Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWAJIBAN MENUNTUT DAN MENGAMALKAN ILMU


PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI

DOSEN PENGAMPUH:
MERDI F. MAMONTO,M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6:
1. SUTRIANA LIANTI MAMONTO
2. DWI ANJANI MAMONTO

TINGKAT 1

YAYASAN PENDIDIKAN 23 MARET KOTAMOBAGU


AKADEMI KEBIDANAN BUNDA KOTAMOBAGU

T.A 2020 – 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat izin-Nya semata

kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa pula

kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW semoga rahmat dan

magfirah Allah selalu bercucuran pada arwah beliau, kerabat, sahabat dan Inshaallah akan

sampai kepada kita yang masih mengaku sebagai umat pengikutnya.

Mencari ilmu dalam agama Islam merupakan perkara wajib bagi umatnya. Ilmu

menjadi bekal bagi manu sia dalam menjalankan kehidupan. Mencari ilmu tidak terbatas pada

Muslim saja, tapi juga Muslimah. Belajar bagi seorang Muslimah bukanlah untuk dirinya

sendiri. Ilmu yang dimiliki Muslimah dan seorang ibu akan berguna bagi anak-anaknya

kelak.

Mengenai masalah tersebut kita akan mempelajari lebih lanjut tentang ilmu

pegetahuan tetapi sebelumnya di harapkan kritikan dan saran terhadap makalah ini demi

perbaikan pembuatan dimasa yang akan datang

Kotamobagu, 19 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………...01
A. Latar Belakang………………………………………………………………01
B. Tujuan Pembelajaran………………………………………………………..01
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………02
A. Iptek Menurut Islam…………………………………………………………02
B. Seni Menurut Islam………………………………………………………….08
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………11
A. Kesimpulan…………………………………………………………………...11
B. Saran………………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,

menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang

seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.

Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran

(qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam

sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu

pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan

diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.

Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi

pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya

yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti

yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek,

didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh

memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek

iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,

walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Iptek Menurut Islam

Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan

standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib

dijadikan tolak ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh

dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek yang tidak

boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari keimanan

dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan, dan Kemuliaan.

Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan

pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan terhadap

alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan

Keagungan-Nya.

Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,sangat

mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan

merenungkan segala kejadian di alam semesta.Dengan kata lain Islam sangat mementingkan

pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Berbeda dengan pandangan Barat yang

melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam

mementingkan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau pengabdian Muslim

kepada Allah SWT dan mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka

bumi untuk berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Ada

lebih dari 800 ayat dalam Al-Quran yang mementingkan proses perenungan, pemikiran, dan

pengamatan tehadap berbagai gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada

Allah.
1. Kewajiban Mencari Ilmu

Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.

Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-

Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh

perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3,

sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah

ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah

dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh

yang adil)

Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim,

dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan

permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya)

Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika tidak menuntut

ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu bermanfaat untuk mencapai kecerdasan

atau disebut ulama (orang yang memiliki ilmu). Namun di balik itu, orang yang memiliki

ilmu (ilmuwan) akan berdosa jika ilmunya tidak diamalkan.

2. Interaksi iman, ilmu dan amal

Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat

hubungan yang harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut

dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak

dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat

tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya

“Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam kebumi)

dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan

seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar

mereka ingat”.

3. Keutamaan orang yang berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan

masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat

yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan

makhluk-Nya.

4. Tanggung jawab ilmuwan terhadap alam

Ilmuwan dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pemanfaatan dan

pelestarian lingkungan dibanding orang-orang awam. Ilmuwan harus mendorong

pengembangan iptek ke arah kemashlahatan ummat, dan mencegah terjadinya kerusakan

yang sia-sia, karena kerusakan alam dan lingkungan itu lebih banyak disebabkan oleh ulah

manusia. Ilmuwan harus selalu menyadari bahwa dirinya adalah hamba dan khalifah Allah

yang akan dimintai pertanggungjawaban atas keilmuannya.

5. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK

Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai dan

membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah:

a. Indera, untuk menangkap kebenaran fisik, Naluri, untuk mempertahankan hidup dan

kelangsungan hidup manusia secara probadi maupun social

b. Pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga

jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan

penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi


c. Imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan

pengetahuannya

d. Hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah

laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral.

B. Seni Menurut Islam

1. Definisi Seni Menurut Islam

Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun

dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yang

kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu di

Eropa mengatakan “ART” yang artinya kurang lebih adalah barang / atau karya dari sebuah

kegiatan.

2. Perkembangan seni pada masa bani umayyah

Perkembangan seni Pada masa Daulah Bani Umayyah , terutama seni bahasa, seni

suara, seni rupa, dan seni bangunan (Arsitektur).

a. Seni Bahasa

Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa.

Sedangkan kemajuan bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa Daulah Bani Umayyah

kaum muslimin sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bidang politik,

ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosakata bahasa menjadi

bertambah dengan kata-kata dan istilah –istilah baru yang tidak terdapat pada zaman

sebelumnya.

Kota Basrah dan Kufah pada zaman itu merupakan pusat perkembangan ilmu dan

sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi-

diskusi ilmiah dengan orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih
dahulu. Di kota itu pula banyak kaum muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya

mereka dalam berbagai bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa

(Ilmu Nahwu dan sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta banyak pula lahir-lahir penyair-penyair

terkenal.

b. Seni Rupa

Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir,

seni pahat, sama halnya dengan zaman permulaan, seni ukir yang berkembang pesat pada

zaman itu ialah penggunaan khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran.

Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, Hadits

Nabi dan rangkuman syair yang di pahat dan diukir pada tembok dinding bangunan masjid,

istana dan gedung-gedung.

c. Seni Suara

Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan Daulat Bani Umayyah yang

terpenting ialah Qira’atul Qur’an, Qasidah, Musik dan lagu-lagu lainnya yang bertema cinta

kasih.

d. Seni Bangunan (Arsitektur)

Seni bangunan atau Arsitektur pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah pada

umumnya masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan kota Damaskus, kota

Kairuwan, kota Al- Zahra. Adapun seni bangunan agama antara lain bangunan Masjid

Damaskus dan Masjid Kairuwan, begitu juga seni bangunan yang terdapat pada benteng-

benteng pertahanan masa itu.

Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat di masjid-masjid. Di

masjid-masjid itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing gurunya yang

mengajar ilmu pengetahuan agama dan umum ilmu pengetahuan agama yang berkembang

pada saat itu antara lain ialah, ilmu Qira’at, Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu, Balaqhah dan lain-
lain. Ilmu tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang

terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Tafsir berkembang dari lisan ke

lisan sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu Abbas, salah

seorang sahabat Nabi yang sekaligus juga paman Nabi yang terkenal.

3. Alat Musik Islam

Musik Islam selanjutnya berkembang sejalan dengan perkembangan musik di Eropa.

Penggunaan alat musik seperti oud sangat membantu dalam memahai pelajaran musik islam.

Oud adalah alat musik berbentuk seperti buah piryang di potong setengah dan di lengkapi

senar atau sring sebanyak 12 buah.

Oud di Italia berubah nama menjadi il luto. Berbeda dengan Jerman, il luto dikenal

dengan nama laute. Terjadi perubahan bahasa penyebutan pada alat musik yang benar-benar

sama ini. Prancis menyebutnya le luth.Sementara itu, Inggris menamainya lute.

4. Hal yang perlu di perhatikan dalam Menyanyi

Maka menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal

nyanyian antara lain :

a. Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai dengan etika

islami dan ajaran-ajarannya.

b. Penampilan dan gaya menyanyikannya juga perlu dilihat

c. Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti minum khamar,

menampakkan aurat, atau pergaulan bebas laki-laki dan perempuan tanpa batas.

d. Nyanyian sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh)- harus dibatasi

dengan sikap tidak berlebih-lebihan.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi

standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah

Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan

tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam)

sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria

inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat

(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang.

B. SARAN

Iptek yang boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam.

Sedangkan Iptek yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang

baik muncul dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan,

Keindahan, dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA

https://bipolpa.blogspot.com/2016/09/makalah-kewajiban-menuntup-ilmu.html

https://www.slideshare.net/Wulanrk/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-seni-ipteks-dalam-

islam

https://putriandinitanjung.blogspot.com/2019/03/makalah-kewajiban-menuntut-ilmu-

dan.html

Anda mungkin juga menyukai