Anda di halaman 1dari 22

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal.

609-630

Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah

Mohamad Hilal Nu’man


Program Studi Magister Kenotariatan
Pascasarjana Universitas Islam Bandung
e-mail: hilal_camp@yahoo.com

Abstrak- Saat ini, ada beberapa pembahasan tentang peluang pengembangan lembaga
pembiayaan syariah di Indonesia. Studi ini berfokus pada konsep rahn yang telah
dikembangkan dalam penyediaan Rahn Tasjily dan tantangan pengembangannya.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dan menyimpulkan bahwa Lembaga
Pembiayaan Syariah telah mengembangkan konsep Rahn. Merujuk pada ketentuan dalam
fiqh yang dihasilkan oleh ijtihad para ulama, pelaksanaan akad rahn harus mengambil
tahap berikut: tahap pra akad, tahap akad rahn, dan tahap pasca akad rahn berupa
berakhirnya akad rahn.

Kata kunci: Lembaga Pembiayaan Syariah, Rahn Tasjily, Akad Rahn.

Abstract- Recently, ther are some discussion on the development opportunities of sharia
financing institutions in Indonesia. This Study focuses on the concept of rahn which has
developed in the provision of Rahn Tasjily and its development challenges. This study
uses normative juridical method and concluded that Sharia Fonancing Institution have
been developed the concept of Rahn. Refer to the provisions in fiqh which are resulted by
ijtihad of the scholars, the implementation rahn contract should take the following stage:
the pre-contrac stage, the stage of the contract rahn, and post-rahn stage of the end of the
contract rahn.

Keywords: Syariah Financing Institution, Rahn Tasjily, Rahn Contract.

A. PENDAHULUAN tentang Perbankan Syariah


Pengembangan sebuah merupakan bukti pengakuan
sistem perbankan berbasis Islam pemerintah bahwa pengaturan
secara politis di Indonesia akhirnya mengenai perbankan syariah yang
diakui sebagai bagian dari upaya selama ini ada belum secara
tujuan pembangunan nasional spesifik, sehingga perlu
yaitu untuk mencapai terciptanya dirumuskan perundangan
masyarakat adil dan makmur perbankan syariah secara khusus.
berdasarkan demokrasi ekonomi Sejumlah perundangan memang
(Abdul Ghopur Anshori, telah disusun sebelumnya, yaitu
2009:7). Lahirnya Undang- Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Undang Nomor 21 Tahun 2008 1992 tentang Perbankan

ISSN: 2620-9098 609


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

sebagaimana telah diubah dengan yang tidak Islami, yang hal


Undang-Undang Nomor 10 Tahun tersebut tidak diatur dalam bank
1998. Undang-Undang Nomor 7 konvensional.
Tahun 1992 merupakan landasan Di Indonesia pelopor
bagi operasionalisasi perbankan perbankan syariah adalah Bank
syariah yang saat itu dianggap Muamalat Indonesia. Berdiri tahun
sebagai bank dengan sistem bagi 1991, bank ini diprakarsai oleh
hasil (profit and loss sharing) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
belum secara spesifik sebagai dan pemerintah serta dukungan
perbankan dengan nilai-nilai dari Ikatan Cendekiawan Muslim
syariah sebagai basis Indonesia (ICMI) dan beberapa
operasionalnya (Yuli pengusaha muslim. Bank ini
Andriansyah, 2009:182). sempat terimbas oleh krisis
Bank Syariah (Bank Islam) moneter pada akhir tahun 90-an
merupakan lembaga perbankan sehingga ekuitasnya hanya tersisa
yang menggunakan sistem dan sepertiga dari modal awal. IDB
operasi berdasarkan prinsip-prinsip kemudian memberikan suntikan
hukum atau syariah Islam, seperti dana kepada bank ini dan pada
diatur dalam Al-Qurʹan dan Al- periode 1999-2002 dapat bangkit
Hadist. Perbankan Syariah dan menghasilkan laba. Saat ini
merupakan suatu sistem perbankan keberadaan bank syariah di
yang dikembangkan berdasarkan Indonesia telah di atur dalam
sistem syariah (hukum Islam). undang-undang yaitu Undang-
Usaha pembentukkan sistem Undang Nomor 10 Tahun 1998
ini berangkat dari larangan islam tentang Perubahan Undang-
untuk memungut dan meminjam Undang Nomor 7 tahun 1992
bedasarkan bunga yang termasuk tentang Perbankan.
dalam riba dan investasi untuk Adanya Perbankan syariah di
usaha yang dikategorikan haram, Indonesia bertujuan untuk
misalnya dalam makanan, mewadahi penduduk di Negara
minuman, dan usaha-usaha lain

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 610


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

Indonesia yang hampir seluruh komersil, tetapi harus sudah


penduduknya beragama Islam. sampai kepada lembaga keuangan
Dengan adanya bank tersebut yang sesuai dengan prinsip Islam
diharapkan tidak adanya kerancuan adalah terbebas dari unsur riba.
dalam proses muamalah bagi para Kontrak keuangan yang dapat
pemeluk agama islam, sehingga dikembangkan dan dapat
mereka terjaga dari keharaman menggantikan sistem riba adalah
akibat tidak adanya suatu wadah mekanisme syirkah yaitu:
yang melayani mereka dalam Musyarakah dan Murabahah (bagi
bidang muamalah yang bersifat hasil).
islami. Namun realitas yang ada, Lembaga pembiayaan
dari 80% penduduk Indonesia yang merupakan salah satu sarana dalam
beragama Islam tidak lebih dari pemberian fasilitas dari penyedia
10% di antara mereka yang dana untuk memenuhi kebutuhan
bertransaksi secara syar’i lebih- pihak-pihak yang merupakan
lebih dalam hal perbankan. defisit unit. Yang menurut sifat
Sampai saat ini perbankan nya dapat dibagi menjadi 2 (dua)
syariah di Indonesia belum mampu hal, (Muhammad Syafii Antonio,
menunjukan eksistensinya, banyak 2001:160) yaitu sebagai berikut:
masyarakat yang tidak menaruh 1. Pembiayaan Produktif, yaitu
kepercayaan terhadap perbankkan pembiayaan yang ditujukan
syariah. Selain membahas untuk memenuhi kebutuhan
mengenai perbankan, konsep produksi dalam arti luas, yaitu
syariah juga membahas mengenai untuk meningkatkan usaha, baik
lembaga pembiayan dengan usaha produksi, perdagangan,
menggunakan prinsip syariah. maupun investasi.
Dimana sistem keuangan islam 2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu
yang merupakan bagian dari pembiayaan yang digunakan
konsep yang lebih luas tentang untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi islam. Sistem keuangan konsumsi, yang akan habis
Islam bukan sekedar transaksi

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 611


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

digunakan untuk memenuhi dengan mudharabah (trust


kebutuhan. financing).
Menurut keperluannya, 2. Pembiayaan Investasi, yaitu
pembiayaan produktif dapat dibagi untuk memenuhi kebutuhan
menjadi 2 (dua) hal berikut barang-barang modal (capital
(Muhammad Syafii Antonio, goods). Pembiayaan ini
2001:160-167): diberikan kepada nasabah untuk
1. Pembiayaan Modal Kerja, yaitu keperluan investasi, yaitu
pembiayaan untuk memenuhi keperluan penambahan modal
kebutuhan perdagangan dan guna mengadakan rehabilitasi,
peningkatan produksi, baik perluasan usaha, ataupun
jumlah hasil produksi, maupun pendirian proyek baru. Bank
peningkatan kualitas atas mutu syari’ah menggunakan skema
hasil produksi. Oleh karena itu, musyarakah mutanaqhisah.
pembiayaan modal kerja Dalam hal ini lembaga
merupakan salah satu pembiayaan dengan prinsip
kombinasi dari pembiayaan penyertaan, dan secara bertahap
likuiditas, pembiayaan piutang melepaskan penyertaannya dan
dan pembiayaan persediaan. pemilik perusahaan akan
Lembaga pembiayaan syariah mengambil alih kembali baik
dapat memenuhi seluruh dengan menggunakan surplus
kebutuhan modal kerja tersebut cash flow yang tercipta maupun
bukan dengan meminjamkan dengan menambah modal.
uang, melainkan dengan Dalam konsep pembiayaan
menjalin hubungan partnership syari’ah dalam artian perusahaan
dengan nasabah dimana kredit, pada saat ini sudah banyak
lembaga pembiayaan bertindak menerapkan dengan menggunakan
sebagai penyandang dana sistem syari’ah. Prinsip syari’ah
(shahibul mal), sedangkan yang diterapkan dapat memberikan
nasabah sebagai pengusaha kemudahan sebagian besar
(mudharib) atau biasa disebut

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 612


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

masyarakat dalam memenuhi antaradin, dan keadilan


kebutuhan mereka. sebagaimana yang diajarkan dalam
Berdasarkan pada latar Islam.
belakang yang telah dipaparkan di Undang-Undang Dasar
atas maka penulis, dapat membuat (UUD) Tahun 1945 dalam ilmu
identifikasi masalah dalam hukum disebut sebagai sumber dari
pembahasan ini yaitu apa yang segala sumber hukum. UUD
dimaksud dengan Rahn dan Rahn Tahun 1945 menempati posisi
Tasjily? dan bagaimana teratas dalam heirarki perundang-
implementasi Akad Rahn Tasjily undangan sebagaimana yang
dalam lembaga pembiayaan tedapat pada pasal 7 ayat (1)
syari’ah untuk memberikan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
kepastian dan perlindungan hukum 2004 tentang Pembentukan
bagi nasabah? Peraturan Perundang-Undangan di
atas. Peletakan UUD 1945 pada
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
posisi ini disebabkan
1. Rahn dan Rahn Tasjily
kedudukannya yang urgen bagi
a. Pengertian Rahn (Gadai)
negara, yaitu sebagai salah satu
Bank syariah dan Bank
syarat terbentuknya sebuah negara.
Pembiayaan Masyarakat yang
Menurut Hans Kalsen Undang-
menjalankan usahanya berdasar
Undang Dasar dikategorikan
pada prinsip ekonomi Islam (fiqh
sebagai Grundnormen (Ishaq,
muamalah) memiliki kesempatan
2008:100) atau norma dasar yang
yang luas dalam mengembangkan
menjadi payung bagi peraturan-
usahanya dengan adanya
peraturan yang berada
perlindungan dari negara, sebab
dibawahnya. Aturan dasar pada
usaha ini dapat dikatagorikan
ranah perekonomian terdapat
dalam praktik peribadatan umat
dalam Pasal 33 UUD Tahun 1945
Islam pada bidang ekonomi. Usaha
yang berbunyi:
yang mengedepankan prinsip
(1) Perekonomian disusun sebagai
tolong menolong, kejujuran, usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 613


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

(2) Cabang-cabang produksi yang sebagian utang dapat di terima.


penting bagi negara dan yang
Dalam hukum adat gadai di artikan
menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara. sebagai menyerahkan tanah untuk
(3) Bumi dan air dan kekayaan
menerima sejumlah uang secara
alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh tunai, dengan ketentuan si penjual
Negara dan dipergunakan
(penggadai) tetap berhak atas
untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. pengembalian tanahnya dengan
(4) Perekonomian nasional
jalan menebusnya kembali (Dadan
diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan Muttaqien, 2009:106-107).
prinsip kebersamaan, efisiensi
Al-Rahn adalah menahan salah
berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, satu harta milik si peminjam atas
kemandirian, serta dengan
pinjaman yang diterimanya. Barang
menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan yang di tahan tersebut memiliki nilai
ekonomi nasional.
ekonomis. Dengan demikian pihak
Gadai atau al-Rahn (‫)الرهن‬ yang menahan memperoleh jaminan
secara bahasa dapat diartikan untuk dapat mengambil kembali
sebagai (al stubut, al habs) yaitu seluruh atau sebagian piutangnya.
penetapan dan penahanan (Sayyid Secara sederhana dapat dijelaskan
Shabiq, 1990:123). Menurut bahwa Rahn adalah semacam jaminan
istilah hukum positif di Indonesia hutang atau gadai. Pemilik barang
Rahn adalah apa yang disebut gadai disebut rahin dan orang yang
barang jaminan, agunan, mengutangkan yaitu orang yang
rungguhan, cagar atau cagaran, dan mengambil barang tersebut serta
tanggungan. menahannya disebut murtahin,
Azhar Basyir memaknai sedangkan barang yang di gadaikan
Rahn (gadai) sebagai perbuatan disebut Rahn.
menjadikan suatu benda yang b. Dasar Hukum Rahn
bernilai menurut pandangan syara’ Akad Rahn diperbolehkan oleh
sebagai tanggungan uang, dimana syara’ dengan berbagai dalil Al-
adanya benda yang menjadi Qur’an ataupun Hadits nabi SAW.
tanggungan itu di seluruh atau Begitu juga dalam ijma’ ulama’.

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 614


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

Diantaranya firman Allah dalam Q.S. adalah ketentuan (peraturan,


Al-Baqarah; 283 yang artinya: “Jika petunjuk) yang harus dipindahkan
kamu dalam perjalanan (dan dan dilakukan. Gadai atau
bermuamalah secara tidak tunai) pinjaman dengan jaminan benda
sedangkan kamu tidak memperoleh memiliki beberapa rukun, antara
seorang penulis, maka hendaklah ada lain:
barang tanggungan yang dipegang 1) Akad dan ijab Kabul
(oleh piutang). Akan tetapi jika 2) Aqid, yaitu yang menggadaikan
sebagian kamu mempercayai dan yang menerima gadai
sebagian yang lain, maka hendaklah (Sayyid Sabiq, 2001 : 162).
yang dipercayai itu menunaikan 3) Barang yang dijadikan jaminan
amanatnya (hutangnya) dan (borg), syarat pada benda yang
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dijadikan jaminan ialah keadaan
Tuhannya” (Depag RI, 1974:49). barang itu tidak rusak sebelum
Diriwayatkan oleh Ahmad, janji utang harus dibayar.
Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah dari Dan untuk memberikan
Anas r.a berkata: Rasullulah SAW, jaminan pembayaran kembali
telah merungguhkan baju besi beliau kepada bank dalam memberikan
kepada seorang Yahudi di Madina, pembiayaan, barang yang
sewaktu beliau menghutang syair digadaikan wajib memenuhi
(gandum) dari orang Yahudi itu untuk kriteria, (Neni Sri Imaniyati,
keluarga itu untuk keluarga beliau". Panji Adam Agus Putra, 2016:
(HR. Ahmad, Bukhari, Nasai, dan 65) sebagai berikut:
Ibnu Majah). 1) Milik nasabah sendiri.
c. Rukun dan Syarat Rahn 2) Jelas ukuran, sifat, dan nilainya
Dalam melaksanakan suatu ditentukan berdasarkan nilai riil
perikatan terdapat rukun dan syarat pasar; dan
gadai yang harus dipenuhi. Secara 3) Dapat dikuasai, namun tidak
bahasa rukun adalah yang harus boleh dimanfaatkan oleh bank
dipenuhi untuk sahnya suatu atau lembaga pembiayaan.
pekerjaan. Sedangkan syarat

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 615


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

d. Syarat Rahn antara lain tersebut sudah merupakan


(Ahmad Sarwat, 2002 : 92): perjanjian yang mengandung
1) Rahin dan Murtahin, tentang unsur riba, sedangkan perbuatan
pemberi dan penerima gadai riba ini bertentangan dengan
disyaratkan keduanya ketentuan syari'at Islam.
merupakan orang yang cakap e. Ketentuan Umum Pelaksanaan
untuk melakukan sesuatu Rahn dalam Islam
perbuatan hukum sesuai dengan Beberapa hal yang perlu
ketentuan syari'at Islam yaitu diperhatikan dalam pelaksanaan
berakal dan baligh. ar-Rahn antara lain:
2) Sighat, ulama Hanafiyah 1) Kedudukan Barang Gadai,
berpendapat bahwa sighat selama ada di tangan pemegang
dalam Rahn tidak boleh gadai, maka kedudukan barang
memakai syarat atau dikaitkan gadai hanya merupakan suatu
dengan sesuatu. Hal ini karena amanat yang dipercayakan
sebab Rahn jual beli, jika kepadanya oleh pihak
memakai syarat tertentu, syarat penggadai.
tersebut batal dan Rahn tetap 2) Pemanfaatan Barang Gadai,
sah. pada dasarnya barang gadai
3) Marhun bih (utang), tidak boleh diambil manfaatnya
menyangkut adanya utang, baik oleh pemiliknya maupun
bahwa utang tersebut oleh penerima gadai. Hal ini
disyaratkan merupakan utang disebabkan status barang
yang tetap, dengan kata lain tersebut hanya sebagai jaminan
utang tersebut bukan utang dan sebagai amanat bagi
merupakan utang yang penerimanya. Apabila mendapat
bertambah-tambah atau utang izin dari masing-masing pihak
yang mempunyai bunga, sebab yang bersangkutan, maka
seandainya utang tersebut barang tersebut boleh
merupakan utang yang dimanfaatkan. Oleh karena itu
berbunga maka perjanjian agar di dalam perjanjian gadai

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 616


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

itu tercantum ketentuan jika miliknya. Sedangkan para


penggadai atau penerima gadai ulama’ Hanafiyah berpendapat
meminta izin untuk lain, biaya yang diperlukan
memanfaatkan barang gadai, untuk menyimpan dan
maka hasilnya menjadi milik memelihara keselamatan barang
bersama. Ketentuan ini gadai menjadi tanggungan
dimaksudkan untuk penerima gadai dalam
menghindari harta benda tidak kedudukanya sebagai orang
berfungsi atau mubazir. yang menerima amanat.
3) Resiko Atas Kerusakan Barang 5) Kategori Barang Gadai, jenis
Gadai, ada beberapa pendapat barang yang biasa digadaikan
mengenai kerusakan barang sebagai jaminan adalah semua
gadai yang di sebabkan tanpa barang bergerak dan tak
kesengajaan murtahin. Ulama bergerak yang memenuhi syarat
mazhab Syafi’i dan Hambali sebagai berikut:
berpendapat bahwa murtahin a) Benda bernilai menurut
(penerima gadai) tidak hukum syara’
menanggung resiko sebesar b) Benda berwujud pada waktu
harga barang yang minimum. perjanjian terjadi
Penghitungan di mulai pada c) Benda diserahkan seketika
saat diserahkannya barang gadai kepada murtahin
kepada murtahin sampai hari 6) Pembayaran atau Pelunasan
rusak atau hilang. Utang Gadai, apabila sampai
4) Pemeliharaan Barang Gadai, pada waktu yang sudah di
para ulama’ Syafi’iyah dan tentukan, rahin belum juga
Hanabilah berpendapat bahwa membayar kembali utangnya,
biaya pemeliharaan barang maka rahin dapat dipaksa oleh
gadai menjadi tanggungan marhun untuk menjual barang
penggadai dengan alasan bahwa gadaianya dan kemudian
barang tersebut berasal dari digunakan untuk melunasi
penggadai dan tetap merupakan hutangnya.

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 617


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

7) Prosedur Pelelangan Gadai., kita yang kesulitan dana


jumhur ulama berpendapat terutama didaerah-daerah.
bahwa orang yang g. Risiko Rahn
menggadaikan tidak boleh Adapun resiko yang
menjual atau menghibahkan mungkin terdapat pada Rahn
barang gadai, sedangkan bagi apabila diterapkan sebagai produk
penerima gadai dibolehkan adalah:
menjual barang tersebut dengan 1) Resiko tak terbayarnya hutang
syarat pada saat jatuh tempo nasabah (wanprestasi)
pihak penggadai tidak dapat 2) Resiko penurunan nilai aset
melunasi kewajibanya. yang ditahan atau rusak.
f. Manfaat Rahn h. Jenis Rahn
Manfaat yang dapat di ambil Dalam prinsip syariah, gadai
oleh bank dari prinsip ar-Rahn dikenal dengan istilah Rahn. Rahn
adalah: yang diatur menurut Prinsip
1) Menjaga kemungkinan nasabah Syariah, dibedakan atas 2 macam,
untuk lalai atau bermain-main yaitu:
dengan fasilitas pembiayaan 1) Rahn ‘Iqar/Rasmi (Rahn
yang diberikan. Takmini/Rahn Tasjily),
2) Memberikan keamanan bagi merupakan bentuk gadai,
segenap penabung dan dimana barang yang digadaikan
pemegang deposito bahwa hanya dipindahkan
dananya tidak akan hilang kepemilikannya, namun
begitu saja. Jika nasabah barangnya sendiri masih tetap
peminjam ingkar janji, ada dikuasai dan dipergunakan oleh
suatu asset atau barang pemberi gadai.
(marhun) yang dipegang oleh 2) Rahn Hiyazi, bentuk Rahn
bank. Hiyazi inilah yang sangat mirip
3) Jika Rahn diterapkan dalam dengan konsep Gadai baik
mekanisme pegadaian, maka dalam hukum adat maupun
akan sangat membantu saudara dalam hukum positif. Jadi

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 618


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

berbeda dengan Rahn ‘Iqar bermotor. Rahn dalam Bank


yang hanya menyerahkan hak syariah juga biasanya diberikan
kepemilikan atas barang, maka sebagai jaminan atas Qardh atau
pada Rahn Hiyazi tersebut, pembiayaan yang diberikan oleh
barangnya pun dikuasai oleh Bank Syariah kepada Nasabah.
Kreditur. Rahn juga dapat diperuntukkan
Jika dilihat dalam contoh bagi pembiayaan yang bersifat
pada point 1 di atas, jika akad yang konsumtif seperti pembayaran
digunakan adalah Rahn Hiyazi, uang sekolah, modal usaha dalam
maka Mobil milik Tenriagi jangka pendek, untuk biaya pulang
tersebut diserahkan kepada Elda kampung pada waktu lebaran dan
sebagai jaminan pelunasan lain sebagainya. Jangka waktu
hutangnya. Dalam hal hutang yang pendek (biasanya 2 bulan)
Tenriagi kepada Elda sudah lunas, dan dapat diperpanjang atas
maka Tenriagi bisa mengambil permintaan nasabah.
kembali mobil tersebut. 2. RAHN TASJILY
Sebagaimana halnya dengan gadai a. Pengertian Rahn Tasjily
berdasarkan hukum positif, barang Rahn Tasjily adalah jaminan
yang digadaikan bisa berbagai dalam bentuk barang atas utang
macam jenisnya, baik bergerak tetapi barang jaminan tersebut
maupun tidak bergerak. (marhun) tetap berada dalam
Dalam hal yang digadaikan penguasaan (pemanfaatan) Rahin
berupa benda yang dapat diambil dan bukti kepemilikannya
manfaatnya, maka penerima gadai diserahkan kepada murtahin.
dapat mengambil manfaat tersebut Pinjaman dengan
dengan menanggung biaya menggadaikan barang sebagai
perawatan dan pemeliharaannya. jaminan utang dalam bentuk Rahn
Dalam praktik, yang Tasjily dibolehkan dengan
biasanya diserahkan secara Rahn ketentuan sebagai berikut:
adalah benda-benda bergerak,
khususnya emas dan kendaraan

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 619


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

1) Rahin menyerahkan bukti tidak boleh dikaitkan dengan


kepemilikan barang kepada jumlah pinjaman yang
murtahin; diberikan;
2) Penyimpanan barang jaminan 7) Besaran biaya didasarkan pada
dalam bentuk bukti sah pengeluaran yang riil dan beban
kepemilikan atau sertifikat lainnya berdasarkan akad
tersebut tidak memindahkan ijarah.
kepemilikan barang ke 8) Biaya asuransi pembiayaan
murtahin. Dan apabila terjadi Rahn Tasjily ditanggung oleh
wanprestasi atau tidak dapat Rahin.
melunasi utangnya, Marhun Dalam fatwa DSN MUI No:
dapat dijual paksa/dieksekusi 68/DSN-MUI/III2008 tentang
langsung baik melalui lelang Rahn Tajsily, dijelaskan bahwa
atau dijual ke pihak lain sesuai Rahn Tasjily adalah jaminan dalam
prinsip syariah; bentuk barang atas utang, dengan
3) Rahin memberikan wewenang kesepakatan bahwa yang
kepada murtahin untuk diserahkan kepada penerima
mengeksekusi barang tersebut jaminan (murtahin) hanya bukti
apabila terjadi wanprestasi atau sah kepemilikannya, sedangkan
tidak dapat melunasi utangnya; fisik barang jaminan tersebut
4) Pemanfaatan barang marhun (marhun) tetap berada dalam
oleh rahin harus dalam batas penguasaan dan pemanfaatan
kewajaran sesuai kesepakatan; pemberi jaminan (rahin).
5) Murtahin dapat mengenakan Berdasarkan maqashid
biaya pemeliharaan dan diatas, maka bukan marhun yang
penyimpanan barang marhun harus ada di tangan murtahin.
(berupa bukti sah kepemilikan Tetapi bagaimana marhun itu bisa
atau sertifikat) yang ditanggung dijadikan jaminan dan bisa
oleh rahin; dieksekusi. Jadi, transaksi Rahn
6) Besaran biaya pemeliharaan dan Tasjily adalah transaksi yang
penyimpanan barang marhun diperbolehkan, karena menurut

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 620


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

tradisi bukti kepemilikan bisa digadaikan tersebut (Rachmat


dijadikan jaminan. Namun asset Ayaf’i, 2003:57-60).
yang tidak ada bukti 3. Implementasi Akad Rahn
kepemilikannya seperti emas, yang Tasjily Dalam Lembaga
bisa dijadikan jaminan adalah Pembiayaan Syari’ah Untuk
emas itu sendiri. Karena surat Memberikan Kepastian Dan
emas tidak menunjukkan atas Perlindungan Hukum Bagi
pemiliknya. Nasabah
b. prinsip pokok dari Rahn adalah: Atas dasar pengertian-
1) Kepemilikan atas barang yang pengertian di atas perlu di ambil
digadaikan tidak beralih selama satu pemahaman sebagai patokan
masa gadai. dalam pengertian gadai syariah
2) Kepemilikan baru beralih pada yang mencakup unsur-unsur antara
saat terjadinya wanprestasi lain (Ahmad Supriyadi, 2013):
pengembalian dana yang a. Ada syarat subyek yaitu: orang
diterima oleh pemilik barang. yang menggadaikan (rahin) dan
Pada saat itu, penerima gadai orang yang menerima gadai
berhak untuk menjual barang (murtahin) keduanya ada syarat-
yang digadaikan berdasarkan syarat tertentu:
kuasa yang sebelumnya pernah 1) Telah dewasa menurut
diberikan oleh pemilik barang. hukum;
3) Penerima gadai tidak boleh 2) Berakal;
mengambil manfaat dari barang 3) Mampu atau cakap berbuat
yang digadaikan, kecuali atas hukum;
seijin dari pemilik barang. b. Ada syarat obyek yaitu: barang
Dalam hal demikian, maka yang dapat di gadaikan
penerima gadai berkewajiban (marhun) dengan syarat-syarat
menanggung biaya penitipan / tertentu antara lain:
penyimpanan dan biaya 1) Benda yang mengandung
pemeliharaan atas barang yang nilai ekonomis;

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 621


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

2) Dapat di perjual belikan dan menentukan pilihan


tidak melanggar undang- pembayaran
undang; e. Barang gadai di jamin aman dan
3) Barang milik rahin; di asuransikan
4) Benda bergerak; f. Sumber dana dan akad sesuai
c. Adanya kata sepakat (sighot) dengan syariah
yaitu: kata sepakat setelah Tahap-Tahap Implementasi
negosiasi antara rahin dan Akad Ar-Rahn, adapun untuk
murtahin yang kemudian di mendapatkan pinjaman dengan
implementasikan dalam skim ar-Rahn ini ada beberapa
perjanjian. tahapan yang di lalui:
Berdasarkan liflet produk ar- a. Tahap Pengajuan, pada tahap
Rahn ini mempunyai beberapa ini seorang nasabah apabila
keuntungan antara lain: ingin mendapatkan pinjaman
a. Meningkatkan daya guna dari Pegadaian Syariah ia harus
barang bergerak karena barang datang dengan memenuhi
yang di gadaikan berupa motor, beberapa persyaratan:
cukup di gadaikan BPKB-nya. 1) Menyerahkan copy KTP atau
Sehingga motor masih dapat di identitas resmi lainnya;
pakai oleh rahin dan dapat 2) Menyerahkan barang sebagai
menghasilkan keuntungan. jaminan yang berharga
b. Prosedur pengajuan dan syarat- misalnya berupa emas,
syarat untuk mendapatkan berlian, elektronik, dan
pinjaman uang sangat mudah kendaraan bermotor;
dan cepat Untuk kendaraan bermotor,
c. Barang di taksir secara valid cukup menyerahkan dokumen
dan cermat sehingga nilai kepemilikan berupa BPKB dan
taksiran bisa optimal copy dari STNK sebagai
d. Jangka waktu pinjaman pelengkap jaminan;
fleksibel tidak di batasi, bebas 1) Mengisi formulir permintaan
pinjaman;

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 622


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

2) Menandatangani akad Hal-hal yang di perjanjikan


Setelah syarat-syarat ini dalam perjanjian ar-Rahn adalah:
terpenuhi, nasabah membawa 1) Judul perjanjian yaitu akad
barang jaminan disertai photo Rahn.
copy identitas ke loket 2) Hari dan tanggal serta tahun
penaksiran barang jaminan. akad
Barang akan ditaksir oleh 3) Kedudukan para pihak yaitu (1)
penaksir, kemudian akan kantor cabang pegadaian
memperoleh pinjaman uang syariah yang diwakili oleh
maksimal 90% dari nilai kuasa pemutus marhun bih, dan
taksiran. oleh karenanya bertindak untuk
b. Tahap Akad Rahn dan atas nama serta kepentingan
Pada tahap Akad Rahn, CPS. Di sebut sebagai pihak
pihak rahin harus datang sendiri pertama. (2) rahin atau pemberi
dan melakukan negosiasi terlebih gadai adalah orang yang nama
dahulu atas perjanjian yang di buat dan alamatnya tercantum dalam
oleh para pihak. Bila pihak rahin surat bukti Rahn ini.
tidak sepakat, boleh membatalkan 4) Hal-hal yang diperjanjikan
untuk tidak jadi meminjam uang. dalam ar-Rahn antara lain: (1)
Namun bila telah sepakat atas Rahn dengan ini mengakui telah
perjanjian yang ada, maka nasabah menerima pinjaman dari
langsung menandatangani akad murtahin sebesar nilai pinjaman
tersebut. Adapun akad yang di dan dengan jangka waktu
gunakan dalam perjanjian ar-Rahn pinjaman sebagaimana
ini adalah akad ijaroh atau Fee tercantum dalam surat buku
Based marhun yang bisa di sebut Rahn. (2) Murtahin dengan ini
ijarah yakni rahin dimintai imbalan mengakui telah menerima
sewa tempat, ujroh pemeliharaan barang milik Rahn yang
marhun dalam hal penyimpanan digadaikan kepada murtahin,
barang yang di gadaikan. dan karenanya murtahin
berkewajiban

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 623


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

mengembalikannya pada saat dalam jangka satu tahun sejak


rahin telah melunasi pinjaman dilaksanakan penjualan marhun,
dan kewajiban-kewajibannya rahin tidak mengambil
lainnya. (3) Atas transaksi Rahn kelebihan tersebut, maka
tersebut diatas, Rahn dikenakan dengan ini rahin menyetujui
biaya administrasi sesuai untuk menyalurkan kelebihan
dengan ketentuan yang berlaku. tersebut sebagai shodaqah yang
(4) Apabila jangka waktu akad pelaksanaannya diserahkan
telah jatuh tempo, dan rahin kepada murtahin. (6) Apabila
tidak melunasi kewajiban- marhun tersebut tidak laku
kewajibannya, serta tidak dijual, maka rahin menyetujui
memperpanjang akad, maka pembelian marhun tersebut oleh
rahin dengan ini menyetujui dan murtahin minimal sebesar harga
atau memberikan kuasa penuh taksiran marhun. (7) segala
yang tidak dapat ditarik kembali sengketa yang timbul yang ada
untuk melakukan penjualan atau hubungannya dengan akad ini
lelang marhun yang berada yang tidak dapat diselesaikan
dalam kekuasaan murtahin guna secara damai, maka akan
pelunasan pembayaran diselesaikan melaui Badan
kewajiban-kewajiban tersebut. Arbitrase Syariah Nasional
Dalam hal hasil penjualan atau (BASYARNAS) adalah bersifat
lelang marhun tidak mencukupi final dan mengikat.
untuk melunasi kewajiban- 5) Membubuhkan tandatangan
kewajiban rahin, maka rahin menunjukkan persetujuan akad
wajib membayar sisa Rahn.
kewajibannya kepada murtahin
sejumlah kekurangannya. (5)
Bilamana terdapat kelebihan c. Tahap Realisasi Perjanjian
hasil penjualan marhun, maka Pada tahap realisasi akad
rahin berhak menerima yang telah di sepakati bersama dan
kelebihan tersebut, dan jika telah di tandatangani oleh kedua

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 624


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

belah pihak dilanjutkan dengan kenyataan bahwa rahin sering tidak


realisasi penyerahan pinjaman membayar kekurangan dari uang
kepada rahin. pinjamannya.
d. Tahap Akhir Gadai e. Realisasi Pelelangan Barang
Pada tahap akhir gadai, yang Gadai
di lakukan adalah sebelum Pelelangan barang gadai di
berakhirnya gadai, pihak murtahin sebabkan karena pihak rahin tidak
(Pegadaian Syariah) memberikan mampu membayar seluruh
informasi kepada rahin bahwa hutangnya beserta biaya-biaya
pinjaman akan berakhir. Setelah di yang harus di tanggungnya.
sampaikan maka rahin akan Karena itu pihak murtahin
membayar sejumlah uang yang di diperbolehkan untuk menjual atau
pinjam dan biaya-biaya melelang barang yang telah di
penyimpanan selama gadai. Dalam gadaikan kepada murtahin.
hal ini proses pelunasan bisa Adapun meknisme penjualannya
dilakukan kapan saja sebelum adalah sebagai berikut:
jangka waktunya, baik dengan cara 1) Pihak rahin mewakilkan kepada
sekaligus ataupun di angsur. murtahin untuk menjualkan
Namun apabila pihak rahin barang yang digadaikan;
tidak mampu membayar sebesar 2) Pihak murtahin akan
uang pinjamannya di tambah biaya menginformasikan secara
sewa tersebut, maka barang di umum melalui pengumuman
lelang oleh pihak lembaga bahwa akan diadakan lelang
pembiayaan Syariah untuk pada tanggal tertentu.
membayar, sedangkan bila ada 3) Pihak murtahin melaksanakan
sisanya uang akan di kembalikan lelang yang sesuai dengan
kepada rahin, tapi bila uangnya prosedur.
kurang untuk menutupi pinjaman f. Penerapan Akad pada
dan biayanya maka pihak rahin di Perbankan Syari’ah.
minta untuk membayar Akad adalah suatu pertalian
kekurangannya. Tapi pada antara ijab dan Kabul yang

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 625


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

dibenarkan oleh syara’yang 3) Maudhu’ul ‘Aqd (Tujuan


menimbulkan akibat hokum Perikatan);
terhadap objeknya. Sedangkan Ijab 4) Sighat al-‘Aqd.
adalah suatu pernyataan dari Maka, kegiatan usaha pada
seseorang yakni pihak pertama perbankan syari’ah harus
untuk menawarkan sesuatu. Dan berlandaskan rukun dan syarat
Kabul adalah suatu pernyataan dari yang telah disebutkan di atas,
seseorang yakni pihak kedua untuk meskipun pada dasarnya kegiatan
menerima atau mengabulkan usaha pada perbankan syari’ah
tawaran dari pihak pertama. adalah tunduk pada Undang-
Dalam perbankan syari’ah Undang Nomor 7 Tahun 1992,
akad yang dilakukan adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun
berdasarkan hukum islam. Ada 1998, ataupun pada Undang-
beberapa asas al-‘uqud yang harus Undang Nomor 21 Tahun 2008.
dilindungi dan dijamin dalam Dalam kegiatan Wadhi’ah
wadah Undang-Undang Perbankan Perbankan Syari’ah menggunakan
Syari’ah. Adapun asas-asas akad Wadhi’ah Yad Dhamanah,
tersebut adalah sebagai berikut: yang mana hasil keuntungan dari
1) Asas Ridha’iyyah (asas rela pengelolaan dana tersebut adalah
sama rela); milik bank, namun kerugian yang
2) Asas Manfaat; dialami harus ditanggung oleh
3) Asas Keadilan; bank, karena nasabah memperoleh
4) Asas Saling Menguntungkan; jaminan perlindungan atas
Jika di dalam hukum islam dananya. Dasar hukum akad
disebutkan bahwasannya rukun Wadhi’ah di dalam hukum islam
dan syarat dari perikatan islam terdapat dalam QS: al-Baqarah:
adalah harus adanya: 283 dan Hadits yang diriwayatkan
1) Al-Aqidain (Subyek Perikatan); oleh Thabrani bahwa: “Dari Ibnu
2) Mahallul ‘Aqd (Obyek Umar berkata bahwasannya
Perikatan); Rasulullah SAW. Telah bersabda
“Tiada kesempurnaan iman bagi

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 626


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

setiap orang yang tidak hanya untuk memudahkan proses


beramanah, tiada shalat bagi yang bagi hasil tanpa berbelit-belit,
tidak bersuci”. Dan akad Wadhi’ah sehingga kedua pihak (bank dan
Yad Dhamanah ini diaplikasikan nasabah) dapat diuntungkan
dalam tabungan dan giro. dengan segera dan laba dapat
Dalam system bagi hasil dengan cepat di bagikan pada para
terdapat dua metode yang dapat nasabah tanpa harus menunggu
diterapkan yaitu; proses yang lama.
1) Revenue sharing, adalah
C. PENUTUP
kegiatan bagi hasil dengan
1. Simpulan
membagikan laba kotor sebagai
a. Rahn adalah akad
penerapannya.
penyerahan barang/harta
2) Profit sharing, adalah kegiatan
(marhum) dari nasabah
bagi hasil dengan membagikan
(rahin) kepada bank
laba bersih sebagai
(murtahin) sebagai jaminan
penerapannya.
sebagian atau seluruh utang.
Dalam fikih klasik
Dan para ulama sepakat
disebutkan bahwa dalam proses
untuk membolehkan rahn,
bagi hasil , yang dibagikan adalah
tetapi tidak diwajibkan sebab
keuntungan atau laba (pendapatan
gadai hanya jaminan jika
dikurangi biaya), tetapi dalam
kedua pihak tidak saling
praktik perbankan syariahnya yang
mempercayai. Sedangkan
dibagikan adalah Revenue (laba
yang dimaksud dengan Rahn
kotor) karena sulit untuk
Tasjily adalah jaminan dalam
menemukan kesepakatan tentang
bentuk barang atas utang
biaya-biaya yang dikeluarkan
tetapi barang jaminan
nasabah. Sepintas seakan-akan
tersebut (marhun) tetap
praktik bagi hasil yang diterapkan
berada dalam penguasaan
oleh perbankan syariah ini
(pemanfaatan) Rahin dan
menyalahi aturan fikih klasik,
namun hal ini dilakukan tidak lain

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 627


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

bukti kepemilikannya oleh rahin (nasabah) kepada


diserahkan kepada murtahin. murtahin (bank/pegadaian
b. Gadai syariah merupakan syariah) dengan
produk jasa gadai (rahn) menggadaikan suatu harta
yang diklaim dilaksanakan tertentu sebagai jaminan
sesuai syariah, sebagai utang. Kedua, akad ijarah,
koreksi terhadap gadai yaitu akad jasa di mana
konvensional yang haram murtahin menyewakan
karena memungut bunga tempat dan memberikan jasa
(riba). Gadai syariah penyimpanan kepada rahin.
berkembang pasca keluarnya 2. Saran
Fatwa DSN MUI No: Keberadaan fatwa MUI
25/DSN-MUI/III/2002 sekiranya dapat memberikan
tentang rahn, Fatwa DSN kepastian hukum bagi nasabah
MUI No: 26/DSN- yang melakukan akad rahn
MUI/III/2002 tentang rahn tersebut, sehingga dalam hal ini
emas, dan Fatwa DSN MUI nasabah tidak menjadi atau
No: 68/DSN-MUI/III/2008 kebingungan terhadap akad
tentang rahn tasjily. Sejak itu yang dilakukannya.
marak berbagai jasa gadai Selain memberikan
syariah, baik di Pegadaian kepastian hukum keberadaan
Syariah maupun di berbagai fatwa tersebut dapat
bank syariah. Gadai syariah memberikan perlindungan
belum bisa dikatakan hukum dari pemerintah kepada
menghapus bunga, nasabah sebagai konsumen
melainkan mengganti bunga dalam melakukan akad rahn
itu dengan biaya simpan atas tersebut, sehingga tidak
dasar akad ijarah (jasa). Jadi memunculkan kerugian bagi
dalam gadai syariah ada dua pihak nasabah khususnya.
akad: Pertama, akad rahn, Semoga dapat
yaitu akad utang (qardh) menjelaskan dan

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 628


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

mensosialisasikan mengenai Yogyakarta, Safira Insani


Press, 2009.
keberadaan biaya perawatan
dalam akan rahn tasjily, Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Bumi
sehingga nasabah atau
Restu, Jakarta, 1974.
masyarakat tidak lagi
Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum,
menganggap bahwa hal tersebut
Sinar Grafika, Jakarta,
sama hal nya dengan bunga, 2008.
yang dimana jika sama dengan
Muhammad Syafiin Antoni, Bank
bunga maka yang demikian itu syari’ah: dari teori dan
praktik, cet. 1, jakarta,
adalah riba. Jika sama hal nya
gema insani press, 2001.
dengan riba, apa bedanya
Neni Sri Imaniyati, dan Panji
dengan lembaga pembiayaan
Adam Agus Putra,
konvensional. Pengantar Hukum
Perbankan Indonesia,
Bandung, Refika
D. DAFTAR PUSTAKA
Aditama, 2016.
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan
Rachmat Ayaf’i, Fiqh Muamalah,
Syariah di Indonesia,
Pustaka Setia Bandung,
Yogyakarta, Gadjah Mada
Cet 10, 2003.
University Press, 2009.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,
Ahmad Sarwat, Fikih sehari-hari,
Jakarta, PT Grafindo
Jakarta, PT. Gramedia,
Persada, 2001.
2002.
Yuli Andriansyah, Kinerja
Ahmad Supriyadi, Implementasi
Keuangan Perbankan
Akad Rahn di Pegadaian
Syari’ah di Indonesia dan
Syariah Kudus (suatu
Kontribusinya Bagi
Tinjauan Yuridis Normatif
Pembangunan Nasional,
terhadap praktek akad
La_Riba Jurnal Ekonomi
rahn di pegadaian
Islam, Vol. III, No. 2,
syariah kudus), Legalitas
Desember, 2009.
lembaga keuangan di
Indonesia, Hukum
Undang-Undang Dasar Tahun
Ekonomi Syariah, Januari,
1945.
2013.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Dadan Muttaqien, Aspek Legal
1992 tentang Perbankan
Lembaga Keungan
sebagaimana telah diubah
Syari’ah, cet 1,

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 629


Mohamad Hilal Nu’man, Implementasi Akad Rahn Tasjily Dalam Lembaga Pembiayaan Syari’ah...

dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun


2004 tentang
Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun


2008 tentang Perbankan
Syari’ah.

Fatwa DSN_MUI No: 68/DSN-


MUI/III2008 tentang
Rahn Tajsily.

Fatwa DSN MUI No: 25/DSN-


MUI/III/2002
tentang rahn.

Fatwa DSN MUI No: 26/DSN-


MUI/III/2002 tentang
rahn emas.

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal. 609-630 630

Anda mungkin juga menyukai