Disusun Oleh :
Kelompok 13
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
SINGARAJA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Arbitrage Pricing Theory (APT) dengan tepat waktu.
Arbitrage Pricing Theory (APT) disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Manajemen Investasi di Universitas Pendidikan Ganesha. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Dra. Ni Made Suci,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Manajemen Investasi. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. kami juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 13
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Investasi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai aset pada masa depan
sehingga dengan melakukan investasi, penurunan daya beli dapat diimbangi dengan return dari
investasi. Pada dunia investasi terdapat suatu risiko dan untuk meminimalkannya investor akan
mengestimasi tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return). Metode yang biasa
digunakan untuk mengestimasi expected return salah satunya adalah Arbitrage Pricing Theory
(APT). Dalam berinvesatsi di pasar modal khususnya portofolio, selain return yang diharapkan,
seorang investor juga harus memperhatikan resiko yang harus ditanggungnya. APT ( Arbitrage
Pricing Theory ) salah satu model dari dua model yang sering digunakan untuk menentukan resiko
yang relevan terhadap suatu aset, serta hubungan resiko dan return yang diharapkan. APT
menggunakan banyak variabel dalam pengukurannya yang sering disebut model faktor.
Dalam dua model yang berusaha menjelaskan return atau tingkat keuntungan, CAPM dan APT
“bermitra” menjadil model yang baik dan dapat menjelaskan return. Banyak yang berasumsi
bahwa APT belum bisa menggantikan CAPM.
Meskipun demikian, APT mendasarkan diri atas pemikiran yang sama sekali berlainan. APT
pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang
mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa di jual dengan harga yang berbeda.
Konsep yang di pergunakan adalah hukum satu harga (the low of one price). Apabila aktiva yang
berkarakteristik sama tersebut terjual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan
untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama
menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanparesiko. APT
mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam
perekonomian dan industri. Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena
sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor (atau faktor-faktor) yang sama. APT
1
berpendapat bahwa ada hubungan positif antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan
resiko.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Arbitrase (Arbitrage) adalah proses memperoleh laba tanpa resiko dengan memanfaatkan
peluang perbedaan harga aset atau sekuritas fisik yang sama. Dengan kata lain investasi pada
konsep arbitrage adalah membeli sesuatu sekuritas atau surat harga (commercial paper) pada
harga rendah dan menjual kembali ketika harga telah mengalami kenaikan. Secara sederhana,
arbitrase berarti pembelian dan penjualan saham yang berkarakteristik sama pada pasar yang
berbeda (Fabozzi, F.J., 1999). Arbitrage Pricing Theory (APT) merupakan teori yang
dikembangkan atau menindak lanjuti dari pemikiran teori CAPM. APT adalah teori yang
dikembangkan oleh Stephen A.Ross pada tahun 1976, dimana Ross menyatakan bahwa harga
suatu aktiva bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. APT sebagai model alternatif untuk
menjawab permasalahan suatu hubungan antara pendapatan dengan resiko saham. APT pada
dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi
mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda (Suand
Husnan).
Adapun rumus yang dipakai dalam teori Arbitrage pricing theory (APT) ini adalah
sebagai berikut,
Ri = αi + ßi RM + ℯ i
Keterangan:
Ri = Return saham i
αi = alpa saham i
ßi = beta saham i
RM = return pasar
3
ℯ=
i rondom eror
Ada 3 (tiga) asumsi yang mendasari modal Arbitrage Pricing Theori (APT) adalah:
Disamping itu, APT juga tidak mengunakan, asumsi-asumsi yang dipakai dalam CAPM,
seperti:
Menurut Zaenal Arifin, “ APT disusun berdasarkan lima asumsi dasar. Pertama, pasar
modal diasumsikan pada kondisi persaingan sempurna. Kedua, investor memiliki ekspektasi
yang sama (homogen) terhadap retrun pada tiap-tiap saham. Ketiga, ekspektasi retrun ini
berasal dari sejumblah (K) faktor yang berpengaruh secara liniar Napak dalam modal berikut:
𝑅𝑖 = 𝐸 (𝑅𝑖 ) + 𝑏𝑖1 𝛿1 + … + 𝑏¿ 𝛿𝑛 + 𝜀𝑖 𝑖 = 1, … 𝑛
Keterangan:
4
Selanjutnya Zaenal Arifin mengatakan, ”Asumsi keempat, faktor umum (common factor
leading) menampung seluruh resiko sistematis dari asset yang dianalisis (asset finansial)
sehingga error term (εі)tidak saling berkorelasi secara cross sectional maupun antara waktu.ini
berarti bahwa error trem akan semakin kecil ketika jumlah asset yang diananlisis semakin
banyak. Asumsi kelima, jumlah faktor umum (sistematis) jumlah jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah asset yang dianalisis.
Adapun pengertian cross sectional ataupun yang bisa disebut dengan analisis cross
sectional adalah melakukan suatu teknis analisis dengan melakukan perbandinga terhadap
suatu hasil hitungan, terutama hitungan dalam bentuk rasio antara suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya dalam ruan lingkup sejenis.
Bahwaa menurut Suad Husnan APT akan sanggat bermanfaat kalau kita bisa:
Bagian keuntungan yang tidak terantipasi, yaitu yang berasal dari surprise merupakan
risiko yang dihadapi oleh para pemodal. Meskipun demikian, sumber risiko tersebut dapat
berasal dari faktor yang mempengaruhi semua (atau banyak) perusahaan, tetapi ada pula yang
spesifik perusahaan tertentu.
Karena systematic dan unsystematic risk tersebut akan mempengaruhi bagian keuntungan
yang unexpected, maka tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemodal dapat dituliskan
sebagai berikut:
𝑅 = 𝐸 (𝑅 ) + 𝑈
5
= 𝐸 (𝑅 ) + 𝑚 + 𝜖
Keterangan:
R = Tingkat Keuntungan
m = resiko sistematis (juga disebut resiko pasar atau market risk) yang mempengaruhi semua
perusahaan
Jadi resiko tidak sistematis dari perusahaan A tidak berkorelasi dengan risiko tidak sistematis
dari perusahaan B, dengan demikian maka:
Korelasi (ϵA,ϵB) = 0
Untuk prosedur dan cara menguji arbitrage pricing thoery (APT) ini kita dapat melihat
pendapat yang dekemukakan oleh Zaenal Arifin dibawa ini: “prosedur yang dipakai untuk
menguji APT secara empiris biasanya mengikuti langkah=langkah berikut. Pertama,
mengumpulkan data retrun saham harian secara retrun waktu untuk sekelompok saham. Kedua,
mengikuti matriks variance-covariance dari retrun yang terkumpul. Ketiga, mengumpulkan
prosedur fakctor analysis untuk mengidentifikasi jumlah faktor dan apasaja factor analysis
untuk mengidentifikasi jumlah faktor-faktor dan apa saja factor loadingnya (βiҝ). Keempat,
memakaifactor leding hasil estimasi untuk menjalankan variasi ekspektasi retrun saham
individu secara cross sectional dan untuk memperoleh nilai serta tingkat signifikan koefisien
(factor riks premium) pada tiao-tiap faktor.
Karna Arbitrage pricing theory (APT) merupakan tindakan lanjut dari capital asset pricing
modal (CAMP). Ada beberapa perbandingan keungulan dan kelemahan dari APT itu sendiri,
membandingkan dengan CAPM.
• Keunggulan
6
1. APT tidak memerlukan asumsi tentang kenormalan distribusi retrun dari sekuritas
yang dianalisis, selain nonsationa (semakin banyak semakin tinggi utilitasnya) tidak
ada asumsi lain berkaitan dengan fungsi utilitas investor termasuk tidak perlu
asumsi investor riks avarse untuk menyusun APT,APT tidak memerlukan
mencaei”true market portfolio bahkan APT dapat destimasi dari subset aset resiko,
dan APT dapat menyatakan dalam modal multi-period.
2. APT menempatkan kajian yang komprehensif bahwa adanya hbungan yang linier
antara expected retrun (keuntungan yang diharapkan) dengan resiko. Dimana kedua
bidang ini adalah menjadi bidang yang sanggat serius diproleh oleh investor,
sehingga bagi investor APT memiliki nilai resprestif tinggi untuk dikaji
• Kelemahan
1. Yang belum terjawab oleh APT adalah jumblah identitas faktor-faktor yang
memiliki nilai lambang (a) yang cukup besar dan positif atau negatif sehingga
faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan saat mengestimasi retrun yang diharapkan,
pada artikel oleh Chen, Roll, dan Ross, faktor-faktor berikut diidentifikasi:
a. Tingkat pertimbangan produksi dunia industri,
b. Tingkat inflasi (baik yang diharpkan atau tidak),
c. Selisih antara tingkat bungah jangkah panjang dan jangkah pendek,
d. Selisih tingkat ungah (spread) antar obligasi berperingatkan tingkat tinggi
dan rendah.
2. APT dalam model aslinya hanya berlaku sebagai produksi dan tidak ada jaminan
dapat digunakan dengan akurat untuk menilai harga rekuritas individula, APT
berasumsi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi retrun dapat diketahui dengan
pasti, dab APT tidakmemberi spesifikasi tentang faktor sistematis apa aja yang
mempengaruhi retrun oprsional APT menjadi sulit.
2.6 Penafsiran APT di mata investor
7
Karna APT memberi penafsiran yang mendalam bahwa setiap sekuritas memiliki resiko
sistematis yang berbeda. Dalam konteks ini investor berusaha memahami setiap perbedaan
resiko. Ini sebagaimana dikatakan oleh Eduardus Tndelilin”masing-masing invertor
memilikiprilaku terhadap resiko berbeda, sehingga invertor dapat membentuk portofolio
tergantung dari prefesinya terhadap resiko , pada masing-masing faktor resiko.”dan
selaanjutnya Eduardus Tandelinmenambahkan bahwa “Dengan mengetahui harga pasar dari
faktor-faktor resiki yang dianggap relavan, dan sentifitas retrun sekuritas terhadap perubahan
pada faktor tersebut, maka kita dapat menentukan estimasi retrun yang diharkan untuk berbagai
sekuritas.”
Secara lebih dalam suad Husnanmengatakan, APT dasarnya mengunkan pemikiran yang
menyatakan bahwa dua kesempatan investasi mempunyai karakteristik yang identik sama
tindakan yang bisa dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah
hukum suatu harga (the law of ane price).” Dan selanjutnya Suad Husnan menambahkan
bahwa”apabila aktiva yang berkaitan sama tersebut terjual dengan harga berbeda, maka akan
terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah
dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh
laba tanpa resiko.”
Investor adalah merekaa yang berkreasi lebih cepat dari keadaan yang akan terjadi. Karena
jika ia berkreasi lebih lambat maka yang diproleh adalah permasalahan seperti kerugian dan
sebagainya. Termasuk berkreasi lebih cepat sebelum keputusan atau kebijakan ekonomi
traplikasi atau terlihat dampaknya. Artinya seorang investor harus bisa menyimpulkan konsisi-
konsisi yang mungkin terjadi atau yang akan terlihat dalam kinerja ekonomi makro dan mikro,
yaitu jika kebijakan ekomi seperti ini dan seperti itu diterapkan.
Sehinga wajar kita berubahan harga di pasar saham selalu mendahului dari sebelum teradi
perubahan dalam bidang ekonomi. Jadi tenaga investor dalam melihat berbagai kondisi dan
realita dilapangan akan bereaksi secara cepat, biasanya seorang investor memiliki
pengalaman (experence) dan latar belakang ilmu bacaan (refrence)dalam setiap keputusan
akan diambil. Dengan begitu keputusan yang dibuat tidak disarskan pada analisis yang bersifat
sederhana semata mungkin juga be rsifat penguatan dan pengabungan kualitatif dan kuantitatif.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.
Pembahasan tentang tingkat keuntungan sekuritas dapat dikelompokan dalam dua teori yaitu
Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) (Husnan, 2005).
Arbitrage Pricing Theory (APT) pertama kali diperkenalkan oleh Ross pada tahun 1976, berangkat
dari asumsi bahwa bila dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik sama, maka tidak
dapat dijual dengan harga yang berbeda. Dalam kondisi ini akan berlaku the law one price. Bila
keduanya dijual dengan harga berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage
dengan cara membeli aktiva berharga murah, dan pada saat yang sama dilakukan penjualan aktiva
yang sama dengan harga yang lebih tinggi, sehingga akan diperoleh keuntungan tanpa menghadapi
resiko. Dalam model ini, besarnya return suatu asset atau sekuritas dipengaruhi oleh beberapa
faktor (Ross, 1976). Arbitrage Pricing Theory (APT) pada dasarnya menggunakan pemikiran yang
menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama
tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda (Husnan, 2005). Model Arbitrage Pricing Theory
(APT) didasari pandangan bahwa return yang diharapkan untuk suatu saham (sekuritas) akan
dipengaruhi oleh beberapa factor risiko. Faktor-faktor risiko tersebut adalah kondisi makro
ekonomi suatu negara seperti inflasi, tingkat suku bunga, nilai kurs dan GDP
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah
semata-mata karena kekurangan kami. Untuk itu kami pemakalah meminta kritik dan saran dari
ibu dosen pembimbing yang dapat memotivasi kami , agar makalah kami kedepannya untuk
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini menjadi sumber ilmu yang bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kita.
9
DAFTAR PUSTAKA
10