Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

DATA DEMOGRAFI SEBAGAI DATA PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biostatistik


Dosen Pengajar: Nurhikmah, SST, MPH

Disusun Oleh:

Makiah

KELAS B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
TAHUN AKADEMIK 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Itu dapat
dilihat dari sensus penduduk yang semakin tahun semakin meningkat.
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal sebagai istilah karakteristik
penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku
sosial ekonomi penduduk.
Di banding dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia menempati
kedudukan ketiga setelah Cina dan India dalam jumlah penduduk. Indonesia
merupakan negara yang sedang membangun dengan mempunyai masalah
kependudukan yang sangat serius disertai dengan jumlahn penduduk yang
sangat besar dan pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi serta persebaran
penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan hanya modal, tetapi
merupakan beban dalam pembangunan.
Masalah utama yang dihadapi dibidang kependudukan Indonesia adalah masih
tingginya jumlah penduduk dan tidak seimbangnya penyebaran dan struktur
umur penduduk. Program kependudukan dan keluarga berencana bertujuan
untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh
masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk.
Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah
dan percepatan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan produksi dan
jasa.
2. Rumusan Masalah
a. Pengertian demografi
b. Alat-alat demografi
c. Sumber data demografi
d. Piramida penduduk
e. Demografi dalam penelitian

1
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah tentang Demografi ini adalah untuk mengetahui
segala hal yang berkaitan dengan ilmu demografi sekaligus untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Biostatistik”.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Demografi
Demografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau
penduduk dan grafein yang berarti menulis. Jadi, demografi adalah tulisan-
tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat atau penduduk. Istilah ini
dipakai untuk pertama kalinya oleh Achille Guillard dalam tulisannya yang
berjudul Elements de Statisque Humaine on Demographic Compares pada tahun
1885.
Berdasarkan Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982) definisi
demografi adalah sebagai berikut:
Demography is the scientific study of human populations in primarily with the
respect to their size, their structure (composition) and their development
(change).
Dalam bahasa Indonesia terjemahannya kurang lebih sebagai berikut :
Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah,
struktur (komposisi) dan perkembangannya (perubahannya).
Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) mengusulkan definisi sebagai
berikut:
Demography is the study of the size, territorial distribution and composition of
population, changes there in and the components of such changes which maybe
identified as natality, territorial movement (migration), and social mobiltity
(change of states).
Terjemahannya dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut:
Demografi mempelajari tentang jumlah, persebaran, teritorial, dan komposisi
penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang
biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi)
dan mobilitas sosial (perubahan status).

3
Dari kedua definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa demografi mempelajari
struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi:
jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu
berubah-ubah dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi, yaitu
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi penduduk.
Struktur penduduk merupakan aspek yang statis, merupakan gambaran atau
potret penduduk dari hasil sensus penduduk (cacah jiwa) pada hari sensus pada
tahun yang berakhiran dengan angka kosong (0). Data penduduk pada hari
sensus penduduk (hari H) ini dijadikan sebagai basis perhitungan penduduk.
Sesudah hari sensus struktur penduduk akan berubah. Komponen kependudukan
yang dapat mengubah struktur penduduk di atas adalah komponen yang dinamis
yang terdiri dari kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
Dari uraian di atas dapatlah dikaatakan bahwa demografi mempelajari aspek
kependudukan yang statis dan dinamis. Seperti sebuah mata uang (coin) yang
empunyai dua sisi, aspek kependudukan yang statis menempati sisi yang satu
dan aspek yang dinamis menempati sisi yang lain. Kedua komponen di atas
saling pengaruh mempengaruhi. Sebagai misal, tingginya tingkat fertilitas di
suatu daerah, berpengaruh kepada tingginya persentase penduduk usia muda.
Demografi tidaknya memeplajari penduduk sebagai individu, tetapi penduduk
sebagai suatu kumpulan (agregates atau collection). Jadi yang dimaksud dengan
penduduk dalam kajian demografi adalah sekelompok orang yang bertempat
tinggal di suatu wilayah.
Selain itu demografi bersifat analitis matematis, yang berarti analisis demografi
di dasarkan atas asas kuantitatif, dan karena sifatnya yang demikian maka
demografi sering juga disebut dengan statistik penduduk. Seperti telah
disebutkan dimuka, demografi formal dengna teknik-teknik analisis kuantitatif
dapat dibuat perkiraan variabel-variabel demografi berdasarkan data
kependudukan yang didapat dari sensus penduduk. Di samping itu dapat pula
dibuat proyeksi penduduk untuk masa-masa mendatang dan juga masa-masa
yang lalu.

4
Demografi murni (pure demography) atau dapat juga disebut dengan demografi
formal (formal demography) hanya mendeskripsikan atau menganalisis
variabel-variabel demografi seperti yang telah dicontohkan di atas, yaitu
hubungan antara naik turunnya tingkat fertilitas dengan struktur demografi di
suatu daerah.
Kajian demografi biasanya diampu oleh ahli-ahli ilmu lain terutama ilmu-ilmu
sosial seperti sosiologi, ekonomi, dan biologi (Yaukey, 1990). Sehubungan
dengan hal tersebut, analisis demografi untuk suatu wilayah sangat tergantung
pada metode analisis ilmu yang mengampunya. Namun demikian demografi
sebagai ilmu yang mempunyai pula metode tersendiri terutama dalam hal
mengukur maupun membuat estimasi variabel demografi baik untuk masa
lampau, sekarang, dan masa mendatang.
2. Alat-alat Demografi
a. Jumlah
Menunjukkan ukuran absolut yang sering digunakan dalam analisis
demografi. Misalnya menurut hasil Sensus Penduduk 2000, penduduk
Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 201.241.999 jiwa dan pada pertengahan
tahun 2004 menurut UN diperkirakan berjumlah 218.7 juta jiwa.
b. Rasio
Menunjukkan perbandingan suatu jumlah terhadap jumlah lainnya atau
merupakan perbandingan dua bilangan (a/b). Rasio dapat dinyatakan daam
persepuluh, perseratus atau perseribu.Misal : rasio jenis kelamin adalah
perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
di suatu daerah pada waktu tertentu.
c. Angka /Tingkat
Jumlah peristiwa atau kejadian dibanding dengan jumlah penduduk yang
menanggung resiko peristiwa tersebut, angka ini merupakan suatu bentuk
khusus dari rasio. Misalnya Angka Kelahiran pada tahun pada tahun 2000
adalah 17,35 kelahiran hidup per 1000 penduduk Indonesia. Angka ini
memberikan gambaran umum tentang keadaan peristiwa demografis
(kelahiran) yang terjadi pada suatu daerah tertentu. Gambaran perkembangan

5
peristiwa demografis dapat diperoleh manakala terdapat minimal dua angka
dari daerah yang sama dengan waktu yang berbeda. Contoh : Angka kelahiran
di Indonesia pada tahun 1980 adalah sebesar 35 per 1000 penduduk. Berarti
angka kelahiran pada tahun 2000 menunjukkan penurunan dibandingkan
tahun 1980. Ada dua jenis angka :
1) Angka Kasaryaitu angka yang dipakai untuk menghitung peristiwa
demografis penduduk total, termasuk penduduk yang tidak menanggung
risiko peristiwa demografis tersebut. Angka kematian kasar, Angka
Kelahiran Kasar dll.
2) Angka Spesifik yaitu angka yang dipakai untuk menghitung peristiwa
demografis yang tidak menanggung risiko peristiwa demografis. Misalnya
Angka Fertilitas menurut Umur dll.
d. Proporsi
Menyatakan perbandingan suatu peristiwa demografis terhadap penduduk
yang menannggung risiko, secara umum merupakan suatu perbandingan antar
dua bilangan, dimana pembilangnya merupakan bagian dari penyebutnya.
e. Konstanta
Konstanta menyatakan bilangan tetap, misalnya 100.000 atau 1.000, dalam
rumus-rumus dilambangkan dengan “k”. Bilangan konstanta ini dibutuhkan
untuk memperjelas makna dari angka, rasio atau proporsi. Dengan demikian
akan mempermudah dalam melakukan analisis demografi.
f. Kohor
Sekelompok orang yang menjalani peristiwa demografi bersama-sama.
Contoh : kohor kelahiran, yaitu sekelompok orang yang lahir dalam tahun
yang sama. Ukuran kohor adalah ukuran untuk menghitung peristiwa
demografi yang terjadi pada kohor tersebut.
g. Ukuran/Periode
Suatu ukuran mengenai peristiwa yang terjadi dari sebagian maupun
keseluruhan penduduk selama satu periode tertentu. Misalnya, angka
Kematian Bayi 1995 –2000.

6
h. Distribusi/Persentase
Seringkali para analis kurang memperhatikan perbedaan antara distribusi
persentase dengan persentase dalam menyajikan tabel. Distribusi persentase
menunjukkan angka-angka persentase yang terdistribusi menurut suatu
variabel tertentu harus terlihat secara jelas dengan jumlah total 100 persen.
Sedangkan tabel persentase hanya menyajikan angka persentase suatu
variabel tertentu meskipun tidak perlu menunjukkan total 100 persennya.
i. Rata-rata
Menunjukkan ukuran pemusatan suatu data numerik dengan skala
pengukuran rasio atau interval. Rata-rata memiliki sifat yang sensitif terhadap
data pencilan atau outlier.
j. Median
Menunjukkan ukuran pemusatan suatu data numerik yang memiliki skala
pengukuran ordinal, rasio atau interval. Median tidak terpengaruh dengan
adanya data pencilan atau outlier, karena median mengacu kepada setengah
banyaknya data berada dibawah nilai median tersebut.
3. Sumber Data Demografi
Tiap-tiap negara ingin memenuhi jumlah penduduk di negara masing-masing,
terutama mengenai struktur dan proses. Untuk mendapatkan data tersebut
dibuatlah suatu sistem pengumpulan data penduduk. Pada umumnya ada tiga
sistem pengumpulan data penduduk, untuk data struktur penduduk di kumpulkan
dengan melaksanakan cacah jiwa atau sensus penduduk yang dilaksanakan pada
waktu tertentu (umumnya tiap sepuluh tahun sekali pada tahun yang berakhiran
angka kosong). Untuk data penduduk yang dinamis (proses penduduk)
dikumpulkan lewat registrasi penduduk dan dilaksanakan pada setiap saat. Data
khusus mengenai karakteristik penduduk misalnya mobilitas tenaga kerja yang
menuju ke luar negri diperoleh dengan melaksanakan survei penduduk oleh
instansi tertentu. Sistem pengumpulan data ini mula-mula dikembangkan di
negara Barat kemudian berkembang di negara lain. Pada uraian selanjutnya
ketiga macam cara pengumpulan data penduduk akan di uraikan.

7
a. Sensus Penduduk
Sensus penduduk atau yang biasanya di sebut juga dnegan cacah jiwa
mungkin mempunyai sejarah setua sejarah peradaban manusia. Ada tanda-
tanda pencacahan penduduk telah dilaksanakan di Babilonia 4000 tahun
sebelum Kristus, begitu pula di Mesir 2500 BC dan di Cina 3000 BC. Pada
abad ke 16 dan 17 beberapa sensus penduduk telah dilaksanakan di Italia,
Spanyol, dan Sisilia. Pada masa itu cacah jiwa dilaksanakan untuk tujuan
militer, pemungutan pajak, dan perluasan kerajaan.
Sensus penduduk dalam artian modern telah dilaksanakan di Quebec pada
tahun 1666, dan di Swedia pada tahun 1749 (Pollard, et.al.i1974). Di negara
Amerika Serikat, sensus penduduk mulai dilaksanakan pada tahun 1790, dan
di Inggris pada tahun 1801. Pelaksanaan sensus penduduk di Inggris diikuti
oleh negri-negri jajahannya. Di Indonesia, Raffles dalam masa
pemerintahannya yang singkat pada tahun 1815 melakukan perhitungan
jumlah penduduk di Jawa dan di India dilaksanakan pada tahun 1881 (Said
Rusli, 1963). Hingga permulaan abad ke 20, sekitar 20 persen dari penduduk
dunia telah dihitung lewat sensus penduduk (Mantra, 1985).
1) Ruang Lingkup Sensus Penduduk
Sensus penduduk merupakan suatu proses keseluruhan dari
pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan penilaian data penduduk yang
menyangkut antara lain; ciri-ciri demografi, sosial ekonomi, dan
lingkungan hidup. Dibandingkan dengan metode penelitian yang lain,
sesnsus penduduk mempunyai ciri-ciri yang khas dalam pelaksanaannya.
Pertama, bersifat individu yang berarti informasi demografi dan sosial
ekonomi yang dikumpulkan bersumber dari individu baik sebagai
anggota rumah tangga maupun sebagai anggota masyarakat. Kedua,
bersifat universal yang berarti pencacahan bersifat menyeluruh. Ketiga,
pencacahan diselenggarakan serentak di seleuruh negara, dan yang
keempat sensus penduduk dilaksanakan secara periodik yaitu pada tiap-
tiap tahun yang berakhiran kosong (0).

8
Agar data hasil sensus dari beberapa negara dapat diperbandingkan,
Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan bahwa informasi
kependudukan minimal yang harus ada dalam tiap-tiap sensus penduduk
adalah sebagai berikut:
a) Geografi dan migrasi penduduk
b) Rumah tangga
c) Kaarkteristik sosial dan demografi
d) Kelahiran dan kematian
e) Karakteristik pendidikan
f) Karakteristik ekonomi

Informasi geografi meliputi lokasi daerah pencacahan, jumlah penduduk


yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Berapa jumlah penduduk de
jure dan berapa jumlah penduduk de facto. Di samping itu dapat pula di
hitung jumlah penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedesaan dan
perkotaan.

Informasi migrasi penduduk dari masing-masing penduduk didapat lewat


pertanyaan-pertanyaan: tempat lahir, lamanya bertempat tinggal di
daerah sekarang, tempat tinggal terakhir sebelum tinggal di daerah
sekarang, dan tempat tinggal beberapa tahun yang lalu (umumnya 5
tahun yang lalu).

Data mengenai rumah tangga pada saat pencacahan, hubungan masing-


masing anggota rumah tangga dengan kepala rumah tangga. Komposisi
anggota rumah tangga dan jenis kelamin kepala rumah tangga.

Informasi nomor tiga, lima, dan enam meliputi komposisi penduduk


menurut variabel tertentu. Misalnya komposisi penduduk menurut umur
dan jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan, aktivitas, dan
pendapatan. Sedangkan infromasi mengenai mortalitas dan fertilitas,
umumnya dinyatakan mengenai jumlah anak yang dilahirkan pada masa
lalu begitu pula jumlah anggota rumah tangga yang meninggal.

9
Pertanyaan yang di gunakan bersifat retrospective (restrospective
question ). Di samping itu juga ditanyakan umur pada waktu kawin
pertama (bagi mereka yang pernah kawin), lamanya usia perkawinan,
jumlah kelahiran, dan kematian bayi 12 bulan sebelum pelaksanaan
sensus penduduk.

Sensus penduduk bertujuan untuk mencacah seluruh penduduk yang ada


di suatu negara, ini berarti pada hari pelaksanaan sensus, petugas sensus
akan datang ke rumah tangga-rumah tangga untuk mencacah seluruh
anggota rumah tangga yang ada. Sehubungan dengan luasnya daerah
pencacahan dan pelaksanaan sensus penduduk hanay satu hari yaitu hari
sensus, maka pertanyaan yang ditanyakan pada sensus lengkap hanya
pertanyaan yang bersifat umum saja yaitu yang menyangkut jumlah
anggota rumah tangga, jenis kelamin, dan umur. Pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat spesifik misalnya yang mneyangkut ketenagakerjaan,
pendidikan, kesehatan masyarakat, migrasi penduduk ditanyakan pada
sensus sampel.

Penduduk yang dicacah meliputi penduduk de jure (penduduk yang


resmi berdomisili di daerah tersebut) dan penduduk de facto (penduduk
yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu tetapi
tidak termasuk penduduk rsmi bagi wilayah yang bersangkutan).
Anggota korps diplomatik dari negara asing tidak ikut dicacah dalam
sensus penduduk karena suatu negara tidak boleh melaksanakan sensus
penduduk di negara lain.

Tabel 3.1

Topik-topik Minimal yang Harus Ditanyakan Pada Sensus


Penduduk

1. Geografi dan Migrasi Penduduk


Tempat tinggal tetap atau tempat tinggal pada saat pencacahan
1.1. Tempat lahir
1.2. Lama tinggal di daerah seberang
1.3. Tempat tinggal beberapa tahun yang lalu

10
2. Rumah tangga
Hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dengan kepala rumah
tangga

3. Karaktersitik sosial dan demografi


3.1. Jenis kelamin
3.2. Umur
3.3. Status perkawinan
3.4. Kewarganegaraan
3.5. Agama
3.6. Bahasa
3.7. Suku (etnik) atau kebangsaan

4. Fertilitas dan mortalitas


4.1. Anak lahir hidup
4.2. Anak masih hidup
4.3. Umur waktu kawin
4.4. Lama kawin
4.5. Jumlah anak lahir hidup 12 bulan sebelum hari sensus
4.6. Jumlah bayi yang meninggal 12 bulan sebelum hari sensus
4.7. Yatim karena kematian ibu

5. Karakteristik pendidikan
5.1. Tingkat pendidikan
5.2. Melek huruf
5.3. School attendance
5.4. Eucational qualifications
6. Karakteristik ekonomi
6.1. Aktivitas ekonomi
6.2. Kedudukan dalam aktivitas
6.3. Industri
6.4. Status pekerja
6.5. Jam kerja
6.6. Pendapatan
6.7. Aktivitas menurut sektor

2) Kesalahan Sensus (Cencus Error)


Walaupun pengumpulan data dalam sensus penduduk dilaksanakan
secara aktif oleh petugas, namun masih juga terdapat beberapa kesalahan.
Yaukey (1990) mengelompokkan kesalahan itu menjadi tiga kelompok,
yaitu; kesalahan cakupan (erroe of coverage), kesalahan isi pelaporan
(error of content), dan kesalahan ketepatan laporan (estiamting error).
Kesalahan cakupan adalah kesalahan di mana tidak seluruh penduduk
tercacah, dan bagi yang tercacah ada sebagian dari mereka tercacah dua
kali. Hal ini biasanya terjadi pada negara-negara yang memiliki tingkat

11
mobilitas penduduk tinggi. Walaupun ada ketentuan bahwa seseorang
yang bukan penduduk menetap di suatu wilayah baru dianggap sebagai
penduduk de facto apabila seseorang dalam jangka waktu tertentu
(uumnya 6 bulan) berada di wilayah tersebut (petugas sensus sering
mendapat kesulitan untuk memonitornya). Disamping itu ada
kemungkinan seseorang dicacah lebih dari satu kali, sebagai misal,
seorang migran dicacah di mana ia di temui oleh petugas sensus, tetapi
ditempat asalnya dia juga dicach oleh petugas sensus di daerah tersebut
karena diperkirakan orang itu akan kembali sebelum batas waktu yang
ditetapkan oleh peraturan sensus penduduk.
Ada beberapa negara yang tidak seluruh wilaayhnya dapat dikunjungi,
dalam situasi seperti ini, digunakan pemotretan dari udara untuk
memperkirakan jumlah penduduknya lewat perhitungan rmah-rumah
yang ada.
Akibat dari kesalahan cakupan di atas, maka sensus penduduk tidak dapat
menyajikan jumlah penduduk yang tepat pada hari sensus penduduk
dilaksanakan. Namun demikian hal itu tidak begitu berarti (significance)
sehingga jumlah penduduk yang dihasilkan dari hasil sensus penduduk
dianggap sudah benar.
Kesalahan isi pelaporan (error of content), meliputi kesalahan pelaporan
dari responden, misalnya kesalahan pelaporan tentang umur. Umumnya
di negara-negara sedang membangun (sedang berkembang) responden
tidak mengetahui umur mereka dengan pasti, dan untuk pencatatan umur
petugas sensus hanya memperkirakan umur mereka. Sering petugas
sensus dilengkapi dengan kalenderumur (age calender) yang
menghubungkan umur responden dengan kejadian-kejadian penting baik
nasional maupun lokal, namun demikian masih tetap dijumpai kesalahan
pelaporan umur.
Ada juga informasi-informasi yang tidak dilaporkan responden secara
jujur. Misalnya seorang ibu ditanyai jumlah anak yang pernah dilahirkan,
dia menjawab tiga walaupu sebenarnya jumlah anak yang pernah

12
dilahirkan empat. Mengapa terjadi demikian, setelah ditelusuri anak yang
keempat meninggal beberapa menit setelah dilahirkan dan ibu itu
menganggap anak tersebut tidak pernah dilahirkan. Banyak lagi hal-hal
yang tidak dilaporkan secara jujur, mungkin karena responden lupa
(memory laps) atau sengaja tidak dilaporkan.
Kesalaha ketepatan pelaporan (estimating error) dapat terjadi karena
kesalahan petugas sensus atau kesalahan responden sendiri. Sebagai
contoh, jenis kelamin responden aalah laki-laki tetapi terdapat informasi
jumlah anak yang dilahirkan tiga orang. Atau responden adalah
perempuan berumur 15 tahun tetapi jumlah anak yang dilahirkan
sepeuluh orang. Hal- hal seperti itu menyulitkan untutk menganalisis
hasil sensus penduduk. Data sensus sebelum dianalisis terlebih dahulu
harus bersih (clean) dari kesalahan-kesalahan. Proses pembersihan data
ini membutuhkan waktu lama.
3) Pelaksanaan Sensus Penduduk di Indonesia
Indonesia telah melaksanakan sensus penduduk sejak sebelum Perang
Dunia II tepatnya sejak tahun 1815. Namun demikian karena belum
banyaknya pengalaman, hanya sensus penduduk tahun 1920 dan 1930
yang organisasi pelaksanaannya sudah cukup baik dan data penduduk
yang dikumpulkan pada tahun 1930 lebih lengkap jika dibandingkan
dengan tahun 1920.
Di Jawa sensus penduduk tahun 1930 dilaksanakan secara de facto,
sedangkan di luar pulau Jawa dilaksanakan secara de jure. Penduduk
dicacah dalam satu hari (7 Oktober 1930) dan hasil pencacahan tersebut
di dapat bahwa pada tahun 1930 jumlah penduduk Indonesia sebesar
60.727.233 jiwa dan pada tahun 1920 berjumlah 34.344.000 jiwa.
Sebenarnya sensus penduduk tahun 1940 telah dipersiapkan oelh
pemerintah Hindia Belanda, namun kegentingan keadaan dunia yang
berakhir dengan Perang Dunia II menggagalkan sensus penduduk
tersebut.

13
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga tahun 2000 di Indonesia telah
lima kali dilaksanakan sensus penduduk yaitu tahun 1961, 1971, 1980,
1990, dan tahun 2000. Sensus penduduk yang dilaksanakan pada tahun
1961 menggunakan dua cara pencacahan, yaitu pertama pendaftaran
rumah tangga yang dilaksanakan tanggal 31 Maret 1961 disusul oleh
pencacahan lengkap yang dilaksanakan tanggal 31 Oktober 1961.
Tanggal 31 Oktober di Indonesia ditetapkan sebagai Hari Sensus.
Sensus penduduk berikutnya direncanakan pada tahun 1970, tetapi
karena kesulitan dalam penyediaan dana da persiapan pelaksanaan,
sensus baru dilaksanakan pada tahun 1971. Sensus penduduk pada tahun
1971 dari segi perencanaan, pelaksanaan lapangan, dan pengolahan data
jauh lebih maju dibandingkan sensus pada tahun 1960.
Sensus penduduk berikutnya dilaksanakan pada tahun 1980, 1990, dan
pelaksanaannya sesuai dengan sensus penduduk tahun 1971 yang
dilaksanakan dalam dua tahap. Pencacahan sensus lengkap dilaksanakan
pada tanggal 20 September hingga 30 Oktober 1980, dan tahap
pencacahan sensus sampel dilaksanakan pada tanggal 6 hingga 31
Oktober 1980. Pada hari sensus diadakan penyesuaian daftar pertanyaan
yang telah diisi karena adanya kelahiran, kematian, penduduk yang
datang dan pergi selama proses pencacahan.
Untuk melengkapi keterangan dan rumah tangga, dalam sensus tahun
1980 dilakukan juga pengumpulan data yang menyangkut Potensi Desa
(PODES). Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 20 September hingga 15
November 1980 (Azwar Rasjid, 1981). Dengan terkumpulnya data Podes
maka terbuka kemungkinan untuk mengamati perkembangan desa ini
dari waktu ke waktu, serta menghubungkannya dengan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam masyarakat ditinjau dari sudut
kependudukan.
Pelaksanaan sensus penduduk tahun 1990 pada prinsipnya tidak jauh
berbeda dengan pelaksanaan sensus sebelumnya. Pencacahan
dilaksanakan dalam dua tahap. Seluruh penduduk dicacah dalam sensus

14
lengkap yang mengumpulkan beberapa keterangan pokok penduduk
sedang sensus sampel mencakup keterangan rinci dari sebagian
penduduk. Pelaksanaan sensus dimulai pada pertengahan bulan
September dan berlangsung hingga 31 Oktober 1990 tengah malam.
Sensus penduduk tahun 2000 hanya dilaksanakan sensus lengkap, Seperti
telah disebutkan di muka, pelaksanaan sensus penduduk tahun 2000
dilaksanakan tanggal 30 Juni 2000. Begitu pula untuk sensus selanjutnya
di mana hari H adalah tanggal 30 juni.
4) Tahap-tahap Pelaksanaan Sensus Penduduk di Indonesia
Agar dapat hasil yang maksimla dari sensus penduduk, jauh sebelum hari
H (30 Juni pada tahun yang berakhiran angka kosong) sudah diadakan
persiapan-persiapan anatara lain sebagai berikut:
a) Badan Pusat Statistik yang diberi mandat untuk melakukan sensus
penduduk oleh Pemerintah Indonesia telah mempersiapkan daftar
pertanyaan yang akan digunakan. Sebagai contoh untuk sensus
penduduk pada tahun 2000 telah disiapkan dua daftar pertanyaan
(kuesioner) yaitu SP 2000 –L.1 dan SP 2000 –L.2. Pertanyaan L..1
untuk pendaftaran Bangunan dan Rumah Tangga antara lain meliputi:
1) pengenalan tempat, 2) rekapitulasi, 3) keterangan petugas, dan 4)
pendaftaran bangunan dan rumah tangga. Untuk pertanyaan L.2
berisi: 1) keterangan anggota rumah tangga, 2) pertanyaan untuk
anggota rumah tangga yang berumur 5 tahun ke atas, dan 3)
pertanyaan untuk perempuan pernah kawin berumur 10 tahun ke atas.
Seperti disebutkan di atas, unit analisis dalam sensus penduduk adalah
rumah tangga beserta anggotanya.
b) Melatih petugas sensus untuk mewawancarai kepala rumah tangga,
dan anggotanya dengan kuesioner yang telah disiapkan.
c) Membagi wilayah-wilayah dalam wilayah pencacahan (Wilcah). Luas
wilayah pencacahan berbeda-beda tergantung pada kemampuan
petugas sensus utnuk melaksanakan tugasnya dalam satu hari, yaitu

15
pada hari H. Satu wilayah pencacahan dapat terdiri dari satu blok
sensus, bisa juga terdiri dari beberapa blok sensus.
d) Wilayah pencacahan dibedakan antara Wilcah pededasaan dan Wilcah
perkotaan.
e) Pencacahan dilaksanakan dengan sistem aktif artinya petugas sensus
aktif mendatangi rumah tangga untuk mendapatkan data demografi,
sosial, ekonomi dari masing-masing rumah tangga dan anggotanya.
Jauh sebelum hari H semua kuesioner harus sudah diisi oleh petugas
sensus penduduk. Pada hari H (30 Juni) semua kuesinioner yang telah
diisi diadakan penyesuaian karena kemungkinan ada kelahiran,
kematian, ada pendatang baru, dan ada anggota rumah tangga yang
pindah ke provinsi lain selama periode pencacahan.
f) Selain melaksanakan pencacahan melalui pendekatan rumah tangga
dan penduduk, seperti pada sensus penduduk sebelumnya pencacahan
melalui pendekatan wilayah (desa/kelurahan) dalam SP2000 juga
dilaksanakan. Pencacahan Potensi Desa (PODES) dilaksanakan
bersamaan dengan pemetaan.
g) Hasil sensus penduduk diolah oleh Badan Pusat Statistik dan sebagian
diterbitkan.
h) Diantara pelaksanaan dua sensus misalnya antara tahun 1980 dan
tahun 1990 diadakan sensus khusus berdasarkan sampel, misalnya:
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Sensus Pertanian, Sensus
Industri, Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), dan lain-lain.
5) Konsep yang Dipergunakan
a) Penduduk yang dicacah
Cara pencacahan yang dipakai dalam sensus penduduk adalah
kombinasi antara de jure dan de facto. Bagi mereka yang bertempat
tinggal tetap dipakai cara de jure, dicacah dimana mereka tinggal
secara resmi. Sedangkan untuk yang tidak bertempat tinggal tetap
dicacah dengan cara de facto, di tempat di mana mereka ditemukan

16
oleh petugas lapangan. Bagi mereka yang mempunyai tempat tinggal
tetap, tetapi sedang bertugas ke luar wilayah lebih dari 6 bulan, tidak
dicacah di tempat tinggalnya. Sebaliknya kalau ada seseorang atau
keluarga menempati suatu bangunan belum mencapai enam bulan
tetapi bermaksud menetap di sana, mereka dicacah di tempat itu.
b) Blok sensus
Blok sensus adalah wilayah kerja bagi pencacah agar beban kerja
setiap pencacah homogen. Selanjutnya blok sensus ini dapat dijadikan
kerangka sampael untuk survei-survei selanjutnya terutama untuk
survei-survei dengan pendekatan rumah tangga. Setiap blok sensus
diperkirakan memuat antara 80-120 rumah tangga sehingga setiap
pencacah dapat ditugasi melakukan pencacahan sebanyak dua atau
tiga blok, terkecuali untuk daerah yang sulit.
c) Klasifikasi daerah perkotaan/pedesaaan
Kriteri yang digunakan untuk menentukan apakah suatu desa
digolongkan perkotaan atau pedesaab sesuai dengan yang dipakai
dalam sensus penduduk 1990 dan 1980. Klasifikasi tersebut
didasarkan pada skor yang dihitung dari kepadatan penduduk,
persentase rumah tangga yang bekerja dibidang pertanian, dan akses
terhadap fasilitas kota seperti sekolah, rumah sakit, jalan aspal, telpon,
dan sebagainya. Namun begitu tetap masih dimungkinkan
membandingkannya dengan kriteria lama, baik untuk tahun 2000
maupun untuk tahun-tahun sebelumnya terutama pada tahun
pelaksanaan sensus yaitu tahun 1980 dan 1990. Untuk lebih dapat
menggambarkan tingkat perkotaan yang lebih konkret, dicoba pula
membagi perkotaan menjadi tiga kelas, yaitu desa perkotaan besar,
desa perkotaan sedang, dan desa perkotaan kecil. Meskipun
pengklasifikasian ini belum menunjukkan “wilayah aglomerasi
perkotaan” tetapi dapat menunjukkan tingkat penyebaran perkotaan.

17
d) Bangunan
Bangunan fisik adalah tempat perlindungan tetap maupun sementara
yang mempunyai dinding, lantai, dan atap, baik digunakan untuk
tempat tinggal atau bukan tempat tinggal. Suatu bangunan bukan
tempat tinggal dianggap sebagai satu bangunan fisik jika luas
lantainya paling sedikit 10 m2. Persyaratan luas fisik ini tidak berlaku
untuk bangunan tempat tinggal. Bangunan sensus adalah sebagian
atau seluruh bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar/masuk
sendiri dan merupakan satu kesatuan penggunaan.
e) Rumah tangga
Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya
tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Yang dimaksud makan
dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola
bersama-sama menjadi satu.
f) Anggota rumah tangga
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat
tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu
pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Anggota rumah
tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah
tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan
pindah dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan
tetapi akan bertempat tinggal 6 bulan atau lebih dianggap sebagai
anggota rumah tangga.
b. Registrasi Penduduk
Komponen penduduk yang dinamis seperti: kelahiran, kematian, mobilitas
penduduk, perkawinan, perceraian, perubahan pekerjaan, yang dapat terjadi
setiap saat tidak dapat terjaring di dalam sensus penduduk. Untuk menjaring
data ini maka diadakan cara pengumpulan data baru yang disebut dengan
registrasi penduduk.

18
Kantor pencacahan registrasi penduduk terbuka pada setiap hari kerja, bahkan
banyak di desa-desa di Indonesia melayani pelaporan registrasi penduduk
selama 24 jam. Setelah kantor desa di tutup pelayanan tersebut dapat
dilaksanakan di rumah pejabat yang bersangkutan.
Registrasi penduduk ini di laksanakan oleh Kantor Pemerintahan Dalam
Negri. Sudah tentu ujung tombak pelaksanaannya adalah Kepala Desa dengan
perabot desa yang lain. Berbeda dengan sensus penduduk yang
pelaksanaannya dengan sistem aktif, registrasi penduduk dilakukan dengan
sistem pasif. Kalau seorang ibu yang baru saja melahirkan maka suaminya
atau salah seorang anggota keluarganya yang lain melaporkan peristiwa-
peristiwa kelahiran itu di kantor Desa, begitu pula untuk peristiwa-peristiwa
yang lain (misalnya kematian) prosedurnya sama saja.
Pelaporan dengan sistem pasif ini menimbulkan beberapa permasalahan,
terutama ketidaklengkapan data pelaporan. Beberapa contoh
ketidaklengkapan pelaporan adalah sebagai berikut:
 Seorang bayi setelah lahir beberapa menit kemudian meninggal dunia.
Seharusnya peristiwa ini dicatatkan sebagai peristiwa kelahiran dan
kematian, tetapi oleh orang tuanya sama sekali tidak dilaporkan.
 Sering peristiwa kelahiran terlambat dilaporkan karena menunggu tali
pusarnya putus, tetapi sebelum kejadian itu bayi tersebut meninggal dunia.
Peristiwa kelahiran dan kematian ini tidak dilaporkan kepada kantor desa.
 Jarak kantor desa yang terlalu jauh dari rumah orang yang melahirkan
sehingga sering peristiwa kelahiran tersebut tidak dilaporkan.
 Seorang perempuanhamil yang karena peristiwa ‘kecelakaan’, kalau
bayinya lahir jangankan dilaporkan ke kantor desa bahkan tetangga pun
tidak diberitahu.

Banyak lagi sebab-sebab yang lain yang dapat menyebabkan peristiwa


kelahiran tidak dilaporkan.

Catatan mengenai kematian lebih lengkap dibandingkan dengan catatan


kelahiran disebabkan hal-hal berikut:

19
 Kematian hanya terjadi sekali seumur hidup, dan peristiwa kematian
melibatkan orang lain. Sedang kelahiran bagi seorang perempuan dapat
terjadi lebih dari satu kali kelahiran dan melibatkan dua orang, suami dan
istri.
 Peristiwa kematian adalah peristiwa duka dan orang lain pasti datang
untuk menyatakan ikut berduka cita dan mempersiapkan upacara
pemakaman janazah.

Penduduk yang boelh mencatatkan peristiwa-peristiwa demografi di atas


adalah penduduk de jure saja. Itulah sebabnya jumlah penduduk di suatu
wilayah yang didapatkan dari hasil sensus penduduk jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk dari hasil registrasi.

1) Sejarah Singkat Registrasi Penduduk


Registrasi penduduk mulai dilaksanakan di beberapa negara di dunia
pada abad ke 16. Pencatatan ini terutama dilakukan oleh gereja-gereja
Kristen di Inggris, dan negara-negara lain di Eropa. Di samping di Inggris
registrasi penduduk juga telah di laksanakan di Finlandia pada tahun
1628, Denmark 1646, Norwegia 1685, dan Swedia 1686. Penerbitan data
registrasi yang teratur dimulai di Inggris pada tahun 1839 di bawah
pimpinan Dr. William Far (Syryock et al, 1971). Di luar Eropa registrasi
penduduk dilaksanakan di Cina, dari sini merambat ke Jepang pada abad
ke 17. Sistem registrasi penduduk ini akhirnya menjalar juga ke negara-
negara Asia dan Afrika, diperkenalkan oelh negara-negara yang
menjajah.
2) Registrasi Penduduk di Indonesia
Sistem registrasi penduduk di Indonesia telah dimulai sejak abad ke 19.
Pada tahun 1815 Raffles melaksanakan pendaftaran penduduk dalam
rangka penetapan sistem pajak tanah. Dia melihat bahwa registrasi desa
adalah salah satu sasaran untuk maksud tersebut. Pada masa
pemerintahannya, kepala-kepala desa diharuskan untuk mencatat semua
orang yang ada di wilayahnya dengan menyebutkan nama, umur,

20
pekerjaan, dan ciri-ciri demografis lainnya. Mereka juga diharuskan
membuat catatan kelahiran, kematian, dan perkawinan.
Setelah Inggris meninggalkan Indonesia, Belanda meneruskan
pelaksanaan registrasi penduduk tersebut, namun perhatian ke arah ini
hingga pertengahan abad ke 19 sangat kurang sehingga hanya sedikit
sekali data hasil registrasi yang diterbitkan.
Menjelang tahun 1850 Gubernur Jendral Merkus menugaskan P.Bleeker
(seorang dokter militer) untuk meninjau semua kesidenan di Jawa
termasuk Yogyakarta dan Surakarta untuk mengecek pelaksanaan hasil
registrasi penduduk tersebut. Hasil kenjungan ini diterbitkan pada tahun
1870.
Setelah tahun 1850 Pemerintah Belanda mulai memberikan perhatian
yang lebih baik terhadap sistem registrasi penduduk. Pada tahun 1851
diterbitkan angka-angka mengenai jumlah penduduk menurut
keresidenan di Jawa dan Madura dan beberapa daerah di luar Jawa. Mulai
tahun 1850 Pemerintah Kolonial Belanda melakukan pencatatan dan
pelaporan penduduk dengan sistem kartu mingguan (Gardiner, 1981).
Pencatatan penduduk yang mereka lakukan masih belum baik dan kalau
data ini dianalisis akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Pada waktu balatentara jepang menduduki Indonesia dari 1942-1945,
sistem registrasi model ini dihapus dan diganti dengan sistem registrasi
vital, yaitu registrasi yang menyangkut kelahiran, kematian, kematian
janin, abortus, perkawinan, dan perceraian (Said Rusli, 1983). Menurut
Battha (1961) sistem registrasi ini memiliki ketepatan yang cukup.
Sangat disayangkan bahwa hasil registrasi ini telah hilang, kecuali untuk
Pulau Kalimantan dan Pulau Lombok.
Setelah Indonesia merdeka, sistem registrasi penduduk diteruskan lagi.
Sistem kartu mingguan yang dulu diterapkan diubah menjadi laporan
mingguan tingkat kecamatan. Tiap minggu kepala-kepala desa
berkumpul di kantor kecamatan menyerahkan data menganai perubahan-

21
perubahan penduduk yang ada selama seminggu di desanya (Gardiner,
1981).
Pencatatan peristiwa-peristiwa penting di Indonesia tidak dilaksanakan
oelh satu Departemen, tetapi oleh beberapa dDepartemen tergantung dari
jenis datanya. Misalnya, peristiwa kelahiran dicatat oelh Departemen
Agama, migrasi penduduk oleh Departemen Kehakiman. Departemen
Kesehatan bertugas mencatat statistik kematian beserta sebab-sebab
kematiannya. Biro pusat statistik menghimpun data tersebut dan
menerbitkannya dalam seri registrasi penduduk. Walaupun data statistik
vital dihimpun oleh beberapa departemen, tetapi di tingkat bawah data
tersebut di catat oleh para lurah desa.
Seperti telah disebutkan di atas, hingga kini data hasil registrasi tersebut
masih mempunyai kelemahan-kelemahan (tidak lengkap dan
reliabilitasnya rendah). Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan penduduk tentang manfaat data tersebut. Banyak dari para
pamong yang ditugaskan untuk mencatat data statistik tersebut belum
mengerti maksud dan kegunaan data registrasi penduduk.
Memperhatikan betapa pentingnya data hasil registrasi tersebut, perlu
dicari cara-cara yang efisien sehingga kelengkapan data yang
dikumpulkan terjamin kesalahan yang minimum. Biro Pusat Statistik
yang bekerja sama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional, Departemen Dalam Negri, dan Departemen Kesehatan,
mensponsori suatu proyek penelitian guna mencari sistem registarsi
penduduk yang dapat diterapkan di seluruh Indonesia. Proyek ini disebut
Proyek Sampel Registrasi Penduduk Indonesia (SRPI).
Pada tahun 2003 diadakan penataan administrasi kependudukan yang
ditugaskan kepada Dirjen Administrasi Kependudukan Departemen
Dalam Negri dengan kegiatan pemberian identitas pada setiap penduduk
dan pelaksanaannya sebagai berikut:
a) Menghimpun biodata penduduk sebagai data basis kependudukan.

22
b) Pembuatan KTP dan KK didasarkan pada data basis yang disimpan di
komputer. Setiap individu punya NIK dan KK ada nomor khusus.
Pemberian NIK diberikan sejak lahir dan berlaku sampai meninggal
dunia dan tidak tergantikan oleh orang lain.
c) Data basis dimutakhirkan dengan registrasi kejadian vital dan
kependudukan (lahir/mati, pindah/datang, kawin/cerai, dan perubahan
lainnya.
d) Pendataan penduduk rentan dan bermasalah dalam administrasi
sebagai upaya khusus.

Perubahan domisili wajib dilaporkan. Proses perpindahan ini diawali


dengan mengurus surat pindah di tempat lama dan diserahkan di tempat
yang baru. Status pindah resmi diterima apabila yang bersangkutan telah
diberi KTP/surat ijin tinggal sementara.

Bagi penduduk yang melakukan mobilitas penduduk non permanen


sebagai misal tenaga kerja dari Jawa Timur yang bekerja di Bali dan tidak
akan menetap di Provinsi Bali diwajibkan untuk minta surat keterangan
kerja sementara di Bali di Kantor Kepala Desa di daerah asal, dan
menyerahkan ke desa tempat mereka bekerja di Bali. Oleh Kepala Desa
di daerah tujuan mereka akan di catat sebagai penduduk sementara, dan
dengan membayar biaya administrasi penduduk sementara sebesar Rp.
50.000-, perorang per tiga bulan mereka masing-masing akan diberi
Kartu Identitas Penduduk Sementara (KIPS).

c. Survei Penduduk
Hasil sensus penduduk dan registrasi penduduk mempunyai batasan. Mereka
hanya menyediakan data statistik kependudukan, dan kurang memberikan
informasi tentang sifat dan perilaku penduduk setempat. Untuk mengatasi
keterbatasan ini, perlu dilaksanakan survei penduduk yang sifatnya lebih
terbatas dan informasi yang dikumpulkan lebih luas dan mendalam. Biasanya
survei penduduk ini dilaksanakan dengan sistem sampel atau dalam bentuk
studi kasus. Sebagai misal, Survei Fasilitas dan Keluarga Berencana di

23
Mojolama Kabupaten Bantul dilaksanakan oleh Lembaga Kependudukan
Universitas Gdjah Mada, dan survei mengenai mobilitas sirkuler oleh Ida
Bagoes Mantra dilaksanakan di Dukuh Piring (Bantul) dan Dukuh Kadirojo
(Sleman).
4. Piramida Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan secar
visual pada sebuh grafik yang disebut Piramida Penduduk. Penggambaran suatu
piramida penduduk dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak
lurus. Garis yang vertikal menggambarkan umur penduduk mulai dari nol lalu
naik. Kenaikan ini dapat tahunan, dapat pula dalam jenjang lima tahunan. Sumbu
horisontal menggambarkan jumlah penduduk tertentu baik secara absolut
maupun relatif (dalam persen). Pemilihan skala perbandingan pada sumbu
horisontal ini sangat tergantung dari jumlah penduduk dalam persentase tertentu
dari jumlah penduduk yang terdapat pada tiap golongan umur di sumbu vertikal.
Pada bagian kiri sumbu vertikal dapat digambarkan jumlah penduduk laki-laki,
dan di bagian kanan digambarkan jumlah penduduk perempuan (Gambar 4).
Piramida penduduk pada Gambar 4 adalah piramida penduduk Desa Batubulan
tahun 1990. Piramida penduduk di desa ini adalah contoh piramida penduduk
suatu desa yang sudah terkena pengaruh aktivitas industri pariwisata.
Kebanyakan penduduk di desa ini bekerja di bidang jasa (tari Barong), perajin,
dan dagang. Banyak migran laki-laki datang ke desa ini, sehingga kelompok
umur 15-44 tahun jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
jumlah penduduk perempuan.

24
Gambar 1
Piramida Penduduk Desa Batubulan Tahun 1990

Sumber: Monografi Desa Batubulan, 1991


Seiring pada tabel komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin terdapat
kelompok penduduk yang tidak diketahui umurnya dan kelompok ini tidak dapat
dimasukkan pada kelompok umur tertentu dan dalam tabel disebut kelompok
“not stated” (NS), sudah tentu penduduk NS ini tidak dapat digambarkan dalam
piramida penduduk. Jika jumlah penduduk yang tergolong kategori ini sedikit
dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk, maka kelompok penduduk ini
dapat disebarkan ke kelompok-kelompok umur yang lain dengan menggunakan
teknik “pro-rating”.
Pro-rating dikerjakan dengan dua cara:
a. Mengalikan masing-masing kelompok penduduk menurut umur dengan
faktor pengali k yang dapat dicari dengan rumus:
Jumlah seluruh penduduk
𝑘=
Jumlah seluruh penduduk − NS
b. Jumlah penduduk kelompok umur tertentu ditambah dengan hasil perkalian
proporsi penduduk kelompok umur di atas dengan jumlah seluruh penduduk
dengan jumlah penduduk NS.
Untuk lebih jelasnya lihat contoh Tabel 4.1.

25
Tabel 4.1
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Di Wilayah Tertentu, dan Pada Tahun Tertentu Sebelum dan Sesudah
Dilaksanakan Pro-rating (x 1000)
Umur Sebelum Pro- Setelah Pro-Rating
Rating
0-4 8.462 8.473
5-9 7.684 7.694
10-14 4.319 4.324
15-19 3.834 3.843
25-34 7.334 7.343
35-44 5.720 5.727
45-54 3.559 3.563
55-64 1.898 1.900
65-74 796 797
75+ 376 378
Tak terjawab 60 -
(Not Stated)
Jumlah 44.042 44.042

Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, karakteristik


penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Ekspansif, jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda.
Tipe ini biasanya terdapat pada negara-negara yang mempunyai angka
kelahiran dan kematian tinggi. Tipe ini terdapat pada negara-negara yang
tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya tingkat
kelahiran dan sudai mulainya menurunnya tingkat kematian. Negara-negara
yang termasuk tipe ini adalah: Indonesia, Malaysia, Philipina, India dan Costa
Rica.

26
b. Stasioner, jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama,
kecuali pada kelompok umur tertentu. Tipe ini terdapat pada negara-negara
yang mempunyai tingkat kelahiran dan kematian rendah, misalnya pada
negara-negara Eropa, misalnya Jerman (Gambar 2).
Gambar 2
Piramida Penduduk Negara-Negara Swedia, India, Costa Rica, dan
Jerman Barat

Sumber : U.S. Bureau of the Census and U.N. Population Devision

Perkembangan struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin untuk


Singapura menarik untuk dijadikan model. Pada tahun 1957 dasar piramida
penduduknya lebar, ini berarti angka kelahiran tinggi dan angka kematian mulai
menurun, angka pertumbuhan penduduk alami tinggi, strukutur penduduk pada
waktu itu muda dan karakteristik penduduknya ekspansif (Gambar 3.a).

27
Pada waktu 1980 hingga tahun 2000 angka kelahiran mulai menurun dan angka
kematian juga menurun sehingga tingkat pertumbuhan penduduk alami sudah
menurun dan dasar piramida penduduk mengecil di bawah dan di tengah
membengkak. Struktur penduduk mengalami transisi dari muda ke tua, dan
karakteristik penduduknya konstruktif (Gambar 3.b dan 3.c).

Akhirnya berdasarkan proyeksi, penduduk tahun 2030 karakteristik penduduk


Singapura stasioner. Jumlah penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama,
kecuali pada kelompok umur tua (lansia). (Gambar 3.d).

Gambar 3

Piramida Penduduk Tahun 1957 dan 1980 untuk Singapura dan


Proyeksinnya untuk Tahun 2000 dan 2030

Gambar adalah piramida penduduk Indonesia hasil sensus penduduk Indonesia


tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990. Bentuk piramida penduduk tersebut
dipengaruhi oleh keadaan sosial-ekonomi, dan politik yang berlaku di Indonesia
antara tahun 1961 hingga tahun 1990. Namun demikian seperti disebutkan di
muka, keadaan di atas tidak langsung berpengaruh pada struktur penduduk

28
menurut umur tetapi melalui variabel antara lain seperti kelahiran, kematian, dan
migrasi penduduk. Yang menarik unutk disimak adalah piramida penduduk
tahun 1961 (gambar 6a). Paada umur 0-9 tahun jumlah penduduknya tinggi. Hal
ini disebabkan karena mulai tahun 1950 Indonesia dalam keadaan aman
(penyerahan kedaulatan dari negeri Belanda ke Republik Indonesia Serikat).
Pada periode 1950-1961 angka kelahiran tinggi dan angka kematian sudah mulai
menurun sehingga pertumbuhan penduduk tinggi. Penduduk yang berumur 10
tahun ke atas pada tahun 1961 jumlahnya kecil terutama kelompok laki-laki.
Mereka mengalami perang kemerdekaan dan keadaan ekonomi yang morat-
marit sehingga banyak dari mereka yang meninggal.

Turunnya tingkat kematian, terutama pada umur-umur muda dalam keadaan


fertilitas yang tetap tinggi, menyebabkan struktur umur penduduk di Indonesia
muda. Hal ini terlihat dari lebarnya dasar piramida penduduk. Negara-negara
yang terlibat dalam peperangan seperti Jepang, Jerman, Italia pada Perang Dunia
II, mortalitasnya tinggi pada kelompok penduduk usia dewasa, dan hal ini jelas
terlihat menciutnya piramida penduduk negara bersangkutan pada kelompok
umur dewasa, terutama pada jenis kelamin laki-laki.

Gambar 4

Piramida Penduduk Indonesia Tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990

Sumber: BPS, 1991

29
Turunnya tingkat fertilitas di suatu negara pengaruhnya lebih besar pada bentuk
dasar piramida penduduk negara tersebut. Misalnya, Indonesia pada periode
1971-1980 terjadi penurunan tingkat fertilitas penduduk yang antara lain karena
keberhasilan program Keluarga Berencana yang dicanangkan oleh Pemerintah
sejak PELITA I. Hal ini jelas terlihat pada dasar piramida penduduk di mana
kelompok umur 0-4 tahun lebih kecil dari kelomppok umur 5-9 tahun (gambar
3). Pada bagian tengah piramida tersebut masih menggembung karena
pertumbuhan penduduk yang lahir sebelum terjadinya penurunan frertilitas
tersebut.

Migrasi penduduk akan mempengaruhi piramida penduduk pada kelompok


umur dewasa. Namun demikian, banyak dari negara-negara di mana
pertumbuhan penduduknya tidak dipengaruhi oleh faktor migrasi. Sebagai
contoh, negara Indonesia pertumbuhan penduduknya (secara nasional) hanya
dipengaruhi oleh faktor kelahiran dan faktor kematian. Faktor migrasi
pengaruhnya kecil sekali karena tidak banyak warga negara Indonesia bertempat
tinggal di luar negri, begitu pula warga negara asing yang berdomisili di
Indonesia. Pengaruh komponen migrasi di Indonesia terjadi pada propinsi-
propinsi Sumatra Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak dari penduduknya
yang migrasi ke luar propinsi bersangkutan, sedangkan untuk propinsi Lampung,
DKI Jakarta, Kalimantan Timur, banyak terdapat migran yang masuk. Bagi
daerah pemukiman yang baru dibuka, piramida penduduknya berbentuk
istimewa, yaitu dasarnya sempit, bagian puncak kosong dan jumlah penduduk
perempuannya sedikit.

5. Penggunaan Data Demografi Untuk Penelitian


Ilmu demografi digunakan oleh para ahli umumnya terdiri dari empat tujuan
pokok, yaitu:
a. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
b. Menjelaskan pertumbuhan penduduk masa lampau, penurunannya dan
persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.

30
c. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
d. Mencoba meramalkan pertumbuhan pendukuduk di masa yang akan datang
dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.

Pada akhirnya, keempat tujuan pokok tersebut akan bermanfaat untuk:


a. Perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan pendidikan,
perpajakan, kemiliteran, kesejahteraan sosial, perumahan, pertanian dan lain-
lain yang dilakukan pemerintah menjadi lebih tepat sasaran
jika mempertimbangkan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang
akan datang.
b. Evaluasi kinerja pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dengan
melihat perubahan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang lalu
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
c. Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan hidup rata-
rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup
sesorang di negara yang bersangkutan
d. Melihat seberapa cepat perkembangan perekonomian yang dilihat dari
ketersediaan lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang ada di sektor
pertanian, industri dan jasa.

31
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kata demografi berasal dari bahasa Yunani demos yang berarti adalah rakyat
atau penduduk dan grafein adalah menulis. Jadi demografi adalah tulisan atau
karangan mengenai penduduk. Istilah ini pertama kali dipakai oleh Achile
Guilard.
Demografi mempelajari tentang suatu struktur dan proses penduduk disuatu
wilayah. Untuk mendapatkan data jumlah penduduk suatu negara atau daerah
dibuatlah sistem pengumpulan data penduduk, yaitu sensus penduduk atau cacah
jiwa digunakan untuk struktur penduduk dan dilaksanakan pada waktu tertentu.
Registrasi penduduk digunakan untuk data penduduk yang dinamis dan
dilaksanakan setiap saat dan survei penduduk digunakan untuk data khusus
mengenai karakteristik penduduk dan dilaksanakan oleh instansi tertentu.
2. Saran
Dalam ilmu kependudukan juga menjelaskan tentang registrasi penduduk dan
adanya survei yang mana registrasi penduduk adalah proses pencatatan
penduduk yang dilakukan secara mandiri oleh warga ketika terjadi perubahan-
perubahan jumlah penduduk.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ali, 2001. Dasar-dasar Demografi. Raflesia Press: Depok

Mantra, Ida Bagoes. 2008. Demografi Umum. Pustaka Pelajar: Jakarta

33

Anda mungkin juga menyukai