasepsi, tapi kemudian
berubah pendapat karena alas an tertentu (bercerai, kematian anak, dan sebagainya)
e. Konseling KB perawatan/pengobatan
Dilakukan pada mereka yang mengalami kegincangan emosi atau gangguan kejiwaan
akibat keinginannya untuk memiliki KKBS maupun karena memakai alat kontrasepsi.
Dapat juga juga jenis konseling dibedakan sebagai berikut:
1. Konseling Umum (missal: oleh PLKB)
Penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara
kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
2. Konseling Spesifik (missal: oleh dokter/bidan/konselor)
Penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternative, keuntungan,
keterbatasan, akses dan fasilitas layanan
17
3. Konseling pra dan pasca tindakan
Penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama, dan pasca)
serta penjelasan lisan/instruksi tertulis asuhan mandiri
18
b. Ketaris: dengan member kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan dan
menyalurkan semua perasaan yang dipunyainya untuk menimbulkan perasaan lega
c. Membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan-perasaan yang
tersirat dalam ucapan-ucapannya
d. Memberi semua informasi diperlukannya untuk membantu peserta/calon peserta membuat
keputusan
19
BAB V
PRAKTEK PELAYANAN KONTRASEPSI
DENGAN BERBAGAI METODE
A. Metode Sederhana
1. Tanpa Alat:
KB Alamiah
Profil:
Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung
Efektif bila dipakai dengan tertib
Tidak ada efek samping
Pasangan secara sukarela menghindari senggama pada masa subur ibu
Macam KB alamiah
Macam metode keluarga berencana alamiah antara lain:
1. Metode kalender atau pantang berkala (Calendar method or periodic abstinence).
2. Metode suhu tubuh basal (Basal body temperature method).
3. Metode mukosa serviks (Cervical mucous method or ovulasi billings).
4. Metode simptothermal (Method simptothermal yaitu perpaduan suhu tubuh basal dan
ovulasi billings).
Manfaat
Metode keluarga berencana alamiah, memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat kontrasepsi.
2. Manfaat non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
1. Untuk mencegah kehamilan, bila digunakan dengan benar.
2. Membantu untuk mencapai kehamilan, bila pasangan menginginkan kehamilan.
3. Tidak ada efek samping sistemik.
4. Murah atau tanpa biaya.
Manfaat non kontrasepsi
1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
3. Mempererat tanggung jawab dan kerjasama antar pasangan.
4. Menjalin komunikasi antara pasangan.
Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alamiah, tentunya mempunyai keterbatasan. Keterbatasan
tersebut antara lain:
1. Tidak cukup efektif sebagai metode kontrasepsi (angka kegagalan 9-20 kehamilan per
100 perempuan selama tahun pertama pemakaian).
2. Tingkat efektifitas tergantung dari ketaatan dan konsistensi dalam mengikuti instruksi.
3. Memerlukan konseling bahkan pelatihan untuk dapat menggunakan dengan benar.
4. Memerlukan mediator atau tenaga terlatih untuk kesinambungan informasi dan
komunikasi.
5. Mampu mengendalikan hasrat untuk tidak melakukan senggama pada saat masa subur
(agar tidak hamil).
6. Perlu pencatatan setiap hari (tentang mukus, suhu basal, dan gejala biologis lainnya).
7. Gangguan (misal infeksi vagina) akan menyulitkan interpretasi lendir serviks.
20
8. Memerlukan termometer khusus untuk metode suhu tubuh basal.
9. Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV
maupun HIV/AIDS.
Penilaian Klien
Klien atau pengguna kontrasepsi metode keluarga berencana alamiah memerlukan
konseling atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang
perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:
KBA sesuai untuk:
Untuk kontrasepsi
1. Semua wanita semasa reproduksi dengan siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak
haid karena menyusui maupun pra menopause.
2. Semua wanita dengan berbagai paritas (termasuk nullipara).
3. Wanita kurus maupun gemuk.
4. Wanita perokok.
5. Wanita dengan alasan kesehatan tertentu (misal: hipertensi, varises, dismenorea, sakit
kepala, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus,
malaria, trombosis vena, ataupun emboli paru).
6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode
kontrasepsi modern.
7. Wanita yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi lain.
8. Pasangan yang mampu mengendalikan hasrat untuk melakukan hubungan seksual di
masa subur.
9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda
dan gejala kesuburan.
Untuk konsepsi Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada
masa subur untuk mencapai kehamilan.
KBA tidak sesuai untuk:
1. Wanita yang ditinjau dari umur, paritas atau masalah kesehatan membuat kehamilannya
menjadi resiko tinggi.
2. Wanita yang belum mendapat haid (menyusui, post abortus).
3. Wanita dengan siklus haid yang tidak teratur.
4. Pasangan yang tidak mau bekerjasama selama kurun tertentu dalam siklus haid.
5. Wanita yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya.
Keadaan yang Perlu Diperhatikan
Hal di bawah ini merupakan keadaan klien yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan
metode keluarga berencana alamiah (KBA).
Keadaan Saran
Pengeluaran cairan vagina Jelaskan kepada klien bahwa keadaan tersebut akan
menetap mempersulit untuk memprediksi kesuburan dengan
lendir serviks.
Bila dikehendaki, bantu dan anjurkan memilih metode
kontrasepsi lain.
Menyusui Jelaskan kepada klien bahwa keadaan tersebut akan
mempersulit untuk memprediksi kesuburan dengan
lendir serviks.
21
Bila dikehendaki, bantu dan anjurkan memilih metode
kontrasepsi lain.
Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi
maupun konsepsi.
Manfaat kontrasepsi Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
22
Manfaat konsepsi Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan
kesempatan bisa hamil.
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:
Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
Tidak memerlukan biaya.
Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain:
Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Efektifitas:
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan
minimal enam kali siklus menstruasi.
Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode
kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka
kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak EfektifHal yang dapat menyebabkan metode
kalender menjadi tidak efektif adalah:
Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran
reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan
sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan
setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis
mukus/lendir serviks yang menyertainya.
23
Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi.
Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
Fertility phase (masa subur).
Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35
hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali
siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang
telah dicatat.
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari
ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung
sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh
pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24
Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama.
Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan
hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus : Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami
istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus
menggunakan kontrasepsi
c. Metode Suhu Basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau
dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah
bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi.
Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini
dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada
waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak
akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
24
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun
kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi.
Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh, kemungkinan
tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi
dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika
terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan
terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum akan terus
memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi
Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.
Manfaat konsepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan
kehamilan.
Manfaat kontrasepsi Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang
menginginkan menghindari atau mencegah kehamilan.
Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten. Suhu
tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila
terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen atau
20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya adalah 15
kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila
dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida ataupun metode
kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).
Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain:
Penyakit.
Gangguan tidur.
Merokok dan atau minum alkohol.
Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
Stres.
Penggunaan selimut elektri
Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
25
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa
subur/ovulasi.
Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi
seperti perubahan lendir serviks.
Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri
Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol,
stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
Tidak mendeteksi awal masa subur.
Membutuhkan masa pantang yang lam
Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh
Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:
Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat
tidur).
Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu
tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu
10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.Periode tak
subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas
garis pelindung/suhu basal.Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid
hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode
masa tak subur).Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih
panjang dari metode ovulasi billings.Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang
dapat diamati.
Catatan:
Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama
perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung
sebelum memulai senggama.
Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu
tubuh dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali
mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya
d. Metode Lendir Servik
Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn
Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke seluruh
26
dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan
taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern.
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati
lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantang
senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang
menginginkan kehamilan.
Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman yang
benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan
27
kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa
serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan,
apabila petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka
keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.
Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
1. Mudah digunakan.
2. Tidak memerlukan biaya.
3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang
mengamati tanda-tanda kesuburan.
Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki keterbatasan.
Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda
kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
1. Menyusui.
2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
4. Perimenopause.
5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6. Spermisida.
7. Infeksi penyakit menular seksual.
8. Terkena vaginitis.
Instruksi Kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut:
1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina.
Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan
perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar
ketidaksuburan.
4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu siklus.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan maupun pola
dasar tidak subur.
5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolong aman
pada dua hari setelah menstruasi.
6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang bersenggama).
Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur.
28
7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini merupakan
hari puncak dalam periode subur (fase paling subur).
8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk
menghindari terjadinya pembuahan.
9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur
sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya.
30
2. Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai keluarnya
lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir serviks. Lakukan
pantang senggama karena ini menandakan periode subur sedang berlangsung.
3. Pantang senggama dilakukan mulai ada kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari
puncak lendir subur.
4. Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal, periode subur, periode
tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode subur yang terpanjang dimana masa
pantang senggama harus dilakukan.
32
3. Mencegah ejakulasi dini.
4. Mengurangi insidensi kanker serviks.
5. Adanya interaksi sesama pasangan.
6. Mencegah imuno infertilitas.
Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
3. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
4. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
5. Perasaan malu membeli di tempat umum.
6. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.
Penilaian Klien
Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan
khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu
dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:
Kondom
Baik digunakan Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi
apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Alergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin kontrasepsi sementara Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dalam persiapan untuk
melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi Tidak peduli dengan berbagai persyaratan
saat berhubungan kontrasepsi
Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS
Kunjungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan
kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena
kekurangtahuan dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan
pasangannya. Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian,
maka berikan dan anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.
33
seksual metode kontrasepsi lain
Cervical cap merupakan kontrasepsi wanita, terbuat dari bahan latex, yang dimasukkan
ke dalam liang kemaluan dan menutupi leher rahim (serviks). Efek sedotan menyebabkan cap
tetap nempel di leher rahim. Cervical cap berfungsi sebagai barier (penghalang) agar sperma
tidak masuk ke dalam rahim sehingga tidak terjadi kehamilan. Setelah berhubungan (ML) cap
tidak boleh dibuka minimal selama 8 jam. Agar efektif, cap biasanya di campur pemakaiannya
dengan jeli spermisidal (pembunuh sperma). Efektifitasnya berkisar 70-90%.
Efektifitas tegantung pada pas atau tidaknya ukuran cap. Untuk itu diperlukan fitting
(ngepas) cap. Cap bisa dipasang selama 48 jam. Dipasang saat akan ML. Tidak dianjurkan
pemakaiannya saat haid.Saat pemasangan cap diisi 1/3 bagian dengan spermisidal. Jangan
terlalu berlebihan, karena akan menyebabkan cap terlepas dari serviks. Hati2 jika melakukan
o**l seks, bersihkan sisa spermisida di sekitar vagina, karena rasanya sangat tidak enak.
Cari posisi yang nyaman saat memasukkan cap ke dalam vagina. Berdiri dengan satu
kaki diatas kursi, berdiri mengangkang atau berbaring dengan lutut ditekukkan. Satu tangan
membeberkan bibir vagina, sementara tangan yang satunya memasukkan cap. Gunakan jari
untuk mendorong cap sampai ke leher rahim. Cek sekeliling cap apakah sudah masuk dengan
benar ke erviks. Test efek sedotan dengan mendorong dan menarik cap.
34
Setelah ML, tunggu sampai 8 jam sebelum membuka cap. Pergunakan jari untuk
melepaskan efek mengisap daro cap. Jika cap sulit dijangkau, coba posisi jongkok dan
meneran. Jika cap lepas saat ML, maka pergunakan kontrasepsi darurat (kondar). Efek samping
Sebagian kecil wanita akan mengalami reaksi alergi akan bahan latex atau spermisidalnya.
Keuntungan
Bisa dipakai jauh sebelum ML.
Mudah dibawa dan nyaman.
Tidak mempengaruhi siklus haid.
Tidak mempengaruhi kesuburan.
Kerugian
Tidak melindungi dari HIV/AIDS.
Butuh fitting sebelumnya.
Ada wanita yang gak bisa muat (fitted).
Kadang pemakaian dan membukanya agak sulit.
Bisa copot saal ML.
Kemungkinan reaksi alergi
Diafrgama dipasang di vagina 6 jam sebelum berhubung seks. Jika hubungan seks
berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, maka tambahkan spermisida ke dalam vagina.
Diafragma dicabut lebih kurang 6 jam setelah hubungan seks. ila anda belum tahu bagaimana
memakainya, berikut kami sajikan caranya.
Pertama, kosongkan kandung kemih anda dan cucilah tangan hingga bersih.
Kedua, pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air, atau
melihat menembus cahaya).
Ketiga, oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafrgama (untuk memudahkan
pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya).
Keempat, posisi saat pemasangan diafragma, satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan
toilet, sambil berbaring atau sambil jongkok.
Pengertian
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang
digunakan untuk membunuh sperma.
Jenis
Jenis spermisida terbagi menjadi:
35
1. Aerosol (busa).
2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
3. Krim.
Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode
kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan.
Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi)
sebelum hubungan seksual.
4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.
Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat secara kontrasepsi maupun non
kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
Manfaat non kontrasepsi Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Keterbatasan
1. Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk, angka
kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu
menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan
akan hamil setiap tahun).
2. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).
3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
4. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan
seksual.
5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan sebelum
melakukan hubungan seksual.
36
Penilaian Klien
Meskipun tidak memerlukan pemeriksaan khusus, namun perlu diperhatikan kondisi pengguna
alat kontrasepsi spermisida. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Spermisida
Sesuai untuk klien yang: Tidak sesuai untuk klien yang:
Tidak suka atau tidak boleh menggunakan Mempunyai resiko tinggi apabila hamil
kontrasepsi hormonal (seperti perokok, (berdasar umur, paritas, masalah kesehatan)
wanita di atas 35 tahun)
Lebih suka memasang sendiri alat Terinfeksi saluran uretra
kontrasepsinya
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi Memerlukan metode kontrasepsi efektif
pendukung
Tidak ingin hamil dan terlindung dari Tidak mau repot untuk mengikuti petunjuk
penyakit menular seksual, tetapi pemakaian kontrasepsi dan siap pakai
pasangannya tidak mau menggunakan sewaktu akan melakukan hubungan seksual
kondom
Memerlukan metode sederhana sambil Tidak stabil secara psikis atau tidak suka
menunggu metode lain menyentuh alat reproduksinya (vulva dan
vagina)
Jarang melakukan hubungan seksual Mempunyai riwayat sindrom syok karena
keracunan
B. Metode Modern
1.Kontrasepsi Hormonal
37
a. Oral Kontrasepsi
1) Pil Kombinasi
Kontrasepsi pil kombinasi adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat
progesteron yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan
sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa
serviks (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada
yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen
dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat
epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, pil kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea
(nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Pil kombinasi tidak direkomendasikan untuk
wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Estrogen yang terdapat di dalam
pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui, dapat mengurangi jumlah air susu dan
kandungan zat lemak serta protein dalam ASI. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya
diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air
susu.
Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan
sebelum memulai pil kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di
tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin ketika ingat, dan
pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka bungkus
pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom, untuk
mencegah kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan,
maka pil KB bisa langsung digunakan dengan syarat Ibu tidak sedang menyusui. Jika
menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu
sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih
dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan
antibiotik) dapat menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin
dan fenobarbital) dapat meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.
Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill adalah pil KB yang mengandung hormon
estrogen dan progesteron.
38
Conventional Pack
Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak
aktif atau 24 pil aktif dan empat pil tidak aktif. Haid terjadi setiap bulan selama seminggu ketika
minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif.
Continuous Dosing or Extended Cycle
Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak
aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7
dari pil terakhir yang tidak aktif. Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon
aktif yang dapat mencegah haid.
Jenis
Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain:
1. Monofasik.
2. Bifasik.
3. Trifasik.
Monofasik
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Bifasik
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Trifasik
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Cara Kerja
Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah implantasi.
2. Menghambat ovulasi.
3. Mengentalkan lendir serviks.
4. Memperlambat transportasi ovum.
5. Menekan perkembangan telur yang telah dibuahi.
Efektifitas
Efektifitas pil kombinasi lebih dari 99 persen, apabila digunakan dengan benar dan konsisten. Ini
berarti, kurang dari 1 orang dari 100 wanita yang menggunakan pil kombinasi akan hamil setiap
tahunnya. Metode ini juga merupakan metode yang paling reversibel, artinya bila pengguna
ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam waktu 3
bulan.
Manfaat
Pil kombinasi memberikan manfaat antara lain:
1. Resiko terhadap kesehatan kecil.
2. Memiliki efektifitas tinggi, apabila diminum secara teratur.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Siklus haid teratur.
5. Dapat mengurangi kejadian anemia.
6. Dapat mengurangi ketegangan sebelum menstruasi (pre menstrual tension).
7. Dapat digunakan dalam jangka panjang.
39
8. Mudah dihentikan setiap waktu.
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10. Dapat digunakan pada usia remaja sampai menopause.
11. Membantu mengurangi kejadian kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara,
dismenorea dan jerawat.
Keterbatasan
Pil kombinasi mempunyai keterbatasan antara lain:
1. Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B maupun HIV/AIDS.
2. Pengguna harus minum pil setiap hari.
3. Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
4. Mahal.
5. Repot.
Efek Samping
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pil kombinasi ini antara lain:
1. Peningkatan risiko trombosis vena, emboli paru, serangan jantung, stroke dan kanker
leher rahim.
2. Peningkatan tekanan darah dan retensi cairan.
3. Pada kasus-kasus tertentu dapat menimbulkan depresi, perubahan suasana hati dan
penurunan libido.
4. Mual (terjadi pada 3 bulan pertama).
5. Kembung.
6. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama).
7. Pusing.
8. Amenorea.
9. Nyeri payudara.
10. Kenaikan berat badan.
Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kombinasi diperbolehkan,
seperti:
1. Wanita dalam usia reproduksi.
2. Wanita yang telah atau belum memiki anak.
3. Wanita yang gemuk atau kurus.
4. Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5. Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
6. Wanita pasca keguguran/abortus.
7. Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia.
8. Wanita dengan siklus haid tidak teratur.
9. Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak.
10. Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata
dan saraf.
11. Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau tumor jinak
ovarium.
12. Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.
13. Wanita dengan varises vena.
40
Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Kriteria yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi terbagi dalam:
1. Kontra indikasi absolut.
2. Kontra indikasi relatif.
Kontra Indikasi Absolut
Yang termasuk dalam kontra indikasi absolut antara lain: tromboplebitis atau tromboemboli,
riwayat tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung
koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma
endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan
abnormal genetalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-
tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada
sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.
Kontra Indikasi Relatif
Yang termasuk dalam kontra indikasi relatif antara lain: sakit kepala (migrain), disfungsi jantung
atau ginjal, diabetes gestasional atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35
tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selama
kehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang
terkena penyakit reumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun,
kolitis ulseratif.
Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi adalah:
1. Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari.
2. Wanita yang dicurigai hamil atau hamil.
3. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
Pil kombinasi mulai digunakan pada:
1. Hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.
2. Sewaktu mendapat haid.
3. Setelah melahirkan (pasca keguguran, setelah 3 bulan tidak menyusui, setelah 6 bulan
pemberian ASI).
4. Saat ingin berhenti kontrasepsi hormonal jenis suntikan dan ingin ganti pil kombinasi.
Hal Khusus yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Pil Kombinasi
Di bawah ini merupakan hal atau keadaan yang memerlukan perhatian.
Keadaan Saran
Tekanan darah tinggi Sistolik lebih dari 160 mmHg, Pil tidak boleh digunakan
diastolik lebih dari 90 mmHg.
Anemia bulan sabit Pil tidak boleh digunakan
Kencing manis Tanpa komplikasi Pil dapat diberikan
Migrain Tanpa gejala neurologik lokal Pil dapat diberikan
yang berhubungan dengan nyeri
kepala
Konsumsi fenitoin, Pil etinilestradiol dengan
barbiturat, rifampisin dosis 50 mikrogram
Tanda Masalah yang Mungkin Terjadi
Sakit kepala hebat Stroke, hipertensi, migrain
41
Kehilangan penglihatan atau kabur Stroke, hipertensi, atau masalah
vaskular
Nyeri dada hebat, batuk, nafas Serangan jantung atau bekuan
pendek darah dalam paru
Nyeri abdomen hebat Penyakit kandung empedu, bekuan
darah, pankreatitis
Tidak terjadi perdarahan/spotting Kemungkinan hamil
setelah selesai minum pil
Nyeri tungkai hebat (betis atau Sumbatan pembuluh darah tungkai
paha)
42
4. Pada kemasan 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari yang ada
pada kemasan.
5. Bila kemasan 28 pil habis, sebaiknya mulai minum pil dari kemasan yang baru.
6. Bila kemasan 21 pil habis, tunggu 1 minggu kemudian mulai minum pil dari kemasan
yang baru.
7. Minum pil yang lain, apabila terjadi muntah dalam waktu 2 jam setelah meminumnya.
8. Penggunaan pil kombinasi dapat diteruskan, apabila tidak memperburuk keadaan saat
terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam.
9. Penggunaan pil apabila terjadi muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih
sama dengan aturan minum pil lupa.
10. Tes kehamilan dilakukan apabila tidak haid.
Aturan Pil Lupa
Apabila lupa minum 1 pil (hari 1-21), maka setelah ingat segera minum 2 pil pada hari yang
sama (tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain). Apabila lupa minum 2 pil (hari 1-21),
sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai jadual yang ditetapkan (sebaiknya menggunakan
metode kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai pil habis).
Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Tidak Menyusui
Pil kombinasi diminum setelah 3 minggu post partum. Jika sudah 6 minggu post partum dan
sudah melakukan hubungan seksual, sebaiknya menunggu haid dan gunakan metode barier.
Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Menyusui
Petunjuk untuk pasien post partum yang menyusui sama dengan petunjuk umum dan aturan pil
lupa. Sebelum menggunakan pil kombinasi, berikan konseling dan KIE pada pasien tentang
berbagai metode kontrasepsi
2) Kontrasepsi Pil Progestin
Kontrasepsi
Kontrasepsi Pil Progestin
Kontrasepsi pil progestin bekerja mencegah
kehamilan dengan cara mempertebal lendir
mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan
silia saluran tuba, dan menghalangi
pertumbuhan lapisan endometrium. Mini pil ini
hanya mengandung progestin saja tanpa
estrogen. Keefektifan berkurang bila pil tidak
diminum di waktu yang sama setiap harinya.
Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang
menginginkan kontrasepsi oral namun tidak bisa
menggunakan pil kombinasi karena pengaruh
estrogen dapat membahayakan, misalnya pada
wanita yang sedang menyusui.
a. Efektivitas
Kehamilan terjadi pada 0,5–5/100 wanita
b. Keuntungan
Mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil), menurunkan kejadian menoragia dan
anemia. Dapat digunakan pada wanita menyusui. Mencegah terjadinya kanker
43
endometrium, tidak memiliki efek samping yang berkaitan dengan estrogen (bekuan
darah di vena tungkai)
c. Kerugian
Harus diminum di waktu yang sama setiap hari, kurang efektif dibandingkan pil
kombinasi, membutuhkan resep dokter
d. Efek samping
Penambahan berat badan, jerawat, kecemasan, bercak, angka kejadian terjadinya
perdarahan tidak teratur tinggi
e. Cara pemakaian
Pil harus diminum setiap hari, termasuk di waktu haid. Sebaiknya pil diminum pada
waktu yang sama
f. Pengembalian kesuburan
Cepat ketika pil dihentikan
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah.
Pil mini atau pil progestin disebut juga pil menyusui. Dosis progestin yang digunakan 0,03-0,05
mg per tablet.
Jenis Mini Pil
Mini pil terbagi dalam dua jenis yaitu:
1. Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil.
2. Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil.
Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil mengandung 75 mikro gram desogestrel. Sedangkan
mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300 mikro gram levonogestrel atau 350
mikro gram noretindron.
Efektifitas
Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5 persen). Penggunaan yang benar dan konsisten
sangat mempengaruhi tingkat efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang
pada saat mengkonsumsi obat anti konvulsan (fenitoin), carbenzemide, barbiturat, dan obat anti
tuberkulosis (rifampisin).
Adapun cara untuk menjaga kehandalan mini pil antara lain:
1. Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
2. Penggunaan mini pil jangan sampai ada yang lupa.
3. Senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum mini pil.
Manfaat
Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Manfaat Kontrasepsi Mini pil mempunyai manfaat kontrasepsi sebagai berikut:
1. Sangat efektif apabila digunakan dengan benar dan konsisten.
2. Tidak mempengaruhi ASI.
3. Nyaman dan mudah digunakan.
4. Hubungan seksual tidak terganggu.
5. Kesuburan cepat kembali.
6. Efek samping sedikit.
7. Dapat dihentikan setiap saat.
8. Tidak mengandung estrogen.
Manfaat Non Kontrasepsi.
Mini pil mempunyai manfaat non kontrasepsi sebagai berikut:
1. Mengurangi jumlah darah haid.
2. Mengurangi kejadian anemia.
3. Menurunkan pembekuan darah.
4. Mengurangi nyeri haid.
5. Mencegah kanker endometrium.
6. Melindungi dari penyakit radang panggul.
7. Penderita endometriosis, kencing manis yang belum mengalami komplikasi dapat
menggunakan.
8. Tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala dan depresi.
9. Mengurangi gejala pre menstrual sindrom.
Kerugian
Kontrasepsi pil progestin atau mini pil mempunyai kerugian, antara lain:
1. Memerlukan biaya.
45
2. Harus selalu tersedia.
3. Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
4. Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi akan
mengakibatkan efektifitas menjadi rendah.
5. Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang sama.
6. Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan konsisten.
7. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
8. Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik.
Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pil progestin atau mini pil antara lain:
1. Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid tidak teratur).
2. Peningkatan/penurunan berat badan.
3. Payudara tegang.
4. Mual.
5. Pusing.
6. Perubahan mood.
7. Dermatitis atau jerawat.
8. Hirsutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka), tetapi
sangat jarang.
Indikasi
Kriteria yang boleh menggunakan pil progestin atau mini pil antara lain:
1. Wanita usia reproduksi.
2. Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum mempunyai anak.
3. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
4. Menginginkan metode kontrasepsi efektif selama masa menyusui.
5. Pasca keguguran.
6. Tekanan darah kurang dari 180/110 mmHg atau dengan masalah pembekuan darah.
7. Tidak boleh mengkonsumsi estrogen atau lebih senang menggunakan progestin.
8. Perokok segala usia.
Kontra Indikasi
Kriteria yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi pil progestin atau mini pil antara lain:
1. Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Wanita yang diduga hamil atau hamil.
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4. Riwayat kehamilan ektopik.
5. Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara.
6. Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil.
7. Gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata).
8. Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun ganas.
9. Wanita dengan miom uterus.
10. Riwayat stroke.
Penanganan Efek Samping
Di bawah ini merupakan penanganan dari beberapa efek samping yang ditimbulkan dari
penggunaan mini pil.
46
Efek Samping Penanganan
Amenorea Pastikan hamil atau tidak, jika tidak hamil tidak perlu
tindakan khusus (cukup konseling).
Bila hamil, hentikan pil dan berikan penjelasan bahwa
mini pil tidak mengganggu pertumbuhan janin.
Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, rujuk pasien
(jangan berikan obat-obatan hormonal).
Perdarahan tidak teratur/spotting Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan, tidak perlu
tindakan khusus. Berikan alternatif kontrasepsi lain, bila
pasien tidak dapat menerima kondisi tersebut.
47
7. Bila pasien mendapat haid teratur setiap bulan dan kehilangan 1 siklus (tidak haid), atau
merasa hamil, maka lakukan tes kehamilan.
8. Apabila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama masa interval, tetap minum
pil sesuai jadual (perdarahan biasa terjadi selama bulan-bulan pertama).
9. Apabila pasien mengalami kram, nyeri perut hebat atau demam maka segera periksa ke
pelayanan kesehatan.
10. Sarankan pada pasien untuk menggunakan kondom ataupun spermisida selain memakai
mini pil apabila kemungkinan terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HBV dan
HIV/AIDS) atau lupa minum pil.
Aturan Pil Lupa
Cara minum pil-pil yang terlupa selama 7 hari pertama antara lain:
1. Bila lupa minum pil atau terlambat minum pil, segera minum pil saat ingat dan gunakan
metode barier selama 48 jam.
2. Bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil, segera minum pil yang terlupa dan gunakan metode
barier sampai akhir bulan.
Hal yang Perlu Disampaikan Pada Pasien
Informasi yang perlu disampaikan pada pasien antara lain:
1. Penggunaan mini pil akan merubah pola haid terutama 2 atau 3 bulan pertama. Pada
umumnya perubahan pola haid ini hanya bersifat sementara dan tidak mengganggu
kesehatan.
2. Penggunaan mini pil akan menimbulkan efek samping seperti mual, pusing, ataupun
nyeri payudara.
3. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang, bila pasien mengkonsumsi obat-obatan
tuberkulosis ataupun epilepsi.
4. Bila beberapa bulan mengalami haid teratur kemudian terlambat haid, kemungkinan
terjadi kehamilan.
5. Bila mengeluh perdarahan bercak disertai nyeri hebat pada perut, kemungkinan terjadi
kehamilan ektopik.
6. Masalah penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, kemungkinan terjadi hipertensi atau
masalah vaskuler.
7. Segere ke pelayanan kesehatan apabila menjumpai masalah-masalah di atas.
b.Suntikan
1) Suntikan Kombinasi
Maksud istilah kombinasi disini adalah suntikan Estrogen-Progesteron. Dengan diberikan
secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5
mg estradiol cypionat. Siklus menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan.
a. Efektivitas
kehamilan terjadi pada 0,3/100 wanita
b. Keuntungan
mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu
menyusui, mengurangi rasa nyeri dan haid yang keluar, dapat dipakai pada hari ke 3 – 5
pasca persalinan, dan segera setelah keguguran
c. Kerugian
meningkatkan berat badan karena nafsu makan yang meningkat, lapisan dari lendir
rahim menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali,
48
perdarahan tidak menentu, suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara
teratur, tidak melindungi dari PMS
d. Efek samping
Peningkatan berat badan, rambut rontok, tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme
lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan
pertama) dan amenorea (1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB dihentikan,
siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun
e. Pengembalian kesuburan
Tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.
Kontrasepsi suntik ada tiga yaitu
kombinasi, progestin, dan testosteron. Untuk
suntikan kombinasi mengandung 25 mg depo
medroksiprogesteron asetat dan 5mg estradiol
sipionat (cyclofem), atau 50 mg noretindron
enantat dan 5 mg estradiol valerat. Cara kerja
KB suntik hampir sama dengan KB pil
kombinasi, hanya saja KB suntik diberikan
sebulan sekali dengan dosis yang lebih tinggi
dari pil sehingga cenderung merusak
keteraturan hormon. Keuntungan, keterbatasan
serta kontraindikasi KB suntik kombinasi juga
sama dengan pil kombinasi, bedanya KB suntik
memerlukan pelayanan kesehatan. Suntikan
pertama dilakukan saat haid, 42 hari pasca persalinan, atau sewaktu-waktu dengan
menggunakan kontrasepsi lain selama tujuh hari.
Kandungan KB suntik progestin ada dua macam yaitu depo medroksiprogesteron asetat
(depoprovera) yang diberikan tiap tiga bulan dan depo noretisteron enantat (depo noristerat)
yang disuntikkan tiap dua bulan. Cara kerja, keuntungan, kerugian, sera kontraindikasinya sama
dengan pil progestin, hanya saja kembalinya kesuburan lebih lama karena obat diberikan dalam
dosis tinggi dengan jeda waktu yang lama, sehingga system kerja hormon tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Baru-baru ini ditemukan jenis kontrasepsi hormonal yang menggunakan testosterone.
Kontrasepsi ini diperuntukkan laki-laki dengan waktu injeksi setiap bulan. Keuntungan
kontrasepsi ini adalah efektivitas 100% dan kesuburan bisa segera kembali setelah pemakaian
dihentikan.
49
otot <bokong atau lengan atas>). Yang digunakan adalah long-acting progestin, yaitu
Norestiteron enantat (NETEN) dengan nama dagang depomedroksi progesterone acetat
(DPMA), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.
a. Efektivitas
kehamilan terjadi pada 0,3/100 wanita
b. Keuntungan
mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu
menyusui, mengurangi rasa nyeri dan haid yang keluar, dapat dipakai pada hari ke 3 – 5
pasca persalinan, dan segera setelah keguguran
c. Kerugian
meningkatkan berat badan karena nafsu makan yang meningkat, lapisan dari lendir
rahim menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak atau tidak haid sama sekali,
perdarahan tidak menentu, suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara
teratur, tidak melindungi dari PMS
d. Efek samping
Peningkatan berat badan, rambut rontok, tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme
lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa
bulan pertama) dan amenorea (1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB
dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1
tahun
e. Pengembalian kesuburan
5-7 bulan setelah penghentian suntikan
c. Implant
Jenis-jenis :
• Norplant → 6 btang silastik lembut berongga, panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, dengan
isi 36 mg levonorgestrel, lama kerja 5 tahun
• Implanon → 1 batang putih lentur, panjang 40 mm, diameter 2 mm, isi 68 mg 3-kento-
desogestrel, lama kerja 3 tahun
• Jadena dan Indoplan → 2 batang, isi 75 mg levonorgestrel, lama kerja 3 tahun
Cara kerja :
• Lendir serviks jadi kental
• Mengganggu motilitas tuba sehingga transport sperma maupun terganggu
• Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
• Menekan ovulasi ( mengganggu keseimbangan hormon esterogen, progesteron, dan
gonotropin )
Keuntungan :
• Efektifitas tinggi
• Kontrasepsi jangka panjang
• Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
• Bebas dari pengaruh esterogen
• Tidak mengganggu ASI
• Mahal
• Perdarahan
• Mengurangi nyeri haid
• Mengurangi jumlah darah haid
50
• Melindungi tjdnya kanker endometrium
• Melindungi diri dari PID
Efek samping :
• Nyeri kepala
• Peningkatan atau penurunan berat badan
• Nyeri payudara
• Mual
• Amenorea
• Spotting
• Ekspulsi
• Infeksi pada daerah insersi
Waktu pemasangan :
• Hari ke 2 atau hari ke 7 siklus haid
• Pasca keguguran
• 40 hari / 16 mggu pasca persalinan, setelah haid datang
• Bila menyusui, antara 6 mggu sampai 6 bulan
Kontraindikasi :
• Hamil
• Penyakit hati
• Penyakit kuning
• Hipertensi
• Kelainan tromboembolik
• Kanker payudara
• Perdarahan yang tidak jelas
• Kanker genital
• Miom uterus
• DM
Indikasi :
• Ingin kontrasepsi jangka panjang
• Wanita menyusui
• Pasca persalinan dan tidak menyusui
• Pasca keguguran
• Riwayat KET
• TD < 160/90 mmHg
2.Intra Uterine Devices
JENIS AKDR :
Lippes loop
Cu – T
Cu – 7
Multiload
Keuntungan AKDR :
Pemasangan tidak memerlukan teknis yang sulit
Kontrol medis yang ringan
Penyulit tidak terlalu berat
Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut
51
Metode jangka panjang
Dapat digunakan samapai menopause ( 1 thn atau lebih)
KERUGIAN AKDR :
Masih terjadi kehamilan in situ
Leokorea
Infeksi
Tali AKDR dapat menyebabkan perlukaan portio dan menggangu hubngan seksual
Tidak dapat mencegah PMS / HIV AIDS
Kejang perut selama 3-5 hari setelah pemasangan
Perdarahan hebat
Haid bertambah banyak dan lama
Penyakit Radang Panggul
Nyeri waktu senggama
CARA KERJA AKDR :
Menghambat kemampuan sperma
Mempengaruhui fertilisasi
Mengentalkan lendir serviks
KAPAN/WAKTU PEMASANGAN AKDR
Hari 2 atau hari 3 selama menstruasi
Selesai menstruasi
Tiga bulan pasca persalinan
Bersamaan dengan Sectio Sesarea
Setelah abortus atau kuretase
AKDR TIDAK DAPAT DIPASANG BILA :
Infeksi genetalia : servisitis dan vaginitis
Sedang hamil
Penderita Diabetes
Penderita tumor/kanker payudara
Penderita kanker servik atau tropoblas ganas
Perdarahan yang tidak diketahui sebab
Varises pada tungkai dan vulva
KAPAN AKDR DICABUT :
Bila ingin hamil
Leokorea
Terjadi infeksi
Terjadi perdarahan
Terjadi kehamilan
PEMERIKSA ULANG AKDR :
4 sampai 6 minggu setelah pemasangan
2 Bulan setelah pemasangan
6 bulan sampai 1 tahun setelah pemasangan
KEMBALI KE KLINIK BILA :
Tidak dapat meraba benang AKDR
Merasakan bagian yang keras dari AKDR
AKDR terlepas/eksspulsi
52
Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan adanya infeksi
3. Sterilisasi
a. Tubektomi
Profil
Sangat efektif dan mantap
Tindakan pembedahan yang aman dan sederhana
Tidak ada efek samping
Konseling dan informed consent (persetujuan tindakan) mutlak diperlukan
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seseorang perempuan
Mekanisme Kerja
Minilaparotomi
Laparoskopi
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
Keuntungan Kontrasepsi
Keuntungan Non Kontrasepsi
Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
Tidak bergantung pada faktor senggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon
ovarium)
Berkurangnya risiko kanker ovarium
Keterbatasan
Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali), kecuali dengan rekanalisasi
Klien dapat menyesal di kemudian hari
Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses
laparoskopi)
Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
Isu-isu Klien
Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh
klien sebelum prosedur dilakukan
Usia > 26 tahun
Paritas (jumlah anak) minimal 2 dengan umur anak terkecil > 2 thn
Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
Pascapersalinan dan atau pasca keguguran
Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
53
Yang Tidak Boleh Menjalani Tubektomi
Kapan Dilakukan
Hamil
Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
Tidak boleh menjalani proses pembedahan
Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
Belum memberikan persetujuan tertulis
Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu atau 12 minggu,
laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap
saja)
b. Vasektomi
Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu vas dan
ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan
sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu
diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih
jantan sebelum dipancarkan keluar pada saat puncak sanggama (ejakulasi). Ektomi atau
ektomia artinya pemotongan sebagian. Jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian
(0.5 cm – 1 cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi
testis dan saluran benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua
ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi
buntu/tersumbat.
Cara Kerja :
Saluran vas deferens yang berfungsi mengangkut sperma dipotong dan diikat, sehingga
aliran sperma dihambat tanpa mempengaruhi jumlah cairan semen. Jumlah sperma hanya 5%
dari cairan ejakulasi. Cairan semen diproduksi dalam vesika seminalis dan prostat sehingga
tidak akan terganggu oleh vasektomi.
Efektifitas : 99% lebih
Indikasi dan Kontraindikasi :
Indikasi :
- Menunda kehamilan
- Mengakhiri kesuburan
- Membatasi kehamilan
54
- Setiap pria, suami dari suatu pasangan usia subur yang telah memiliki jumlah anak
cukup dan tidak ingin menambah anak.
Kontraindikasi :
- Peradangan kulit atau jamur pada kemaluan.
- Peradangan pada alat kelamin pria.
- Penyakit kencing manis.
- Kelainan mekanisme pembekuan darah.
- Infeksi didaerah testis (buah zakar) dan penis
- Hernia (turun bero)
- Varikokel (varises pada pembuluh darah balik buah zakar)
- Buah zakar membesar karena tumor
- Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar)
- Buah zakar tidak turun (kriptokismus)
- Penyakit kelainan pembuluh darah
Keuntungan dan Kerugian :
a. Keuntungan :
- Tidak akan mengganggu ereksi, potensi seksual, produksi hormon.
- Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi. Dapat digunakan seumur hidup.
- Tidak menggangugu kehidupan seksual suami istri.
- Tidak mengganggu produksi ASI (untuk kontap wanita).
- Lebih aman (keluhan lebih sedikit)
- Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan)
- Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil)
- Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk sekali tindakan)
- Tidak ada mortalitas/kematian.
- Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
- Tidak ada resiko kesehatan.
- Tidak harus diingat-ingat, tidak harus selalu ada persediaan.
- Sifatnya permanen.
b. Kerugian :
- Memerlukan operasi bedah
- Prosedur ini hanya untuk pasangan yang sudah memutuskan untuk tidak akan punya anak
lagi.
- Harus dengan tindakan pembedahan.
- Harus memakai kontrasepsi lain (kondom) selama beberapa hari atau minggu sampai sel mani
menjadi negatif.
- Tidak dapat dilakukan dengan orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.
Efek Samping dan Komplikasi :
a. Efek Samping :
- Timbul rasa nyeri.
- Abses pada bekas luka.
- Hematoma atau membengkaknya kantung biji zakar karena pendarahan.
b. Komplikasi :
- Pendarahan
- Peradangan bila sterilisasi/ alat proses kurang
55
Hal penting lain di luar poin-poin di atas :
a. Digunakan atas permohonan pasangan suami istri yang sah, tanpa paksaan dari pihak lain
dalam bentuk apapun, telah di anugrahkan 2 orang anak dengan umur anak terkecil sekitar
2 tahun dengan mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun.
b. Setiap calon peserta vasektomi harus memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak
ditemukannya hambatan atau kontraindikasi atau menjalani kontap. Pemeriksaan seorang
dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalani vasektomi .
c. Pelayanan Vasektomi dapat diperoleh di : Rumah sakit , Puskesmas , Klinik KB
d. Nasehat Pra tindakan
e. Sebelum Tindakan
f. Tidur dan istirahat yang cukup
g. Mandi dan bersihkanlah daerah yang sekitar kemaluan
h. Pakailah celana dalam yang bersih
i. Dianjurkan makan dulu sebelum pergi ke Klinik
j. Bawalah surat persetujuan dari Istri yang telah di tandatangan.
k. Tiba di Klinik Hubungi Petugas Klinik Tunggulah hingga tiba giliran dilayan
l. Nasehat Pasca Tindakan
m. Sesudah tindakan
n. Istirahatlah satu /dua hari
o. Jagalah luka bekas operasi, jangan sampai terkena air/ kotoran
p. Pakailah celana dalam yang bersih
q. Makanlah obat yang diberikan sesuai dengan anjuran
r. Kembalilah memeriksakan diri ke klinik setelah satu minggu.
s. Bila akan melakukan hubungan suami istri dalam periode pertama 15 kali mengeluarkan air
mani sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi Dilarang :
1. Melakukan pekerjaan yang berat seperti : Memikul, Mencangkul, Memanjat Pohon/naik
sepeda selama satu pekan setelah operasi.
2. Melakukan hubungan Suami Istri bila :
3. Luka operasi belum sembuh (biasanya sekitar 6 hari) Tidak memakai alat kontrasepsi
(biasanya sampai dengan 15 kali keluarnya air mani) Kembalilah segera ke klinik:
a. ika dari luka operasi terjadi pendarahan yang tidak berhenti
b. Jika suhu tubuh meninggi
c. Jika pada daerah operasi timbul rasa nyeri yang hebat.
d. Vasektomi Rp 75.000 – 1.200.000 (Sudah termasuk biaya dokter)
BAB VI
PEMBINAAN AKSEPTOR KB MELALUI KONSELING
A. Pengertian
Pembinaan Akseptor KB Melalui Konseling Konseling Keluarga Berencana
Pelayanan keluarga berencana mencakup pelayanan alat
k o n t r a s e p s i , penganggulangan efek samping, dan komplikasi alat
kontrasepsi. Pada p e l a y a n a n tersebut terjadi keterlibatan secara
utuh, baik dari t e n a g a pelayanan maupun klien yang menjadi sasaran.
56
Pendekatan pelayanan yangdigunakan adalah pendekatan secara medik dan
konseling.Kegiatan pelayanan keluarga berencana mencakup :
Perluasan jangkauan programPelayanan perluasan jaringan program memberi
gambaran untuk memperoleh akseptor baru atau peserta KB baru yang akan
menggunakanalat kontrasepsi. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah
pemberian penerangan dan motivasi serta konseling yang ditujukan untuk
perubahan perilaku klien dari yang belum mengenal KB sampai menjadi
akseptor KB. Proses konseling menggunakan teknik tidak langsung, dalam halini konseli
diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan tanggung j a w a b atas
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
u n t u k menggunakan alat kontrasepsi.
Pelestarian ke g i a t a n u n t u k m e n c a p a i p e l e s t a r i a n p e n g g u n a a n k o n t r a s e p s i
dimaksudkan agar klien terus menerus menggunakan alat
kontrasepsiminimal lima tahun dan selama itu tidak hamil, maka klien
tersebutdinamakan akseptor lestari. Dapat juga kegiatan itu ditujukan
u n t u k mengalihkan penggunaan alat kontrasepsi yang kurang mantap
menjadi pengguna alat kontrasepsi yang mantap, misalnya dari alat kontrasepsi pilmenjadi
IUD
Pelaksanaan pelayanan konseling pada tahap ini menggunakan p e n g g a b u n g a n
a n t a r a p e n d e k a t a n l a n g s u n g d e n g a n t i d a k l a n g s u n g . Konselor secara aktif
memberikan pembinaan kepada akseptor sehinggamemunculkan satu pemahaman
konseli atau akseptor bahwa keluarga b e r e n c a n a merupakan
kebutuhan dan bagian dari hidupnya d a n mewujudkannya adanya
akseptor motivator.
Pelembagaan pel a y a n a n keluarga berencana dalam upaya
p e l e m b a g a a n merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mengondisikan
m a s y a r a k a t bahwa KB merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang
mendasarid a l a m p e n y u s u n a n p e r e n c a n a a n k e l u a r g a y a n g d i h u b u n g k a n
dengank o n d i s i perkembangan politik, sosial, ekonomi, dan
budaya s e r t a terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera di
masyarakat.Pelaksanaan kegiatan dengan menggabungkan pendekatan edukatif
dankonseling tidak langsung dan langsung dengan upaya kegiatna mendasar yang
mendukung yaitu konseling kelompok, berba gai pengalaman, dan p e r a s a a n
kelompok sebaya, pemilihan jalan keluar, dan pengambilankeputusan
oleh akseptor itu sendiri atau konseli, sedangkan k o n s e l o r sebagai
fasilitator.
57
paling cepat bagi dirinya a t a u pasangannya. Maka dalam
membekali berbagai p e n g e t a h u a n tentang kontrasepsi, bidan harus
memperhatikan hal berikut :
Singkat , memilih informasi paling penting yang perlu diketahuioleh klien dan menekankan
hal-hal yang harus diingat.
Terorganisasi, i n f o r m a s i d i b e r i k a n d e n g a n
c a r a pengelompokkan kedalam kategori tertentu agar
m u d a h diingat. Bila dapat, dikelompokkan dalam kata memori (kata y a n g
s e t i a p h u r u f n y a m e n g a n d u n g a s o s i a s i d e n g a n s u a t u keadaan/
penjelasan tertentu dan keseluruhan kata memori itu menjelaskan suatu
keadaan) sehingga mudah diingat klien.
Yang pertama adalah yang utama, i n f o r m a s i y a n g p e r t a m a diberikan adalah
yang paling mudah diingat. Karena itu, bidanh a r u s m e m b e r i k a n i n f o r m a s i y a n g
paling penting terlebi dahulu, yaitu hal yang harus dilakukan klien
s u p a y a d a p a t menggunakan metode dengan efektif.
Sederhana, menggunakan kata-kata pendek dan kata-
k a t a sederhana yang mudah dipahami oleh klien . Hindari kata-kata teknis dan
penjelasan ilmiah yang tidak dimengerti oleh klien.
Pengulangan, ulangi informasi yang paling penting, sesuatu yang
diulangi akan lebih mudah untuk diingat. Kata terakhir y a n g d i u c a p k a n
bidan bisa berupa peringatan mengenai halterpenting yang harus
d i l a k u k a n k l i e n , m i s a l n y a ” I n g a t , p i l harus diminum setiap malam !”
Spesifik , informasi akan lebih mudah diingat dan diikuti bila sifatnya konkret
spesifik dan tidak abstrak atau kabur sehingga jelas langkah yang harus dilakukan oleh
klien.
b. Menunjukkan Bahwa Bidan Memperhatikan dan Memberi
Respek M e n d e n g a r aktif (Memahami).
Bidan menerima klien seperti apa adanya (bersikap akseptan)dan menerima
bahwa klien mempunyai pendapat, perasaan,dan kebutuhan yang
kemungkinan tidak sama dengan bidan.B i d a n m e n e r i m a b a h w a a d a l a h
hak klien untuk b e r b e d a pendapat. Dengan sikap akseptan, bidan akan
mampu bersikap empati dan mampu merasakan apa yang dirasakan atau dialamioleh
klien. Pemahaman bidan sebagai konselor terhadap apa y a n g
diusahakan klien harus disampaikan oleh b i d a n (konselor)
kepada kliennya melalui refleksi.
Respek , Bidan menghormati perasaan dan sikap klien.
M e n y a d a r i bahwa ketakutan, kecemasan, pikiran tak logis yang
dipunyaik l i e n adalah sesuatu yang nyata bagi klien, bukan
y a n g dicemoohkan/ ditertawakan. Walau bidan/ konselor
memiliki pengetahuan lebih, bukan berarti klien adalah individu yang kurang.
Kejujuran, Konselor jujur dalam menanggapi kecemasan klien,
t i d a k menyembunyikan informasi yang ingin diketahui klien.
Pembinaan Akseptor KB
58
Adalah peserta KB baru atau lama yang mendapat pelayanan KB
s e s u a i dengan standart yang ditentukan oleh unit Depkes maupun unit swasta
padasuatu periode tahun kalender.
Tujuan Pembinaan Akseptor :
1. Agar klien terus menerus menggunakan alat kontra sepsi.
2. M e n g a l i h k a n penggunaan dari alat kontrasepsi kurang mantap
m e n j a d i alat kontrasepsi yang lebih mantap
3. T i d a k t e r j a d i k o m p l i k a s i .
BAB VII
BERBAGAI PENANGGULANGAN AKSEPTOR BERMASALAH
59
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan di
antaranya lateks vinil atau bahan alami ( produksi hewan ) yang di pasang pada penis saat
hubungan sex.
Penggunana kondom untuk tujuan perlindungan terhadap penyakit kelamin telah dikenal
sejak zaman esir kuno. Penggunaannya ialah untuk tujuan melindungi pria terhadap penyakit
kelamin.
Keuntungan kondom selain untuk member perlindungan terhadap mpenyakit kelamin
ialah bahwa ia dapat juga digunakan untuk tujuan kontrasepsi.
a. Cara kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang di pasang pada penis sehingga sperma
tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan kepada pasangan yang lain.
b. Efek samping
Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)
Kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat berhubung
Di curigai adanya reaksi alergi
Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
Penanganan efek samping
· Buang dan pakai kondom baru
· Jika di curigai ada kebocoran , pertimbangkan pemberian Morning after Pill
· Reaksi alergi , meskipun jarang dapat sangat mengganggu dan bias berbahaya.
· Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir biarpun dengan kondom yang lebih
Tipis anjurkan pemakaian metode lain
Penilaian efek samping
Klien tidak memerlukan atau membutuhkan anamnesis atau pemeriksaan khusus
untuk pemakaian kondom , tetapi mereka perlu diberi penjelasan lisan atau instruksi
tertulis.
1. Pil
Pil merupakan alat kontrasepsi yang harus diminum setiap hari dan dapat dipakai oleh
semua ibu usia reproduksi , baik yang sudah mempunyai anak ataupun belum.
a. Jenis
· Monofasik
· Bifasik
· Trifasik
b. Cara kerja
· Menekan ovulasi
· Mencegah implantasi
· Lender serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
· Pergerakan tuba terganggu sehingga tranportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu pula
c. Efek samping
· Amenorhea
· Mual pusing atau muntah
· Perdarahan pervagina
60
d. Penanganan efek samping
· Periksa dalam atau tes kehamilan , bila tidak hamil dan klien minum dengan
benar.
· Tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologik . bila tidak hamil sarankan minum pil
saat makan malam atau sebelum tidur.
· Sarankan minum pil pada waktu yang sama , jelaskan bahwa perdarahan hal yang
biasa pada 3 bulan pertama dan lambat laun akan berhenti.
2. Suntik
a. Cara kerja
· Menekan ovulasi
· Membuat lender serviks menjadi tebal
· Perubahan pada endometrium
· Menghambat transportasi gamet oleh tuba
b. Efek samping
· Amenurea
· Mual / pusing / muntah
· Perdarahan
c. Penganan efek samping
· Bila tidak terjadi kehamilan tidak perlu diberikan pengobatan khusus. Jelaskan
bahwa darah haid tidak berkumpul dalam rahim.
· Pastikan tidak ada kehamilan , bila hamil segera rujuk. Bila tidak hamil
informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.
· Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan
yang terjadi merupakan hal yang biasa.
3. AKDR
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang berjangka panjang dapat sampai 10
tahun, dapat di pakai oleh semua usia perempuan usia reproduksi
a. Jenis
Sampai sekarang telah terdapat berpuluh – puluh jenis AKDR, yang paling
banyak digunakan di Indonesia adalah AKDR lippes loop
b. Cara kerja
· Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi
· Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
· AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
· Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dan uterus
c. Efek samping
1. Perdarahan
Setelah pemasangan AKDR , terjadi perdarahan sedikit – sedikit yang cepat
berhenti. Keluhan yang sering terjadi pada pemakai AKDR ialah :
- Menoragia
- Spotting mettroragia
2. Rasa nyeri kejang di perut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR
, biasanya nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat di
61
kurangi atau dihilangkan dengan cara memberikan memberikan analgetika. Jika keluhan
berlangsung secara terus menerus , sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan
AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.
3. Gangguan pada suami
Kadang – kadang suami akan merasakan adanya benang AKDR sewaktu
bersenggama. Ini disebabkan oleh benag AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu
pendek atau terlalu panjang.
4. Norplant
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang
dibungkus dalam kapsul dan disusukkan di bawah kulit. Jumlah kapsul yang di susukkan
di bawah kulit sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm.
a. Kelebihan Norplant
Kelebihan norplant antara lain adalah cara ini cocok untuk wanita yang tidak
boleh menggunakan obat-obat yang mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi
lebih ringan, tidak menaikkan tekanan darah. Selain itu nirplant dapat digunakan untuk
jangka panjang dan bersifat reversible.
b. Efek samping
· Gangguan pola haid
· Mual – mual
· Sakit kepala
· Perubahan berat badan
5. Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah untuk menghentikan fertilitas seorang
perempuan. tubektomi dilakukan dengan jalan laparatomi vaginal. Dalam tahun – tahun
terakhir ini tubektomi telah merupakan bagian yang penting dalam program keluarga
berencana (KB) di banyak Negara di dunia.
Keuntungan tubektomi adalah :
1. Motivasi hanya dilakukan satu kali saja sehingga tidak diperlukan motivasi yang
berulang-ulang
2. Tidak mempengaruhi libido seksualitas
3. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
a. Jenis
- Minilaparotomi
- Laparoskopi
b. Efek samping
- Demam pasca operasi
- Rasa sakit pada lokasi pembedahan
- Perdarahan superfisial
c. Penanganan
- Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
- Pastikan tidak adanya infeksi dan obati bberdasarkan apa yang ditemukan
- Obati perdarahan berdasarkan apa yang ditemukan
6. Vasektomi
62
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk mengehntikan kapasitas reproduksi pria dengan
jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur tranportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi terhambat.
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi
merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangan nya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga
Pada tahun – tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilkaukan di beberapa Negara
seperti india , Pakistan , amerika serikat , dan korea. Untuk menekan laju pertambahan
penduduk
a. Indikasi Vasektomi
Pada dasrnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami – isteri
tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi
dilakukan pada dirinya.
b. Kontraindikasi vasektomi
Sebetulnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi , hanya apabila ada kelainan local
atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi , kelainan ini harus
disembuhkan dahulu.
Keuntungan vasektomi :
1. Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
2. Tidak mengganggu libido seksualitas
1. Tujuan Rujukan
a. Terwujudnya suatu jaringan pelayanan MKET yang terpadu disetiap tingkat wilayah,
sehingga setiap unit pelayanan memberikan pelayanan secara berhasil guna dan berdaya
guna maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing.
b. Peningkatan dekungan terhadap arah dan pendekatan gerakan KB Nasional dalam hal
perluasan jangkauan dan pembinaan peserta KB dengan pelayanan yang makin bermutu
tinggi serta pengayoman penuh kepada masyarakat.
2. Jenis Rujukan
Rujukan MKET dapat dibedakan atasa 3 jenis yaitu sebagai berikut :
a. Pelimpahan kasus
b. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan
c. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic
3. Sasaran Rujukan
a. Sasaran Obyektif
1. PUS yang akan memperoleh peleyanan MKET
2. Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET
63
3. Peserta KB MKET untuk mendapatksn pengamatan lanjutan
b. Sasaran subyektif
Petugas – petugas pelayanan MKET disemua tingkat wilayah.
4. Jaringan Rujukan
a. Dokter/BPS , rumah bersalin
b. Unit pelayanan MKET tingkat kecamatan
c. Unit pelayanan MKET tingkat kabupaten
d. Unit pelayanan MKET tingkat provinsi
e. Unit pelayanan MKET tingkat pusat
BAB VIII
PENDOKUMENTASIAN PELAYANAN KB
A. PENCATATAN DAN PELAPORAN PELAYANAN KB
64
Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional merupakan suatu proses
untuk mendapatkan data dan informasi yang merupakan suatu substansi pokok dalam system
informasi program KB Nasional dan dibutuhkan untuk kepentingan operasional program. Data
dan informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan keputusan, perencanaan,
pemantauan, dan penilaian serta pengendalian program. Oleh karena itu data dan informasi
yang dihasilkan harus akurat, tepat waktu dan dapat dipercaya. Dalam upaya memenuhi
harapan data dan informasi yang berkualitas, maka selalu dilakukan langkah-langkah
penyempurnaan sesuai dengan perkembangan program dengan visi dan misi program baru
serta perkembangan kemauan teknologi informasi.
Dalam tahun 2001 pencatatan dan pelaporan program KB nasional telah dilaksanakan
sesuai dengan system, pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan melalui instruksi Mentri
Pemberdayaan Perempuan/Kepala BKKBN Nomor 191/HK-011/D2/2000 tanggal 29 september
2000. Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional meliputi pengumpulan,
pencatatan, serta pengelolahan data dan informasi tentang kegiatan dan hasil kegiatan
operasional.
System pencatatan dan pelaporan saat ini telah disesuaikan dengan tuntutan informasi,
desentralisasi dan perbaikan kualitas.
System pencatatan dan pelaporan program KB N asional yang disesuaikan meliputi sub
system pencatatan pelaporan pelayanan kontrasepsi, subsistem PPelaporan Pengendalian
Lapangan. Subsistem pencatatan Pelaporan Pengendalian Keluarga dab Subsistem Pencatatan
Pelaporan Pendataan Keluarga Miskin.
1. Batasan
Dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan yang tepat dan benar diperlukan
keseragaman pengertian sebagai berikut :
1. Pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi adalah suatu kegiatan merekam dan
menyajikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan oleh fasilitas pelayanan
KB.
2. Peserta KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan kontrasepsi.
3. Peserta KB baru adalah PUS yang pertama kali mengguakan kontrasepsi atau PUS
yang kembali menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir
dengan keguguran atau persalinan.
4. Peserta KB lama adalah peserta KB yang masih menggunakan kontrasepsi tanpa
diselingi kehamilan.
5. Peserta KB ganti cara adalah peseta KB yang berganti pemakaian dari satu metode
kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.
6. Pelayanan fasilitas pelayanan KB adalah semua kegiatan pelayanan kontrasepsi oleh
fasilitas pelayanan KB baik berupa pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun
tindakan-tindakan lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang diberikan
pada PUS baik calon maupun peserta KB.
7. Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di dalam fasilitas pelayanan adalah
pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun tindakan-tindakan lain yang berkaitan
kontrasepsi kepada calon dan peserta KB yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan KB.
8. Pelayanan kontrasepsi oleh fasilitas pelayanan KB di luar fasilitas pelayanan adalah
pemberian peayanan kontrasepsi kepada calon dan peserta KB maupun tindakan-
65
tindakan lain yang berkaitan dengan pelayanan kontrasepsi yang dilakukan di luar
fasilitas pelayanan KB (TKBK,Safari,Posyandu).
9. Definisi fasilitas pelayanan KB:
Fasilitas pelayanan KB sederhana adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh
minimal seorang paramedis atau dan yang sudah mendapat latihan KB dan memberikan
pelayanan: cara sederhana (kondom,obat vaginal), pil KB,suntik KB, IUD bagi fasilitas
pelayanan yang mempunyai bidang yang telah mendapat pelatihan serta upaya
penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukannya.
Fasilitas pelayanan KB lengkap adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh
minimal dokter umum yang telah mendapat pelatihan dan memberikan pelayanan: cara
sederhana, suntik KB, IUD bagi dokter atau bidan yang telah mendapat pelatihan, implant bagi
dokter yang telah mendapat pelatihan, kontap pria bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
untuk pelayanan kontap pria.
Fasilitas pelayanan KB sempurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh
minimal dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah/dokter umum yang telah mengikuti
pelatihan dan memberikan pelayanan: cara seerhana, pil KB, suntik KB, IUD, pemasangan dan
pencabutan implant, kontap pria, kontap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan untuk
pelayanan kontap wanita.
Fasilitas pelayanan KB paripurna adalah fasilitas pelayanan KB yang dipimpin oleh
minimal dokter spesialis kebidanan yang telah mngikuti pelatihan penanggulangan infertilisasi
dan rekanalisasi/dokter spesialis bedah yang telah mengikuti pelatihan pengaggulangan
infertilitas dan rekanalisasi serta memberikan pelayanan semua jenis kontrasepsi ditambah
dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.
a. Status fasilitas pelayanan KB adalah status kepemilikan pengelolaan fasilitas pelayanan
KB yang dikelompokkan dalam 4 (empat) status kepemilikan yaitu: Depkes, ABRI, Swasta
serta instansi pemerintah lain diluar Depkes dan ABRI.
b. Konseling adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas medis atau paramedik
dalam bentuk percakapan individual dalam usaha untuk membantu PUS guna
meningkatkan kemampuan dalam memilih pengunaan metode kontrasepsi serta
memantapkan penggunaan kontrasepsi yang telah dipilih.
c. Konseling baru adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau
paramedic kepada calon peserta KB yang akhirnya menjadi peserta KB baru pada saat itu.
d. Konseling lama adalah suatu kegiatan konseling yang dilakukan oleh petugas medis atau
paramedik kepada peserta KB untuk memantapkan penggunaan kontrasepsi.
e. Akibat sampingan atau komplikasi adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan akibat
penggunaan kontrasepsi.
f. Akibat sampingan atau komplikasi ringan adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan
penggunaan kontrasepsi yang penanganannya tidak memerlukan rawat inap.
g. Akibat sampingan atau komplikasi berat adalah kelainan dan atau gangguan kesehatan
akibat penggunaan kontrasepsi yang penanganannya memerlukan rawat inap.
h. Kegagalan adalah terjadinya kehamilan pada peserta KB.
66
Digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama bagi klinik KB baru dan pendaftaran
ulang semua klinik KB.
Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun anggaran (bulan maret setiap tahun). Kartu ini
berisi infomasi tentang identitas klinik KB, jumlah tenaga, dan sarana klinik KB serta jumlah
desa di wilayah kerja klinik KB yang bersangkutan.
Ø Kartu Tanda Akseptor KB Mandiri (K/I/B/89)
Dipergunakan sebagai tanda pengenal dan tanda bukti bagi setiap peserta KB. Kartu ini
diberikan terutama kepada peserta KB baru baik dari pelayanan KB jalur pemerintah maupun
swasta (dokter/bidan praktek swasta/apotek dan RS/Klinik KB swasta). Pada jalur pelayanan
pemerintah, kartu ini merupakan sarana untuk memudahkan mencari kartu status peserta KB
(K/IV/KB/85). Kartu ini merupakan sumber informasi bagi PPKBD/Sub PPKB tentang kesertaan
anggota binaannya di dalam berKB.
Ø Kartu Status Peserta KB (K/IV/KB/85)
Dibuat bagi setiap pengunjung baru klinik KB yaitu peserta KB baru dan peserta KB lama
pindahan dari klinik KB lain atau tempat pelayanan KB lain.
Kartu ini berfungsi untuk mencatat ciri-ciri akseptor hasil pemeriksaan klinik KB dan kunjungan
ulangan peserta KB.
Ø Kartu Klinik KB (R/I/KB/90)
Dipergunakan untuk mencatat semua hasil pelayanan kontrasepsi kepada semua peserta KB
setiap hari pelayanan.
Tujuan penggunaan register ini adalah untuk memudahkan petugas klinik KB dalam membuat
laporan pada akhir bulan.
Ø Register Alat-alat Kontrasepsi di Klinik KB (R/II/KB/85)
Dipergunakan untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran (mutasi) alat-alat kontrasepsi di
klinik KB.
Tujuan adalah untuk memudahkan membuat laporan tentang alat kontrasepsi setiap akhir bulan.
Ø Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/90)
Dipergunakan sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan
- 1 lembar untuk Unit Pelaksana Ka
3. Cara Pengisian Kartu, Register dan Formulir
Ø Kartu Pendaftaran Klinik Keluarga Berencana (K/O/KB/85)
Penjelasan umum
a. Kartu ini digunakan sebagai sarana untuk pendaftaran pertama dan pendaftaran ulang semua
klinik KB. Pendaftaran ulang dilakukan setiap akhir tahun anggaran (bulan Maret setiap tahun).
Kartu ini berisi informasi tentang identitas klinik, tenaga dan saran klinik KB yang bersangkutan.
b. Kartu ini dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan tambahan lembar ”khusus” pada lembar pertama
yang dipergunakan untuk laporan ke BKBN pusat.
c. Ditandatangani oleh penanggung jawab klinik KB yang bersangkutan.
d. Kartu pendaftaran ini setelah diisi dan masing – masing dikirim :
- 1 lembar K/O/KB/85 yang khusus (bagian sebelah kanan dari lembar pertama untuk BKBN
pusat di Jakarta.
- 1 lembar untuk BKBN propinsi
- 1 lembar untuk Unit Pelaksana Propinsi
- 1 lembar untuk BKBN Kabupaten/kotamadya
Halaman depan terdiri dari dua bagian yaitu:
67
a. Bagian sebelah kiri, untuk mencatat cir-ciri peserta KB. Bagian ini terutama dimaksudkan untuk
mencatat cir-ciri setiap peserta KB baik peserta KB baru maupun peserta KB pindahan dari
klinik KB/tempat pelayanan kontrasepsi lain
b. Data dibagian ini sangat diperlukan apabila suatu saat untuk mengetahui ciri-ciri akseptor KB
secara Nasional maupun tingkat wilayah lainya.Bagian sebelah kanan, untuk mencatat hasi-
hasil pemeriksaan klinik.
c. Petugas klinik KB yang melakukan pengisisan K/IV/KV/85 membutuhkan tanda tangan dan
nama terang pada K/IV/KV/85 di tempat yang telah disediakan.
Ø Register Alat-alat Kontrasepsi KB (R/II/KB/85)
Penjelasan Umum
a. Register ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah petugas klinik KB memuat/mengisi
laporan bulanan klinik KB (F/II/KB/9), khususnya untuk bagian tabel V : “Persediaan
Kontrasepsi di Klinik KB”
b. Pada setiap hari pelayanan, semua penerimaan dan engeluaran kontrasepsi
dicatat/dibukukan dalam register alat-alat kontrasepsi ini.
c. Setiap baris menunjukan penerimaan/pengeluaran kontrasepsi pada satu tanggal tertentu.
Pada hari/tanggal berikutnya, pengeluaran/pemasukan dicatat pada hari/tanggal berikutnya,
emikian seterusnya untuk setiap hariplayanan, sampai habis periode satu bulan.
d. Setelah sampai pada hari/tanggal terakhir dari satu bulan yang bersangkutan dilakukan
penjumlahan untuk penerimaan dan pengeluaran alat kontrasepsi selama satu bulan.
e. Disamping, kedalam register ini dituliskan pula siss(stock) alat-alat kontrasepsi yang ada
diklinik KB pada akhir bulan.
f. Untuk tiap hari dalam bulan berikutnya pencatatan dilakukan pada lembar (halaman) baru.
Ø Laporan Bulanan Klinik Keluarga Berencan (F/II/KB/90)
Penjelasan Umum
a. Laporan bulanan klinik KB dibuat oleh petugas klinik KB sebulan sekali, yaitu pada setiap akhir
bulan kegiatan pelayanan kontrasepsi di klinik KB.
b. Laporan bulanan klinik KB sebagai sarana untuk melaporkan kegiatan pelayanan kontrasepsi
dan haasilnya, yaitu pelayanan ole klinik KB(di dalam dan diluar klinik KB) serta PPKBD/Sub
PPKBD diwilayah binaan klinik KB yang bersangkutan.
c. Laporan bulanan klinik KB ditandatangani oleh pimpinan klinik KB atau petugas yang ditunjuk.
d. Laporan bulanan klinik KB dibuat rangkap 5(lima), yaitu:
- 1 (satu) lembar dikirim ke BKKBN Pusat
- 1(satu) lembar dikirim ke BKKBN Kabupaten Kota Madya
- 1 (satu) lembar dikirim ke Unit Pelaksanatingkat Kabupaten Kota Madya
- 1 (satu) lembar dikirim ke Camat
- 1 (satu) lembar sebagai arsip untuk klinik kB yang bersangkutan
Laporan bulanan klinik KB yang dikirim ke BKKBN Pusat (Minat Biro Pencatatan dan
Pelaporan) dengan menggunakan sampul atau amplop khusus tanpa dibubuhi perangko dan
sudah harus dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
Pengisian laporan bulanan klinik kB ini didasarkan pada data yang terdapat dalam :
- Register klinik KB (R/I/KB/89)
- Register alat kontrasepsi KB (R/I/KB/85)
- Laporan bulanan PLKB (F/I/PLKB/90)
- Laporan-laporan serta catatan-catatan lainya.
68
Ø Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB (REK/F/II/89)
Penjelasan Umum.
a. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB (REK/F/II/KB/89) ini dibuat sebuan sekali, yaiu pada
awal bulan berikutna dari bulan laporan. Tujuannya untuk meaporkan seluruh kegiatan
pelayanan KB dan hasilnya dari seluruh klinik KB yang berada di suatu wilayah
kabupaten/kotamadya pada satu bulan laporan.
b. Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB inidibuat oleh BKKBN Kabupaten/Kotamadya dalam
rangkap 3 (tiga) dan dikirim kepada:
1 (satu) lembar untuk BKKBN Propinsi.
1 (satu) lembar untuk Unit Pelayanan KB Departemen Kesehatan Tingkat
Kabupaten/Kotamadya.
1 (satu) lembar untuk arsip.
c. Rekapitulasi
Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB ini harus sudah dikirimkan ke BKKBN Propinsi
yang bersankutan selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya dari bulan laporan.
Lembar rekapitulasi ini ditandatangani oleh Kepala BKKBN Kabupaten/Kotamadya yang
bersangkutan.
4. Sistem pencatatan dan pelaporan Pelayanan Kontrasepsi.
Pencatatan dan pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB ditujukan kepada kegiatan
dan hasil kegiatan operasional yang meliputi:
Kegiatan Pelayanan Kobtrasepsi
Hasil Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi baik di Klinik KB maupun di Dokter/bidan Praktek
Swasta
Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi di klinik KB
5. Mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi.
Sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, diharapkan dapat
menyediakan berbagai data dan informasi pelayanan kontrasepsi diseluruh wilayah sampai
tingkat kecamatan dan desa. Adapun mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi sebagai berikut:
Pada waktu mendaftar untuk pembukaan klinik KB dan pendaftaran ulang setiap bulan
Januari, smua klinik KB mengisi Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/OO)
Setiap peserrta KB baru dan pindahahn dibuat Kartu Status peserta KB (K/IV/KB/00)
yang antara lain memuat cirri-ciri peserta KB bersangkutan. Kartu ini disimpan di klinik
dan digunakan waktu kunjungan ulang.
Setiap peserta KB baru atau pindahan dari klinik KB dibuat Kartu Pesreta KB (K/I/KB/00)
Setiap pelayanan KB di klinik KB, dicatat dalam Register klinik KB (R/I/KB/00) dan pada
akhir bulan dijumlahkan, karena register ini merupakan sumber data untuk membuat
laporan bulanan klinik
Setiap penerimaan dan pengeliaran jenis alat kontrasepsi oleh klinik dicatat dalam
Register Alat kontrasepsi KB (R/II/OO), setiap akhir bulan dijumlahkan sebagai sumber
membuat laporan bulanan
Pelayanan KB yang dilakukan oleh Dr/Bidan praktek swasta setiap hari dicatat dalam
buku hasil prlayanan kontrasepsi pada Dokter/Bidan Swasta (B/I/DBS/00). Setiap akhir
bulan dijumlahkan dan merupakan sumber data dalam membuat laporan nulanan
petugas penghubung DBS/PBS
69
Setiap bulan PKB/PLKB tatu petugas yang ditunjuk sebagai petugas oenghubung
dokter/bidan praktek swasta membuat laporan bulanan ini merupakan sumber data untuk
pengisian laporan bulanan klinik KB.
Setiap bulan, petugas klinik KB membuat laporan klinik KB (F/II/KB/000) yang datanya
diambil dari Register Hasil Pelayanan di klinik KB (R/KB/00) Laporan bulanan petugas
Penghubung Dokter/Bidan Praktek Swasta (F/I/PH/-DBS/00) dan Register Alat
Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/00).
70
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporan meliputi jumlah, ketepatan
waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat ini lapangan sampai tingkat pusat.
b. Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas data pencatatan dan pelaporan pelayanan
kontrasepsi perlu dilihat bagaimana masukan laporan, baik laporan bulanan maupun laporan
tahuna serta bagamana informasi yang disajikan setiap bulan atau tahunan. Dalam hal ini
sering/dapat terjadi laporan mengalami keterlambatan dan cakupannya belum dapat optimal
maupun kualitas dan kuantitas datanya serta informasi yang disampaikan belum optimal.
Keterlambatan penyajian data informasi setiap bulannya dapat disebabkan oleh proses
pengumpulan data laporannya terlambat serta banyaknya kesalahan pengelolahan ke bawah
dan ke samping sehingga memperlambat proses pengelolahannya.
c. Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi,
hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga:
Ketersediaan/jumlah tenaga
Bagaiman kondisi jumlah tenaga RR klinik yang melakuka pencatatan pelaporan pelayanan
kontrasepsi
Kualitas tenaga
B. PENDOKUMENTASIAN RUJUKAN KB
Tujuan sistem rujukan disini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama
ditujukan umtuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi dan
kegagalan penggunaan kontrasepsi.
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik
secara vertical maupun secara horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau dan rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah adsministrasi. Dengan pengertian tersebut,
maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas pelayanan yang
lebih kompeten dengan tujuan untuk penanggulangan masalah yang sedang dihadapi.
1. Tata Laksana
Rujukan Medik dapat berlangsung
a. Internal antar petugas di satu puskesmas
71
b. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
c. Antara masyarakat dan puskesmas
d. Anatara satu puskesmas dan puskesmas lain
e. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
f. Internal antara bagian/unit palayanan di dalam satu rumah sakit
g. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah sakit laboratorium
atau pelayanan fasilitas yang lain.
Rangkaian jaringan fasilitas pelayanan kesehatan dalam system rujukan tersebut
berjenjang dari yang paling sederhana di tingkat keluarga sampai satuan fasilitas pelayanan
kesehatan nasional denga dasar pemikiran rujukan ditujukan secara timbal balik kesatuan
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, dan rasional serta tanpa dibatasi oleh wilayah
administrasi.
Rujukan bukan berate melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien-klien ke
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, akan tetapi karena kondisi klien yang mengaharuskan
pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu melalui upaya rujukan.
Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:
a. Konseling tentangkondisi klien yang menyebabkan memerlukan rujukan
b. Konseling tentang kondisi yang diharapka diperoleh di tempat rujukan
c. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju
d. Penghantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi klien saat ini
riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan
e. Bila perlu berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien
f. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tenpat rujukan harus didampingi
perawat/bidan
g. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkin segera menerima
rujukan klien
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan, setelah memberi upaya
penangulanggan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera mengembalikan klien
ketempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memberikan :
1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan
2. Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan kontrasepsi
3. Penghantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai kondisi klien
berikut upaya penaggulangan yang telah diberikan serta sasaran upaya pelayanan
lanjutan yang harus dilaksanakan, terutama tentang penggunaan kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
72
Manuaba, Ida Bagus Gde. Prof.dr.DOSG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC
DEPKES. RI. 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : YBP-SP.
Hartanto, Hanafi, dr. KB dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004
73