DENGAN KEHAMILAN
ANEMIA RINGAN
DI PUSKESMAS KARANGAWEN I
KARYA ILMIAH
OLEH :
KASMINAH, S.S.T
NIP : 19740606 199303 2003
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Kebidanan Antenatal pada Ny. S dengan kehamilan Hiperemesis gravidarum di Puskesmas
Karangawen I
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.
KASMINAH, S.S.T
NIP.19740606 199303 2003
3
DAFTAR ISI
Halaman Sampul........................................................................................................................ 1
KESIMPULAN............................................................................................ .......................... 30
a. SARAN............................................................................................ .......................... 30
b. PENUTUP......................................................................................... .......................... 32
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan. Sebanyak 99% kematian
ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per
100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju
(http://wordpress.com/2012/02/angka -kematian-meurutwho.html)
Sekitar 20-30% dari kehamilan mengandung resiko atau komplikasi yang dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayinya. Salah satu indikator utama derajat
kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah wanita yang
meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan.
Angka Kematian Ibu menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas
lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan
kesehatan. Tingginya AKI dan lambatnya penurunan angka ini menunjukkan bahwa
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi
pada tahun 2012, sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan.
Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara
450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian
Menurut Depkes RI tahun 2008 jikadibandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000
kelahiran hidup, AKIMalaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan
AKIVietnam sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran
hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei darusalam 33 per 100.000 per
kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut depkes
pada tahun 2010, penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan
persalinan terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain, yaitu eklampsi 24%,infeksi 11%,
(http//ASEAN,2012 midwifecare.wordpress.com/2012/02/21/)
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau
dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia
kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu
(Maternal Mortality Rasio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Angka
ini mencerminkan risiko obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika ibu
tersebut hamil beberapa kali, risikonya meningkat dan digambarkan sebagai risiko kematian
ibu sepanjang hidupnya, yaitu probabilitas menjadi hamil dan probabilitas kematian karena
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu
langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas, dan segala
intevensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung
merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan
(25 5, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis(15 %), hipertensi dalam kehamilan (12
%) , partus macet (8 %), komplikasi aborsi tidak aman (13 %), dan sebab-sebab lain (8%).
(Prawirohardjo,2010;h.53-54)
6
Penyebab hiperemesis gravidarum belum di ketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini belum di ketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini di
sebabkan oleh faktor toksis juga tidak di temukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan
anatomik yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf, di sebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan dan minum.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah di temukan adalah sering terjadi pada
primigravida, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolisme
akibat hamil serta resistensi yang menurun dan pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organik alergi, faktor psikologik, molahidatidosa, faktor adaptasi dan hormonal
(Rukiyah, 2010;h.118-119)
adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya
terjadi pada pagi hari , tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala –gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu
diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan ini disebabkan oleh
karena meningkatnya kadar hormone esterogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik
kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan
lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologi
Bagaimanakah asuhan kebidanan ibu hamil pada ny. S umur 19 tahun G1P0A0
Karangsono?
A. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat
I di Klinik Ananda Sehat Karangsono sesuai dengan standart yang berlaku dengan
B. Tujuan Khusus
1. Dapat melaksanakan pengkajian data dasar terhadap Ny.Sumur 19 tahun G1P0A0 usia
Karangsono.
asuhan kebidanan terhadap Ny.S umur 19 tahun G1P0A0usia kehamilan 7 minggu dengan
4. Dapat melaksanakan tindakan segera pada asuhan kebidanan terhadap Ny.S umur 19 tahun
5. Dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan kebidanan terhadap Ny.S
6. Dapat melaksanakanrencana asuhan yang efisien dan aman pada asuhan kebidanan
7. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada asuhan kebidanan
1. Data Primer
a. Wawancara
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana penelitian
penelitian (responden).
1) Auto anamnesa
2) Allo anamnesa
penyakit klien.
b. Observasi
Adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari
adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra, dan terjadilah
c. Pengkajian Fisik
9
Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian
pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari sistem
2. Data Sekunder
a. Studi Pustaka
b. Studi Dokumenter
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperemesis grvidarum adalah gejala mual-munatah yang berlebihan pada ibu hamil.
Istilah hiperemesis gravidarum denagan gangguan metabolik yang bermakna karena mual-
belum pasti, diduga ada hubungannya dengan paritas, hormonal, neurologis, metabolik, stres
Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan, yang bisa meningkatkan derajat
kesakitan adalah terjadinya Gestosis pada masa kehamilan atau penyakit yang khas terjadi
pada masa kehamilan, dan salah satu gestosis dalam kehamilan adalah Hiperemesis
Gravidarum.
4. Adanya faktor psikologis, seperti ketidak harmonisan dalam rumah tangga, kehamilan
yang tidak diinginkan, atau ketidaksiapan untuk memiliki anak (takut untuk hamil ).
(Sulistyawati, 2009;h.153)
11
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-
perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan
vitamin serta zat-zat lain akibat inanisia.Beberapa faktor predisposisi dan factor lain yang
a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa, dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulakan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua
b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic.
c. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
psikologik yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak di rencanakan dan
tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan
berduka, ambivalen, serta konflik dan hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab
C. Diagnosis
12
dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan
tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu
hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang
adekuat. Kemungkinan penyakit lain yang menyertai kehamilan harus berkonsultasi dengan
dokter tentang penyakit hati,ginjal, dan penyakit tukak lambung. Pemeriksaan laboratorium
dapat membedakan ketiga kemungkinan hamil yang disertai penyakit .( Manuba, 2010;h.230 )
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus ventrikuli dan tumor serebi yang dapat pula memberikan gejala muntah.
diberikan.(Prawirahardjo, 2006;h.278)
D. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik
hormone hormone esterogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat atau
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda,
bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokoremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping itu
pengaruh hormonal. Yang jelas, Wanita yang sebelum kehamilan sesudah menderita lambung
13
spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang
lebih berat.
habis terpakai untuk keperluan energi. Karna oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis denagn tertimbun nya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah
turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah kejaringan berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal,
menambah frekuensi mual-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan terjadilah
lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender dan esofagus dan lambung(Sindroma
Mallory-Weiss), Denagn akibat perdarahan gastro intestinal. Pada umunya robekan ini ringan
dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfuse atau tandaka
Batas antara mual dan muntah dan kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemesis
gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-
hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan
a. Tingkat I
Ringan di tandai dengan muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri
14
epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor
b. Tingkat II
Sedang penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang lidah mengering dan tampak
kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris berat badan
turun dan mata cekung, tensi turun dan hemokonsentrasi,oliguria dan konstipasi. Aseton dapat
tercium dalam hawa pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula di
c. Tingkat III
Berat keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan samnolen sampai
koma nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada
susunan syaraf yang di kenal sebagai ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia
dan perubahan mental. Keadan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk
vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati (Rukiyah, dkk,
2010:121-122).
F. Pengelolaan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan
panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
15
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
G. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.
Sedativa yang sering diberikan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurakan adalah
vitamin B1 dan B6, Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokkloride atau khlorpromasin.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola dirumah sakit
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
Catat cairan yang keluar dan masuk. Hnaya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam
kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang- kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
b. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
parentral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glucose 5 % dalam cairan
gram cairan fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. (Prawirohardjo, 2006;h.279)
16
1. Penanganan
b. Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur, sehingga tercapai
c. Nasehat diit dianjurkan makan dengan porsi kecil tapi lebih sering. Makanan yang
e. Nasihat pengobatan : banyak minum dan hindari minuman atau makanan yang asam
f. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap dirumah sakit:
1) Istirahat baring
(Nugraheny, 2010;h.59-60)
2. Diet
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan karbohidrat kompleks terutama pada pagi
hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goring-gorengan untuk menekan rasa
17
mual dan muntah, sebaiknya di beri jarak dalam pemberian makan dan minum. Diet pada
hiperemesis bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis
secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Diet hiperemesis
gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah karbohidrat tinggi, yaitu 75-80%
dari kebutuhan energi total, lemak rendah, yaitu <10% dari kebutuhan energi total, protein
sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total, makanan di berikan dalam bentuk kering,
pemberian cairan di sesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari, makanan
mudah di cerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan di berikan sering dalam porsi kecil,
bila makan pagi dan sulit di terima, pemberian di optimalkan pada makan malam dan selingan
malam, makanan secara berangsur di tingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan
(Rukiyah, dkk,2010;h.124).
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak di berikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-zat gizi kecuali vitamin C karena itu hanya di
b. Diet hiperemesis II di berikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur
mulai di berikanbahan mkanan yang bernilai gizi tinggi. Pemberian mnum tidak di berikan
bersamaan dengan makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zt gizi kecuali vitamin
A dan D.
c. Diet hiperemesis III di berikan pada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh di berikan bersama makanan. Makanan ini cukup
d. Makanan yang di anjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah roti panggang,
biscuit, crakers, buah segar dan saribuah, minuman botol ringan, sirup, kaldu tak berlemak,
18
teh hangat. Sedangkan makanan yang tidak di anjurkan adalah makanan yang pada
umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan yang
mengandung alcohol, kopi dan makanan yang mengandung zat pengawet, pewarna, dan
Diet pada ibu yang mengalamihiperemesis terkadang melihat kondisi si ibu dan
tingkatan hiperemesisnya, konsep saat ini di anjurkan pada ibu adalah makanlah apa yang ibu
suka, bukan makan sedikit-sedikit tapi sering juga jangan di paksakan ibu memakan apa yang
saat ini membuat mual karena diet tersebut tidak akan berhasil malah akan memperparah
kondisinya
3. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro dalam Rukiyah dampak yang di timbulkan dapat terjadi pada
ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehinga keadaan fisik ibu
menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumoni aspirasi,
esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai
Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu
serius, tetapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemessi gravidarum, maka
Hal ini didukung oleh pernyataan Gross et al menyatakan bahwa ada peningkatan
peluang retradasi pertumbuhan intrauterus jika ibu mengalami penurunan berat badan sebesar
5 % dari berat badan sebelum kehamilan, karena pola pertumbuhan janin terganggu oleh
pemasukan oksigen dan makanan yang kurang adekuat dan hal ini mendorong terminasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
A. Data subyektif
Umur : 19 th Umur : 25 th
2. Alasan datang
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan mual muntah lebih dari 10 kali dalam sehari tubuh terasa lemas dan
4. Riwayat kesehatan
a. Sekarang
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit menular dan menurun
b. Yang lalu
c. Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menular dan menurun
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : Teratur
Warna : Merah
Disminorhea : Tidak
HPHT : 25-07-2018
HPL : 02-5-2019
Tanggal :29-08-2018
Hasil : Positif
Mual-mual : Ada
6. Riwayat pernikahan
7. Riwayat KB
Belum pernah
8. Riwayat imunisasi TT
a. Pola Nutrisi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3x/hari porsi 1 piring dengan nasi,
sayur, lauk dan selalu habis. Minum 6-7 gelas/hari dengan air putih, the dan jus
Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil makan 4-5 x/hari porsi 1 piring
sedang selalu habis dengan nasi, sayur, lauk dan cemilan. Minum 7-8
gelas/hari dengan air putih dan susu coklat
b. Pola Eliminasi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1x/hari konsistensi lembek, warna
kuning, kecoklatan, BAK ± 4x/hari warna kuning jernih dan tidak ada keluhan
saat BAB
Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil BAB 1x/hari warna kuning
kecoklatan. BAK 5-7x/hari warna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan
22
saat BAB
c. Pola aktivitas
Sebelum hamil : Ibu mengatakan setiap hari melakukan pekerjaan rumah
seperti memasak, mencuci, membereskan rumah dilakukan dengan mandiri
Selama hamil : Ibu mengatakan setiap hari melakukan pekerjaan rumah dengan
bantuan keluarga
d. Pola Istirahat dan tidur
Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang dan tidur malam ± 8
jam/hari dan nyenyak tidak ada gangguan selama istirahat
Selama hamil : Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang dan tidur malam ± 7
jam/hari serta tidak ada keluhan selama hamil
e. Pola seksual
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 3x/minggu,
tidak ada keluhan yang dirasakan
Selamahamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 1x/minggu, tidak
ada keluhan yang dirasakan
f. Pola hygiene
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti
pakaian dan ganti pakaian dalam 2x/hari, kramas 3x/minggu
Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti
pakaian, ganti pakaian dalam 3x/hari dan kramas 4x/minggu
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
a) Merokok : ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok,
b) Minuman beralkohol : ibu megatakan tidak memiliki kebiasaan meminum
minuman beralkohol
c) Obat-obatan : ibu mengatakan selama hamil ini ibu tidak meminum obat-
oabatan warung. Ibu hanya minum obat-obatan yang diberikan oleh dokter
atau bidan.
d) Jamu : ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan meminum jamu selama
hamil ini
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
d. Nadi : 102x/menit
e. Suhu : 36,40C
f. RR : 22x/menit
i. LILA : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
c. Muka
d. Mata
Sklera : Putih
polip
i. Leher
24
j. Payudara
k. Abdomen
Konsistensi : Lunak
l. Punggung : : Normal
n. Genetalia
q. Ekstremitas
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Hb : 14 gr%
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
A. Bidan telah melakukan pengumpulan data dasar terhadap Ny. S dengan hiperemesis
gravidarum tingkat I. Pengkajian data yang telah di lakukan terhadap Ny.S menggunakan
tekhnik asuhan kebidanan manajemen langkah Helen varney berdasarkan format asuhan
kebidanan dan secara teori pengkajian data, terdiri atas data subyektif dan obyektif.
Data subyektif : data yang di peroleh dengan melakukan wawancara untuk menggali atau
mengetahui keadaan kehamilan, riwayat penyakit dan apa yang di rasakan ibu.
Data obyektif : setelah data subyektif kita dapatkan, untuk melengkapi data dalam
menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data obyektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, perusi dan auskultasi di lakukan secara berurutan. Data
B. Bidan telah melakukan interpretasi data dasar berdasarkan hasil pengumpulan data
terhadap Ny. S, yaitu Ny. S umur 33 tahun G4P1A2 usia kehamilan 7 minggu 6 hari
C. Bidan telah mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang akan mungkin terjadi
terhadap Ny. S. Antisipasi masalah dalam asuhan kebidanan terhadap Ny. S adalah terjadi
kasus ini di mana Ny. S mengalami hiperemessi gravidarum tingkat I yang tidak
tindakan segera adalah pemberian tablet B6 untuk mengurangi mual dan muntah yang
Ny.S rasakan .
E. Bidan telah merencanakan asuhan yang sesuai kebutuhan Ny.S. rencana di berikan
kepada Ny. S sesuai dengan kebutuhan yang dapat di berikan berdasarkan diagnosa.
Dalam hal ini perencanaan yang di buat berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi,
pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan (evidence base care) serta di
validasikan dengan asumsi mengenai apa yang di inginkan dan tidak di inginkan oleh
pasien.
G. Bidan telah melakukan evaluasi berdasarkan hasil asuhan yang telah di lakukan terhadap
Ny. S. Evaluasi hasil asuhan di lakukan setiap setelah pemberian asuhan kebidanan dan
II. Saran
A. Bagi penulis
B. Bagi Masyarakat
Agar dapat memberikan informasi pada ibu hamil agar dapat sedini mungkin
mengetahui penyakit yang akan menghambat kehamilannya. Dan agar ibu tidak segan
untuk memeriksakan kehamilannya bila ada keluhan ketenaga kesehatan terdekat agar
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida Manuaba, dkk. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta: EGC
Fadlun & Achmad Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika
Jannah, Nurul. 2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET.
Maryunani, Anik. 2010. Biologi reproduksi dalam kebidanan. Jakarta: Trans info media
Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirihardjo
Prawirohardjo
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis Sgravidarum :