Disusun oleh:
Tandatangan :
Mata Ajaran : Teori Portofolio dan Analisis Investasi
Judul Makalah/Tugas: Arbitrage Pricing Theory (APT)
Tanggal : 11 April 2020
Dosen : Wawan S. N.,S.E.,M.Si.,Ak.CA
A. LATAR BELAKANG
Para pemodal individual (baik perorangan maupun lembaga keuangan) memilih
portofolio (atau berbagai portofolio) apabila mereka dihadapkan estimasi tentang
berbagai variable yang relevan. Apabila setiap pemodal individu bertindak seperti
yang kita pikirkan, maka kita akan berhasil merumuskan bagaimana seluruh pemodal
akan berprilaku, dan karenanya bagaimana harga dan tingkat keuntungan akan
ditentukan oleh pasar. Pembentukan model-model keseimbangan umum
memungkinkan kita untuk menentukan pengukur resiko yang relevan dan bagaimana
hubungan antara risiko untuk setiap asset apabila pasar modal berada dalam keadaan
seimbang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan arbritage pricing theory (APT)?
2. Bagaimana pengumuman, surprises, dan tingkat keuntungan yang diharapkan
dalam model faktor?
3. Bagaimana risiko sistematis dan tidak sistematis?
4. Bagaimana risiko sistematis dan beta?
5. Bagaimana portofolio dan model faktor?
6. Bagaimana beta dan tingkat keuntungan yang diharapkan?
7. Bagaimana hukum dan satuan harga?
8. Bagaimana perbandingan CAPM dan APT?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui arbritage pricing theory (APT).
2. Untuk mengetahui bagaimana pengumuman, surprises, dan tingkat keuntungan
yang diharapkan dalam model faktor
3. Untuk mengetahui bagaimana risiko sistematis dan tidak sistematis.
4. Untuk mengetahui risiko sistematis dan beta.
5. Untuk mengetahui portofolio dan model faktor.
6. Untuk mengetahui beta dan tingkat keuntungan yang diharapkan
7. Untuk mengetahui hukum dan satuan harga.
8. Untuk mengetahui perbandingan CAPM dan APT.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
ARBITRAGE PRICING THEORY
Capital Asset Pricing Model bukanlah satu-satunya teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar atau bagaimana
menentukan tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk suatu investasi. Ross
( 1976 ) merumuskan suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory
(APT). kalau pada CAPM analisis dimulai dari bagaimana pemodal membentuk
porofolio yang efisien ( ingat bahwa market portofolio yang mempunyai kedudukan
sentral dalam CAPM merupakan portofolio yang efisien), APT mendasarkan diri atas
pemikiran yang sama sekali berlainan.
APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua
kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa
dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah hokum satu
harga ( the law of one price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut
terjual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan
arbitrage dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko.
Misalkan sahan ABDA diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) dan Bursa
Efek Surabaya ( BES ). Apabila saham tersebut aktif diperdagangkan dan ternyata
harga di BEJ Rp.925 dan di BES Rp.950, maka pemodal akan bisa memperoleh laba
tanpa menanggung risiko dengan melakukan arbitrage. Yaitu membeli saham ABDA
di BEJ dan menjualnya di BES. Kalau dalam transaksi ini tidak terdapat biaya
transaksi,maka seharusnya harga saham tersebut sama di kedua bursa tersebut.
Perbedaan antara kedua model tersebut terletak pada perlakuan APT terhadap
hubungan antar tingal keuntungan sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat
keuntungan tersebut diperngaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan
industry. Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas-
sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor (atau faktor-faktor) yang sama. Sebaliknya,
meskipun CAPM mengakui adanya korelasi antar tingkat keuntungan, model tersebut
tidak menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi korelasi tersebut. Baik CAPM
maupun APT berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara tingkat
keuntungan yang diharapkan dengan risiko.
B. pengumuman, surprises, dan tingkat keuntungan yang diharapkan dalam
model factor
Tingkat keuntungan dari setiap sekuritas yang diperdagangkan di pasar keuangan
terdiri dari dua komponen. Pertama, tingkat keuntungan yang normal atau yang
diharapkan. Tingkat keuntungan ini merupakan bagian dari tingkat keuntungan actual
yang diperkirakan ( atau diharapkan) oleh para pemegang saham. Tingkat keuntungan
tersebut dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki oleh para pemodal. Kedua, adalah
tingkat keuntungan yang tidak pasti atau berisiko. Bagian tingkat keuntungan ini
berasal dari informasi yang berifat tidak terduga.
Secara formal, tingkat keuntungan suatu sekuritas dapat dituliskan menjadi,
R = E(R) + U
Dalam hal ini R adalah tingkat keuntungan actual, E(R) adalah tingkat
keuntungan yang diharapkan, dan U merupakan bagian keuntungan yang tidak
terduga.
Sebagai missal para pemodal memperkirakan bahwa pertumbuhan GNP ( Gross
National Product) akan sebesar 0.5 prosen dalam bulan ini. Apabila kemudian
pemerintah mengumumkan bahwa GNP memang meningkat sebesar 0.5% pada bulan
ini, maka para pemodal tidak akan melakukan tindakan apa-apa, karena bagi mereka
informasi tersebut bukan lagi merupakan kabar yang baru. Dengan kata lain, tidak
terjadi perubahan harga yang tidak diharapkan, karena para pemodal telah
memasukkan informasi tersebut dalam harga sekuritas. Dalam Bahasa keuangan,
market discount future events.
Sebaliknya apabila pengumuman pemerintah ternyata menyebutkan kenaikan
GNP mencapai 1,5%. Hal ini berarti bahwa pengumuman tersebut mempunyai unsur
surprise, yaitu (dalam hal ini) lebih tinggi dari yang diharapkan. Perbedaan antara
nilai expected dan actual tersebut (yaitu 1% pertumbuhan GNP di atas yang
diharapkan) disebut sebagai surprise atau innovation. Dengan adanya unsur surprise
tersebut, maka harga sekuritas akan berubah (naik), sehingga sebagai akibatnya akan
direalisir tingkat keuntungan yang lebih besar dari yang diharapkan.
Dengan demikian, setiap pengumuman dapat di bagi menjadi dua komponen,
yaitu
Pengumuman = Bagian yang diharapkan + surprise
Bagian yang diharapkan dari pengumuman tersebut telah dimasukkan dalam
penentuan E(R), dan surprise pengumuman tersebut akan mempengaruhi U.
Tentu saja banyak jenis informasi yang mungkin mempengaruhi harga sekuritas.
Informasi-informasi tersebut misalnya:
1) Berita tentang keberhasilan riset yang dilakukan perusahaan
2) Pengumuman pemerintah tentang pertumbuhan GNP
3) Berita bahwa prosuk pesaing mengalami gangguan
4) Penurunan tingkat bunga yang tidak diperkirakan
5) Penjualan yang meningkat lebih dari yang diharapkan
6) Dan lain lain
Kunci dalam analisis disini adalah apakah informasi tersebut mengandung unsur
surprise ataukah tidak. Surprise tersebut dapat bersifat positif, tetapi dapat pula
bersifat negatif.
C. Risiko sistematis dan tidak sistematis
Bagian keuntungan yang tidak terantisipasi, yaitu yang berasal dari surprise,
merupakan risiko yang dihadapi oleh para pemodal. Meskipun demikian, sumber
risiko tersebut dapat berasal dari faktor yang mempengaruhi semua (atau banyak)
perusahaan. Tetapi ada pula yang spesifik perusahaan tertentu. Sebagai misal,
pengumuman tentang angka pertumbuhan GNP, tingkat bunga, merupakan informasi
yang mempengaruhi perusahaann. Sebaliknya, pengumuman tentang penjualan
perusahaan yang meningkat lebih tinggi dari yang diharapkan. Prosuk pesaing yang
mengalami gangguan, merupakan contoh informasi yang hanya akan mempengaruhi
perusahaan tertentu saja. Dengan demikian, sumber risiko dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1) Systematic risk, yang merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak)
perusahaan, dan
2) Unsystematic risk, yang merupakan risiko yang mempengaruhi satu
(sekelompok kecil) perushaan.
Karena systematic dan unsystematic risk tersebut akan mempengaruhi bagian
keuntungan yang unexpected, maka tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemodal
dapat dituliskan sebagai berikut,
R = E(R) + U
= E(R) + m + є
Dalam hal ini m adalah risiko sistematis (juga disebut sebagai risiko pasar atau
market risk). Yang mempengaruhi semua perusahaan. Sedangkan є merupakan risiko
yang tidak sistematis, atau spesifik untuk perusahaan tertentu. Risiko tidak sistematis
dari perusahaan A tidak berkorelasi dengan risiko tidak sistematis dari perusahaan B.
dengan demikian maka,
Korelasi( Єa, єU ) = 0
D. Risiko sistematis dan beta
Apabila resiko tidak sistematis tidak saling berkorelasi, maka resiko sistematis
setiap perusahaan akan saling berkorelasi. Sebagai akibatnya maka tingkat
keuntungan antar saham juga saling berkorelasi.
Misalkan tingkat bunga meningkat lebih besar dari yang diharapkan. Semua
perusahaan akan terkena dampaknya, hanya saja intensitasnya mungkin berbeda
antara perusahaan yang satu dengan yang lain. Tingkat kepekaan ini diukur oleh beta.
Semakin peka perubahannya semakin tinggi beta faktor tersebut. Sebagian besar
perusahaan akan mengalami penurunan harga sahamya apabila tingkat inflasi naik
lebih besar dari yang diharapkan. Dengan demikian, korelasinya negatif. Karena itu
perusahaan-perusahaan mungkin mempunyai negative interest rate beta. Sebaliknya,
faktor pertumbuhan ekonomi (atau GNP) mungkin sekali mempunyai beta yang
positif (positive GNP beta).
R = E(R) + U
= E(R) + m + є
= E(R) + βrFr + βGNPFGNP + є
Dalam hal ini βr menunjukkan beta untuk tingkat bunga, dan βGNP menunjukkan
beta untuk GNP. F dalam persamaan tersebut menunjukkan surprise, baik dalam hal
tingkat bunga maupun pertumbuhan GNP.
Misalkan kita akan memperkirakan keuntungan untuk periode satu tahun. Kita
perkirakan bahwa tingkat bunga akan mengalami penurunan sebesar 2% dan GNP
akan meningkat dengan 6%. Tingkat kepekaan (beta) untuk faktor-faktor tersebut kita
taksir sebagai berikut.
βf = -1,60
βGNP = 0, 80
Ternyata dalam tahun tersebut terjadi hal-hal sebagai berikut. Tingkat bunga tetap
tidak berubah dan GNP meningkat sebesar 7%. Disamping itu terbetik berita yang
menguntungkan bagi perusahaan, yaitu riset yang dilakukan berhasil dengan baik.
Berita yang spesifik perusahaan tersebut menyumbangkan 5% dari keuntungan total.
Dengan kata lain,
Є = 5%
Sekarang kita pergunakan semua informasi tersebut untuk melihat dampaknya
pada keuntungan saham tersebut pada tahun itu. Langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah menentukan surprise dari masing-masing faktor. Apabila surprise
tersebut kita beri notasi F, maka
Fr = Surprise dalam tingkat bunga
= Perubahan yang sebenarnya – perubahan yang diharapkan
= 0 – (-2%)
= +2%
Dan
FGNP = Surprise dalam GNP
= 7% - 6%
= 1%
Pengaruh keseluruhan dari risiko sistematis terhadap tingkat keuntungan saham
adalah,
m = Porsi keuntungan yang berasal dari risiko sistematis
= βfFF + βGNPFGNP
= [(-1,60) x +2%] + [0,80 x 1%]
= -2,40%
Kita kombinasikan tingkat keuntungan yang berasal dari risiko sistematis dan
tidak sistematis, akan kita peroleh
m + є = -2,4% + 5% = 2,6%
Akhirnya apabila tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut adalah
13%, maka keuntungan dari ketiga komponen tersebut adalah,
R = E(R) + m + є
= 13% - 2,4% + 5%
= 15,6%
Model yang kita kerjakan ini disebut sebagai model faktor (factor model), dan
sumber-sumber risiko sistematis disebut sebagai faktor, diberi notasi F. Secara formal
model faktor dinyatakan sebagai,
R = E(R) + βfFf + β2F2 +..........+ βkFk + є
Dalam praktiknya, para peneliti sering menggunakan model satu faktor (one
factor model) [Rose, Westerfield and Jaffe, 1990,p.302]. Mereka tidak menggunakan
faktor-faktor ekonomi seperti yang telah kita pergunakan , tetapi mereka
menggunakan indeks pasar (seperti IHSG, atau SAP 500) sebagai faktor tunggalnya.
Dengan menggunakan single faktor model, tingkat keuntungan suatu saham dapat
dituliskan menjadi:
R = E(R) + β[Rindeks pasar – E (Rindeks pasar ) ] + є
Dalam bentuk ini, model satu faktor tersebut juga disebut sebagai market model.
Istilah tersebut dipergunakan karena indeks yang dipergunakan adalah indeks (yang
mewakili) seluruh pasar. Market model dituliskan sebagai,
R = E(R) + β[Rm – E(Rm)] + є
Dalam hal ini Rm merupakan tingkat keuntungan dari portoflio pasar. Market
model tersebut juga sering dituliskan menjadi:
R = α + βRm + є
dan
α = E(R) + ΒE(Rm)
E. Portofolio dan Model Faktor
Sekarang kita analisis portofolio saham apabila setiap saham mengikuti one
factor model. Untuk memudahkan analisis, misalkan kita pergunakan tingkat
keuntungan dimensi waktu bulanan. Kita akan membentuk portofolio dari sejumlah N
saham dan kita pergunakan one factor model untuk menjelaskan risiko sistematis.
Saham ke i dalam daftar saham tersebut akan mempunyai keuntungan sebagai berikut,
Ri = E(R) + βi F + ϵi
Disini F menunjukkan faktor yang mewakili systematic risk (seperti
misalnya starprice dalam pertumbuhan ekonomi).
Gambar 10.1 menunjukkan hubungan antara excess return suatu saham,R,-
E(R),dan faktor F untuk berbagai nilai beta, dimana β > 0. Garis dalam Gambar 10.1
tersebut menggambarkan persamaan (10.1) dengan asumsi bahwa tidak
terdapat unsystematic risk. Dengan kata lain, pada saat ϵi = 0. Karena diasumsikan
peta yang positif, maka garis tersebut mempunyai kemiringan keatas.
Sekarang kita bentuk portofolio yang terdiri dari berbagai saham, dan saham-saha
tersebut mengikuti one factor model. Apabila X1 merupakan proporsi dan yang
diinvestasikan pada saham i, maka
X1+X2+X3+… XN = 1
Karena tingkat keuntungan portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat
keuntungan saham-saham yang membentuknya, maka
Rp = X1R1 + X2R2 + X3R3 + … + XNRN
Tingkat keuntungan portofolio dipengaruhi oleh tiga set parameter :
1. Tingkat keuntungan yang dihaharapkan dari masing-masing sekuritas , E(R1)
2. Beta masing-masing sekuritas dikalikan dengan factor F
3. Risiko tidak sistematis dari masing-masing sekuritas.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Arbitrage Pricing Theory (APT) mendasarkan diri atas prinsip hukum satu harga,
yang menyatakan bahwa sekuritas yang mempunyai karakteristik yang sama, tidak
akan bisa dihargai dengan harga yang berbeda. Tidak seperti Capital Asset Pricing
Model (CAPM) yang menggunakan asumsi bahwa portofolio pasar merupakan
portofolio yang efisien. APT tidak menggunakan asumsi apapun tentang portofolio
pasar. APT hanya mengatakan bahwa tingkat keuntungan suatu saham dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu, yang jumlahnya bisa lebih dari satu.
B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah dengan judul Arbitrage Pricing
Theory (APT) diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber
serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.