Anda di halaman 1dari 14

Distribusi Bagi Hasil

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memnuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Manajemen Perbankan Syariah

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Abdussalam, S.E.I, M.E

Disusun Oleh :

1. Hamidah Wakid (4011721006)


2. Nur Illayah Mardi (4011321001)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM SALAHUDDIN

PASURUAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat yang Allah anugerahkan kepada kita sehingga
kesehatan badan, iman, dan pikiran tercurahkan kepada kita melalui rahmat-Nya.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Abdussalam, S.E.I,
M.E selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Perbankan Syariah yang
senantiasa membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini. Serta keluarga yang
selalu memberikan dorongan serta kasih sayangnya.

Makalah yang berjudul “Distribusi Bagi Hasil” ini disusun untuk memenuhi
mata kuliah Manajemen Perbankan Syariah. Makalah ini mengulas tentang
prosedur distribusi bagi hasil yang terdapat pada Bank Syariah.

Kami sebagai penulis sangat berharap makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman pembaca. Kami menyadari betul makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan banyak sekali kekurangannya karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pasuruan, 20 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

2.1 Definisi Distribusi Bagi Hasil 3

2.2 Landasan Syariah Prinsip Distribusi Bagi Hasil 4

2.3 Prinsip – Prinsip Bagi Hasil 6

2.4 Cara Perhitungan Distribusi Bagi Hasil 7

2.5 Perhitungan Keuntungan Pendapatan Bagi Hasil 8

BAB III 10

PENUTUP 10

3.1 Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lembaga keuangan khususnya lembaga perbankan yang mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menggerakan pola perekonomian suatu
Negara. Lembaga perbankan di Indonesia terbagi menjadi dua jenis yaitu
yang lembaga keuangan non Islam (bersifat konvensional) dan lembaga
keuangan Islam (bersifat syariah). Hal mendasar yang membedakan antara
lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah adalah
terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh
nasabah kepada lembaga keuangan maupun yang diberikan oleh lembaga
keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasil.
Jika dalam perbankan syariah berdasarkan nisbah yang telah disepakati pada
awal perjanjian, sedangkan pada lembaga perbankan konvensional pembagian
keuntungan berdasarkan sistem bunga.
Perbankan syariah yaitu bank yang kegiatannya mengacu pada hukum
Islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak
membayar bunga kepada nasabah. Perbankan syariah merupakan lembaga
investasi dan jasa perbankan yang mana sumber dana dan sistem
operasionalnya berdasarkan dengan nilai-nilai islam, sehingga tujuannya tidak
semata-mata mencari keuntungan materi saja, tetapi juga mendapat ridho
Allah SWT dengan cara mengikuti syariat ajaran islam. Prinsip operasional
bank syariah sebagai lembaga keuangan adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana ke masyarakat. Dalam melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat.
Yang dimaksud bagi hasil adalah pembagian hasil atas keuntungan yang
akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih, berdasarkan suatu periode
tertentu dengan karakteristiknya yang tidak tetap dan tidak pasti besar
kecilnya perolehan tersebut, karena perolehan itu sendiri bergantung pada
hasil usaha yang telah terjadi. Pembagian hasil usaha tersebut harus sesuai
kesepakatan bersama dengan adanya kerelaan di masing-masing pihak tanpa
adanya unsur paksaan dan ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya
kontrak (akad). Distribusi bagi hasil di bank syariah sesuai Fatwa DSN No.
14/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sistem Distribusi Hasil Usaha Dalam
Lembaga Keuangan Syariah. Fatwa ini menyatakan bahwa Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) boleh menggunakan sistem bagi hasil (accrual
basis/revenue sharing) maupun bagi untung (cash basis/profit sharing) dalam
administrasi keuangan, kemudian dari segi kemaslahatan (al-ashlah)
sebaiknya digunakan sistem accrual basis atau revenue sharing dan penetapan
sistem yang dipilih harus disepakati dalam akad.
Perbankan syariah di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem
revenue sharing, tidak menggunakan sistem Profit Sharing atau bahkan
menggunakan kedua sistem tersebut dalam mendistribusikan bagi hasil
kepada pemilik dana (deposan).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan distribusi bagi hasil?
2. Bagaimana landasan syariah prinsip distribusi bagi hasil?
3. Apa saja prinsip – prinsip bagi hasil?
4. Bagaimana perhintungan distribusi bagi hasil di bank syariah?
5. Bagaimana prosedur pembagian keuntungan bagi hasil?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari distribusi bagi hasil.
2. Untuk mengetahui apa saja landasan syariah prinsip distribusi bagi hasil.
3. Untuk mengetahui prinsip – prinsip bagi hasil.
4. Untuk mengetahui cara perhitungan distribusi bagi hasil.
5. Untuk mengetahui prosedur pembagian bagi hasil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Distribusi Bagi Hasil


Distribusi bagi hasil adalah perhitungan pembagian usaha antara
penyandang dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) sesuai
dengan nisbah yang disepakati pada awal akad. Distribusi bagi hasil dapat
juga berupa analisis besarnya usaha yang digunakan sebagai dasar perhitungan
bagi hasil. Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan
oleh pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak
bank syariah.
Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka
hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan
dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang melakukan akad
perjanjian. Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan
menggunakan nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua belah
pihak dalam menentukan bagi hasil atas usaha yang dikerjasamakan.
Bank syariah dapat menerapkan prinsip distribusi hasil usaha berdasarkan
pada pendapatan (revenue) atau berdasarkan pada keuntungan (profit). Bagi
hasil akan berbeda tergantung pada dasar perhitungan bagi hasil, yaitu bagi
hasil yang dihitung dengan menggunakan konsep revenue sharing dan bagi
hasil yang menggunakan profit/loss sharing. Bagi hasil yang menggunakan
revenue sharing, dihitung dari pendapatan kotor sebelum dikurangi dengan
biaya. Adapun bagi hasil dengan profit/loss sharing dihitung berdasarkan
persentase nisbah dikalikan dengan laba usaha sebelum pajak.

1. Bagi Hasil Dengan Menggunakan Revenue Sharing

Dasar perhitungan bagi hasil yang menggunakan revenue sharing


adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan dan
pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi

3
hasil dalam revenue sharing dihitung dengan mengalikan nisbah yang
telah disetujui dengan pendapatan bruto. Contoh berikut untuk
mempermudah penjelasan :

Deposito ibu fitri Rp 10 juta berjangka waktu 6 bulan. Perbandingan


nisbah bank dan nasabah adalah 48%:52%. Total saldo semua deposan
adalah Rp 200 milyar dan bagi hasil yang dibagikan adalah Rp 3
milyar. Bagi hasil yang didapat ibu fitri adalah :

2. Bagi Hasil Dengan Menggunakan Profit/Loss Sharing

Dasar perhitungan bagi hasil dengan menggunakan bagi hasil yang


dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak bank syariah maupun
nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil usaha mudharib dan
ikut menanggung kerugian bila usahanya mengalami kerugian. Contoh
bagi hasil menggunakan profit/loss sharing :

Deposito bapak Doni Rp 15 juta berjangka waktu 6 bulan.


Perbandingan nisbah bank dan nasabah adalah 48%:52%. Total saldo
semua deposan adalah Rp 200 milyar dan bagi hasil yang dibagikan
adalah Rp 4 milyar. Bagi hasil yang didapat bapak doni adalah :

Rp. 15.000.000 : Rp. 200.000.000.000 × Rp 4.000.000.000 x 52% =


15.600

2.2 Landasan Syariah Prinsip Distribusi Bagi Hasil


1. Dalam Alquran Q.S. Al Baqarah: 282, Allah Swt, memerintahkan jika
kita melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang
ditentukan maka kita diminta untuk menuliskannya.
Iْ Iُ‫ ت‬I‫ ْك‬Iَ‫ ي‬I‫ ْل‬I‫ َو‬Iۚ Iُ‫ه‬I‫ و‬Iُ‫ ب‬Iُ‫ ت‬I‫ ْك‬I‫ ا‬Iَ‫ ف‬I‫ ى‬I‫ ًّم‬I‫ َس‬I‫ ُم‬I‫ل‬Iٍ I‫ج‬Iَ ‫ َأ‬I‫ى‬Iٰ Iَ‫ ِإ ل‬I‫ ٍن‬I‫ ْي‬I‫ِ َد‬I‫ ب‬I‫ ْم‬Iُ‫ ت‬I‫ ْن‬Iَ‫ي‬I‫ ا‬I‫ َد‬Iَ‫ ت‬I‫ ا‬I‫ ِإ َذ‬I‫ا‬I‫ و‬Iُ‫ ن‬I‫ َم‬I‫ آ‬I‫ن‬Iَ I‫ ي‬Iِ‫ذ‬Iَّ‫ل‬I‫ ا‬I‫ ا‬Iَ‫ ه‬IُّI‫ َأ ي‬I‫ ا‬Iَ‫ي‬
I‫ب‬
Iِ‫ ل‬I‫ ْد‬I‫ َع‬I‫ ْل‬I‫ِ ا‬I‫ ب‬I‫ب‬
Iٌ ِI‫ت‬I‫ ا‬I‫ َك‬I‫ ْم‬I‫ ُك‬Iَ‫ ن‬I‫ ْي‬Iَ‫ب‬
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.”

4
2. Dalam Alquran Q.S. Al Maidah: 1, Allah Swt, memerintahkan kepada
orang yang beriman untuk memenuhi akad – akadnya.
ِI‫د‬I‫و‬Iُ‫ ق‬I‫ ُع‬I‫ ْل‬I‫ِ ا‬I‫ ب‬I‫ا‬I‫ و‬Iُ‫ ف‬I‫و‬Iْ ‫ َأ‬I‫ا‬I‫ و‬Iُ‫ ن‬I‫ َم‬I‫ آ‬I‫ن‬Iَ I‫ ي‬I‫ ِذ‬Iَّ‫ل‬I‫ ا‬I‫ ا‬Iَ‫ ه‬IُّI‫ َأ ي‬I‫ ا‬Iَ‫ي‬
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.”
3. Hadits Rasulullah Riwayat Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamid,
riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas, dan Malik dari Yahya: “Tidak boleh
membahayakan diri sendiri dan tidak pula membahayakan orang
lain.”
4. Hadits Rasulullah, riwayat Tarmizi dan Amr bin Auf: “Perdamaian
dapat dilakukan antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat syarat mereka, kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
5. Kaidah fikih :
a. Pada dasarnya, segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya.
b. Dimana terdapat kemaslahatan, disana terdapat hukum Allah Swt.

Berikut ini adalah landasan bagi pendapatan syariah.

1. Mazhab Syafi’i. Mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharib


sebagai biaya, baik dalam keadaan menetap maupun bepergian.
2. Karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan, ia tidak
berhak mendapatkan sesuatu dari hart aitu dan mendapatkan bagian
yang lebih besar daripada bagian dari shahibul maal.

Landasan bagi untung dan bagi rugi dalam syariah.

1. Mazhab Abu Hanifah. Malik, zaidiyah: mudharib dapat


membelanjakan harta mudharabah hanya apabila perdagangannya itu
dalam perjalanan saja, di mana berupa biaya makanan, minuman,
pakaian, dan sebagainya.
2. Imam Hambali berpendapat:

5
a. Memperbolehkan mudharib untuk menafkahkan Sebagian dari
harta mudharabah, baik dalam keadaan menetap atau bepergian
dengan izin rabbul maal.
b. Besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah
dikenal para pedagang dan tidak boleh boros.

Landasan syariah manfaat atau keuntungan wadi’ah.

1. Imam Malik, Al Laits, dan Abu Yusuf berpendapat:


Jika ia mengembalikan harta maka keuntungan tersebut halal walaupun
dengan cara menghasab (menggunakan tanpa izin).
2. Abu Hanifah, Zufar, Muhammad bin Al Hasan berpendapat:
Mengembalikan pokok harta (yang dititipkan kepadanya), sedangkan
keuntungannya disedekahkan.

2.3 Prinsip – Prinsip Bagi Hasil


Prinsip – prinsip bagi hasil yang dijalankan perbankan syariah adalah
sebagai berikut.
1. Dana mudharabah, semua pendapatan dari pengelolaan dana
mudharabah yang dihimpun dibagikan kepada shahibul maal.
2. Apabila penghimpunan lebih besar daripada penyaluran/pembiayaan
maka pendapatan yang dibagikan adalah pendapatan dari pembiayaan
ditambah dengan pendapatan dari penyaluran lainnya. Sumber dananya
dari dana mudharabah.
3. Apabila penghimpunan lebih kecil daripada penyaluran/pembiayaan
maka pendapatan yang dibagikan hanya sebesar porsi dan mudharabah
yang dihimpun saja.
4. Dana wadi’ah, pendapatan atas pengelolaan dana wadi’ah sepenuhnya
menjadi hak bank. Selain itu, bank dapat memberikan bonus jika tidak
diperjanjikan sebelumnya.

6
2.4 Cara Perhitungan Distribusi Bagi Hasil di Bank Syariah
Pengumpulan dana yang dilakukan oleh Bank Syariah yang berasal dari
para Nasabah, para pemilik modal atau dana titipan dari pihak ketiga perlu
dikelola dengan penuh amanah dan istiqomah, dengan harapan dana tersebut
mendatangkan keuntungan yang besar, baik untuk nasabah maupun syariah.
Prinsip utama yang harus dikembangkan bank syariah dalam kaitan dengan
manajemen dana adalah bahwa Bank Syariah harus mampu memberikan bagi
hasil kepada penyimpan dana, minimal sama dengan atau lebih besar dari
suku bunga yang berlakudi bank-bank konvensional dan mampu menarik
bagi hasil dari debitur lebih rendah daripada bunga yang berlaku di bank
konvensional. Oleh karena itu upaya manajemen dana bank syariah perlu
dilakukan secara baik. Semakin baik manajemen dana bank syariah akan
menunjukkan kredibilitas kepercayaan masyarakat untuk menyimpan
dananya, sehingga arah untuk mencapai likuiditas bank syariah akan dapat
tercapai.

Keterangan Tabel :
1. Rata – rata sebulan saldo harian (A)
Sumbernya diperoleh dari total saldo dalam 1 bulan dibagi hari bagi hasil
sebenarnya menurut bulan kalender. Misalnya, saldo akhir tanggal 1 =
A1; tanggal 2 = A2; dan seterusnya.

A1 + A2 + A3 + …
Rumus perhitungan =
Jumlah hari dalam sebulan

7
2. Pendapatan
Porsi pendapatan pengelolaan dana mudharabah yang akan
didistribusikan (sebagai unsur pendapatan pada distribusi bagi hasil atau
pendapatan). Pendapatan tersebut berupa:
a. Margin (prinsip jual beli mudharabah, ishtisna’, dan salam).
b. Bagi hasil (prinsip jual beli murabahah, ishtisna’, dan musyarakah).
Rumus perhitungan: Pendapatan per produk (misalnya, tabungan
mudharabah)

Saldo rata – rata tabungan mudharabah (A2)


Total jumlah penghimpunan dana mudharabah

3. Nisbah nasabah (kolom C), merupakan angka pembagi untuk pemilik


dana yang telah disepakati dari awal.
4. Pendapatan pemilik dana, Kolom D, merupakan porsi pendapatan
penyimpan dana dalam rupiah.
Rumus perhitungan : D2 = B2 x nisbah untuk shahibul maal
Perhitungan tingkal indikasi masing – masing produk adalah:

Pendapatan penyimpan dana 365


5.
Rata – rata sebulan saldo harian Umur bulan yang bersangkutan

Nisbah bank sebagai mudharib, Kolom e, merupakan angka nisbah untuk


pengelola dana/bank.
6. Pendapatan bank, Kolom E, merupakan porsi pendapatan bank dalam
rupiah.
Rumus perhitungan: F2 = B2 x nisbah bank

2.5 Perhitungan Keuntungan Pendapatan Bagi Hasil


Pendapatan-pendapatan yang dihasilkan dari kontrak pembiayaan, setelah
dikurangi dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi atau didistribusikan

8
antara bank dengan para penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para
penabung dan para pemegang saham sesuai dengan nisbah bagi hasil yang
diperjanjikan. Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi hasil antara
bank dengan para nasabah tersebut, bank akan mengalokasikan
penghasilannya dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Bank menetapkan jumlah relatif masing-masing dana simpanan yang


berhak atas bagi hasil usaha bank menurut tipenya, dengan cara
membagi setiap tipe dana-dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang
ada pada bank dikalikan 100%.

b. Bank menetapkan jumlah pendapatan bagi hasil bagi masing-masing


tipe dengan cara mengalihkan persentase (jumlah relatif) dari masing-
masing dana simpanan dengan jumlah pendapatan bank.

c. Bank menetapan porsi bagi hasil masing-masing tipe dan simpanan


sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan

d. Bank harus menghitung jumlah relatif biaya operasional terhadap


volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai
dengan porsi dana dari masing-masing tipe simpanan.

e. Bank mendistribusikan bagi hasil untuk setiap pemegang rekening


menurut tipe simpanannya sebanding dengan jumlah simpanannya.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Distribusi bagi hasil merupakan kegiatan perhitungan pembagian usaha
antara shahibul maal dengan mudharib sesuai dengan nisbah yang disepakati
pada awal akad. Bank syariah dapat menerapkan prinsip distribusi hasil usaha
berdasarkan pada pendapatan (revenue) atau berdasarkan pada keuntungan
(profit).
Landasan syariah prinsip distribusi bagi hasil terdapat pada Alquran Q.S.
Al Baqarah: 282, yang berisi tentang perintah Allah jika kita melakukan
transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan maka kita
diminta untuk menuliskannya. Terdapat juga pada Q.S. Al Maidah: 1 tentang
perintah Allah kepada orang yang beriman untuk memenuhi akad – akadnya.
Dan masih banyak hadits yang menyinggung tentang distribusi bagi hasil.
Pengumpulan dana yang dilakukan oleh Bank Syariah yang berasal dari
para Nasabah, para pemilik modal atau dana titipan dari pihak ketiga Prinsip
utama yang harus dikembangkan bank syariah dalam kaitan dengan
manajemen dana adalah bahwa Bank Syariah harus mampu memberikan bagi
hasil kepada penyimpan dana, minimal sama dengan atau lebih besar dari
suku bunga yang berlakudi bank-bank konvensional dan mampu menarik
bagi hasil dari debitur lebih rendah daripada bunga yang berlaku di bank
konvensional.

10
DAFTAR PUSTAKA

Danupranata Gita, 2013, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta:


Salemba Empat
Heri Sedarsono, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:
Ekonisia
Ibnu Taimiyah, Majmu’fatwa, Juz.37 (ttp:Muhammad ‘ Abdurrahman Qasim,
1398 M)
Ismail, 2011, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana
Muhammad, 2001, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, Yogyakarta :
UII Press
Muhammad Syafi’i Antonio, 2001, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani
Wagar msood Khan, Toward, An Interest-Free Islamic Economic Syistem
( Uk:The Islamic Fundation UK and The International Association For
Islamic Economies, Islamabad, 1985 M-1406 H)
Yayasan Penyelenggara Peneterjemah Al-Qur’an Departemen Agama RI, 2007,
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bogor: Syaamil Qur’an

11

Anda mungkin juga menyukai