Anda di halaman 1dari 8

CHAPTER 7

KELOMPOK 4:

Hikmawati 2019031057

Putri Patrisia 2019031041

Risma Melati 2019031025

Windi Parwati Zahra 2019031018

SEKOLAH TINGGI ILMU


EKONOMI Y.A.I
GANJIL 2022
CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN ARBITRAGE PRICING THEORY
• Bagaimana model penetapan harga aset modal (CAPM) memperluas hasil teori pasar
modal?
• Apa peran khusus yang dimainkan beta dalam CAPM, dan bagaimana cara investor
menghitung garis karakteristik sekuritas dalam praktiknya?
• Apa itu security market line (SML), dan apa persamaan dan perbedaan antara SML
dan capital market line (CML)?
• Bagaimana SML dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah sekuritas dihargai
dengan tepat?
• Apa yang memungkinkan kita untuk menyimpulkan berbagai tes empiris CAPM, dan
apakah pemilihan proksi untuk portofolio pasar penting?
• Apakah teori penentuan harga arbitrase (APT), dan apa persamaannya dan
perbedaannya dengan CAPM?
• Bagaimana APT dapat digunakan dalam proses penilaian sekuritas?
• Bagaimana Anda menguji APT dengan memeriksa anomali yang ditemukan dengan
CAPM?
• Apa itu model multifaktor, dan bagaimana kaitannya dengan APT?
• Apa dua pendekatan utama yang digunakan dalam mendefinisikan faktor risiko
umum?
• Apa variabel makroekonomi utama yang digunakan dalam praktik sebagai faktor
risiko?
• Apa variabel utama yang berorientasi pada karakteristik keamanan yang digunakan
dalam praktik sebagai faktor risiko?
• Bagaimana model multifaktor digunakan untuk memperkirakan premi risiko yang
diharapkan dari sekuritas atau portofolio?

A. CAPITAL ASSET PRICING MODEL


Model penilaian (pricing model) merupakan sebuah model untuk menentukan
tingkat pengembalian aset yang diperlukan atau diharapkan. Sharpe (1964)
mempublikasikan tulisannya dengan menurunkan model penilaian aset yang dikenal
dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Capital Asset Pricing Model (CAPM)
atau Model Penetapan Harga Aset Modal dipelopori oleh Sharpe, Lintner, dan Mossin
pada tahun 1964-1966.
Menurut Bodie et.al (2014:293), model CAPM merupakan bagian penting dalam
bidang keuangan yang digunakan untuk memprediksikan keseimbangan imbal hasil
yang diharapkan (expected return) dan risiko suatu aset pada kondisi ekuilibrium.
Menurut Oji (2014), pada keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan
(required return) oleh investor untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham
tersebut. Dalam hal ini risiko yang diperhitungkan hanyalah risiko sistematis
(systematic risk) atau risiko pasar yang diukur dengan beta (β).
Menurut Tatang (2011:131) Model CAPM merupakan suatu revolusi baru dalam
ekonomi keuangan yang dapat menjelaskan dan menentukan apa itu “risiko” dalam
suatu pasar modal dan menetapkan suatu risiko dihargai (dinilai), atau return ekstra apa
yang akan diterima oleh seorang investor berkenaan dengan tingkat risiko yang
dihadapinya.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mengasumsikan bahwa para investor adalah
perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai
keadaan pasar dan mencari mean variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset
Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham
yang besar dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya
transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat
meminjam pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak
berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio
yang risikonya identik. Capital Asset Pricing Model (CAPM) menyatakan bahwa dalam
keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) berimplikasi bahwa premium risiko dari
sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risiko premium pada
portofolio pasar dan koefisien beta (Bodie, 2005:359). Definisi CAPM menurut Jack
Clark Francis adalah teori penilaian risiko dan keuntungan aset yang didasarkan
koefisien beta (indeks risiko yang tidak dapat didiversifikasi) (Kamarudin, 2004:134).
Untuk melihat bagaimana harga asset ditentukan, harus disusun suatu model
(suatu teori). Hal ini menuntut penyederhanaan agar pembangun model dapat hanya
memfokuskan pada elemen yang paling penting dengan cara meringkas dari situasi yang
kompleks. Cara ini dilakukan dengan membuat asumsi tertentu mengenai lingkangan.”
Secara ringkas, asumsi-asumsi CAPM adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada biaya transaksi, yaitu biaya–biaya pembelian dan penjualan saham
seperti biaya broker, biaya penyimpanan saham (custodian), dan lain-lain. Pada
kenyataannya, jual-beli saham dikenakan biaya transaksi, sehingga mengurangi
return investasi tersebut dan akan menjadi pertimbangan bagi investor dalam
membuat keputusan investasi.
b. Investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully divisible), investor dapat
membeli saham dalam ukuran pecahan. Jika harga saham sebuah perusahaan Rp.
4.000 per lembar, investor dapat membeli saham tersebut sebanyak 0,1 lembar
saham dengan dana Rp. 400. Pada kenyataannya, saham dibeli dalam satuan lot
(1 lot = 500 lembar saham). Jadi tidak mungkin membeli saham dalam lembar
pecahan.
c. Tidak ada pajak penghasilan bagi para pemodal
d. Pemodal tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan tindakan membeli atau
menjual saham
e. Para pemodal akan bertindak semata-mata atas pertimbangan expected value
dengan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio
f. Pemodal bisa melakukan short sales
g. Terdapat riskless lending and borrowing rate
h. Pemodal mempunyai pengharapan yang homogeny
i. Semua aktiva bisa diperjualbelikan
Menurut Kamarudin (2004: 134) konsep CAPM ini pada umumnya berguna untuk
menguantifikasikan hubungan antara risiko dan return. Risiko yang dapat didiversifikasi
dapat dieliminasi dengan diversifikasi sederhana.…Keadaan ekuilibrium pasar
mengenai expected return dan risiko dapat digambarkan oleh Security Market Line
(SML) untuk sekuritas individual. Sementara Capital Market Line (CML) digunakan
untuk menggambarkan trade off antara risiko dan expected return portofolio. Security
Market Line (SML) merupakan penggambaran secara grafis dari model CAPM.

B. ARBITRAGE PRICING THEORY (APT)


Teori awal yang mendapatkan dukungan sebagai alternatif atas CAPM adalah
Arbitrage Pricing Theory (APT) yang dikembangkan di pertengahan tahun 1970-an
oleh Stephen Ross (l976,l977). APT diyakini secara matematis dan intuisi lebih
menantang daripada CAPM dimana APT mengawali pembahasannya dengan
memposisikan situasi pasar modal dimana sekuritas yang diperdagangkan terpecah
kecil-kecil (frictionless). Tidak seperti CAPM yang menggunakan konsep model faktor
tunggal, APT menyatakan bahwa aset ditentukan oleh sejumlah faktor yang berbeda.
Faktor faktor resiko tersebut mencerminkan risiko sistematik yang tidak dapat
didiversifikasi (Tatang, 2005:185).
Ross (1975) mengungkapkan bahwa Arbitrage Pricing Theory (APT) didasarkan
pada pemikiran yang menyatakan bahwa kesempatan investasi yang mempunyai
karakteristik yang sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang
dipergunakan adalah hukum satu harga (the law of one price). Apabila aktiva yang
berkarakteristik sama terjual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat
kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah
dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang tinggi sehingga memperoleh
laba tanpa risiko. Lebih lanjut teori ini mengasumsikan bahwa tingkat keuntungan
tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan dalam
industry. Korelasi diantara tingkat keuntungan 2 sekuritas terjadi karena sekuritas-
sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama.
Sedangkan Copeland (1997) menyatakan bahwa paling sedikit ada 3 atau 4
faktor yang mempengaruhi perkembangan harga dan' surat-surat berharga. Hal ini
bahwa teori APT mendorong adanya pengembangan penelitian berdasarkan variabel
atau faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan sebuah sekuritas. Faktor-
faktor itu dapat dilihat dari kinerja fundamental perusahaan. Kinerja saham di pasar,
ataupun perekonomian.
Menurut Ahmad Rodom man oung (2002) APT sebenarnya adalah 2 sekuritas
terjadi karena sekuritas-sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama.
Sedangkan Copeland (1997) menyatakan bahwa paling sedikit ada 3 atau 4 faktor yang
mempengaruhi perkembangan harga dari surat-surat berharga. Hal ini menunjukkan
bahwa teori APT mendorong adanya pengembangan penelitian berdasarkan variabel
atau faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perubahan sebuah sekuritas. Faktor-
faktor itu dapat dilihat dari kinerja fundamental perusahaan, kinerja saham di pasar,
ataupun keadaan pasar dan perekonomian.
APT sebenarnya adalah berasaskan CAPM, tetapi ia telah mempertimbangkan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi keuntungan sekuritas. Faktor-faktor ini akan
memberi kesan yang berlainan. Jadi. bagi sekuritas i dalam jangka waktu t.
keuntungannya dapat diwakili oleh kombinasi antar pengharapan keuntungan seimbang
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengharapan keuntungan seimbang ini
adalah ditentukan oleh permintaan dan penawaran sekuritas perusahaan.
Menurut Reilley (Oji, 2014), model APT menggambarkan hubungan antara
risiko dan pendapatan, tetapi dengan menggunakan asumsi dan prosedur yang berbeda.
Tiga asumsi yang mendasari model Arbitrage Pricing Theory (APT) adalah pasar modal
dalam kondisi persaingan sempurna, para investor selalu lebih menyukai nilai return
yang tinggi daripada risiko tinggi yang menyebabkan ketidakpastian return, dan hasil
dari proses stochastic artinya bahwa pendapatan asset dapat dianggap sebagai K model
faktor.

C. PERSAMAAN CAPM DAN APT


1. CAPM dan APT adalah teori yang sama-sama mencoba menjelaskan bagaimana
suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar dan dengan menggunakan pendekatan
return pada kondisi equilibrium.
2. CAPM dan APT menekankan tingkat keuntunganyang diharapkan tergantung pada
pengaruh faktor-faktor makro ekonomi dan tidak oleh risko unik
3. Pada CAPM dan APT sama-sama terdapat risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis
4. CAPM dan APT akan memberikan hasil yang sama apabila expected risk premium
masing-masing portofolio tersebut proposional dengan market beta portofolio
5. Pada CAPM dan APT sama-sama menjelaskan bahwa beta merupakan pengukur
risiko yang relevan, dan terdapat hubungan positif dan linier antara tingkat
keuntungan yang diharapkan dengan beta
6. Saling terdapat SML (sekurity market line) yang menunjukkan hubungan antara
tingkat keuntungan (return) saham dengan risiko yang diukur dengan beta (β)
7. Para pemodal bisa melakukan Short sales
8. Persamaan asumsi :
 Pemodal menyukai lebih banyak kemakmuran
 Risk averse
 Mempunyai pengharapan yang homogen
 Pasar modal sempurna
9. Baik CAPM dan APT berpendapat bahwa ada hubungan positif antara tingkat
keuntungan yang diharapkan dengan risiko
10. Persamaan identik antara CAPM dan APT yakni E(R m) menunjukkan bahwa
hubungan tingkat keuntungan yang diharapkan untuk setiap sekuritas adalah
bersifat linier dengan beta sekuritas tersebut.

D. PERBEDAAN CAPM DAN APT


CAPM APT
1. Komponen metode CAPM adalah 1. Komponen atau konsep APT
premi pasar (Rm-Rf) yang terdiri dari terdiri dari faktor-faktor
imbalan pasar (Rm) dan premi bebas makro,yaitu perubahan inflasi,
risiko (Rf) perubahan tingkat suku bunga BI
rate, perubahan nilai tukar atau
kurs
2. Perlu menghitung market portofolio 2. Pada APT tidak perlu
yang diperlukan untuk menghitung beta mengidentifikasi market
portofolio untuk mencari beta
3. Dalam CAPM menggunakan beta untuk 3. Pada APT beta sekuritas
pengukuran kepekaan perubahan return mengukur kepekaan sekuritas
(tingkat keuntungan/return saham) terebut terhadap faktor tersebut
saham terhadap perubahan-perubahan
pasar (beta investasi)
4. Terdapat CML (capital market line) 4. Tidak terdapat CML
Sebagai pembuktian formal bahwa beta
merupakan pengukur risiko
5. Konsep pada APT yang
5. Konsep CAPM lebih menekankan pada dipergunakan adalah hukum satu
market return harga (the low of one price)

6. Asumsi pada CAPM : 6. Asumsi pada APT yang berbeda


 Diasumsikan tidak ada biaya pada CAPM :
transaksi  Cakrawala waktu satu periode
 Diasumsikan investasi sepenuhnya  Tingkat keuntungan berdistribusi
dapat dipecah-pecah normal
 Para pemodal diasumsikan akan  Mempunyai fungsi utilitas tertentu
bertindak semata-mata atas  Terdapat portofolio pasar dan
pertimbangan expected value dapat diidentifikasikan
dengan deviasi standart  Pemodal dapat menyimpan dan
 Diasumsikan semua aktiva bisa meminjam pada bunga bebas risiko
diperjual belikan

7. CAPM menyatukan semua faktor 7. Asumsi APT bahwa tingkat


makro ekonomi kedalam satu faktor keuntungan suatu sekuritas
yaitu return market portofolio dipengaruhi oleh faktor tertentu
yang lebih dari satu

8. Mengukur expected return dari masing- 8. Model APT tidak bisa untuk
masing faktor tersebut mengidentifikasi faktor-faktor
apa yang bisa mempengaruhi
sekuritas

9. Mengakui adanya korelasi antar tingkat 9. APT mengansumsikan bahwa


keuntungan sekuritas tingkat keuntungan tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor
perekonomian dan industri

Anda mungkin juga menyukai