Anda di halaman 1dari 29

ANTENATAL CARE

DENGAN KEHAMILAN
ANEMIA RINGAN
DI PUSKESMAS KARANGAWEN I

KARYA ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Kenaikan Pangkat

OLEH :

KASMINAH, S.S.T
NIP : 19740606 199303 2003
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Kebidanan Antenatal pada Ny. S dengan kehamilan Hiperemesis gravidarum di Puskesmas
Karangawen I
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Demak, 29 Nopember 2018

KASMINAH, S.S.T
NIP.19740606 199303 2003
3

DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................................................ 1

Kata Pengantar............................................................................................... .......................... 2

Daftar Isi........................................................................................................ .......................... 3

BAB I............................................................................................................. .......................... 4

BAB II........................................................................................................... ..........................12

BAB III......................................................................................................... ...........................23

KESIMPULAN............................................................................................ .......................... 30

a. SARAN............................................................................................ .......................... 30

b. PENUTUP......................................................................................... .......................... 32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. .......................... 33


4

BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Menurut dataMenurut data World Health Organitation(WHO), pada tahun 2012,

sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan. Sebanyak 99% kematian

ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio

kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per

100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju

dan 51 negara persemakmuran. ( WHO, 2012 )

(http://wordpress.com/2012/02/angka -kematian-meurutwho.html)

Sekitar 20-30% dari kehamilan mengandung resiko atau komplikasi yang dapat

menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayinya. Salah satu indikator utama derajat

kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah wanita yang

meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan.

Angka Kematian Ibu menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas

pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan

lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan

kesehatan. Tingginya AKI dan lambatnya penurunan angka ini menunjukkan bahwa

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi

jangkauan maupun kualitas pelayanannya.Menurut data World Health Organitation( WHO),

pada tahun 2012, sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan.

Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara

berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan


5

450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian

ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran.

Menurut Depkes RI tahun 2008 jikadibandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000

kelahiran hidup, AKIMalaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan

AKIVietnam sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran

hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei darusalam 33 per 100.000 per

kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut depkes

pada tahun 2010, penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan

persalinan terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain, yaitu eklampsi 24%,infeksi 11%,

partus lama 5%, dan abortus 5%.

(http//ASEAN,2012 midwifecare.wordpress.com/2012/02/21/)

Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau

dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia

kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu

(Maternal Mortality Rasio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Angka

ini mencerminkan risiko obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika ibu

tersebut hamil beberapa kali, risikonya meningkat dan digambarkan sebagai risiko kematian

ibu sepanjang hidupnya, yaitu probabilitas menjadi hamil dan probabilitas kematian karena

kehamilan sepanjang masa reproduksi.

Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu

langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan segala

intevensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung

merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan

(25 5, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis(15 %), hipertensi dalam kehamilan (12

%) , partus macet (8 %), komplikasi aborsi tidak aman (13 %), dan sebab-sebab lain (8%).

(Prawirohardjo,2010;h.53-54)
6

Penyebab hiperemesis gravidarum belum di ketahui secara pasti. Tidak ada bukti

bahwa penyakit ini belum di ketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini di

sebabkan oleh faktor toksis juga tidak di temukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan

anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, di sebabkan oleh

kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum.

Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah di temukan adalah sering terjadi pada

primigravida, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolisme

akibat hamil serta resistensi yang menurun dan pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan

faktor organik alergi, faktor psikologik, molahidatidosa, faktor adaptasi dan hormonal

(Rukiyah, 2010;h.118-119)

Hiperemesis gravidaraum adalah Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum)

adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya

terjadi pada pagi hari , tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala –gejala ini

kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama

kurang lebih 10 minggu.

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu

diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan ini disebabkan oleh

karena meningkatnya kadar hormone esterogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik

kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan

lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,

meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.

Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologi

menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2005;h.275)

II. Rumusan masalah


7

Bagaimanakah asuhan kebidanan ibu hamil pada ny. S umur 19 tahun G1P0A0

usiaKehamilan 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Klinik Ananda Sehat

Karangsono?

III. Tujuan penulisan

A. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat

I di Klinik Ananda Sehat Karangsono sesuai dengan standart yang berlaku dengan

menggunakan pendekatan manajemen varney .

B. Tujuan Khusus

1. Dapat melaksanakan pengkajian data dasar terhadap Ny.Sumur 19 tahun G1P0A0 usia

kehamilan 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Klinik Ananda Sehat

Karangsono.

2. Dapat menentukan interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa masalah serta

kebutuhan terhadap Ny.S umur 19 tahun G1P0A0usia kehamilan 7 minggu dengan

hiperemesis gravidarum tingkat I di Klinik Ananda Sehat Karangsono

3. Dapat menentukan identifikasi masalah potensial dan mengantisipasi penanganan pada

asuhan kebidanan terhadap Ny.S umur 19 tahun G1P0A0usia kehamilan 7 minggu dengan

hiperemesis gravidarum tingkat I di Klinik Ananda Sehat Karangsono.

4. Dapat melaksanakan tindakan segera pada asuhan kebidanan terhadap Ny.S umur 19 tahun

G1P0A0usia kehamilan 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di Klinik

Ananda Sehat Karangsono

5. Dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan kebidanan terhadap Ny.S

umur 19 tahun G1P0A0usia kehamilan 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum tingkat I

di Klinik Ananda Sehat Karangsono


8

6. Dapat melaksanakanrencana asuhan yang efisien dan aman pada asuhan kebidanan

terhadap Ny.S umur 19 tahun G1P0A0usia kehamilan 7 minggu dengan hiperemesis

gravidarum tingkat I di Klinik Ananda Sehat Karangsono

7. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada asuhan kebidanan

terhadap Ny.S umur 19 tahun G1P0A0usia kehamilan 7 minggu dengan hiperemesis

gravidarum tingkat I di Klinik Ananda Sehat Karangsono.

C. Teknik memperoleh data

1. Data Primer

a. Wawancara

Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana penelitian

mendapatkan keterangan ataun pendirian secara lisan dari seseorang sasaran

penelitian (responden).

Wawancara dilakukan dengan cara :

1) Auto anamnesa

Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien mengenai penyakitnya

2) Allo anamnesa

Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau orang lain mengenai

penyakit klien.

b. Observasi

Adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari

adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra, dan terjadilah

penginderaan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan

dilanjutkan dengan adanya pengamatan.

c. Pengkajian Fisik
9

Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian

pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari sistem

pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya mengggunakan cara-cara yang sama dengan

pengkajian fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi, dan auskultasi

2. Data Sekunder

a. Studi Pustaka

Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari catatan tentang pasien

yang ada. (Notoatmodjo, 2005;h.62).

b. Studi Dokumenter

Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak

diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan,

statistic, catatan-catatan di dalam kartu klinik. (Notoatmodjo,2005;h.62).


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis grvidarum adalah gejala mual-munatah yang berlebihan pada ibu hamil.

Istilah hiperemesis gravidarum denagan gangguan metabolik yang bermakna karena mual-

muntah. Penderita hiperemesis gravidarum biasanya dirawat dirumah sakit. Etiologinya

belum pasti, diduga ada hubungannya dengan paritas, hormonal, neurologis, metabolik, stres

psikologik, keracunan, dan tipe kepribadian.

Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan, yang bisa meningkatkan derajat

kesakitan adalah terjadinya Gestosis pada masa kehamilan atau penyakit yang khas terjadi

pada masa kehamilan, dan salah satu gestosis dalam kehamilan adalah Hiperemesis

Gravidarum.

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan

gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan. Faktor-faktor

yang dapat menimbulkan hiperemesis adalah sebagai berikut .

1. Kemungkinan vili korialis masuk ke dalam darah.

2. Adanya faktor elergi.

3. Adanya faktor predisposisi, seperti primigravida dan overdistensi rahim.

4. Adanya faktor psikologis, seperti ketidak harmonisan dalam rumah tangga, kehamilan

yang tidak diinginkan, atau ketidaksiapan untuk memiliki anak (takut untuk hamil ).

(Sulistyawati, 2009;h.153)
11

B. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa

penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-

perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan

vitamin serta zat-zat lain akibat inanisia.Beberapa faktor predisposisi dan factor lain yang

telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut.

a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa, dan

kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda

menimbulakan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua

keadaan tersebut hormone khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic hamil serta

resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic.

c. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai

salah satu faktor organic.

d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang

retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap

tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat

mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau

sebagai pelarian kesukaran hidup.(Rukiyah, dkk, 2010;h.118-119)

Menurut Teori Psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan gangguan

psikologik yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak di rencanakan dan

tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan

berduka, ambivalen, serta konflik dan hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab

hiperemesis gravidarum. (Runiari, 2010;h.9)

C. Diagnosis
12

Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan menentukan

kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan

dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan

tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu

hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang

adekuat. Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus berkonsultasi dengan

dokter tentang penyakit hati,ginjal, dan penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium

dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai penyakit .( Manuba, 2010;h.230 )

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya

kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.

Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,

ulkus ventrikuli dan tumor serebi yang dapat pula memberikan gejala muntah.

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan

yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera

diberikan.(Prawirahardjo, 2006;h.278)

D. Patofisiologi

Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar

esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik

hormone hormone esterogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat atau

akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita

hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung bebulan-bulan.

Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda,

bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit

dengan alkalosis hipokoremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada

sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping itu

pengaruh hormonal. Yang jelas, Wanita yang sebelum kehamilan sesudah menderita lambung
13

spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang

lebih berat.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak

habis terpakai untuk keperluan energi. Karna oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah

ketosis denagn tertimbun nya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam

darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan

dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah

turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,

sehingga aliran darah kejaringan berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.

Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,

menambah frekuensi mual-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah

lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan

elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender dan esofagus dan lambung(Sindroma

Mallory-Weiss), Denagn akibat perdarahan gastro intestinal. Pada umunya robekan ini ringan

dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfuse atau tandaka

operatif. (prawirohardjo, 2006;h.276-277)

E. Tanda dan gejala

Batas antara mual dan muntah dan kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemesis

gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-

hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan

yang intensif (Rukiyah, dkk, 2010;h.121).

Hiperemesis gravidarum berdasarkan berat ringannya di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:

a. Tingkat I

Ringan di tandai dengan muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum

penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri
14

epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor

kulit mengurang lidah mengering dan mata cekung.

b. Tingkat II

Sedang penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang lidah mengering dan tampak

kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris berat badan

turun dan mata cekung, tensi turun dan hemokonsentrasi,oliguria dan konstipasi. Aseton dapat

tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula di

temukan dalam kencing.

c. Tingkat III

Berat keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan samnolen sampai

koma nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada

susunan syaraf yang di kenal sebagai ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia

dan perubahan mental. Keadan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk

vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati (Rukiyah, dkk,

2010:121-122).

F. Pengelolaan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan

memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang

fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala

yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,

menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi

lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan

untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau

lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan

panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
15

kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan

yang banyak mengandung gula.

G. Obat-obatan

Apabila dengan cara tersebut diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka

diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.

Sedativa yang sering diberikan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurakan adalah

vitamin B1 dan B6, Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada

keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokkloride atau khlorpromasin.

Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola dirumah sakit

a. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.

Catat cairan yang keluar dan masuk. Hnaya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam

kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan

makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang- kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan

berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

b. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut

oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang

kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

H. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III

Penanganan hiperemesis gravidarum tingkat III dperlukan tambahan yaitu Cairan

parentral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glucose 5 % dalam cairan

gram cairan fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan

vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,

dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. (Prawirohardjo, 2006;h.279)
16

1. Penanganan

a. Pencegahan dengan informasi dan edukasi. Hiperemesis akan berkurang sampai

umur kehamilan 4 bualn.

b. Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur, sehingga tercapai

adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat

c. Nasehat diit dianjurkan makan dengan porsi kecil tapi lebih sering. Makanan yang

menimbulakn mual dan muntah dihindari.

d. Terapi obat menggunakan sedative ringan luminal 3x 30 mg (luminal, stesolid,

valium), vitamin (B1&B6) anti muntah (mediamer B6, Drammamin, avopreg,

avomin, torecan, primperan), antasida dan anti mulas.

e. Nasihat pengobatan : banyak minum dan hindari minuman atau makanan yang asam

untuk mengurangi iritasi lambung.

f. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap dirumah sakit:

1) Istirahat baring

2) Isolasi dan Therapi psikologik

3) Penambahan cairan ; berikan infuse dekstrosa atau glukosa 5%-10% sebanyak

2-3 liter dalam 24 jam.

4) Observasi cairan yang masuk dan keluar denagn pemasangan kateter.

5) Observasi keadaan umu dan tanda vital.

6) Beri obat-obatan sda.

(Nugraheny, 2010;h.59-60)

2. Diet

Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan karbohidrat kompleks terutama pada pagi

hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goring-gorengan untuk menekan rasa
17

mual dan muntah, sebaiknya di beri jarak dalam pemberian makan dan minum. Diet pada

hiperemesis bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis

secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Diet hiperemesis

gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah karbohidrat tinggi, yaitu 75-80%

dari kebutuhan energi total, lemak rendah, yaitu <10% dari kebutuhan energi total, protein

sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total, makanan di berikan dalam bentuk kering,

pemberian cairan di sesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari, makanan

mudah di cerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan di berikan sering dalam porsi kecil,

bila makan pagi dan sulit di terima, pemberian di optimalkan pada makan malam dan selingan

malam, makanan secara berangsur di tingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan gizi pasien.

(Rukiyah, dkk,2010;h.124).

Ada tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu;

a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti

kering dan buah-buahan. Cairan tidak di berikan bersama makanan tetapi 1-2 jam

sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya di

berikan selam beberapa hari.

b. Diet hiperemesis II di berikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur

mulai di berikanbahan mkanan yang bernilai gizi tinggi. Pemberian mnum tidak di berikan

bersamaan dengan makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zt gizi kecuali vitamin

A dan D.

c. Diet hiperemesis III di berikan pada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut

kesanggupan penderita minuman boleh di berikan bersama makanan. Makanan ini cukup

dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

d. Makanan yang di anjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah roti panggang,

biscuit, crakers, buah segar dan saribuah, minuman botol ringan, sirup, kaldu tak berlemak,
18

teh hangat. Sedangkan makanan yang tidak di anjurkan adalah makanan yang pada

umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang

mengandung alcohol, kopi dan makanan yang mengandung zat pengawet, pewarna, dan

penyedap rasa juga tidak di anjurkan.

Diet pada ibu yang mengalamihiperemesis terkadang melihat kondisi si ibu dan

tingkatan hiperemesisnya, konsep saat ini di anjurkan pada ibu adalah makanlah apa yang ibu

suka, bukan makan sedikit-sedikit tapi sering juga jangan di paksakan ibu memakan apa yang

saat ini membuat mual karena diet tersebut tidak akan berhasil malah akan memperparah

kondisinya

(Rukiyah, dkk, 2010;h.124-125)

3. Komplikasi

Menurut Wiknjosastro dalam Rukiyah dampak yang di timbulkan dapat terjadi pada

ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehinga keadaan fisik ibu

menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumoni aspirasi,

robekan mukosa pada hubungan gastroesofagus yang menyebabkan perdarahan ruptur

esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai

dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang.

Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu

serius, tetapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemessi gravidarum, maka

kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Prematur hingga terjadi abortus .

Hal ini didukung oleh pernyataan Gross et al menyatakan bahwa ada peningkatan

peluang retradasi pertumbuhan intrauterus jika ibu mengalami penurunan berat badan sebesar

5 % dari berat badan sebelum kehamilan, karena pola pertumbuhan janin terganggu oleh

metabolisme maternal. Terjadi pertumbuhan janin terhambat sebagai akibat kurangnya


19

pemasukan oksigen dan makanan yang kurang adekuat dan hal ini mendorong terminasi

kehamilan lebih dini (Rukiyah, dkk, 2010;h.128-129)

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian

Tanggal : 29 Nopember 2018

Jam : 08.00 WIB

A. Data subyektif

1. Identitas pasien Suami

Nama : Ny. S Nama : Tn.A

Umur : 19 th Umur : 25 th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Swasta

Alamat : Brambang Alamat : Brambang

2. Alasan datang

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan

3. Keluhan utama

Ibu mengatakan mual muntah lebih dari 10 kali dalam sehari tubuh terasa lemas dan

kepala terasa pusing.


20

4. Riwayat kesehatan

a. Sekarang

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit menular dan menurun

b. Yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita suatu penyakit apapun

c. Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menular dan menurun

5. Riwayat obstetri

a. Riwayat haid

Menarche : 12 tahun

Siklus : 28 hari

Teratur/tidak : Teratur

Lama : 5-7 hari

Volume : 2 kali ganti pembalut dalam sehari

Warna : Merah

Disminorhea : Tidak

Bau : Khas darah

Flour albus : Tidak ada

HPHT : 25-07-2018

HPL : 02-5-2019

b. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

N Tahun Usia Jenis Tempat Kesulit Penolo Bayi


o persalin Kehamilan Persalina Persali an dlm ng
an n nan persalin J BB PB Ket
an K
21

Amenorea, mual muntah : Ya

Tes kehamilan : Di lakukan

Tanggal :29-08-2018

Hasil : Positif

d. Pergerakan janin belum di rasakan

e. Keluhan yang di rasakan:

Rasa lelah : Ada

Mual-mual : Ada

Malas beraktifitas : Ada

Sakit kepala : Ada

6. Riwayat pernikahan

Menikah 1 kali lamanya 1 tahun

7. Riwayat KB

Belum pernah

8. Riwayat imunisasi TT

Belum pernah mendapatkan imunisasi TT pada hamil ini

9. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Pola Nutrisi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3x/hari porsi 1 piring dengan nasi,
sayur, lauk dan selalu habis. Minum 6-7 gelas/hari dengan air putih, the dan jus
Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil makan 4-5 x/hari porsi 1 piring
sedang selalu habis dengan nasi, sayur, lauk dan cemilan. Minum 7-8
gelas/hari dengan air putih dan susu coklat
b. Pola Eliminasi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1x/hari konsistensi lembek, warna
kuning, kecoklatan, BAK ± 4x/hari warna kuning jernih dan tidak ada keluhan
saat BAB
Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil BAB 1x/hari warna kuning
kecoklatan. BAK 5-7x/hari warna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan
22

saat BAB
c. Pola aktivitas
Sebelum hamil : Ibu mengatakan setiap hari melakukan pekerjaan rumah
seperti memasak, mencuci, membereskan rumah dilakukan dengan mandiri
Selama hamil : Ibu mengatakan setiap hari melakukan pekerjaan rumah dengan
bantuan keluarga
d. Pola Istirahat dan tidur
Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang dan tidur malam ± 8
jam/hari dan nyenyak tidak ada gangguan selama istirahat
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang dan tidur malam ± 7
jam/hari serta tidak ada keluhan selama hamil
e. Pola seksual
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 3x/minggu,
tidak ada keluhan yang dirasakan
Selamahamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1x/minggu, tidak
ada keluhan yang dirasakan
f. Pola hygiene
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti
pakaian dan ganti pakaian dalam 2x/hari, kramas 3x/minggu
Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti
pakaian, ganti pakaian dalam 3x/hari dan kramas 4x/minggu
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
a) Merokok : ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok,
b) Minuman beralkohol : ibu megatakan tidak memiliki kebiasaan meminum
minuman beralkohol
c) Obat-obatan : ibu mengatakan selama hamil ini ibu tidak meminum obat-
oabatan warung. Ibu hanya minum obat-obatan yang diberikan oleh dokter
atau bidan.
d) Jamu : ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan meminum jamu selama
hamil ini

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Lemah


23

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 110/70 mmHg

d. Nadi : 102x/menit

e. Suhu : 36,40C

f. RR : 22x/menit

g. Tinggi badan : 154 cm

h. Berat badan sebelum hamil: 54 kg

Berat badan sekarang : 50 kg

i. LILA : 24 cm

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : Tidak ada nyeri tekan

b. Rambut : Bersih, penyebaran warna rambut merata

c. Muka

Cloasma : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

d. Mata

Kelopak mata : Cekung

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

e. Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak pembesaran

polip

f. Telinga : Simetris kanan dan kiri

Tidak ada gangguan pendengaran.

g. Mulut : Bersih, bibir kering.

h. Gigi : Tidak ada caries

i. Leher
24

Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran

j. Payudara

Pembesaran : Simetris kanan dan kiri

Puting susu : Menonjol

Benjolan : Tidak ada

Rasa nyeri : Tidak ada

Hiperpigmentasi : Tidak ada

Pengeluaran : Tidak ada

k. Abdomen

Bekas luka operasi : Tidak ada

Pembesaran : Sesuai usia kehamilan

Konsistensi : Lunak

Linea : Tidak ada

Acites : Tidak ada

Tumor : Tidak ada

Pembesaran liver/lien : Tidak ada

Uterus : Tidak di lakukan

l. Punggung : : Normal

m. Pinggang : nyeri ketuk : Tidak ada

n. Genetalia

Perineum : Tidak ada bekas luka parut

Vulva dan vagina : Merah muda

Pengeluaran pervaginam : Tidak ada

Kelenjar bartholini : Tidak ada pembesaran

o. Periksa dalam : Tidak di lakukan

p. Anus : Tidak ada hemoroid


25

q. Ekstremitas

Oedema : Tidak ada

Kemerahan : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Refleks patella : Positif kanan dan kiri

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Hb : 14 gr%

b. Protein urine : (-)

c. Glukosa urine : (-)


26

BAB V

PENUTUP

I. Kesimpulan

A. Bidan telah melakukan pengumpulan data dasar terhadap Ny. S dengan hiperemesis

gravidarum tingkat I. Pengkajian data yang telah di lakukan terhadap Ny.S menggunakan

tekhnik asuhan kebidanan manajemen langkah Helen varney berdasarkan format asuhan

kebidanan dan secara teori pengkajian data, terdiri atas data subyektif dan obyektif.

Data subyektif : data yang di peroleh dengan melakukan wawancara untuk menggali atau

mengetahui keadaan kehamilan, riwayat penyakit dan apa yang di rasakan ibu.

Data obyektif : setelah data subyektif kita dapatkan, untuk melengkapi data dalam

menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data obyektif melalui

pemeriksaan inspeksi, palpasi, perusi dan auskultasi di lakukan secara berurutan. Data

sudah di kaji dapat di lihat pada Bab III

B. Bidan telah melakukan interpretasi data dasar berdasarkan hasil pengumpulan data

terhadap Ny. S, yaitu Ny. S umur 33 tahun G4P1A2 usia kehamilan 7 minggu 6 hari

dengan hiperemesis gravidarum tingkat I


27

C. Bidan telah mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang akan mungkin terjadi

terhadap Ny. S. Antisipasi masalah dalam asuhan kebidanan terhadap Ny. S adalah terjadi

hiperemesis tingkat II.

D. Bidan telah mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Dalam

kasus ini di mana Ny. S mengalami hiperemessi gravidarum tingkat I yang tidak

menimbulkan kegawat daruratan terhadap dirinya saat melakukan pemeriksaan maka

tindakan segera adalah pemberian tablet B6 untuk mengurangi mual dan muntah yang

Ny.S rasakan .

E. Bidan telah merencanakan asuhan yang sesuai kebutuhan Ny.S. rencana di berikan

kepada Ny. S sesuai dengan kebutuhan yang dapat di berikan berdasarkan diagnosa.

Dalam hal ini perencanaan yang di buat berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi,

pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan (evidence base care) serta di

validasikan dengan asumsi mengenai apa yang di inginkan dan tidak di inginkan oleh

pasien.

F. Bidan telah melaksanakan perencanaan segera menyeluruh terhadap Ny.S . Pelaksanaan

di lakukan berdasarkan hasil perencanaan yang telah di tuliskan sebelumnya di mana

perencanaan di laksanakan secara efisien dan aman berdasarkan kebutuhan klien.

G. Bidan telah melakukan evaluasi berdasarkan hasil asuhan yang telah di lakukan terhadap

Ny. S. Evaluasi hasil asuhan di lakukan setiap setelah pemberian asuhan kebidanan dan

di tindak lajuti hari berikutnya dalam bentuk matrik.

II. Saran

Saran yang penulis berikan di tujukan kepada :

A. Bagi penulis

Merupakan pengalaman yang dapat menambah kemampuan dalam penerapan

manajemen asuhan kebidanan khususnya hiperemesis gravidarum tingkat 1


28

B. Bagi Masyarakat

Agar dapat memberikan informasi pada ibu hamil agar dapat sedini mungkin

mengetahui penyakit yang akan menghambat kehamilannya. Dan agar ibu tidak segan

untuk memeriksakan kehamilannya bila ada keluhan ketenaga kesehatan terdekat agar

mendapat penanganan lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Ida Manuaba, dkk. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta: EGC

Fadlun & Achmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Jannah, Nurul. 2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: C.V ANDI

OFFSET.

Maryunani, Anik. 2010. Biologi reproduksi dalam kebidanan. Jakarta: Trans info media

Nugraeheny, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Rihana

Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirihardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Profil DinKes Provinsi Lampung Tahun 2012

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti..2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).

Jakarta: Trans Info Media

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis Sgravidarum :

penerapan konsep dan teori keperawatan. Jakarta : Salemba Medika


29

Soepardan, Soeryani. 2008. Konsep kebidanan. Jakarta : EGC

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai