Dosen Pegampu:
Disusun :
PENDAHULUAN
merupakan alternatif investasi disamping perbankan, selain itu dengan berkembangnya pasar
modal juga menunjukkan bahwa kepercayaan pemodal akan investasi di pasar modal Indonesia
cukup baik. Pertumbuhan kembali pasar modal ini dapat dijadikan sebagai sarana bagi pihak-
pihak yang berkepentingan, misalnya investor maupun pemerintah untuk memanfaatkanya secara
optimal sehingga dapat membawa keuntungan bagi semua pihak. Investor sebelum melakukan
kegiatan investasi di bursa saham khususnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), akan
investasi tersebut. Informasi yang dibutuhkan antara lain mengenai harga saham, kinerja
perusahaan (laporan keuangan maupun laporan operasional lainnya) serta faktor eksternal
perusahaan. Informasi yang diperoleh investor dapat berupa informasi formal maupun informal,
namun karena banyaknya informasi dan sebagian besar belum diolah, maka investor juga
Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun barang yang
diharapkan akan memberikan hasil yang lebih dikemudian hari. Investasi dalam bentuk surat
berharga (sekuritas) biasanya dapat dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal.
Ditinjau dari sisi investor, pada umumnya tujuan investor berinvestasi di pasar modal
pasti mengharapkan tingkat keuntungan. Tingkat keuntungan yang diperoleh di pasar modal
dalam bentuk surat berharga khususnya saham lebih besar dibandingkan tingkat keuntungan di
Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menentukan risiko portofolio total adalah
pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Hal yang ingin diselidiki dalam bagian ini
adalah apakah sekuritas pendapatan tetap seperti utang pemerintah atau the Government
national mortage association Asosiasi Hipotek Nasional Pemerintah (GNMA), atau Ginnie Mae,
adalah perusahaan milik pemerintah Pemerintah Federal Amerika Serikat di dalam Departemen
Perumahan dan Pembangunan Perkotaan di dirikan pada tahun 1968 dan berupaya
sehingga menurunkan biaya pembiayaan seperti suku bunga pinjaman tersebut. Hal ini
dilakukan melalui jaminan kepada investor atas pembayaran tepat waktu atas sekuritas
berbasis hipotek (MBS) bahkan jika pemilik rumah gagal membayar hipotek yang mendasarinya
dan rumah tersebut diambil alih. menanggung risiko, selanjutnya apa saja risikonya; dan sejauh
mana kerangka yang dianalisis di atas dapat diterapkan pada sekuritas ini. Selanjutnya kita
harus membahas apakah konsep risiko sistematis dan tidak sistematis juga dapat diterapkan
Dalam dunia keuangan, risiko adalah bagian yang tak terhindarkan dari investasi dan
keputusan finansial. Risiko dapat dikelompokkan menjadi dua jenis utama, yaitu risiko
sistematis dan risiko tidak sistematis. Konsep ini juga dapat diterapkan pada posisi berjangka
(futures) dan lindung nilai (hedging), yang merupakan strategi penting dalam manajemen risiko.
Risiko sistematis dan tidak sistematis memainkan peran kunci dalam menentukan efektivitas
strategi berjangka dan lindung nilai, serta pengelolaan risiko secara umum.
1.2. Rumusan Masalah
Model-model apa yang ada dalam CAPM dan Bagaimana Cara menghitung imbal hasil
saham yang di isyaratkan/required rate of return, menggunakan Capital Asset Pricing Model
(CAPM) serta Risiko sistematis dan tidak sistematis memainkan peran kunci dalam menentukan
efektivitas strategi berjangka dan lindung nilai, serta pengelolaan risiko secara umum.
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui cara
menghitung imbal hasil saham yang disyaratkan menggunakan (CAPM (Capital Asset Pricing
PEMBAHASAN
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sebuah model yang menggambarkan
hubungan antara risiko dan return yang diharapkan, model ini digunakan dalam penilaian harga
sekuritas (A model that describes the relationship between risk and expected return and that is
used in the pricing of risky securities).
Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan
pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan
istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik
(spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi
atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model
(CAPM).
Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan
hasil utama dari ekonomi keuangan modern. Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan
prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian
(expected return). Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara
empiris, Capital Asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model
akurasi yang cukup pada aplikasi penting.
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada
suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari
mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan
bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para
price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara
umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak
terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi
ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik.
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio
pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah
passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari
sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar
dan koefisien beta.
1. Investor akan mendiversifikasikan portolionya dan memilih portofolio yang optimal sesuai
dengan garis portofolio efisien.
2. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return masa depan yang identik.
3. Semua investor memiliki periode waktu yang sama.
4. Semua investor dapat meminjam atau meminjamkan uang pada tingkat return yang bebas
risiko.
5. Tidak ada biaya transaksi, pajak pendapatan, dan inflasi.
6. Terdapat banyak sekali investor, sehingga tidak ada investor tunggal yang dapat
mempengaruhi harga sekuritas. Semua investor adalah price taker.
7. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium).
Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan
(minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional
adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko
harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu
investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.
Risiko sekuritas pendapatan tetap seperti T-bills, T-bonds, obligasi korporasi, GNMA
atau sertifikat deposito (CD) dapat dibagi menjadi risiko bisnis atau gagal bayar dan risiko pasar.
Risiko gagal bayar sekuritas ini mirip dengan risiko saham yang tidak sistematis. Risiko
ini terkait dengan kedudukan penerbit instrumen utang, misalnya. bank, badan hukum, atau
negara yang menjamin pembayaran bunga secara berkala dan pelunasan pokok pada saat jatuh
tempo. Analog dengan saham, risiko gagal bayar atau risiko tidak sistematis dari sekuritas
pendapatan tetap ini dapat dikurangi dengan membentuk portofolio. Menggabungkan obligasi
itu menanggung kemungkinan gagal bayar tetapi karena alasan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan portofolio, mengurangi sebagian besar risiko tidak sistematis dari obligasi
tunggal .
Risiko gagal bayar pada posisi T-bill atau T-bond tunggal dianggap tidak ada karena aset-
aset ini didukung oleh pemerintah AS, yang dianggap mampu membayar seluruh pembayaran
utang melalui perpajakan (70). Oleh karena itu utang pemerintah bebas dari risiko yang tidak
sistematis. Hal serupa juga berlaku pada posisi GNMA karena aset tersebut dijamin oleh
otoritas Pemerintah.
Risiko pasar adalah risiko yang terkait dengan likuidasi suatu posisi sebelum jatuh
tempo. Perubahan suku bunga mempengaruhi nilai sekuritas pendapatan tetap. Jika suku
bunga naik, harga akan turun dan pemilik surat berharga berbunga akan menderita kerugian
karena melikuidasi posisinya di pasar tunai. Oleh karena itu, risiko pasar yang relevan untuk
semua jenis sekuritas pendapatan tetap, termasuk utang pemerintah, juga dapat disebut
sebagai risiko suku bunga atau risiko sistematis .
Dalam CAPM, tingkat T-bill biasanya disebut sebagai ukuran tingkat pengembalian tanpa
risiko. T-bill diasumsikan bebas risiko gagal bayar. Namun T-bill hanya bebas risiko suku bunga
jika tanggal jatuh tempo dan jangka waktu investasi investor sama. Jika akhir kedua periode ini
berbeda, T-bill dipengaruhi oleh perubahan suku bunga dengan cara yang sama seperti
sekuritas pendapatan tetap lainnya. Sensitivitas surat berharga berbunga terhadap perubahan
suku bunga meningkat seiring dengan bertambahnya periode jatuh tempo.
Mengingat hal ini, jelas bahwa posisi obligasi T bebas default atau GNMA dengan jangka
waktu jatuh tempo 15 tahun atau lebih dipengaruhi oleh perubahan suku bunga. Oleh karena
itu posisi ini dapat dianggap sebagai aset berisiko seperti saham. Obligasi-T atau GNMA
menanggung risiko yang disebabkan oleh fluktuasi suku bunga, yaitu memiliki risiko sistematis.
Jika hal ini benar, model indeks tunggal seharusnya tidak hanya dapat diterapkan pada
saham tetapi juga pada sekuritas pendapatan tetap. Dengan menerapkan model ini, kami
berharap memperoleh nilai b yang signifikan dan positif untuk posisi T-bond atau GNMA yang
dimiliki di pasar tunai. Temuan investigasi empiris yang menganalisis portofolio obligasi
pemerintah atau korporasi mendukung pandangan ini
Seperti yang telah dibahas pada bab pertama, posisi di pasar berjangka adalah kontrak
untuk membeli atau menjual sekuritas pendapatan tetap dalam jumlah standar yang akan
diserahkan pada tanggal tertentu di masa depan. Perdagangan harian terjadi di bursa dimana
harga ditemukan melalui protes terbuka. Clearing house menjamin pemenuhan setiap kontrak.
Akibatnya risiko gagal bayar atau risiko tidak sistematis pada posisi berjangka dapat diabaikan.
Harga berjangka dihubungkan dengan harga tunai melalui transaksi arbitrase.
Dengan cara ini variasi suku bunga pasar tunai atau perubahan ekspektasi mengenai
suku bunga tunai di masa depan ditransmisikan ke pasar berjangka (dan sebaliknya). Faktor-
faktor yang mempengaruhi suku bunga tunai juga berdampak pada suku bunga berjangka. Oleh
karena itu harga berjangka akan mengikuti harga tunai.Oleh karena itu, posisi berjangka harus
menanggung suku bunga atau risiko sistematis dengan ketentuan bahwa aset spot relevan yang
menjadi dasar kontrak berjangka adalah aset berisiko. Sekali lagi model indeks tunggal harus
dapat diterapkan untuk menentukan risiko sistematis dari posisi yang ditetapkan di pasar
berjangka suku bunga. Jika arbitrase antara pasar uang tunai dan pasar berjangka bekerja
dengan sempurna, posisi uang tunai dan pasar berjangka seharusnya menunjukkan jumlah
risiko sistematis yang sama, yaitu nilai beta keduanya harus sama. Nilai beta untuk posisi
berjangka yang sangat berbeda dengan beta spot akan menunjukkan rendahnya paralelisme
antara pergerakan harga tunai dan harga berjangka, yaitu mekanisme arbitrase akan diganggu.
Kebanyakan penelitian tentang komoditas berjangka kecuali satu mencapai kesimpulan
bahwa hampir semua kontrak yang diselidiki tidak menunjukkan risiko sistematis; sebagian
besar nilai beta yang diperoleh tidak berbeda secara signifikan dari nol.
Salah satu fungsi terpenting pasar berjangka suku bunga adalah memberikan peluang
untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang terkait dengan perubahan suku bunga.
Secara teoritis, lindung nilai harus mengurangi atau bahkan menghilangkan risiko sistematis
posisi kas:
Saat menganalisis ukuran risiko sistematis untuk posisi spot dan posisi lindung nilai, kita harus
membandingkannya Penyelidikan empiris (II.5) membuktikan bahwa ag > σΗ dan %,M> Ρη,Μ ·
Jadi, secara teoritis bh lebih kecil dari bs, yaitu.lindung nilai mengurangi risiko sistematis.
Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006.
Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1. Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi
akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi
mengalami capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan
memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
2. Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
3. Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
4. Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang
yang dipakai oleh aset.
5. Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum
karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi
diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh
karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk dan
return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan sebagai investasi
yang berisiko. Risiko sendiri berarti kemungkinan penyimpangan perolehan aktual dari
perolehan yang diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah
dari kemungkinan fluktuasi (amount of potential fluctuation).
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portofolio menjadi investasi yang lebih
rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis
(systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk).
Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang
dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan
dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.
2.4.1.Risiko Sistematis
Risiko sistematis, juga dikenal sebagai risiko pasar, adalah risiko yang terkait dengan
faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi semua aset keuangan secara serentak.
Risiko sistematis mencakup perubahan dalam suku bunga, inflasi, pergerakan pasar saham
secara keseluruhan, dan peristiwa global seperti krisis keuangan. Pada posisi berjangka,
risiko sistematis dapat berarti fluktuasi harga yang disebabkan oleh perubahan faktor-
faktor makroekonomi tersebut. Ini adalah risiko yang sulit untuk dihindari atau dielakkan
karena melibatkan kondisi pasar secara keseluruhan.
Risiko tidak sistematis, juga dikenal sebagai risiko khusus, adalah risiko yang
bersifat unik untuk suatu aset atau perusahaan tertentu. Risiko ini dapat disebabkan oleh
faktor-faktor seperti manajemen perusahaan, perubahan dalam industri tertentu, atau
peristiwa perusahaan seperti kebijakan internal. Dalam posisi berjangka, risiko tidak
sistematis dapat muncul dalam bentuk risiko kredit, di mana pihak lawan dalam transaksi
berjangka gagal memenuhi kewajiban kontraknya.
Dalam praktiknya, risiko sistematis dan tidak sistematis seringkali terkait erat. Risiko
sistematis dapat memengaruhi seluruh pasar, sementara risiko tidak sistematis dapat
berkaitan dengan kinerja individu perusahaan atau aset tertentu. Oleh karena itu, dalam
manajemen risiko, perlu dipertimbangkan kedua jenis risiko ini bersama-sama.
Dalam berjangka dan lindung nilai, strategi yang efektif harus mempertimbangkan
risiko sistematis dan tidak sistematis. Ini dapat mencakup diversifikasi portofolio,
penggunaan kontrak berjangka untuk mengurangi eksposur risiko sistematis, dan
penerapan teknik manajemen risiko seperti stop-loss orders atau penggunaan instrumen
derivatif untuk mengelola risiko tidak sistematis.
R s = Rf + Rp
Rf = Risk-free rate
Rp = Risk premium
Bila nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar
seperti yang diukur indek pasar (market index), contohnya nilai yang diukur oleh Dow-Jones
Industrials dan Standard and Poor’s 500-stock-index. Hubungan ini dapat digambarkan dalam
contoh pada gambar.
β adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren dalam
pasar saham.
Bila β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar.
β < 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek pasar secara
umum (general market index).
Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan
faktor β dinyatakan sebagai:
RS = Rf + βs (Rm – Rf)
Rf = Risk-free rate
CAPM dikritik sebagai penyebab masalah kompetisi di Amerika Serikat. Manajer di sebuah
perusahaan di Amerika Serikat yang menggunakan CAPM terpaksa membuat investasi yang
aman dalam jangka pendek dan perolehannya dapat diprediksi dalam jangka pendek daripada
investasi yang aman dan perolehan dalam jangka panjang. Para peneliti telah menggunakan
CAPM untuk menguji hipotesa yang berhubungan dengan hipotesa pasar efisien.
ri = αi + βi.F + ui
ri = return sekuritas i
ui = error term
(walaupun selanjutnya markowitz mengusulkan bahwa persamaan itu seharusnya tidak linier,
karena ada faktor lain yang mendasarinya).
Kemudian pada tahun 1963, William Sharpe menguji persamaan tersebut sebagai penjelasan
bagaimana return sekuritas cenderung naik dan turun seiring dengan naik turunnya indeks umum
pasar, secara spesifik Sharpe menggunakan persamaan sebagai berikut:
βi = rasio kovarian dari return aset i dan return indeks pasar terhadap varians return indeks pasar
Model ini disebut model pasar indeks tunggal (single index market model) atau sering
disebut market model.
Dilihat disini pada model markowitz, indeks-nya belum tentu indeks pasar, tetapi pada
market model digunakan indeks pasar.
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Rf biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia umumnya risk
free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank Indonesia.
βs didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya. Penjelasan
mengenai cara menghitung beta disertakan di bagian akhir artikel ini.
Rm didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung mendapatkan
nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara memprediksi historisnya
yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan return IHSG tahun x-1. Dari definisi
CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang
periode yang lalu. Untuk mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa
tingkat return IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara
analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus menentukan faktor-faktor
yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan regresi dari IHSG dan faktor yang
mempengaruhinya. Dan terakhir anda harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi
IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari
hasil penelitian empiris dari peneliti lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan
(minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional
adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko
harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu
investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.
Risiko sistematis dan tidak sistematis adalah konsep penting dalam manajemen risiko dan
berinvestasi di pasar berjangka serta dalam lindung nilai. Memahami perbedaan antara keduanya
dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi posisi berjangka dan lindung nilai adalah kunci
untuk mengelola risiko dengan lebih efektif. Dalam prakteknya, strategi yang sukses harus
mempertimbangkan kedua jenis risiko ini untuk mencapai tujuan manajemen risiko yang
optimal.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk memperoleh
informasi mengenai Capital Asset Pricing Model (CAPM). Namun kami sadar bahwa dalam
makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan
bantuan pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan
memberikan saran. Terima kasih atas perhatiannya, kami tunggu saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ary Gumanti, Tatang. 2011. Manajemen Investasi Konsep, Teori dan Aplikasi. Jakarta.
Burton, Jonathan. 1998. Revisiting The Capital Asset Pricing Model. Dow Jones Asset Manager,
May/June 1998, pp. 20-28 [Also Available at
http://www.stanford.edu/~wfsharpe/art/djam/djam.htm%5D.
Klaus Kobold, Interest Rate Futures Markets and Capital Market Theory Theoretical Concepts
and Empirical Evidence
Moorad Choudhry Didier Joannas Gino Landuyt Richard Pereira Rod Pienaar, Capital Market
Instruments Analysis and Valuation 3rd Edition
Naftali, Yohan. Capital Asset Pricing Model (CAPM). Yohan Naftali. 2 November 2007, Revisi
6 Agustus 2009. Yohan Naftali. http://yohanli.com/2007/11/capital-asset-pricing-m
odel-capm [Accessed date].
Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-
280):