Anda di halaman 1dari 18

TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI

ARBITRAGE PRICING THEORY (APT)

Program Studi Akuntansi

Disusun oleh:

Gita Maharani Bintang Putri 17.0102.0073


Anisa fajarini 17.0102.0091
Dyah Kuncoro Wati 17.0102.0116

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
MARET 2020
Statement of Authorship

“Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa


makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak
ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk


makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan
jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat


diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.”

Nama : Dyah Kuncoro Wati


NPM : 17.0102.0116

Tandatangan :
Mata Ajaran : Teori Portofolio dan Analisis Investasi
Judul Makalah/Tugas: Arbitrage Pricing Theory (APT)
Tanggal : 11 April 2020
Dosen : Wawan S. N.,S.E.,M.Si.,Ak.CA

(Dibuat oleh seluruh anggota kelompok)


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Para pemodal individual (baik perorangan maupun lembaga keuangan) memilih
portofolio (atau berbagai portofolio) apabila mereka dihadapkan estimasi tentang
berbagai variable yang relevan. Apabila setiap pemodal individu bertindak seperti
yang kita pikirkan, maka kita akan berhasil merumuskan bagaimana seluruh pemodal
akan berprilaku, dan karenanya bagaimana harga dan tingkat keuntungan akan
ditentukan oleh pasar. Pembentukan model-model keseimbangan umum
memungkinkan kita untuk menentukan pengukur resiko yang relevan dan bagaimana
hubungan antara risiko untuk setiap asset apabila pasar modal berada dalam keadaan
seimbang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan arbritage pricing theory (APT)?
2. Bagaimana pengumuman, surprises, dan tingkat keuntungan yang diharapkan
dalam model faktor?
3. Bagaimana risiko sistematis dan tidak sistematis?
4. Bagaimana risiko sistematis dan beta?
5. Bagaimana portofolio dan model faktor?
6. Bagaimana beta dan tingkat keuntungan yang diharapkan?
7. Bagaimana hukum dan satuan harga?
8. Bagaimana perbandingan CAPM dan APT?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui arbritage pricing theory (APT).
2. Untuk mengetahui bagaimana pengumuman, surprises, dan tingkat keuntungan
yang diharapkan dalam model faktor
3. Untuk mengetahui bagaimana risiko sistematis dan tidak sistematis.
4. Untuk mengetahui risiko sistematis dan beta.
5. Untuk mengetahui portofolio dan model faktor.
6. Untuk mengetahui beta dan tingkat keuntungan yang diharapkan
7. Untuk mengetahui hukum dan satuan harga.
8. Untuk mengetahui perbandingan CAPM dan APT.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
ARBITRAGE PRICING THEORY
Capital Asset Pricing Model bukanlah satu-satunya teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar atau bagaimana
menentukan tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk suatu investasi. Ross
( 1976 ) merumuskan suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory
(APT). kalau pada CAPM analisis dimulai dari bagaimana pemodal membentuk
porofolio yang efisien ( ingat bahwa market portofolio yang mempunyai kedudukan
sentral dalam CAPM merupakan portofolio yang efisien), APT mendasarkan diri atas
pemikiran yang sama sekali berlainan.
APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua
kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa
dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah hokum satu
harga ( the law of one price). Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut
terjual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan
arbitrage dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko.
Misalkan sahan ABDA diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) dan Bursa
Efek Surabaya ( BES ). Apabila saham tersebut aktif diperdagangkan dan ternyata
harga di BEJ Rp.925 dan di BES Rp.950, maka pemodal akan bisa memperoleh laba
tanpa menanggung risiko dengan melakukan arbitrage. Yaitu membeli saham ABDA
di BEJ dan menjualnya di BES. Kalau dalam transaksi ini tidak terdapat biaya
transaksi,maka seharusnya harga saham tersebut sama di kedua bursa tersebut.
Perbedaan antara kedua model tersebut terletak pada perlakuan APT terhadap
hubungan antar tingal keuntungan sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat
keuntungan tersebut diperngaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan
industry. Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas-
sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor (atau faktor-faktor) yang sama. Sebaliknya,
meskipun CAPM mengakui adanya korelasi antar tingkat keuntungan, model tersebut
tidak menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi korelasi tersebut. Baik CAPM
maupun APT berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara tingkat
keuntungan yang diharapkan dengan risiko.
B. pengumuman, surprises, dan tingkat keuntungan yang diharapkan dalam
model factor
Tingkat keuntungan dari setiap sekuritas yang diperdagangkan di pasar keuangan
terdiri dari dua komponen. Pertama, tingkat keuntungan yang normal atau yang
diharapkan. Tingkat keuntungan ini merupakan bagian dari tingkat keuntungan actual
yang diperkirakan ( atau diharapkan) oleh para pemegang saham. Tingkat keuntungan
tersebut dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki oleh para pemodal. Kedua, adalah
tingkat keuntungan yang tidak pasti atau berisiko. Bagian tingkat keuntungan ini
berasal dari informasi yang berifat tidak terduga.
Secara formal, tingkat keuntungan suatu sekuritas dapat dituliskan menjadi,
R = E(R) + U
Dalam hal ini R adalah tingkat keuntungan actual, E(R) adalah tingkat
keuntungan yang diharapkan, dan U merupakan bagian keuntungan yang tidak
terduga.
Sebagai missal para pemodal memperkirakan bahwa pertumbuhan GNP ( Gross
National Product) akan sebesar 0.5 prosen dalam bulan ini. Apabila kemudian
pemerintah mengumumkan bahwa GNP memang meningkat sebesar 0.5% pada bulan
ini, maka para pemodal tidak akan melakukan tindakan apa-apa, karena bagi mereka
informasi tersebut bukan lagi merupakan kabar yang baru. Dengan kata lain, tidak
terjadi perubahan harga yang tidak diharapkan, karena para pemodal telah
memasukkan informasi tersebut dalam harga sekuritas. Dalam Bahasa keuangan,
market discount future events.
Sebaliknya apabila pengumuman pemerintah ternyata menyebutkan kenaikan
GNP mencapai 1,5%. Hal ini berarti bahwa pengumuman tersebut mempunyai unsur
surprise, yaitu (dalam hal ini) lebih tinggi dari yang diharapkan. Perbedaan antara
nilai expected dan actual tersebut (yaitu 1% pertumbuhan GNP di atas yang
diharapkan) disebut sebagai surprise atau innovation. Dengan adanya unsur surprise
tersebut, maka harga sekuritas akan berubah (naik), sehingga sebagai akibatnya akan
direalisir tingkat keuntungan yang lebih besar dari yang diharapkan.
Dengan demikian, setiap pengumuman dapat di bagi menjadi dua komponen,
yaitu
Pengumuman = Bagian yang diharapkan + surprise
Bagian yang diharapkan dari pengumuman tersebut telah dimasukkan dalam
penentuan E(R), dan surprise pengumuman tersebut akan mempengaruhi U.
Tentu saja banyak jenis informasi yang mungkin mempengaruhi harga sekuritas.
Informasi-informasi tersebut misalnya:
1) Berita tentang keberhasilan riset yang dilakukan perusahaan
2) Pengumuman pemerintah tentang pertumbuhan GNP
3) Berita bahwa prosuk pesaing mengalami gangguan
4) Penurunan tingkat bunga yang tidak diperkirakan
5) Penjualan yang meningkat lebih dari yang diharapkan
6) Dan lain lain
Kunci dalam analisis disini adalah apakah informasi tersebut mengandung unsur
surprise ataukah tidak. Surprise tersebut dapat bersifat positif, tetapi dapat pula
bersifat negatif.
C. Risiko sistematis dan tidak sistematis
Bagian keuntungan yang tidak terantisipasi, yaitu yang berasal dari surprise,
merupakan risiko yang dihadapi oleh para pemodal. Meskipun demikian, sumber
risiko tersebut dapat berasal dari faktor yang mempengaruhi semua (atau banyak)
perusahaan. Tetapi ada pula yang spesifik perusahaan tertentu. Sebagai misal,
pengumuman tentang angka pertumbuhan GNP, tingkat bunga, merupakan informasi
yang mempengaruhi perusahaann. Sebaliknya, pengumuman tentang penjualan
perusahaan yang meningkat lebih tinggi dari yang diharapkan. Prosuk pesaing yang
mengalami gangguan, merupakan contoh informasi yang hanya akan mempengaruhi
perusahaan tertentu saja. Dengan demikian, sumber risiko dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1) Systematic risk, yang merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak)
perusahaan, dan
2) Unsystematic risk, yang merupakan risiko yang mempengaruhi satu
(sekelompok kecil) perushaan.
Karena systematic dan unsystematic risk tersebut akan mempengaruhi bagian
keuntungan yang unexpected, maka tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pemodal
dapat dituliskan sebagai berikut,
R = E(R) + U
= E(R) + m + є
Dalam hal ini m adalah risiko sistematis (juga disebut sebagai risiko pasar atau
market risk). Yang mempengaruhi semua perusahaan. Sedangkan є merupakan risiko
yang tidak sistematis, atau spesifik untuk perusahaan tertentu. Risiko tidak sistematis
dari perusahaan A tidak berkorelasi dengan risiko tidak sistematis dari perusahaan B.
dengan demikian maka,
Korelasi( Єa, єU ) = 0
D. Risiko sistematis dan beta
Apabila resiko tidak sistematis tidak saling berkorelasi, maka resiko sistematis
setiap perusahaan akan saling berkorelasi. Sebagai akibatnya maka tingkat
keuntungan antar saham juga saling berkorelasi.
Misalkan tingkat bunga meningkat lebih besar dari yang diharapkan. Semua
perusahaan akan terkena dampaknya, hanya saja intensitasnya mungkin berbeda
antara perusahaan yang satu dengan yang lain. Tingkat kepekaan ini diukur oleh beta.
Semakin peka perubahannya semakin tinggi beta faktor tersebut. Sebagian besar
perusahaan akan mengalami penurunan harga sahamya apabila tingkat inflasi naik
lebih besar dari yang diharapkan. Dengan demikian, korelasinya negatif. Karena itu
perusahaan-perusahaan mungkin mempunyai negative interest rate beta. Sebaliknya,
faktor pertumbuhan ekonomi (atau GNP) mungkin sekali mempunyai beta yang
positif (positive GNP beta).
R  = E(R) + U
     = E(R) + m + є
     = E(R) + βrFr + βGNPFGNP + є
Dalam hal ini βr menunjukkan beta untuk tingkat bunga, dan βGNP menunjukkan
beta untuk GNP. F dalam persamaan tersebut menunjukkan surprise, baik dalam hal
tingkat bunga maupun pertumbuhan GNP.
Misalkan kita akan memperkirakan keuntungan untuk periode satu tahun. Kita
perkirakan bahwa tingkat bunga akan mengalami penurunan sebesar 2% dan GNP
akan meningkat dengan 6%. Tingkat kepekaan (beta) untuk faktor-faktor tersebut kita
taksir sebagai berikut.
       βf         = -1,60
       βGNP     = 0, 80
Ternyata dalam tahun tersebut terjadi hal-hal sebagai berikut. Tingkat bunga tetap
tidak berubah dan GNP meningkat sebesar 7%. Disamping itu terbetik berita yang
menguntungkan bagi perusahaan, yaitu riset yang dilakukan berhasil dengan baik.
Berita yang spesifik perusahaan tersebut menyumbangkan 5% dari keuntungan total.
Dengan kata lain,
       Є = 5%
Sekarang kita pergunakan semua informasi tersebut untuk melihat dampaknya
pada keuntungan saham tersebut pada tahun itu. Langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah menentukan surprise dari masing-masing faktor. Apabila surprise
tersebut kita beri notasi F, maka
  Fr = Surprise dalam tingkat bunga
         = Perubahan yang sebenarnya – perubahan yang diharapkan
         = 0 – (-2%)
          = +2%
Dan
FGNP  = Surprise dalam GNP
         = 7% - 6%
         = 1%
Pengaruh keseluruhan dari risiko sistematis terhadap tingkat keuntungan saham
adalah,
            m = Porsi keuntungan yang berasal dari risiko sistematis
                = βfFF + βGNPFGNP
= [(-1,60) x +2%] + [0,80 x 1%]
                      

               = -2,40%
Kita kombinasikan tingkat keuntungan yang berasal dari risiko sistematis  dan
tidak sistematis, akan kita peroleh
            m + є = -2,4% + 5% = 2,6%
Akhirnya apabila tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut adalah
13%, maka keuntungan dari ketiga komponen tersebut adalah,
            R = E(R) + m + є
              = 13% - 2,4% + 5%
               = 15,6%
Model yang kita kerjakan ini disebut sebagai model faktor (factor model), dan
sumber-sumber risiko sistematis disebut sebagai faktor, diberi notasi F. Secara formal
model faktor dinyatakan sebagai,
            R = E(R) +  βfFf  +  β2F2 +..........+ βkFk + є
Dalam praktiknya, para peneliti sering menggunakan model satu faktor (one
factor model) [Rose, Westerfield and Jaffe, 1990,p.302]. Mereka tidak menggunakan
faktor-faktor ekonomi seperti yang telah kita pergunakan , tetapi mereka
menggunakan indeks pasar (seperti IHSG, atau SAP 500) sebagai faktor tunggalnya.
Dengan menggunakan single faktor model, tingkat keuntungan suatu saham dapat
dituliskan menjadi:
            R = E(R) + β[Rindeks pasar – E (Rindeks pasar ) ] + є
Dalam bentuk ini, model satu faktor tersebut juga disebut sebagai market model.
Istilah tersebut dipergunakan karena indeks yang dipergunakan adalah indeks (yang
mewakili) seluruh pasar. Market model dituliskan sebagai,
            R = E(R) + β[Rm – E(Rm)] + є
Dalam hal ini  Rm merupakan tingkat keuntungan dari portoflio pasar. Market
model  tersebut juga sering dituliskan menjadi:
            R = α +  βRm + є
     dan
            α = E(R) + ΒE(Rm)
E. Portofolio dan Model Faktor
Sekarang kita analisis portofolio saham apabila setiap saham mengikuti one
factor model. Untuk memudahkan analisis, misalkan kita pergunakan tingkat
keuntungan dimensi waktu bulanan. Kita akan membentuk portofolio dari sejumlah N
saham dan kita pergunakan one factor model untuk menjelaskan risiko sistematis.
Saham ke i dalam daftar saham tersebut akan mempunyai keuntungan sebagai berikut,
      Ri = E(R) + βi F + ϵi
Disini F menunjukkan faktor yang mewakili systematic risk (seperti
misalnya starprice dalam pertumbuhan ekonomi).
Gambar 10.1 menunjukkan hubungan antara excess return suatu saham,R,-
E(R),dan faktor F untuk berbagai nilai beta, dimana β > 0. Garis dalam Gambar 10.1
tersebut menggambarkan persamaan (10.1) dengan asumsi bahwa tidak
terdapat unsystematic risk. Dengan kata lain, pada saat ϵi = 0. Karena diasumsikan
peta yang positif, maka garis tersebut mempunyai kemiringan keatas.
Sekarang kita bentuk portofolio yang terdiri dari berbagai saham, dan saham-saha
tersebut mengikuti one factor model. Apabila X1 merupakan proporsi dan yang
diinvestasikan pada saham i, maka
X1+X2+X3+… XN = 1
Karena tingkat keuntungan portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat
keuntungan saham-saham yang membentuknya, maka
Rp = X1R1 + X2R2 + X3R3 + … + XNRN
Tingkat keuntungan portofolio dipengaruhi oleh tiga set parameter :
1. Tingkat keuntungan yang dihaharapkan dari masing-masing sekuritas , E(R1)
2. Beta masing-masing sekuritas dikalikan dengan factor F
3. Risiko tidak sistematis dari masing-masing sekuritas.

Apa yang terjadi kalau pemodal melakukan diversifikasi? Dengan melakukan


diversifikasi, baris ke 3 dari persamaan di atas akan hilang, tetapi tidak untuk baris
pertama dan kedua, dengan kata lain, diversifikasi akan menghilangkan risiko tidak
sistematis, tetapi tidak untuk risiko yang sistematis.
Jika dalam CAPM menjelaskan bahwa beta merupakan pengukuran risiko yang
relevan, dan terdapat hubungan positif dan linier antara tingkat keuntungan yang
diharapkan dengan beta. Dalam APT hubungan yang sama juga dijumpai.
Bagi portofolio yang terdiversifikasikan dengan baik, semua risikonya adalah risiko
sistematis, karena risiko yang tidak sistematis hilang terdiversifikasikan. Implikasi
dari pertanyaan ini adalah bahwa bagi pemodal yang memiliki portofolio yang
terdeversifikasikan dengan baik. Dan ingin mengganti salah satu saham dari saham-
saham yang membentuk portfolio tersebut. Maka ia dapat mengabaikan risiko tidak
sistematis dari saham tersebut. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa saham,
atau portofolio, tidak mempunyai unsystematic risk. Tidak juga Bersatu bahwa risiko
tidak sistematis tidak mempengaruhi keuntungan saham tersebut. Saham mempunyai
risiko tidak sistematis tersebut, tetapi karena risiko ini bilang karena diversifikasi,
maka pemodal dapat mengabaikan risiko tersebut apabila mereka ingin menambah
suatu saham portofolio investasi mereka. Karena itu, apabila pemodal mengabaikan
risiko tidak sistematis, maka risiko sistematislah yang dihubungkan dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan.
Dalam CAPM, beta suatu sekuritas mengukur kepekaan suatu saham terhadap
perubahan portofolio pasar, dalam model satu factor dari APT, beta suatu sekuritas
mengukur kepekaan sekuritas tersebut terhadap factor tersebut. Suatu portofolio yang
terdiversifikasikan dengan baik hanya mempunyai risiko sistematis apabila portofolio
terdiri dari sekuritas yang sangat bayak, dan terdiversidikasikan dengan baik, maka
portofolio pasar tidak mempunyai risiko unsystematic. Dengan demikian maka
portofolio pasar akan berkorelasi sempurna dengan factor tunggal.
F. Arbitrage Pricing untuk satu factor
Persamaan arbitrage pricing untuk satu faktor (artinya harga suatu aktiva hanya
ditentukan oleh satu faktor) bisa dinyatakan sebagai berikut.
E(R)=l0 + l1bi
Dalam hal ini E(R) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan untuk sekuritas i,
l0 adalah tingkat keuntungan untuk portofolio dengan beta nol, b1, adalah kepekaan
aktiva i terhadap faktor yang dipertimbangkan dan l1 adalah premi risiko atas faktor
tersebut.
Model dengan faktor tunggal seperti pada persamaan (9.9) tersebut ekuivalen
dengan CAPM yang dijelaskan pada Bab sebelumnya. l0 sama dengan tingkat
keuntungan bebas risiko (R). Meskipun demikian asumsi-asumsi dari kedua model
tersebut berbeda. Kedua model tersebut berasumsi bahwa para pemodal,
· Menyukai lebih banyak kemakmuran,
· Risk Averse,
· Mempunyai pengharapan yang homogen dan
· Pasar Modal Sempurna.
Meskipun demikian APT tidak seperti CAPM, tidaklah mengasumsikan,
· Cakrawala waktu satu periode,
· Tingkat keuntungan berdistribusi normal,
· Mempunyai fungsi utilitas tertentu,
· Terdapat atau bias diidentifikasikan, portofolio pasar, dan
· Pemodal bias menyimpan dan meminjam pada tingkat bunga bebas risiko.
Asumsi yang unik untuk APT adalah bahwa pemodal bisa melakukan short
selling secara tidak terbatas. Berikut ini disajikan contoh numerikal untuk
memperjelas model dengan faktor tunggal.
Bentuk persamaan ekuilibrium adalah :
E(Rp) = λ0 + λ1 bp ~~~ Persamaan (9.10)
λ0 + λ1 harus mempunyai nilai yang akan membuat hubungan tingkat
keuntungan dan faktor tersebut untuk portofolio A dan B bersifat linier. Untuk itu
persoalan bisa diselesaikan dengan mencari nilai λ0 dan λ1 dari persamaan-persamaan
tersebut.
15% = λ0 + λ1 (1,5) (portofolio A) ~~~ (9.10)
10% =λ0 + λ1 (0,5) (portofolio B) ~~~ (9.11)
Selisihkan persamaan (9.10) dengan (9.11)
λ1 = 5%
Masukkan persamaan (9.11) maka akan diperoleh :
10% = λ0 + 5% (0,5)
λ0 = 7,5%
Dengan demikian maka persamaan APT ekuilibrium adalah
E(RP) = 7,5% + bP (5%)
G. Arbitrage Pricing Untuk Dua Factor
APT bisa merumuskan tingkat keuntungan suatu saham yang dipengaruhi oleh
lebih dari satu faktor. Pada bagian ini akan disajikan bagaimana proses Arbitrase akan
terjadi seandainya hukum saru harga tidak berlaku, dan pembentukan harga
dipengaruhi oleh dua faktor. Untuk itu akan disajikan contoh numerikal untuk
memperjelas ide APT,
Misalkan model dengan dua indeks berikut ini menjelaskan bagaimana tingkat
keuntungan suatu saham ditentukan sebagai berikut.
Ri= ai + bi1I1 + bi2I2 + ei ~~~ Persamaan (9.12)
Dalam hal ini I (j = 1 sampai 2) adalah nilai indeks j yang mempengaruhi tingkat
keuntungan sahan i. ai adalah tingkatan keuntungan yang diharapkan untuk saham i
apanila semua indeks mempunyai nilai nol. bij menunjukkan kepekaan tingkat
keuntungan saham i terhadap indeks j dan eirandom error term.
Apabila seorang pemodal membentuk portofolio yang didiversifikasikan dengan
baik, rasio residual akan mendekati nol dan hanya resiko sistematislah yang relevan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko seistematis dalam persamaan di atas adalah
bi1 dan bi2. Karena pemodal tersebut berkepentingan dengan tingkat keuntungan
yang diharapkan dan resiko, ia hanya akan berkepentingan dengan E(RP), bP2, dan
bp2.
Sekarang misalkan mempunyai tiga faktor portofolio dengan karakteristik sebagai
berikut :
Untuk masing-masing portofolio erdapat tiga variable yaitu E(R), b1 dan b2.
Dengan demikian kita mempunyai tiga persamaan dengan tiga bilangan yang tidak
diketahui , yaitu :
15 = a +1,0bi1 + 0,6bi2 untuk portofolio A
14= a + 0,5bi1 + 1,0bi2 untuk portofolio B
10= a+ 0,3bi1 + 0,2bi2 untuk portofolio C
Kalau ketiga persamaan tersebut kita selesaikan, maka kita kan memperoleh
persamaan sebagai berikut .
E(Rp) = 7,75 + 5bi1 + 3,75bi2
Tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko dari setiap portofolio
dinyatakan sebagi berikut
E(Rp) = Σ Xi E (Ri)
Bp1 = Σ Xi bi1
Bp2 = Σ Xi bi2
ΣXi =1
Karena kombinasi dari berbagai titik yang ada dalam suatu plane (dimana
penjumlahan bobot masing-masing sama dengan satu) maka semua portofolio yang
terdiri dari kombinasi A, B, dan C akan berada dalam plane tersebut.
Sekarang misalkan terdapat suatu portofolio, kita sebut saja, portofolio , yang
mempunyai tingkat keuntungan yang diharapka sebesar 15% b1, sebesar 0,6 dan b2
juga sebesar 0,6. Apabila portofolio E ini kita bandingkan dengan portofolio yang
terdiri sai 1/3 A, 1/3 B, dan 1/3 C, maka (kita sebut saja Portofolio D),akan nampak
bahwa bagi portofolio D nilai b1 dan b2 adalah :
b1 = (1/3)(1,0) + (1/3)(0,5) + (1/3)(0,3) =0,6
b2 =(1/3)(0,6) + (1/3)(1,0) + (1/3)(0,2) =0,6
Dengan demikian, maka resiko portofolio D sama dengan resiko Portofolio
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio D adalah :
(1/3)(15) + (1/3)(14) + (3,75)(10) =13
Tingkat keuntungan yang diharapkan ini juga bisa dihitung dengan
persamaan di atas, yaitu :
E(RP) =7,75 + 5 (0,6) + 3,75(0,6) =13
Berdasarkan hukum satu harga, maka dua portofolio yang mempunyai resiko
yang sama, haruslah memberikan tingkat keuntungan yang sama pula. Dalam contoh
diatas, arbitor akan muncul untuk memanfaatkan kesempatan memperoleh laba
arbitrase (yaitu memperolah laba tanpa harus menanggung resiko). Laba bisa
diperoleh dengan jalan memberi Portofolio E dan melakukan short selling atas
portofolio D. Untuk melihat kemungkinan tersebut, misalkan seorang pemodal
melakaukan short selling atas portofolio D sebesar Rp. 100.000.000,- dan membeli
portofolio E, juga sebesar Rp. 100.000.000,- dari dana yang diperoleh dari Shot
Selling tersebut.
Portofolio Arbitrse memerukan investasi sebesar nol rupiah dan memperoleh
keuntungan Rp. 2.000.000,-, padahal tidak ada resiko sistematisnya (b1 dan b2-nya
sama dengan nol). Proses arbitrase akan berlangsung terus sampai portofolio E berada
pada plane seperti portofolio A, B, dan C.
Dengan demikian maka rumus APT dengan dua Indeks adalah sebagai berikut :
E(Ri) = λ0 + λ1bi1 + λ1bi2 ~~~ Persamaan (9.13)
Perhatikan bahwa λ1 adalah kenaikan tingkat keuntungan yang diharapkan untuk
kenaikan saru unit bi1. Dengan demkian λ1 dan λ2 merupakan resiko yang berkaitan
dengan F1 dan F2.
Dengan mengamati persamaan (9.13)kita bisa mengetahuo bahwa apabila suatu
portofolio mempunyai bi1dan bi2 yang sama dengan nol, maka tingkat keuntungan
yang diharapkan untuk sekuritas i sama dengan λ0.
Masalah penerapan teori tersebut adalah bahwa teori tersebut tidak menyebutkan
faktor-faktor apa yang mempengaruhi return tersebut. Faktor-faktor tersebut mungkin
saja berupa harga minyak, tingkat bunga, dan sebagainya. Tingkat keuntungan
portofolio pasar mungkin merupakan salah satu faktor, akan tetapi mungkin pula
tidak. Untuk mengidentifikasi ada berapa faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat
keuntungan, dilakukan analisis dengan menggunakan teknik statistik yang disebut
factor analysis. Input yang digunakan untuk analisis tersebut adalah matriks koefisien
korelasi, yang dengan menggunakan teknikn tertentu (misalnya dengan maximum
likelihood) bisa diidentifikasikan jumlah faktor dan koefisien (disebut sebagai
loading) faktor-faktor tersebut (paket program statistik SPSS, bisa melakukan analisis
ini). Factor Loading ini kemudian dipergunakan untuk menaksir (dengan persamaan
regresi) b1 sampai dengan bn pada persamaan APT diatas. Karena itu pada tahap ini
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan saham sebenarnya merupakan
variable yang tidak bida diamati.
Beberapa saham mungkin lebih peka terhadap faktor tertentu dibandingkan
dengan saham-saham yang lain. Apabila b1 mewakili faktor kenaikan harga minyak,
sedangkan sagam Exxom lebih peka terhadap perubahan harga minyak yang tidak
diperkirakan dibandingkan dengan, misalnya saham Coca Cola, maka saham Exxon
akan mempunyai b1 yang lebih besar (dibandingkan dengan Coca Cola).
Untuk setiap saham terdapat dua sumber resiko. Pertama, yang berasal dari
faktor-faktor makro ekonomi dan yang kedua berasal dari peristiwa-peristiwa yang
unik terhadap suatu perusahaan. Diversifikasi bisa mengurangi atau bahkan
menghilangkan resiko yang unik, tapi tidak bisa menghilangkan resiko yang
bersumber dari faktor-faktor makro. Karena resiko untik bisa dihilangkan, maka
pemodal, sewaktu menjual atau membeli saham, bisa mengabaikan resiko ini apabila
mereka melakukan divsersifikasi yang baik. Premi resiko yang diharapkan dari suatu
saham dipengaruhi oleh faktor atau resiko makro ekonomi.
H. Perbandingan CAPM dan APT
Seperti CAPM, APT menekankan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan
tergantung pada pengaruh faktor faktor makroekonomi dan tidak oleh risiko unik.
Kita bisa menganggap faktor-faktor yang ada dalam arbitrage pricing sebagai
portofolio portofolio khusus yang cenderung dipengaruhi oleh pengaruh bersama.
Apabila expected risk premium masing-masing portofolio tersebut proporsional
dengan market beta portofolio, maka APT dan CAPM akan memberikan hasil yang
sama. Kalau tidak, Maka hasilnya pun berbeda pula.
Apabila kedua teori ini dibandingkan, daya tatik APT adalah bahwa kita tidak
perlu mengidentifikasikan market portofolio( yang diperlukan untuk menghitung beta
dalam CAPM). Karena itu kita tidak perlu khawatir dengan perhitungan market
portofolio, daun Secara teoritis kita bisa menguji APT meskipun kita hanya memiliki
sejumlah saham yang berisiko. Disamping itu, APT memungkinkan pembunuhan
lebih dari satu faktor untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan.
APT tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pricing. Berbeda
dengan CAPM yang menyatukan semua faktor makro ke dalam satu faktor yaitu
return market portofolio. APT makan sangat bermanfaat bila kita bisa melakukan :
1. Mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor faktor makroekonomi
2. Mengukur expected return dari masing-masing faktor tersebut
3. Mengatur kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut
APT bisa menggunakan faktor-faktor yang lebih dari satu. APT tidak
menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan. Sehingga
faktor-faktor tersebut harus dicari dari beberapa penelitian empirik. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat keuntungan yaitu :
1. Perubahan inflasi yang tidak diantisipasi
2. Perubahan Produksi Industri yang tidak diantisipasi
3. Perubahan dalam premi risiko (perbedaan antara obligasi dengan grade yang
tinggi dengan yang rendah) yang tidak diantisipasi
4. Perubahan slope dari kurva hasil (yield curve) yang tidak diantisipasi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Arbitrage Pricing Theory (APT) mendasarkan diri atas prinsip hukum satu harga,
yang menyatakan bahwa sekuritas yang mempunyai karakteristik yang sama, tidak
akan bisa dihargai dengan harga yang berbeda. Tidak seperti Capital Asset Pricing
Model (CAPM) yang menggunakan asumsi bahwa portofolio pasar merupakan
portofolio yang efisien. APT tidak menggunakan asumsi apapun tentang portofolio
pasar. APT hanya mengatakan bahwa tingkat keuntungan suatu saham dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu, yang jumlahnya bisa lebih dari satu.

Sayangnya teori ini tidak menjelaskan faktor-faktor apa yang mempengaruhi


pembentukan harga sekuritas. Teknik statistik yang disebut sebagai faktor analisis
bisa dipergunakan untuk mengidentifikasi berapa faktor yang terdapat dalam
persoalan, tetapi tidak menunjukkan apa faktor-faktor tersebut. Berbagai penelitian
tentang APT menunjukkan beberapa faktor yang dapat menjelaskan perubahan tingkat
keuntungan . Meskipun demikian, beberapa penelitian lain mungkin menemukan
faktor yang berbeda.

B. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah dengan judul Arbitrage Pricing
Theory (APT) diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber
serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta:
UPP AMP YKPN.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai