Anda di halaman 1dari 27

Bahan capm

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

NABILA MUTMAINNAH SALAM (A021191018)

ANNISA MAULIDA (A021191195)

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MANAJEMEN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model Keseimbangan
(CAPM)” dengan baik. Meskipun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Dan pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing,
membantu, dan mendorong dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca, khususnya bagi kami sendiri dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami mengenai pembuatan makalah
dan kami juga sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini memang
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang nantinya, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya saran yang membangun. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi para pembaca dan
dosen.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, makalah ini penulis
persembahkan kepada dunia pendidikan. Semoga makalah ini dapat
menjadi nilai amal dari Allah swt. Amin.

Makassar, 03 April 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan Masalah...........................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................


A. Definisi dan Asumsi-Asumsi dalam CAPM................................
B. Portofolio Pasar............................................................................
C. Garis Pasar Modal (CML)..............................................................
D. Garis Pasar Sekuritas (SML)........................................................
E. Sekuritas yang Undervalued dan Overvalued...........................
F. Pengujian terhadap CAPM...........................................................
G. E......................................................................................................
H. Ef.....................................................................................................

BAB III DATA & PEMBAHASAN..............................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................


A. Kesimpulan....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan salah satu
model yang dapat menghubungkan tingkat return harapan dari suatu
aset berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada kondisi pasar
yang seimbang.
CAPM bertujuan membantu investor dalam melakukan seleksi
saham dan meminimalisir investasi yang berisiko. Penggunaan
CAPM diharapkan dapat membantu investor untuk menggambarkan
kondisi pasar yang bersifat kompleks, serta memperkecil risiko
investasi dan mengestimasi besarnya return yang diperoleh.
Pada dasarnya analisis Capital Asset Pricing Models (CAPM)
merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan antara tingkat
risiko dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saharn.
Analisis Capital Asset Pricing Models ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat risiko dan tingkat keuntungan
pada perusahaan yang terdaftar di Indeks saham LQ45. Konsep
analisis ini menggunakan harga pasar saham dan harga saham
masing-masing perusahaan untuk menghitung tingkat risiko individu
dengan menggunakan rumus beta. Sedangkan untuk mengetahui
tingkat keuntungan harapan yaitu dengan memperhitungkan tingkat
keuntungan bebas risiko yang dalam penelitian ini diwakili oleh suku
bunga SBI, harga pasar saham, dan hasil perhitungan dari beta itu
sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar kecilnya
tingkat risiko dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari
investasi saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks saham
LQ45.

Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai Capital


Asset Pricing Model tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dalam penulisan makalah ini
antara lain:
1. Bagaimana penjelasan mengenai definisi dan asumsi-
asumsi dalam CAPM?
2. Bagaimana penjelasan mengenai portofolio pasar?
3. Bagaimana penjelasan mengenai garis pasar modal (CML)?
4. Bagaimana penjelasan mengenai garis pasar sekuritas
(SML)?
5. Bagaimana penjelasan mengenai sekuritas yang
undervalued dan overvalued?
6. Bagaimana penjelasan mengenai pengujian terhadap
CAPM?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dalam penulisan makalah ialah:
1. Untuk mengetahui definisi dan asumsi-asumsi dalam
CAPM.
2. Untuk mengetahui mengenai portofolio pasar.
3. Untuk mengetahui tentang garis pasar modal (CML).
4. Untuk mengetahui tentang garis pasar sekuritas (SML).
5. Untuk mengetahui tentang sekuritas yang undervalued dan
overvalued.
6. Untuk mengetahui tentang pengujian terhadap CAPM.

2
BAB II

A. Definisi dan Asumsi-Asumsi dalam CAPM


CAPM pertama kali diperkenalkan oleh Sharpe, Lintner, dan
Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. CAPM merupakan suatu
model yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu asset
berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi pasar yang
seimbang.
CAPM didasari oleh teori portofolio yang dikemukakan oleh
Markowitz. Berdasarkan model Markowitz, masing-masing dari
investor diasumsikan akan mendiversifikasikan portofolionya dan
memilih portofolio yang optimal atas dasar preferensinya terhadap
return dan risiko dari saham-saham yang dimasukkan ke dalam
portofolio optimal. Adapun portofolio pilihannya merupakan hasil
berupa titik-titik portofolio yang terletak di sepanjang garis portofolio
efisien. Di samping asumsi tersebut, terdapat beberapa asumsi lain
di dalam CAPM yang dibuat untuk menyederhanakan realitas yang
ada, yakni sebagai berikut:
1. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat
return di masa depan yang identik, karena mereka
mempunyai harapan atau ekspektasi yang hampir sama.
Semua investor menggunakan sumber informasi seperti
tingkat return, varians return, dan matriks korelasi yang sama
dalam kaitannya dengan pembentukan portofolio yang
efisien.
2. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama,
misalnya satu tahun

3
3. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau
meminjamkan (lending) uang pada tingkat return yang bebas
risiko
4. Penjualan singkat (Short-Selling) tanpa batas diperbolehkan.
Investor individu dapat menjual sejumlah saham apa saja.
5. Tidak ada biaya transaksi. Tidak ada biaya (gesekan) untuk
membeli atau menjual aset apa pun. Jika ada biaya
transaksi, pengembalian dari aset apa pun akan menjadi
fungsi apakah investor memilikinya sebelum periode
keputusan. Jadi memasukkan biaya transaksi ke dalam
model menambah banyak kerumitan. Apakah perlu
memperkenalkan kompleksitas ini tergantung pada
pentingnya biaya transaksi bagi keputusan investor.
6. Tidak ada pajak pendapatan. Misalnya, bahwa investor tidak
peduli dengan bentuk dividen atau keuntungan modal
dimana pengembalian investasi diterima
7. Tidak ada inflasi
8. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satu pun
investor yang dapat mempengaruhi harga suatu sekuritas.
Semua investor adalah price-taker
9. Pasar berada dalam keadaan seimbang (Equiblirium)
10. Asumsi selanjutnya berhubungan dengan homogenitas
harapan. Pertama, investor diasumsikan memperhatikan
rata-rata dan varians pengembalian (atau harga selama satu
periode), dan semua investor diasumsikan menentukan
periode yang relevan dengan cara yang persis sama. Kedua,
semua investor diasumsikan memiliki ekspektasi yang sama
sehubungan dengan input yang diperlukan untuk keputusan
portofolio. Seperti yang telah kami katakan berkali-kali, input
ini adalah pengembalian yang diharapkan, varians
pengembalian, dan matriks korelasi yang mewakili struktur
korelasi antara semua pasangan saham.

4
Asumsi diatas terlihat tidak realistis, namun mempelajari CAPM
merupakan hal yang penting karena model CAPM adalah model
yang secara parsimony (sederhana) yang dapat menggambarkan
atau memprediksi realitas di pasar yang bersifat kompleks, meskipun
bukan kepada realitas asumsi-asumsi yang digunakan. Oleh
karenanya, CAPM sebagai sebuah model keseimbangan yang bisa
membantu investor dalam menyederhanakan gambaran realitas
hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang
sangat kompleks.
Apabila seluruh asumsi diatas terpenuhi, maka akan tercipta
pasar yang seimbang. Dalam kondisi pasar yang seimbang, investor
tidak akan bisa memperoleh return abnormal (return ekstra) dari
tingkat harga yang terbentuk, termasuk bagi investor yang
melakukan perdagangan spekulatif. Oleh karena itu, kondisi tersebut
akan mendorong semua investor untuk memilih portofolio pasar,
yang terdiri dari semua asset berisiko yang ada. Portofolio pasar
tersebut akan berada pada garis permukaan efisien (efficient frontier)
dan sekaligus merupakan portofolio yang optimal.
*
CAPM merupakan suatu teori yang menjelaskan hubungan
antara tingkat risiko dengan tingkat pengembalian yang digambarkan
dalam security market line yang menerangkan bahwa tingkat
keuntungan harapan ditentukan oleh besarnya risiko sistematik
(beta). Risiko sistematik adalah risiko return suatu saham yang tidak
dapat dihilangkan dengan diversifikasi (diversiable risk) atau risiko
yang mempengaruhi banyak (semua) perusahaan, sehingga sering
disebut dengan risiko pasar. Risiko ini dapat berupa tingkat bunga,
keadaan pasar, ataupun tingkat inflasi. Risiko sistematik secara
keseluruhan tidak dapat dihindari seberapapun baiknya seorang
investor melakukan diversifikasi. Apabila pasar turun dengan tajam
maka banyak saham akan terpengaruh untuk kuun dengan tajam,

5
namun intensitas penambahan antara satu saham dengan saham
lainnya berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena risiko sistematik
suatu saham pada dasarnya berbeda-beda. Intensitas risiko
sistematik suatu saham dapat diukur dengan menggunakan beta.

B. Portofolio Pasar
Pada kondisi pasar yang seimbang, maka semua investor akan
memilih portofolio pasar. Portofolio pasar adalah portofolio yang
terdiri dari semua asset berisiko yang juga merupakan portofolio
yang optimal. Berdasarkan teori portofolio Markowitz, portofolio yang
efisien adalah portofolio yang berada di sepanjang kurva efficient
frontier.
Titik M pada gambar dibawah merupakan titik persinggungan
antara garis yang ditarik Rf (tingkat return bebas risiko) dengan
efficient frontier yang terdiri atas portofolio asset-aset berisiko. Titik
M ini merupakan titik dengan sudut tangent tertinggi bila
dibandingkan dengan titik-titik lainnya di sepanjang garis efficient
frontier, sehingga jika garis Rf-L dihubungkan dengan garis efficient
frontier, maka titik persinggungan akan berada di titik M.

6
Dalam kondisi pasar yang seimbang, semua investor akan
memilih portofolio pada titik M sebagai portofolio yang optimal (terdiri
dari asset-aset berisiko). Seperti yang telah disebutkan diatas, dalam
pasar yang seimbang, terdapat asumsi bahwa semua investor

menggunakan analisis Markowitz yang sama dalam pemilihan


portofolio, sehingga semua pilihan portofolio investor akan mengarah
pada satu portofolio asset berisiko yang sama (titik M), dan portofolio
inilah yang disebut dengan portofolio pasar.

Meskipun investor bisa saja memilih titik yang berbeda di


sepanjang garis asset Rf-L (terdiri dari titik-titik portofolio yang
merupakan gabungan asset berisiko dan asset bebas risiko),
misalnya di titik C, semua investor diasumsikan akan berinvestasi
pada portofolio asset berisiko yang sama, yakni titik M.
Perbedaannya bahwa di titik M hanya terdiri dari portofolio pasar
yang merupakan gabungan asset-aset berisiko saja, sedangkan titik
C merupakan kombinasi antara asset bebas berisiko dengan
portofolio aset berisiko. Portofolio pada titik M akan selalu terdiri dari
semua aset berisiko, sehingga bisa disimpulkan pada CAPM,

7
portofolio pasar adalah portofolio aset berisiko yang optimal. Karena
portofolio pasar terdiri dari semua aset berisiko, maka portofolio
tersebut merupakan portofolio yang sudah terdiversifikasi dengan
baik. Dengan demikian, risiko portofolio pasar hanya akan terdiri dari
risiko sistematis saja, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan oleh
diversifikasi. Risiko sistematis ini terkait dengan factor-faktor
ekonomi makro yang bisa mempengaruhi semua sekuritas yang ada.
Apa yang bisa dijadikan ukuran portofolio pasar? Berdasarkan
model CAPM, portofolio pasar seharusnya meliputi semua aset
berisiko yang ada, baik itu aset finansial (obligasi, opsi, futures dan
sebagainya) maupun aset riil (emas, real estate). Tetapi dalam
kenyataannya hal itu sulit dilakukan karena jumlahnya yang sangat
banyak dan tidak mungkin untuk diamati satu per satu. Untuk itu,
diperlukan suatu proksi portofolio pasar, yang bisa diwakili oleh
portofolio yang terdiri dari semua saham yang ada di pasar. Proksi ini
bisa diwakili oleh nilai indeks pasar, seperti Indeks Pasar Gabungan
(IHSG) ataupun LQ45, untuk kasus di Indonesia. Untuk selanjutnya,
indeks pasar inilah yang digunakan sebagai portofolio pasar.
Portofolio tersebut merupakan portofolio yang terdiri dari aset
berisiko, dan risiko portofolio itu dapat diukur dengan menggunakan
nilai deviasi standar dari rata-rata return pasar.

C. Garis Pasar Modal (Capital Market Line/CML)


Untuk memahami hubungan antara risiko dan return maka
investor dapat memandangnya dari dua konteks, yaitu konteks
portofolio efisien dan konteks sekuritas individual. Hubungan antara
risiko dan return portofolio efisien akan menghasilkan garis
pasar modal (capital market line, CML). Sementara hubungan
antara risiko dengan return sekuritas individual akan
menghasilkan garis pasar sekuritas (security market line, SML).
Garis pasar modal (Capital Market Line, CML)
menggambarkan hubungan antara return harapan dengan risiko total

8
dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Berdasarkan pada
gambar 6.1, terlihat bahwa titik M merupakan titik persinggungan
antara garis Rf – L dengan kurva efficient frontier. Asumsinya,, pada
pasar yang seimbang, semua investor akan berinvestasi pada
portofolio M, karena portofolio M merupakan portofolio aset berisiko
yang optimal. Selanjutnya, jika kita Tarik garis dari titik R f ke titik L dan
menyinggung titik M, maka pilihan investor akan berada pada titik-
titik tertentu di sepanjang garis R f – M. Pilihan masing-masing
investor bisa berbeda-beda tergantung dari kombinasi porsi dana
yang akan diinvestasikan pada aset berisiko dan aset yang bebas
risiko. Jika pilihan investor berada pada titik R f, berarti 100%
dana investor akan diinvestasikan pada aset bebas risiko.
Sebaliknya, jika pilihan investor berada pada titik M, berarti 100%
dana investor diinvestasikan pada aset berisiko. Sedangkan, jika
pilihan investor berada di titik-titik setelah M (antara titik M dan
L), berarti investor menginvestasikan lebih dananya pada aset
berisiko dengan porsi yang melebihi 100%. Tindakan ini sering
disebut sebagai short-selling, yaitu meminjam sejumlah dana
sebagai tambahan dana untuk diinvestasikan pada aset berisiko
(sehingga total dana yang diinvestasikan adalah 100% plus
porsi pinjaman).
Pada pembahasan CML, kita asumsikan bahwa investor tidak
melakukan short-selling sehingga pilihan portofolio investor akan
berada pada titik-titik di sepanjang garis R f-M. Jika kurva efficient
frontier pada gambar 6.1 dihilangkan, dan kita hanya mengambil titik
M saja sebagai portofolio aset berisiko yang optimal, maka akan
didapatkan garis Rf – L yang selanjutnya akan disebut sebagai garis
CML. Dengan demikian, garis pasar modal (CML) dapat
digambarkan seperti pada gambar dibawah ini.

9
Gambar 6.2 diatas merupakan gambar garis pasar modal
dengan tidak menampilkan efficient frontier. Garis CML tersebut
mendorong sumbu vertical pada titik R f. selisih antara tingkat return
harapan dari portofolio pasar (E(R m)) dengan tingkat return bebas
risiko merupakan tingkat return tambahan yang bisa diperoleh dari
investor, sebagai kompensasi atas risiko portofolio pasar ( σ m) yang
harus ditanggungnya. Selisih return pasar dan return bebas risiko ini
disebut juga dengan premi risiko portofolio pasar (E(Rm)-Rf).
Besarnya risiko portofolio pasar ditunjukkan oleh garis putus-putus
horizontal dari Rf sampai σ m.

Kemiringan (slope) CML pada gambar diatas menunjukkan


bahwa harga pasar risiko (market price of risk) untuk portofolio yang
efisien atau harga keseimbangan risiko di pasar. Besarnya slope
CML akan mengindikasikan tambahan return yang disyaratkan pasar
untuk setiap 1% kenaikan risiko portofolio. Slope CML dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

E ( Rm )−R f
=SlopeCML
σm

10
Contoh:
Dalam kondisi pasar yang seimbang, return harapan pada
portofolio pasar adalah sebesar 15% dengan deviasi standar
sebesar 20%. Tingkat return bebas risiko sebesar 8%. Maka slope
CML akan sebesar:
(0,15 – 0,08) : 0,20 = 0,35
Dengan demikian, slope CML sebesar 0,35 ini dapat diartikan
bahwa setiap terjadi kenaikan 1% risiko portofolio, maka tambahan
return yang disyaratkan oleh pasar sebesar 0,35%. Dengan
mengetahui slope CML dan garis intersep (R f) tersebut, maka kita
dapat membentuk persamaan CML tersebut menjadi:

E ( Rm ) −Rf
E( R p)=R f + σp
σm
Keterangan:
E(Rp) = tingkat return harapan untuk suatu portofolio yang efisien
pada CML
Rf = Tingkat return pada aset yang bebas risiko
E(Rm) = tingkat return portofolio pasar (M)
σm = deviasi standar return pada portofolio pasar
σp = deviasi standar portofolio efisien yang ditentukan

Dari persamaan 6.2 tersebut, terlihat bahwa tingkat return


harapan dari setiap portofolio yang efisien pada CML adalah
penjumlahan tingkat return bebas risiko (R f) dengan hasil perkalian
antara harga pasar risiko (Slope CML) dan risiko portofolio tersebut.
Dari uraian penjelasan diatas, terdapat beberapa hal penting
yang dapat ditarik kesimpulan bahwa mengenai garis pasar modal
(CML) ialah sebagai berikut:
1. Garis pasar modal (CML) terdiri dari portofolio efisien yang
merupakan kombinasi dari aset yang berisiko dan aset yang
bebas risiko. Portofolio M, merupakan portofolio yang terdiri

11
dari aset yang berisiko, atau disebut dengan portofolio pasar.
Sedangkan titik Rf merupakan pilihan aset yang bebas risiko.
Kombinasi atau titik-titik portofolio di sepanjang garis R f – M ini
selanjutnya merupakan portofolio yang efisien bagi investor.
2. Slope CML akan cenderung positif karena adanya asumsi
bahwa investor bersifat risk-averse. Artinya investor hanya
akan mau berinvestasi pada aset yang berisiko, jika
mendapatkan kompensasi berupa return harapan yang lebih
tinggi. Dengan demikian, semakin besar risiko suatu investasi
maka semakin besar pula return harapannya.
3. Berdasarkan data historis, adanya risiko akibat perbedaan
return actual dan return harapan akan bisa menyebabkan
slope CML yang negative. Slope negative ini terjadi bila
tingkat return actual portofolio pasar lebih kecil dari tingkat
keuntungan bebas risiko.
Garis pasar modal dapat digunakan untuk menentukan tingkat
return harapan untuk setiap risiko portofolio yang berbeda.

D. Garis Pasar Sekuritas (Security Market Line/SML)


Dalam penjelasan garis pasar modal (CML) diatas maka dapat
disimpulkan bahwa CML mampu memberikan gambaran tentang
hubungan risiko dan return pada pasar yang seimbang, untuk
portofolio-portofolio yang efisien. Tetapi, bagaimana halnya dengan
kasus portofolio yang tidak efisien ataupun aset-aset individual?
Untuk menggambarkan hubungan risiko dan return dari aset-aset
individual ataupun portofolio yang tidak efisien, kita bisa
menggunakan Garis Pasar Sekuritas (Security Market Line).
Garis Pasar Sekuritas atau security market line (SML)
adalah garis yang menghubungkan tingkat return harapan dari
suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). SML digunakan
untuk menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar yang
seimbang, yaitu menilai tingkat return yang diharapkan dari suatu

12
sekuritas individual pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu
(beta). Sedangkan CML dapat dipakai untuk menilai tingkat return
diharapkan dari suatu portofolio yang efisien, pada suatu tingkat
risiko portofolio efisien tertentu.
Bagaimana cara menghitung kontribusi risiko sekuritas
individual terhadap risiko portofolio? Untuk menghitung risiko
portofolio yang terdiri dari berbagai jenis aset, maka dapat digunakan
deviasi standar suatu portofolio. Rumus ini juga dapat dipakai untuk
menghitung deviasi standar portofolio pasar.
Kontribusi masing-masing aset terhadap deviasi standar
portofolio pasar dipengaruhi oleh besarnya kovarian sekuritas
tersebut terhadap portofolio pasar, sehingga pada kondisi pasar
yang seimbang, ukuran risiko sekuritas yang dianggap relevan
adalah kovarian sekuritas tersebut dengan portofolio pasar.
Sedangkan besarnya kontribusi sekuritas terhadap risiko portofolio
pasar adalah:

σ I,M
σM

Dalam hal ini, sigma im adalah kovarian sekuritas tersebut


dengan portofolio pasar. Dengan memasukkan kontribusi sekuritas
terhadap risiko portofolio dalam persamaan CML, maka kita dapat
menghitung return diharapkan suatu sekuritas dengan menggunakan
persamaan berikut ini:

( )
E ( R m )−R f σ I , M
E(R I )=R f +
σM σM
E ( R m )−R f
E(R I )=R f + σi , M
σ2 M
Persamaan diatas dapat disederhanakan dengan cara sebagai
berikut:

13
σi, M
β i= 2
σ M

Maka, return harapan dari suatu sekuritas dapat dihitung


sebagai berikut:
E(Ri) = Rf + β i [(ERM) - Rf)]
Gambaran tentang hubungan risiko dengan tingkat return
harapan dari sekuritas individual, dapat digambarkan seperti pada
kurva dibawah ini:

Risiko sekuritas dalam gambar diatas ditunjukkan dengan beta


karena pada pasar yang seimbang portofolio yang terbentuk sudah
terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang relevan adalah
risiko sistematis (beta). Beta merupakan ukuran risiko sistematis
suatu sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi. Beta menunjukkan sensitivitas return sekuritas
terhadap perubahan return pasar. Semakin tinggi beta suatu
sekuritas maka semakin sensitif sekuritas tersebut terhadap
perubahan pasar. Sebagai ukuran sensitivitas return saham, beta

14
juga dapat digunakan untuk membandingkan risiko sistematis antara
satu saham dengan saham yang lainnya.
Dalam model keseimbangan CAPM, nilai beta sangat
mempengaruhi tingkat return harapan pada suatu sekuritas. Semakin
tinggi nilai beta dan return pasar maka akan semakin tinggi return
yang disyaratkan oleh investor.
Berdasarkan hubungan tingkat return dengan beta, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa return harapan dari sekuritas i terdiri dari
dua komponen utama penyusun tingkat return yang disyaratkan
investor (required rate of return), yaitu: tingkat return bebas risiko
dan premi risiko. Tingkat return yang disyaratkan adalah jumlah
minimum return yang disyaratkan investor untuk berinvestasi pada
sekuritas tertentu. Secara matematis, hubungan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
ki = tingkat risiko aset bebas risiko + premi risiko
= Rf + β i [E(Rm) - Rf]
Keterangan:

ki = tingkat return yang disyaratkan investor pada sekuritas i


E(Rm) = return portofolio pasar yang diharapkan
βi = koefisien beta sekuritas i
Rf = tingkat return bebas risiko
Dari persamaan diatas maka kita dapat mengetahui besarnya
premi risiko untuk sekuritas i (risk premium). Premi risiko sekuritas i
dapat dihitung dengan mengalikan beta sekuritas tersebut dengan
premi risiko pasar (market risk premium). Sedangkan premi risiko
pasar adalah selisih antara return harapan pada portofolio pasar
[E(Rm)] dengan tingkat return bebas risiko (Rf).

E. Sekuritas yang Undervalued dan Overvalued


Pada kondisi pasar yang seimbang, harga sekuritas-sekuritas
seharusnya berada pada SML karena titik-titik pada SML

15
menunjukkan tingkat return harapan pada suatu tingkat risiko
sistematis tertentu. Akan tetapi terkadang dapat terjadi suatu
sekuritas yang tidak berada pada SML, karena sekuritas tersebut
mengalami keadaan undervalued atau overvalued. Dengan
mengetahui besarnya beta suatu sekuritas maka kita dapat
menghitung tingkat return harapan pada sekuritas tersebut. Jika
tingkat return harapan tidak berada pada SML maka sekuritas
tersebut berada pada keadaan undervalued atau overvalued.
Sebagai contoh, seorang analis yang menggunakan teknik
fundamental menganalisis tingkat return harapan dari sekuritas A
dan sekuritas B. adapun hasil pengamatannya digambarkan pada
kurva dibawah ini.

Pada gambar diatas, terlihat bahwa sekuritas A terletak di atas


SML. Sekuritas tersebut dinilai sebagai sekuritas rendah atau
undervalued karena tingkat return harapan E(R A’) lebih besar dari
return yang disyaratkan oleh investor E(RA’). Dari gambar tersebut,
terlihat bahwa dengan beta A sebesar β( A ), sehingga besarnya return
yang disyaratkan oleh investor adalah E(R A). akan tetapi, hasil

16
analisis menunjukkan bahwa sekuritas A akan memberikan return
harapan sebesar E(RA’).
Selanjutnya, investor yang mengetahui bahwa sekuritas A
mengalami keadaan undervalued, akan tergerak untuk melakukan
pembelian sekuritas A tersebut. Dengan demikian, permintaan
sekuritas A akan naik dan sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran bahwa selanjutnya harga dari sekuritas A akan naik pula.
Sebaliknya, return sekuritas A akan turun sampai dengan tingkat
yang diindikasikan oleh SML yaitu E(RA).
Sedangkan pada sekuritas B, menurut hasil analisis
fundamental ialah terletak pada bawah SML, sehingga sekuritas B
dikatakan ternilai lebih atau overvalued. Hal ini dikarenakan tingkat
return harapan E(RB’) lebih kecil dari return yang disyaratkan oleh
investor E(RB). Investor yang mengetahui bahwa sekuritas B
mengalami overvalued akan berusaha untuk menjual, sehingga
jumlah penawaran sekuritas B akan naik dan menyebabkan
harganya menjadi turun. Selanjutnya, return sekuritas B akan naik
sampai pada tingkat return yang disyaratkan oleh investor E(R B).

Estimasi garis pasar sekuritas

Untuk membentuk persamaan SML maka seorang investor


perlu mengestimasi tiga variabel, yaitu: tingkat return bebas risiko,
tingkat return harapan oleh pasar (diwakili oleh indeks pasar), dan
besarnya nilai beta untuk masing-masing sekuritas. Umumnya
estimasi return bebas risiko menggunakan data return obligasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah, misalnya untuk Indonesia
menggunakan sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sedangkan estimasi
return pasar umumnya menggunakan data indeks pasar, seperti
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ataupun LQ45.
Beta sekuritas, sebagai komponen ketiga merupakan variabel
yang penting dalam proses estimasi CAPM. Dalam teori CAPM, beta
merupakan satu-satunya faktor risiko yang relevan untuk mengukur

17
risiko sekuritas. Estimasi terhadap beta perlu dilakukan untuk setiap
sekuritas. Sedangkan untuk estimasi variabel return bebas risiko dan
return pasar hanya perlu dilakukan sekali saja dan dapat dipakai
untuk mengestimasi SML setiap sekuritas.

Estimasi Beta

Untuk mengestimasi besarnya koefisien beta, maka dapat


digunakan market model. Pada dasarnya market model itu sama
dengan single index model, hanya saja pada market model tidak
digunakan asumsi bahwa error term untuk setiap sekuritas tidak
berkorelasi antara satu dengan yang lainnya. oleh karena itu,
persamaan market model dapat dituliskan juga seperti persamaan
single index model yakni sebagai berikut:
Ri = αi + βi. RM + ei
Keterangan:
Ri = return sekuritas i
αi = intersep
βi = slope
RM = return indeks pasar
ei = random residual error
Bagaimana cara mengestimasi persamaan market model
diatas? Caranya ialah dengan melakukan regresi antara return
sekuritas yang akan dinilai dengan return indeks pasar. Regresi
tersebut akan menghasilkan nilai αi (merupakan ukuran return
sekuritas I yang tidak terkait dengan return pasar) dan βi
(menunjukkan besarnya slope yang mengindikasikan peningkatan
return harapan pada sekuritas i untuk setiap kenaikan pasar sebesar
1%). Persamaan market model diatas selanjutnya dapat dipakai
untuk membentuk garis karakteristik (characteristic line), yaitu garis
yang menghubungkan total return sekuritas dengan return pasar,
dengan cara melakukan plotting titik-titik return total suatu saham
dalam suatu periode tertentu terhadap return total indeks pasar.

18
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengestimasian beta
adalah data dan sumbernya. Data yang diperoleh dari sumber yang
berbeda sering menghasilkan beta yang berbeda-beda untuk suatu
aset yang sama. Hal ini dikarenakan nilai beta estimasian memiliki
kemungkinan berbeda-beda apabila dihasilkan dari data yang
berbeda-beda pula.
Beta dapat dihitung dengan menggunakan return harian,
mingguan. bulanan, semesteran atau tahunan. Beta juga dapat
diestimasi dengan jangka waktu periode yang pendek, misalnya
beberapa minggu atau periode yang panjang seperti 5 tahun atau
lebih. Selain itu, pemilihan indeks pasar misalnya IHSG atau LQ45
untuk mengukur return portofolio pasar juga menyumbang
perbedaan estimasi beta.

F. Pengujian terhadap CAPM


Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan mengenai CAPM
adalah sebagai berikut:
1. Risiko dan return berhubungan positif, artinya semakin
besar risiko maka semakin besar pula return-nya.
2. Ukuran risiko sekuritas yang relevan adalah ukuran
“kontribusi” risiko sekuritas terhadap risiko portofolio.
Untuk menguji validitas CAPM, maka perlu dilakukan
penelitian-penelitian empiris mengenai CAPM. Apabila CAPM valid,
maka hasil penelitian empiris akan menunjukkan bahwa return yang
terjadi (realized return) akan sama dengan estimasi return dengan
menggunakan CAPM.
Pengujian terhadap CAPM dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Ri = ai + a2 βi
Dalam hal ini:
Ri = rata-rata return sekuritas i dalam periode tertentu
βi = estimasi beta sekuritas i

19
Apabila CAPM valid, maka nilai ai akan mendekati nilai rata-rata
return bebas risiko selama periode pengujian dan nilai a 2 akan
mendekati rata-rata premi risiko pasar selama periode tersebut.
Terdapat banyak pengujian empiris telah dilakukan para peneliti
terdahulu. Meskipun CAPM dapat diterapkan pada seluruh aset
finansial, pengujian empiris untuk teori ini kebanyakan telah
difokuskan pada saham biasa, dan dengan menerapkan pendekatan
dua langkah. Sebagai langkah pertama adalah pengestimasian
beta. Beta-beta saham diestimasi biasanya dengan menggunakan
persamaan single index model ataupun market model.
Dalam langkah pertama ini, analis apat mencari data misalnya
return bulanan selama 60 bulan dari sejumlah sampel besar dari
saham-saham. suatu indeks pasar misalnya IHSG juga dapat dipilih
berkat data return bulanannya. Selanjutnya beta tiap saham dapat
diestimasi dengan menjalankan regresi untuk tiap saham terhadap
IHSG.
Terdapat banyak studi yang menunjukkan bahwa beta-beta
saham individual diestimasi dengan beberapa kekeliruan (error)
sehingga menghasilkan beta yang berubah antar waktu. Akan tetapi,
beta portofolio jauh lebih stabil sepanjang waktu sehingga
menyediakan estimasi yang lebih baik apabila dibandingkan beta
saham individual. Oleh karena itu, banyak studi empiris membentuk
portofolio-portofolio yang dibobot secara sama dari saham-saham
dalam sampelnya untuk menguji CAPM. Sebagai contoh, peneliti
dapat merangking saham-saham secara menaik berdasarkan
besarnya beta saham individual yang diestimasi. Portofolio-portofolio
dibentuk sehingga portofolio 1 mengandung saham-saham dengan
beta terkecil diikuti dengan portofolio 2, dan seterusnya.
Adapun langkah kedua dalam menguji CAPM adalah dengan
meregresikan return actual saham-saham individual terhadap beta-
beta saham tersebut atau mregresikan return actual portofolio-

20
portofolio yang dibentuknya terhadap beta-beta portofolio tersebut.
Dengan menjalankan regresi tersebut selama periode waktu yang
berbeda maka peneliti dapat menentukan apakah a i dan a2 sesuai
dengan teori CAPM.
Setelah nilai-nilai runtut waktu untuk a 0 dan a1 diperoleh, maka
hasilnya dievaluasi menurut prediksi CAPM. Menurut CAPM,
hubungan antara βi dan Ri seharusnya adalah positif. Nilai rata-rata
a2 yang positif menunjukkan bahwa sekuritas dengan risiko
sistematis yang lebih tinggi seharusnya mempunyai return rata-rata
yang juga lebih tinggi.
Elton dan Gruber (1995) mendokumentasi kesimpulan dari
hasil-hasil penelitian empiris mengenai pengujian CAPM yakni
sebagai berikut:
1. SML yang terbentuk cenderung berbentuk linier
2. Sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa
intersep SML lebih besar dari return bebas risiko (R f)
3. Slope CAPM (a2) yang dihasilkan cenderung lebih kecil dari
slope hasil perhitungan dari teori CAPM
4. Meskipun hasilnya beragam, tetapi dapat ditarik kesimpulan
bahwa investor hanya akan mendapatkan return
berdasarkan risiko sistematis yang diasumsikan.

G. Efficient Frontier dengan Short Sales Diperkenankan


Short selling adalah suatu mekanisme penjualan saham yang
dimana pada saat transaksi dilakukan, penjual tidak memiliki saham
yang ditransaksikan. Penjual melakukan short selling dengan
harapan terjadi penurunan harga saham pada saat penjual tersebut
mencari saham di pasar untuk memenuhi kewajiban penyerahan
pada saat penutupan transaksi. Pada skema short selling yang
sederhana, penjual melakukan short selling dengan meminjam
saham dan kemudian mencari saham di bursa untuk mengembalikan
saham yang dipinjam tersebut.

21
H. Efficient Frontier dengan Riskless Lending &
Borrowing
Kita dapat mempertimbangkan pinjaman (lending) pada tingkat
tanpa risiko sebagai investasi dalam aset dengan hasil tertentu
(misalnya, tagihan pemerintah jangka pendek atau rekening
tabungan). Meminjam (Borrowing) dapat dianggap sebagai menjual
sekuritas semacam itu; sehingga pinjaman dapat dilakukan pada
tingkat tanpa risiko.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada makalah ini telah dibahas mengenai bentuk Sharpe-Lintner-
Mossin dari hubungan ekuilibrium umum di pasar modal. Model ini,
biasanya disebut sebagai model penetapan harga aset modal atau CAPM
standar, merupakan kontribusi mendasar untuk memahami cara di mana
pasar modal berfungsi. Penting untuk menyoroti beberapa implikasi dari
model ini.
Pertama, telah ditunjukkan bahwa, berdasarkan asumsi CAPM, satu-
satunya portofolio aset berisiko yang akan dimiliki investor mana pun
adalah portofolio pasar. Perlu diingat bahwa portofolio pasar adalah

22
portofolio di mana bagian yang diinvestasikan dalam aset apa pun sama
dengan nilai pasar aset tersebut dibagi dengan nilai pasar semua aset
berisiko. Setiap investor akan menyesuaikan risiko portofolio pasar
dengan kombinasi risiko-pengembalian yang diinginkannya dengan
menggabungkan portofolio pasar dengan pinjaman atau pinjaman pada
tingkat tanpa risiko. Ini mengarah langsung ke teorema dua reksa dana.
Dua teorema reksa dana menyatakan bahwa semua investor dapat
membangun portofolio optimal dengan menggabungkan dana pasar
dengan aset tanpa risiko. Jadi semua investor akan memegang portofolio
di sepanjang garis yang menghubungkan R F dengan RM sebagai imbalan
yang diharapkan.
Garis pasar modal (Capital Market Line, CML) menggambarkan
hubungan antara return harapan dengan risiko total dari portofolio efisien
pada pasar yang seimbang. Rumusnya ialah sebagai berikut:
E ( Rm ) −Rf
E( R p)=R f + σp
σm
Garis Pasar Sekuritas atau Security Market Line (SML) adalah
garis yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu sekuritas
dengan risiko sistematis (beta). Adapun rumusnya ialah sebagai berikut:
E ( R m )−R f
E(R I )=R f + 2
σi , M
σ M

23
DAFTAR PUSTAKA

Tandelilin, Eduardus. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi.


Edisi Pertama. Penerbit Kanisius (IKAPI), Yogyakarta.

J Elton, Edwin, dkk (2014). Modern Portfolio Theory and Investment


Analysis. Ninth Edition. WILEY

24

Anda mungkin juga menyukai