Anda di halaman 1dari 29

MENGAPA BANK SYARIAH DI INDONESIA KURANG DIMINATI?

Untuk memenuhi Tugas Besar II

Dosen: Dr. Sudjono, M.Acc.


Mata Kuliah: Perbankan Syariah

Oleh :
Nama: Firda Anisa Putri
NIM: 43120010329

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, penulis
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga, dan para pengikut-Nya yang setia hingga akhir
zaman.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis sedikit mengalami kesulitan dan rintangan.
Namun berkat yang diberikan dari berbagai pihak, kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi
dengan baik. Dengan demikian, lewat lembaran ini penulis hendak menyampaikan ucapan
terimakasih kepada mereka, teriring doa dan segala bantuannya, sehingga bernilai ibadah di
sisi Allah.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses akhir dari
segalanya, melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak koreksi. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah berikutnya.

Jakarta, 24 November 2023

Firda Anisa Putri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Batasan Masalah..........................................................................................................2

1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.4 Tujuan..........................................................................................................................3

1.5 Manfaat........................................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................4

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory.............................................4

A. Grand Theory...............................................................................................................4

B. Middle Theory.............................................................................................................5

C. Operational Theory......................................................................................................6

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu....................................................................................8

2.3 Hipotesis......................................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................10

3.1 Penerapan..................................................................................................................10

3.2 Perbandingan Antara Teori Atau Penelitian Terdahulu dan Praktek..........................13

3.3 Pembahasan...............................................................................................................15

BAB IV PENUTUP................................................................................................................18

4.1 Kesimpulan................................................................................................................21

4.2 Saran..........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional terus meningkat


sejalan dengan perkembangannya yang relative cepat dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir sejak 2004. Fungsi intermediasi dan pendukung pembiayaan sektor riil dapat
dijalankan bank syariah dengan optimal. Alokasi yang cukup besar dimiliki oleh dunia
perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat dari berbagai jenis produk perbankan
yang menjadi pendorong di dalam proses transaksi pembayaran dan keuangan dengan prinsip
dasar syariah, dengan selalu menjauhkan dari prakter riba. Meski dari berbagai pihak terdapat
banyak perdebatan mengenai hukum bunga bank, akan tetapi hal yang semacam ini menjadi
penguat akan tumbuhnya perbankan di Indonesia dengan mayoritas penduduk yang beragama
islam.

Perkembangan jaringan perbankan syariah yang positif dan kinerja keuangan yang
semakin baik menyebabkan bank syariah memiliki kontribusi yang tinggi terhadap sektor riil.
Demikian pula dengan akselerasi pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah yang
terus tumbuh signifikan sampai akhir tahun 2013. Pertumbuhan bank syariah berdasarkan
data statistik Perbankan Indonesia mulai terjadi penurunan di periode 2014 akibat dampak
krisis keuangan dunia. Jumlah pembiayaan yang disalurkan (PYD) dan dana pihak ketiga
(DPK) perbankan syariah mengalami penurunan, hal ini berdampak pada pertumbuhan aset
dan kemampulabaan (ROA) bank syariah yang juga menjadi menurun. Penurunan kinerja
bank syariah juga diindikasikan dari penurunan likuiditas (FDR) dan peningkatan
pembiayaan bermasalah (NPF) bank syariah.

Fenomena minimnya minat masyarakat terhadap perbankan syariah masih tidak mau
untuk mengakses produk dan layanan perbankan syariah, juga sekaligus sebagai masalah
yang perlu dicari solusinya baik oleh praktisi bank syariah sendiri serta Pemangku
kepentingan (stakeholder) lainnya. Stakeholder yang dimaksud seperti pihak akademisi yang
berkecimpung dalam aspek teoritis maupun mereka yang juga mendalami aspek praktis
mengenai sistem perbankan syariah (praktisi bank syariah). Selain beberapa alasan salah
satunya perbankan syariah masih sangat lemah, semestinya perbankan syariah sebagai

1
lembaga keuangan yang dapat dikatakan masih baru, dengan serta merta merebut hati dan
minat masyarakat. Jika pesona insetif dan hadih dalam mengakses produk dan layanan
perbankan syariah misalnya, akan membuat bank syariah terkenal dan menarik bagi calon
nasabah, maka hal itu dengan cepat seharusnya diimplementasikan oleh bank syariah. Geliat
nasabah untuk mengejar suku bunga (rate) yang tinggi dari perbankan konvesional ternyata
tidak bisa dipungkiri, maka perbankan syariah dinilai untuk lebih memberi keuntungan
kepada nasabah dalam bentuk bagi hasil (profit sharing).

Akar masalah itu perlu diputuskan secara akseleratif. Karena, masyarakat perlu
“dibangunkan” dari tidur mereka yang panjang, bahwa ekonomi yang mereka jalani selama
ini bukanlah berasal dari nilai-nilai luhur agama Islam dan bangsa Indonesia yang lebih
dikenal dengan sifat gotong-royongnya. Ekonomi yang mereka lakoni selama ini merupakan
warisan kapitalis dan sosialis yang direkayasa sendiri oleh manusia yang dapat dinilai sarat
dengan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu

Untuk itu, penelitian ini ingin mengungkapkan faktor penyebab perlambatan


pertumbuhan dan bagaimana pengaruh faktor tersebut terhadap pertumbuhan bank syariah.
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perlambatan pertumbuhan bank syariah di
Indonesia, bagaimana faktor internal dan eksternal mempengaruhi pertumbuhan bank syariah
di Indonesia, dan bagaimana upaya penanganan yang perlu dilakukan bank syariah di
Indonesia.

1.2 Batasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan maupun


pelebaran pokok masalah agar makalah ini lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan
sehingga tujuan makalah ini akan tercapai. Beberapa Batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar perbankan syariah
2. Informasi yang disajikan yaitu: Mengapa Bank Syariah di Indonesia Kurang di
Minati?

2
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul


sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang menjadi Bank Syariah di Indonesia kurang diminati oleh
masyarakat?
2. Bagaimana strategi Bank Syariah di Indonesia bisa diminati oleh masyarakat?

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui adanya faktor-faktor bank syariah yang kurang diminati masyarakat
2. Mengetahui apa saja strategi bank syariah agar diminati oleh masyarakat

1.5 Manfaat

Hasil makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:


1. Manfaat teoritis
a. Hasil makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan bagi
mahasiswa manajemen.
b. Dapat memperkaya keilmuan, terutama inovasi dalam sumber belajar mahasiswa
manajemen
2. Manfaat praktis
a. Bagi Universitas Mercu Buana
Hasil dari makalah ini dapat menambah Pustaka sebagai acuan dalam
meningkatkan inovasi mahasiswa manajemen
b. Bagi mahasiswa
1. Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar bagi
mahasiswa sehingga lebih termotivasi dan tertarik dalam mengikuti proses
kegiatan belajar mengajar perbankan syariah.
2. Hasil makalah ini diharapkan lebih mengembangkan fleksibelitas belajar
mahasiswa secara optimal.
3. Bagi penulis

3
hasil dari makalah ini dapat menambah informasi dan pengetahuan penulis tentang
faktor dan strategi perbankan syariah di Indonesia yang kurang diminati oleh
masyarakat.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

A. Grand Theory

Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi untuk menghimpin dan menyalurkan dana
kepada masyarakat dalam rangka pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional
kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun
1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pada awalnya pembentukan bank islam
banyak diragukan karena beberapa alasan. Pertama, banyak orang yang beranggapan bahwa
sistem perbankan bebas bunga (interest free) adalah suatu yang tidak mungkin dan tidak
lazim. Kedua, keraguan tentang bagaimana bank islam akan membiayai operasionalnya.

Menurut Sudarsono (2004), mendefinisikan bank syariah adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas, pembayaran, serta
peredaan uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. Berdasarkan definisi yang
dikemukakan ahli menunjukkan, bahwa bank syariah dalam menjalankan operasionalnya mau
tidak mau harus menggunakan prinsip-prinsip syariah islam atau hukum syariah. Sedangkan
prinsip-prinsip syariah tersebut dapat dilakukan apabila sumber daya manusia di dalam
perbankan tersebut juga memiliki pemahaman tentang prinsip-prinsip tersebut, dan
mengimplementasikannya dalam pelaksanaan tugas yang diemban sebagai sumber daya
manusia di perbankan syariah.

Theory of Planned Behavior (TPB) menurut Ajzen (2005) turut digunakan untuk
mengeksplorasi perilaku yang terencana. Menabung sebagai perilaku yang terencana terkait
dengan minat yang dimiliki oleh seseorang. Theory of planned behavior atau TPB (teori
perilaku rencanaan) menunjukkan bahwa tindakan manusia diarahkan salah satunya yaitu
kepercayaan normatif (normative beliefs), yaitu kepercayaan tentang ekspetasi-ekspetasi
normatif dari orang-orang lain dan motivasi untuk menyetujui ekspetasi-ekspetasi tersebut.
Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) pengetahuan bank syariah merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku atau Tindakan seseorang yang termasuk dalam
5
kategori control belief. Control belief berkaitan dengan keyakinan bahwa suatu perilaku atau
pekerjaan dapat dilakukan. Misalnya, dengan adanya pengetahuan yang dimiliki mengenai
bank syariah seperti pengertian, prinsip, produk, dan sebagainya, maka masyarakat dapat
mempertimbangkan keputusan menggunakan bank syariah yang ada di Indonesia.

Menurut M. Akhyar Adnan (Muhammad [ed]; 2004; 92), bahwa terdapat asumsi dasar
yang selama ini keliru dipahami, yakni mayoritas masyarakat muslim sudah demikian
jauhnya memilih riba dan sekaligus sangat menghayati sekularisme, khususnya dalam aspek
keuangan. Akibatnya yaitu selalu saja ada dalih yang diangkat untuk mengelak dari ajakan
Kembali ke ajaran Islam secara murni dan konsekuen. Tidak saja terjadi di kalangan
masyarakat yang relative awam, tetapi justru di kalangan mereka yang cukup memahami
ketentuan fikih dan syariah. Dari sini dapat dipahami bahwa preferensi dan orientasi
masyarakat pada umumnya adalah keuntungan (Profit Oriented), tanpa terlalu menghiraukan
sumber pendapatan tersebut, halal atau haram. Mereka akan senang dan merasa beruntung
jika harta mereka bertambah, meskipun cara pendapatannya dengan cara batil, apakah mereka
menyadari hal itu atau tidak.

B. Middle Theory

Mengenai gambaran masih enggannya masyarakat untuk mengakses produk dan jasa
perbankan syariah, dapat disimak dari pandangan Amir Mua‟llim (2008) memaparkan bahwa
perkembangan pesat ekonomi Islam bukan berarti perkembangan yang menggembirakan. Hal
tersebut dibuktikan munculnya pemahaman dan ungkapan-ungkapan beberapa kalangan
seperti: bank syariah tidak berbeda dengan bank konvensional, meminjam di bank syariah
atau baitul mal wat tamwil (BMT) lebih mahal dibanding dengan bank atau lembaga
keuangan konvensional. Isu-isu yang bertendensi pada hal negatif seperti itu semestinya tidak
direspon dengan kata-kata yang bersifat serangan balik. Tapi, sebaiknya dijadikan pemicu
demi membuktikan bahwa bank syariah betul-betul akan menjadi lembaga keuangan
alternatif bagi umat. Mua‟llim, Amir, 2008, Lima Aspek Ekonomi Islam Yang Diragukan,
dalam, Tim Penulis MSI, Menjawab Keraguan Berekonomi Syariah, Yogyakarta, MSI dan
Safiria Insania Press, cet. INoor, ZainulBahar, 2006, Bank Muamalat; Sebuah Mimpi,
Harapan dan Kenyataan, Jakarta, Bening Publishing.

Hal itu sudah tentu berbeda dengan masyarakat yang dari dulu lebih dekat dengan
perbankan konvensional. Mereka yang mengakses produk dan layanan bank konvensional

6
sudah tentu menempati market share sisa dari market share perbankan syariah yang di bawah
5%. Dan, disinyalir bahwa masyarakat tersebut terdiri dari berbagai level, dari golongan
menengah sampai kaum elite, dari mereka yang berpendidikan tinggi sampai kepada mereka
yang tidak pernah menyentuh dunia pendidikan formal. Yang jelas, mereka membutuhkan
produk dan layanan perbankan. Penjelasan ini secara tidak langsung juga menjawab
pertanyaan kedua, yaitu mengapa masyarakat masih enggan untuk mengakses produk dan
layanan perbankan syariah. Masyarakat dengan kategori bankable terlebih dahulu mengakses
produk dan layanan perbankan konvensional yang menggurita ke seantero dunia dan pelosok
negeri. Sebaliknya, perbankan syariah baru menapakkan kaki setapak demi setapak di
belakang bank-bank konvensional. Sehingga, ibarat bayangan, bahwa bayangan bank syariah
masih tertutup dengan besar dan banyaknya jumlah bank konvensional. upaya
memperkenalkan bank syariah dinilai efektif jika dilakukan dengan orientasi selalu
menguntungkan masyarakat. Strategi sederhana yang perlu dilakukan dalam merebut hati
masyarakat sebagai calon nasabah adalah dengan memanjakan mereka dalam hal layanan
serta memanjakan mereka dengan berbagai keuntungan (profit). Pada akhirnya akan tercipta
sebuah adagium: kalau ingin lebih untung atau untung lebih, maka pergilah ke bank syariah.

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat
berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainya. Sedangkan bank
konvensional aturan perjanjianya dibuat hanya berdasarkan hukum positif.

C. Operational Theory

Dalam menjalankan operasionalnya, bank berdasarkan Prinsip Syariah tidak menggunakan


sistem bunga dalam menentukan sitem imbalan atas dana yang digunakan atau ditipkan olehn
suatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan maupun dana yang
disimpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukum Islam. Perlu diakui
bahwa ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa system bunga yang ditetapkan oleh
bank konvesional merupakan pelanggaran terhadap prinsip syariah. Dalam melakukan
kegiatan Bank Syariah dilarang untuk melakukan sejumlah kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah


a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah

7
b. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal
c. Melakukan penyertaan modal, selain untuk tujuan penyertaan modal
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk
asuransi syariah.

2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah
b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing
dengan izin OJK
e. Melakukan kegiatan usaha peransuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk
asuransi syariah.
d. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas BPR, dan
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha BPRS

Sementara operasional bank syariah harus berdasarkan pada syariah Islam dengan tauhid
yang benar. Penelitian ini pelu dilakukan mengingat bahwa kegiatan operasional bank
syariah, terutama di Indonesia telah banyak mendapat kritikan oleh para peneliti akedemisi
karena terjadi beberapa penyimpangan kegiatan perbankan syariah yang tidak sesuai dengan
ketentuan syariah Islam. Salah satu contohnya adalah transaksi akad pembiayaan murabahah
dimana dalam prakteknya masih terjadi pemberian dana oleh bank kepada nasabah yang
semestinya dalam ketentuan syariah bank menyerahkan barang yang dipesan oleh nasabah.

Menurut Rousseaue dkk, (1998) dalam Desmawati (2014) Kepercayaan adalah wilayah
psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan
terhadap perilaku yang baik dari orang lain. Untuk menarik nasabah agar berminat
menabung, bank syariah perlu menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat dalam hal
mengelola dana. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iranati tahun 2017 mendapatkan
bahwa kepercayaan nasabah menjadi faktor yang mempengaruhi minat menabung di bank
syariah. Dimana pada dasarnya bank adalah lembaga yang mengandalkan kepercayaan
masyarakat untuk mengelola dana, dimulai dari bank yang menghimpun dana dari
masyarakat yang surplus kemudian disalurkan melalui pembiayaan untuk masyarakat yang
defisit atau membutuhkan dana. Apabila, bank syariah dapat menjaga kepercayaan
masyarakat, dengan sendirinya masyarakat akan datang ke bank syariah untuk menabung.

8
pemasaran bank syariah perlu memberikan perhatian yang besar pada perubahan situasi hidup
dan dampak situasi itu terhadap perilaku konsumsi nasabahnya. Nasabah yang dimiliki oleh
bank akan mengubah jasa yang mereka konsumsi sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan
dan selera nasabah akan terus berubah sesuai dengan usia. Andespa, R. (2017).

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu

Menurut Yusman (2017) Perbankan Syariah sebagai salah satu sistem perbankan nasional
memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan kontribusi yang maksimum
bagi pengembangan ekonomi nasional. Salah satu sarana pendukung vital adalah adanya
pengaturan yang memadai dan sesuai dengan karakteristiknya. Pengaturan tersebut di
antaranya dituangkan dalam Undang-Undang Perbankan Syariah. Pembentukan
UndangUndang Perbankan Syariah menjadi kebutuhan. Pengaturan mengenai Perbankan
Syariah dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik dan kurang
mengakomodasi karakteristik operasional Perbankan Syariah, kepastian hukum semakin
dirasakan bagi masyarakat pengguna jasa perbankan syariah setelah diundangkannya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Satu tahapan besar yang ditunggu
masyarakat telah dikeluarkan pemerintah dalam memberikan dukungannya bagi
perkembangan perbankan syariah. Maku, Y. A. D. (2017). Penerapan Prinsip-Prinsip Tentang
Perbankan Syariah Hubungannya Dengan Otoritas Jasa Keuangan.

Tabel Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Tahu Hasil Penelitian


n
1. Andri Wibisono Analisis Kinerja 2012 Hasil penelitian menunjukkan adanya
dan Rodhiyah Keuangan pada PT. kecenderungan positif dari nilai ROA
Bank Muamalat dan ROE pada periode 2005-2008,
Indonesia, Tbk Periode sedangkan pada tahun 2009 ROA dan
2005- 2009and ROE mengalami penurunan yang
Economic Growth: cukup besar.
Case Study Iran and
Indonesia
2. Taufan Al Amin Kinerja keuangan pada 2005 Variabel rasio aktiva terhadap modal

9
bank Muamalat dengan current ratio paling signifikan
Indonesia Tbk antara dalam membedakan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah pada bank muamalat Indonesia.
Fatwa MUI tentang
bunga bank haram
3. Ahmed El-Galfy Islamic Banking and 2012 Perbankan syariah memiliki pengaruh
& Khiyar Abdalla Economic Growth: A yang signifikan terhadap
Khiyar Review kesejahteraan masyarakat yang diukur
melalui pertumbuhan ekonomi, baik di
negara maju maupun di negara
berkembang.
4. Intan Khusnul Analisis Pengaruh 2014 Penelitian menemukan bahwa ternyata
Khotimala Putri Pertumbuhan ada pengaruh yang signifikan antara
Perbankan Syariah variabel pembiayaan bank syariah
Terhadap terhadap kesejahteraan di Indonesia
Kesejahteraan (IPM) di pada tahun 2010-2012.
Indonesia pada Tahun
5. Andraeny & Putri Journal of Economics 2017 penelitian ini bertujuan untuk
and Business mengenai menganalisis secara kritis pengaruh
“Islamicity Financial pelaporan sosial Islam, Dengan
Performance Index in menggunakan teknik analisis least
Indonesian Islamic square penelitian ini menyimpulkan
Banks” ditemukan pengaruh positif dan
signifikan dari pelaporan sosial Islam

Variabel Dependent: Variabel Dependent:

Bank Syariah Indonesia Kurang Diminati

2.3 Hipotesis

Adapun Hipotesis pada penelitian ini adalah:

10
H1: Adanya positif dan negatif faktor-faktor internal dan eksternal masyarakat kurang
tertarik dengan bank syariah Indonesia
H: Adanya strategi bank syariah Indonesia bisa di minati oleh masyarakat.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penerapan

Menurut Setiawan (2004) penerapan (implementasi) adalah perluasan aktivitas yang


saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta
memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Menurut Wahab (2018: 45)
“penerapan merupakan sebuah kegiatan yang memiliki tiga unsur penting dan mutlak dalam
menjalankannya”. Adapun unsurunsur penerapan meliputi:

1. Adanya program yang dilaksanakan


2. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan
akan menerima manfaat dari program tersebut.
3. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut
Berdasarkan penjelasan unsur-unsur penerapan di atas maka penerapan dapat
terlaksana apabila adanya program-program yang memiliki sasaran serta dapat
memberi manfaat pada target yang ingin dicapai dan dapat dipertanggungjawabkan
dengan baik oleh target.

Perbankan syariah telah menunjukkan potensi yang besar selama dua dekade terakhir dan
menjadi mitra yang tangguh serta berkelanjutan dari sistem perbankan konvensional di
banyak negara yang didominasi oleh umat muslim (Uddin, 2018). Selain itu, selama krisis
keuangan Asia pada tahun 1996- 1998 dan kemerosotan ekonomi pada tahun 2008- 2009
sebagian besar perusahaan yang terkena dampak yaitu perusahaan dan perbankan
konvensional.

Pentingnya tata kelola Islam telah ditunjukkan oleh IFSB dalam prinsip 3.1 yang
berjudul Prinsip Panduan IFSB tentang Tata Kelola Perusahaan (Mihajat, 2018). IFSB
menyatakan bahwa, “Mekanisme yang tepat harus diciptakan untuk memastikan kepatuhan
terhadap prinsip syariah”. Selain itu dalam prinsip 7.1 yang berjudul Prinsip Panduan IFSB
tentang Manajemen Risiko menyatakan bahwa “Lembaga keuangan Islam harus memiliki
sistem dan kontrol yang memadai, termasuk Dewan atau Penasihat syariah untuk
memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Syariah”. Perbankan Islam juga harus

12
menyediakan struktur dan sistem untuk mengatur semua kegiatan bisnis dan operasional
sehari-hari untuk memastikan kepatuhan syariah setiap saat dan di semua tingkatan.

Pelaksanaan tata kelola pada perbankan syariah harus berlandaskan pada lima prinsip
dasar, antara lain transparansi yang merupakan keterbukaan dalam memberikan informasi
yang relevan dan material dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas yang
dapat dilihat bahwa segala aktivitas yang dilakukan perbankan harus jelas dan akuntabel
sehingga tidak menimbulkan perspektif lain. Ketiga, pertanggungjawaban yang dapat dilihat
bahwa perbankan tunduk pada prinsip dan aturan perundangundangan sehingga mereka harus
mampu mempertanggungjawabkan segala aktivitas yang dilakukan. Selanjutnya, profesional
yang dapat dilihat bahwa perbankan harus memiliki keterampilan, pengetahuan, objektif, dan
harus independen dalam melaksanakan tugasnya sehingga bebas dari tekanan pihak lain.
Terakhir, kewajaran yang mana perbankan harus melayani pemangku kepentingan dengan
adil dan setara sehingga perbankan tidak boleh mendahulukan kepentingan satu pihak
dibandingkan dengan kepentingan pihak lain.

Gambar model perilaku konsumen

Perkembangan Bank Syariah belum optimal, baik dari sisi dana pihak ketiga maupun
dari sisi alokasi pembiayaan. Kajian dari Rusydiana (2016) mengungkapkan bahwa masalah
yang dihadapi oleh bank syariah di Indonesia adalah permodalan yang belum mamadai,
lemahnya kuallitas SDM, terbatasnya dukungan dari pemerintah dan rendahnya kepercayaan

13
dan minat masyarakat terhadap bank syariah. Maka strategi kebijakan yang diusulkan
sebagai solusi permasalahan industri perbankan syariah di Indonesia adalah:

14
1. menambah modal, skala usaha dan efisiensi.
2. memperbaiki kuantitas & kualitas SDM beserta sistim informasi dan teknologi;
3. memperbaiki struktur dana bank dan keselarasann aturan dan kontrol dari otoritas
moneter dan perbankan.

Di dalam mengoperasionalkan perbankan syariah dikenal beberapa prinsip-prinsip


pengelolaan kegiatan usaha perbankan syariah. Adapun prinsip-prinsip tersebut pada garis
besarnya sebagai berikut:

1. Prinsip kepercayaan dan prinsip kehati-hatian pengelolaan kegiatan usaha perbankan


syariah
Salah satu misi perbankan adalah menerima simpanan baik berupa giro, tabungan, dan
deposito. Dana ini dibutuhkan bank dalam menjalankan usahanya, yang tindak mungkin
hanya diandalkan dan modal bank sendiri. Untuk itu, dalam rangka menarik dana segar
dari masyarakat, bank pun terus melakukan pembaharuan dalam menawarkan jasa
perbankan. Selain itu bank sebagai salah satu komponen dalam menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional dalam menjalankan usahanya memerlukan
kepercayaan masyarakat. Untuk menjamin pelaksanaan prinsip kepercayaan, antara lain
bank harus memberi advis kepada nasabah tentang resiko yang mungkin terjadi dalam
penyimpanan dananya di bank dan bank dalam melaksanakan transaksi untuk
kepentingan nasabah harus melakukannya dengan hati-hati. Oleh karena itu, pasal 29 ayat
(4) Undang-Undang Perbankan menetapkan: “untuk kepentingan nasabah, bank wajib
menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan
dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.”
2. Prinsip-prinsip akad pengelolaan kegiatan usaha perbankan syariah
Implementasi prinsip akad pada kegiatan usaha atau operasional perbankan syariah
sebagai berikut:
a. Kegiatan penghimpunan dana. Kegiatan penghimpunan dana dapat ditempuh oleh
perbankan melalui mekanisme tabungan, giro, serta deposito. Khusus untuk
perbankan syariah, tabungan dan giro dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
tabungan dan giro didasarkan pada akad wadiah, serta tabungan dan giro yang
didasarkan pada akad mudharabah. Sedangkan khusus deposito hanya memakai akad
mudharabah, karena deposito memang ditujukan untuk kepentingan investasi.
b. Kegiatan penyaluran dana Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat (lending)
dapat: ditempuh oleh bank dalam bentuk murabahah, mudharabah, ataupun

15
musyarakah, ataupun qard. Bank sebagai penyedia dana akan mendapatkan imbalan
dalam bentuk margin keuntungan untuk murabahah, bagi hasil untuk mudharabah
dan musyarakah, serta biaya administrasi untuk qard.

Aspek karitas (charity) atau filantropi (philanthropy) menjadi penopang agama


Islam.Beberapa aspek itu juga yang menyinergikan dan menambah kekuatan agama hanif
inisebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. Tanpa hal itu justru akan membuat agama ini
tidak pro ummah. Hal itu juga dapat dipahami bahwa agama Islam menitikberatkan pada
sosialisme yang tinggi, yaitu sosialisme uluhiyyah (ketuhanan) nilai-nilai sosialisme ini sudah
tentu berasal dari perintah Allah swt. untuk kemakmuran manusia di muka bumi.

Kewajiban menunaikan zakat, serta anjuran untuk berinfak atau bersedekah, selain
menjadi tugas bagi individu muslim, selayaknya juga menjadi tugas bagi institusi-institusi
Islami, seperti perbankan syariah. Karena, dengan menunaikan zakat misalnya, maka
tuntaslah kewajiban seorang muslim dalam memenuhi perintah agamanya. Setelah
menunaikan zakat, ia juga dianjurkan untuk berinfak atau bersedekah dengan nominal yang
tidak ditentukan, sedikit atau banyak. Berinfak atau bersedekah akan membuat seorang
muslim sadar bahwa di dalam hartanya, selain ada kewajiban zakat, terdapat pula hak harta
untuk diinfakkan atau disedekahkan. Sesuai dengan hadits Rasulullah saw. yang menyatakan
bahwa ada „kewajiban‟ lain atau hak harta (lahaqqun) untuk dipenuhi oleh seseorang selain
zakat (wa fil mali lahqqun siwaz zakah) dengan berinfak atau bersedekah, seseorang akan
menjadi mulia.

3.2 Perbandingan Antara Teori Atau Penelitian Terdahulu dan Praktek

Dalam studi yang sebelumnya telah dilakukan oleh Menurut M. Akhyar Adnan
(Muhammad [ed]; 2004; 92), bahwa terdapat asumsi dasar yang selama ini keliru dipahami,
yakni mayoritas masyarakat muslim sudah demikian jauhnya memilih riba dan sekaligus
sangat menghayati sekularisme, khususnya dalam aspek keuangan. Penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa buku, jurnal melalui studi literatur dengan mempelajari
buku atau literatur dan jurnal ilmiah untuk memperoleh teori peluang dari masyarakat yang
kurang minat dengan masyarakat.

Peneliti sebelumnya yakni dilaksanakan Andri Wibisono dan Rodhiyah yang secara
khusus meneliti mengenai Analisis Kinerja Keuangan pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

16
Tbk Periode 2005- 2009and Economic Growth: Case Study Iran and Indonesia dengan hasil
Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan positif dari nilai ROA dan ROE pada
periode 2005-2008, sedangkan pada tahun 2009 ROA dan ROE mengalami penurunan yang
cukup besar.

Penelitian yang dilakukan dengan Taufan Al Amin dengan meneliti Kinerja keuangan
pada bank Muamalat Indonesia Tbk antara sebelum dan sesudah Fatwa MUI tentang bunga
bank haram. Disamping itu perbankan syariah memiliki variabel rasio aktiva terhadap modal
dengan current ratio paling signifikan dalam membedakan kinerja keuangan pada bank
muamalat Indonesia.

Penelitian yang dilakukan dengan Ahmed El-Galfy & Khiyar Abdalla Khiyar Islamic
Banking and Economic Growth: A Review Perbankan syariah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui pertumbuhan ekonomi,
baik di negara maju maupun di negara berkembang Selain itu, bank syariah diperlukan untuk
secara efektif mengatur dan mengawasi pengelolaan sumber daya fisik yang dimiliki untuk
menghasilkan kinerja keuangan yang lebih baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Andraeny & Putri (2017) yang diperoleh dan dipelajari
melalui Journal of Economics and Business mengenai “Islamicity Financial Performance
Index in Indonesian Islamic Banks”. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis
pengaruh pelaporan sosial Islam, modal intelektual dan dewan pengawas syariah (DPS)
terhadap indeks kinerja keuangan syariah bank syariah yang terdapat di Indonesia selama
2011-2015. Dengan menggunakan teknik analisis least square penelitian ini menyimpulkan
ditemukan pengaruh positif dan signifikan dari pelaporan sosial Islam, modal intelektual dan
DPS terhadap indeks kinerja keuangan syariah bank syariah. Kinerja keuangan bank syariah
diukur melalui rasio bagi hasil, rasio kinerja zakat, rasio distribusi yang adil, dan rasio
pendapatan Islam versus rasio pendapatan non-Islam. Selain itu, bank syariah diperlukan
untuk secara efektif mengatur dan mengawasi pengelolaan sumber daya fisik yang dimiliki
untuk menghasilkan kinerja keuangan yang lebih baik. Hal penting lainnya adalah bahwa
bank syariah harus sepenuhnya mematuhi prinsip syariah agar kepercayaan yang diberikan
oleh para stakeholders yang memiliki efek besar dalam mencapai kinerja bank yang baik
dapat terus terjaga.

Penelitian yang dilakukan dengan Intan Khusnul Khotimala Putri Analisis Pengaruh
Pertumbuhan Perbankan Syariah Terhadap Kesejahteraan (IPM) di Indonesia pada Tahun

17
Penelitian menemukan bahwa ternyata ada pengaruh yang signifikan antara variabel
pembiayaan bank syariah terhadap kesejahteraan di Indonesia pada tahun 2010-2012.
Sehingga diharapkan agar prosedur pembiayaan dapat menjadi perhatian yang penting dan
krusial juga bagi pihak manajemen perusahaan bank umum syariah, tidak hanya terbatas
pada orientasi tinggi rendahnya pembiayaan bagi hasil yang diperoleh.

3.3 Pembahasan

Beberapa masalah yang terangkum dalam studi ini adalah: pertama, mengapa masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui sistem perbankan syariah. Kedua, mengapa
masyarakat masih enggan untuk mengakses produk dan layanan perbankan syariah. Ketiga,
sejauh mana strategi yang dilakukan perbankan syariah untuk merebut pasar yang pada
hakikatnya begitu potensial. Secara timbal balik, keterkaitan dengan variabel itu menjadi
masalah sekaligus menjadi sorotan dalam makalah ini.

Secara mendasar dan sederahana, ketidaktahuan masyarakat tentang system dan


operasional perbankan sayariah sering terjawab dengan informasi dan promosi perbankan
syariah yang tidak begitu menggemparkan. Ibaratnya, getaran yang dirasakan oleh
masyarakat tidak signifikan. Dan juga bisa diibaratkan berita tentang eksistensi perbankan
syariah hanya seperti angin lalu. Bagi masyarakat dengan kategori kaum intelektual kaum
profesioanal, birokrat, pegawai negeri sipil dan lainnya, yang sekilas mengetahui eksistensi
perbankan syariah bisa diyakini akan menjadi pertimbangan bagi mereka untuk
mendiversifikasi penempatan uang mereka, misalnya. Tapi, jumlah mereka diyakini pula
tidak begitu signifikan

Faktanya, ungkapan-ungkapan yang memaparkan kelemahan perbankan syariah, serta


mereka yang meragukan sistem perbankan syariah memang sering terdengar. Untuk itu,
dibutuhkan sistem dan manajemen perbankan syariah yang out of box, punya terobosan jitu
yang pada muaranya membuat mata dan hati masyarakat tidak berpaling. Konsep keluar
dari kotak dan terobosan dimaksud adalah dalam bentuk bank syariah yang ringan tangan
dan murah hati dalam berbagi.

1. Faktor apa saja yang menjadi Bank Syariah di Indonesia kurang diminati
Perlambatan pertumbuhan perbankan syariah sudah mulai terasa pada tahun 2013
hingga 2015.Secara umum perlambatan, dapat dilihat dari sisi eksternal dan

18
internal.Secara eksternal, perlambatan terjadi karena disebabkan oleh kondisi ekonomi
dimana terjadi perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi di dunia termasuk di
Indonesia.Hal ini menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah terhadap US Dollar,
turunnya IHSG, dan turunnya daya beli masyarakat.Kondisi makro ekonomi ini
berpengaruh terhadap kinerja industri perbankan syariah yang mengalami perlambatan
dari sisi aset dan liabilitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasan
dan Dridi (2010) yang menyatakan bahwa dalam kondisi ekonomi yang menurun,
perbankan syariah akan menghadapi tantangan sisi likuiditas dan efisiensi bank.
Likuiditas terkait jumlah penyaluran pembiayaan atas DPK yang dihimpun oleh bank
syariah. Sedangkan efisiensiterkait biaya modal akan sumber dana yang relatif tinggi dan
meningkatnya overhead cost bank.
Salah satu indikator pertumbuhan syariah adalah jumlah aset, dimana selama periode
penelitian dari sisi aset perbankan syariah mengalami perlambatan terhadap jumlah
pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat. Dalam hal ini, industri perbankan
syariah semakin mereview pembiayaan yang sudah dan yang akan diberikan. Manajemen
melakukan kontrol dan perbaikan kualitas pembiayaan untuk mengurangi terjadinya
pembiayaan yang bermasalah. Pembiayaan yang bermasalah terlihat dalam NPF industri
perbankan syariah selama Januari-Maret 2015 yang mencapai 4.93%, hampir menyentuh
batas maksimal NPF yang dinilai sehat oleh BI yaitu 5%. Rasio NPF yang tinggi
menyebabkan perbankan syariah harus lebih banyak menyediakan cadangan modal untuk
meng-cover jumlah pembiayaan yang bermasalah.
Penentuan atau pemilihan teknik analisis faktor yang akan digunakan didasarkan pada
kemampuan teknik tersebut dalam menjelaskan data yang ada serta tingkat keakuratan
model analisis. Dalam penelitian ini dipilih teknik PCA (Principal Component Analysis)
yang dikenal memberikan persentase komulatif yang lebih baik dibandingkan dengan
teknik yang lain. Dengan teknik PCA ini dapat diketahui bahwa teknik ini cukup tepat
untuk menjelaskan data sebesar 70%, sedangkan sisanya 30% tidak mampu dijelaskan
oleh teknik ini. Tetapi nilai 70% ini masih dipandang representative dalam menjelaskan
fenomena data yang ada, karena tingkat keakuratannya masih diatas 50% (Supranto,
2004).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu:
a. Faktor Internal
Yang menyebabkan melemahnya kinerja bank syariah adalah selama ini
segmentasi pembiayaan perbankan syariah lebih didominasi oleh sektor retail

19
khususnya UMKM. Secara industri, pembiayaan bank syariah identik dengan sektor
bisnis UMKM, harus lebih berhati-hati karena sektor retail ini cukup rentan terhadap
kondisi pertumbuhan ekonomi. Bila pertumbuhan ekonomi melambat maka akan
berimbas pada kelangsungan usaha UMKM. Faktor internal lai nnya pembiayaan
perbankan syariah lebih didominasi oleh murabahah. Murabahah merupakan
pembiayaan yang bersifat konsumtif dengan akad jual-beli. Bila kondisi ekonomi
melambat, sektor murabahah yang merupakan pembiayaan konsumtif juga turut
melemah, hal ini dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat sehingga sebagian
besar masyarakat menahan kebutuhan terhadap barangbarang konsumsi. Dengan
demikian minat masyarakat untuk mengajukan pembiayaan konsumtif juga ikut
menurun. Masih kurang bervariasinya pembiayaan perbankan syariah jika
dibandingkan dengan produk kredit bank konvensional juga menjadi faktor internal
penyebab perlambatan pertumbuhan bank syariah. Dengan varian produk
pembiayaan yang masih cukup terbatas menyebabkan bank syariah kurang optimal
mengambil pasar potensial yang seharusnya dimiliki oleh bank syariah, yaitu pasar
yang menginginkan mengajukan pendanaan dari bank yang bebas dari riba atau pasar
yang idealis. Sumber lain menyebutkan faktor internal penyebab perlambatan
pertumbuhan bank syariah adalah efisiensi dalam kegiatan operasional bank.
Bank syariah masih kalah bersaing dengan perbankan konvensional dalam hal
efisiensi terutama dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil, sehingga equivalent
rate pembiayaan yang diminta oleh bank syariah relatif lebih besar dibanding kredit
bank konvensional. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya daya tarik dari nasabah
untuk mengambil pembiayaan pada bank syariah, karena nasabah bank di Indonesia
mayoritas masih bersifat rasional, artinya dalam melakukan transaksi masih menilai
untung-rugi dari sisi nominal dana. Masyarakat yang memiliki motif ideolegi dalam
bertransaksi dengan bank syariah masih sangat terbatas.
b. Faktor eksternal
Yang mempengaruhi penghimpunan dana perbankan antara lain kondisi
perekonomian, kegiatan dan kondisi pemerintah, kondisi atau perkembangan pasar
uang dan pasar modal, kebijakan pemerintah serta peraturan Bank Indonesia.
Sedangkan faktor internal antara lain produk bank, kebijakan bagi hasil, kualitas
layanan, suasana kantor bank, lokasi kantor dan reputasi bank. Selain faktor tersebut,
keamanan atas dana (uang) yang dititipkan atau diinvestasikan di bank dan return
atas uang yang diinvestasikan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan (Ismail;

20
2011). Kajian dari Lehnert & Kchouri (2019) mengungkapkan bahwa meskipun
ukuran bank syariah relatif masih kecil dibandingkan dengan total sektor keuangan
yang ada, tetapi perbankan syariah memberikan kontribusi positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Perkembangan jumlah pembiayaan di bank syariah pada
sektor ekonomi teralokasi tidak merata. Pada tahun 2016 sektor kegiatan usaha yang
memdapat alokasi pembiayaan paling besar adalah sektor bidang keuangan
memperoleh 24,7%, sektor industri memperoleh 3,16% dan pertanian memperoleh
1,87% dari seluruh pembiayaan bank syariah terhadap sektor usaha. Berkembangnya
jumlah pembiayaan diharapkan mampu mendorong kegiatan pada sektor tersebut dan
meningkatkan sumbangan terhadap pembentukan GDP.

2. Bagaimana strategi Bank Syariah di Indonesia bisa diminati oleh masyarakat?


Upaya penyusunan alternatif strategi pengembangan Bank Syariah di Indonesia, dapat
dilakukan dengan membuat matriks pakal yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, peluang,
tantangan, dan strategi bagi Bank Syariah di Indonesia. Beberapa alternatif strategi
pengembangan bank syariah yaitu:
a. Penetrasi Pasar
Penetrasi pasar dilakukan dengan memperluas pasar yang ada baik pasar dalam
penghimpunan dana maupun pasar penyaluran dana. Penetrasi pasar dapat dilakukan
ke segmen-segmen yang belum tersentuh oleh bank syariah yaitu kepada kelompok-
kelompok yang peduli pada halal-haram, tetapi belum tahu atau belum terjamah oleh
bank syariah di Indonesia, kelompok yang ragu-ragu pada bank syariah di Indonesia
dan kelompok yang tidak peduli pada halal-haram (lebih peduli pada pelayanan dan
return, baik itu pasar muslim maupun non muslim), tetapi belum terjamah oleh bank
syariah di Indonesia.
b. Pengembangan Produk-produk Bank Syariah yang Kompetitif dan Inovatif
Pasar yang masih sangat terbuka lebar dan adanya keuntungan dari pricing bank
konvesional merupakan peluang bagi bank syariah untuk semakin kreatif dan inovatif
dalam membuat peoduk-produk baru. Karena jika tidak kreatif, maka akan tergilas
oleh pesaing, baik dengan bank konvesional, antar bank syariah, maupun lembaga
keuangan syariah lainnya. Produk keuangan baru tersebut tidak harus sekedar
mengikuti produk-produk yang dimiliki lembaga konvesional, tetapi produk tersebut
mencerminkan karakteristik unik lembaga keuangan syariah yang mampu menarik
konsumen.

21
c. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Pada tahun 2006 diperkirakan hampir semua bank sudah punya divisi syariah. Karena
itu, pada tahun 2006 pengembangan bank syariah di Indonesia sudah mengarah pada
organik atau peningkatan aset. Pada saat itu juga yang terjadi adalah persaingan, di
mana bank yang menjadi pilihan nasabah adalah yang memiliki servis baik dan
memberikan kenyamanan tertinggi. Selain itu, nasabah bank syariah mempunyai
kecenderungan untuk berhenti menjadi nasabah karena faktor pelayanan yang kurang
baik.
d. Peningkatan Promosi dan Sosialisasi Terhadap Produk-Produk Bank Syariah
Secara Efektif
Promosi dilakukan dengan memanfaatkan potensi daerah yang ada secara efektif, baik
secara perorangan, kelompok maupun instansi yang meliputi unsur alim ulama,
penguasa negara/pemerintahan, cendekiawan dan lain-lain, yang memiliki
kemampuan dan akses yang besar dalam penyebarluasan informasi terhadap
masyarakat luas.
e. Peningkatan Kerjasama Dengan Institusi Lain
Kerjasama dengan institusi lain dapat dilakukan dengan institusi pendidikan dan
perusahaan sejenis. Kerjasama dengan institusi pendidikan dimaksudkan untuk
memberikan pelatihan karyawan bank syariah, mencari lulusan terbaik dari lembaga
tersebut yang ahli dalam perbankan syariah, ataupun bank syariah bisa berperan
sebagai sponsor sosialisasi perbankan syariah dalam rangka edukasi bank syariah ke
masyarakat. Kerjasama yang dilakukan dengan perusahaan sejenis dimaksudkan agar
terdapat Forum Komunikasi Pengembangan Perbankan Syariah (yang
mengkoordinasikan upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang perbankan syariah, mendorong pemerintah untuk membuat kerangka hukum
dan peraturan yang lebih sesuai dengan bank syariah), dan Pusat Informasi Keuangan
Syariah.
f. Peningkatan Jaringan Kantor Bank Syariah
Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka perluasan
jangkauan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan kerjasama antar bank syariah,
peningkatan efisiensi usaha serta peningkatan kompetisi ke arah peningkatan kualitas
pelayanan.
g. Peningkatan Kualitas SDM

22
Keberhasilan pengembangan bank syariah pada level mikro sangat ditentukan oleh
kualitas manajemen dan tingkat pengetahuan serta ketrampilan pengelola bank. Oleh
karena itu, kualitas sumber daya manusia harus terus ditingkatkan baik pengetahuan
tentang manajemen perbankan maupun pengetahun tentang syariah perbankan melalui
pelatiha. Pelatihan ini, tidak hanya diberikan kepada level pimpinan saja, tetapi juga
semua orang di lingkungan bank syariah mulai dari operator, customer service, direksi
sampai pemilik, sehingga mereka lebih ahli dan bisa berfungsi sebagai sosialisator
ataupun edukator yang baik tentang perbankan syariah di masyarakat.
h. Peningkatan Efisiensi Internal
Efisiensi internal dapat dilakukan dengan meningkatkan cakupan pasar, menambah
kelengkapan instrumen transaksi syariah (termasuk dengan memanfaatkan kemajuan
dalam bidang teknologi informasi) sehingga lebih dapat meningkatkan fleksibilitas
penerapan jasa keuangan syariah bagi masyarakat, dan sebaginya.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Fenomena adanya perlambatan pertumbuhan bank syariah disebabkan oleh bebarapa


faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dariadanya dominasi oleh sektor retail
khususnya UMKM dan akad murabahah (jualbeli) pada segmentasi pembiayaan bank
syariah, masih minimnyavariasi pembiayaan bank syariah jika dibandingkan dengan produk
kredit bank konvensional, masih kurang efisiennya bank syariah dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya, dominasi dana deposito yang berbiaya mahal pada DPK bank syariah, masih
kurang efisiennya bank syariah dalam kegiatan operasional, dan masih terbatasnya jumlah
jaringan kantor dan cabang bank syariah untuk menjangkau nasabah bank syariah. Adapun
faktor ekternal perlambatan terjadi disebabkan oleh kondisi ekonomi yang melambat di dunia
termasuk di Indonesia dengan indikator nilai tukar Rupiah melemah terhadap US Dollar,
turunnya IHSG, dan turunnya daya beli masyarakat.

4.2 Saran

Agar masyarakat tidak lagi enggan untuk mengakses produk dan layanan bank syariah,
beberapa hal yang dapat dibuat di antaranya adalah mewujudkan bank syariah yang murah
hati dan ringan tangan dalam berbagi dengan masyarakat lewat infak dan sedekahnya.
Dengan perilaku itu, bank syariah akan dikenal sebagai institusi keuangan yang pro ummah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Muhammad Akhyar, 2004, Lembaga Keuangan Islam: Problem, Tantangannya dan
Peluang Dalam Era Reformasi, dalam Muhammad (ed), Bank Syariah; Analisis
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, Yogyakarta, Ekonisia, cet. III.

Agustin, H. (2021). Teori Bank Syariah. JPS (Jurnal Perbankan Syariah), 2(1), 67-83.

Akhyar Adnan, M., & Barizah Abu Bakar, N. (2009). Accounting treatment for corporate
zakat: a critical review. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance
and Management, 2(1), 32-45.

Al Amin, T. (2005). Kinerja keuangan para PT. Bank Mualamat Indonesia Tbk. antara
sebelum dan sesudah fatwa MUI tentang bunga Bank Haram/oleh Taufan Al
Amin (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).

Anwar, M. (2016). The efficiency of banks in Indonesia: Sharia vs. conventional


banks. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 18(3), 307-332.

El-Galfy, A., & Khiyar, K. A. (2012). Islamic banking and economic growth: A
review. Journal of Applied Business Research (JABR), 28(5), 943-956.

Fusva, A., Dean, D., Suhartanto, D., Syarief, M. E., Arifin, A. Z., Suhaeni, T., & Rafdinal, W.
(2020). Loyalty formation and its impact on financial performance of Islamic banks–
evidence from Indonesia. Journal of Islamic Marketing, 12(9), 1872-1886.

Lex Crimen, 6(1). Srimaya, L. S., & Amalia, E. (2023). Penerapan Tata Kelola Islam Dalam
Perbankan Syariah Di Indonesia: Sebuah Studi Kepustakaan. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, 9(1), 199-206.

Nurrohmah, R. F., & Purbayati, R. (2020). Pengaruh tingkat literasi keuangan syariah dan
kepercayaan masyarakat terhadap minat menabung di bank syariah. Jurnal Maps
(Manajemen Perbankan Syariah), 3(2), 140-153.

Pengaruh faktor pribadi terhadap minat menabung nasabah di bank syariah. Al-Masraf:
Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, 2(2), 193-206

25
Putri, I. K. K. (2014). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Perbankan Syariah Terhadap
Kesejahteraan (Indeks Pembangunan Manusia) di Indonesia Pada Tahun 2010-
2012 (Doctoral dissertation, UIN SUNAN KALIJAGA).

Rusydiana, A. S., & Firmansyah, I. (2018). Efficiency versus maqashid sharia index: An
application on Indonesian Islamic bank. Shirkah: Journal of Economics and
Business, 2(2).

Simamora, T. P., & Djamaludin, M. D. (2020). Analysis of intention to buy cinema E-Tickets
among IPB students with theory of planned behavior (TPB) approach. Journal of
Consumer Sciences, 5(1), 58-72

Syafril, H., & Daryanto, W. M. (2019). SHARIA BANKING IN INDONESIA: WHAT


WENT WRONG? South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics
and Law, 20(1), 45-57.

Tho’in, M. (2016). Kompetensi Sumber Daya Manusia Bank Syariah Berdasarkan Prinsip-
Prinsip Syariah Islam (Studi Kasus Pada BNI Syariah Surakarta). Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 2(03).

Wibisono, A., & Rodhiyah, R. (2012). Analisis Kinerja Keuangan Pada PT. Bank Muammalat
Indonesia, tbk Periode 2005-2009. Jurnal Administrasi Bisnis, 1(1), 25-36.

26

Anda mungkin juga menyukai