-Bogas Ardiyansyah
22.02.01.0001
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas
izin dan kehendak-Nya jugalah maka lah sederhana ini dapat kami selesaikan
tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan maka lah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kul iah. Adapun yang kami bahas dalam makala h ini
mengenai "Sistem Bagi Hasil Dan Profit Margin Bank Syari’ah". Dalam penulisan
maka lah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya
Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen kami yang
telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami. Kami menyadari akan
kemampuan kami yang masih terbatas. Dalam makala h ini kami suda h berusaha
semaksimal mungkin. Harapan kami, maka lah ini dapat menjadi track record dan
menjadi referensi bagi kami dan orang lain dalam mengarungi masa depan. Kami
juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
DAFTAR ISi ii
A. Latar Belakang 1
Bank Islam 1
A. Kesimpulan 1
Daftar pustaka 2
A. Latar belakang
Sistem perbankan merupakan bentuk implementasi yang mendukung intermediasi
keuangan suatu negara. Produk-produk tersebut diarahkan untuk kegiatan ekonomi
nasional sehingga belum terintegrasi secara tinggi ke dalam sistem keuangan global.
Inilah salah satu alasan mengapa bank syariah bisa bertahan. Dengan berdirinya Islamic
Development Bank (IDB) di Jeddah pada tahun 1975, perkembangan Islam terus
berlanjut, yang kemudian mendorong berdirinya bank-bank syariah di seluruh dunia,
termasuk kawasan Eropa. Kantor Pelayanan/OJK menyebutkan bahwa pada tahun 2015
terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS) dan 22 Unit Usaha Syariah (UUS). Pada tahun
2016, berkembang menjadi 13 bank umum syariah dan 21 unit usaha syariah.
Setiap bank termasuk bank konvensional dan syariah, wajib menyerahkan dan
mempublikasikan laporan tahunan yang salah satunya terbuka untuk umum untuk
melihat kinerja bank tersebut. Hal ini penting karena kepercayaan masyarakat terhadap
terjaganya dana bank sangat bergantung pada kinerja bank. Memeriksa status laporan
posisi keuangan dan laporan laba rugi sangat penting dalam melihat kinerja bank
syariah. Perbandingan saldo bank dari bank lain atau waktu atau tahun yang berbeda.
Atas dasar laporan keuangan tahunan tersebut dapat dihitung berbagai rasio keuangan
yang biasanya digunakan sebagai dasar penilaian kinerja bank. Indikator keuangan
dapat digunakan untuk mengukur kinerja karena indikator tersebut telah terbukti
berperan penting dalam menilai kinerja keuangan dan dapat digunakan untuk
memprediksi kelangsungan usaha, apakah sehat atau tidak sehat.
Mengevaluasi efektivitas bisnis perbankan. Hal ini dilakukan dengan menganalisis rasio
keuangan.
Dalam satu dekade belakangan ini perbankan syariah yang diawali oleh Bank Muamalat
Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang semakin pesat.
Krisis keuangan global di satu sisi telah membawa efek positif bagi kemajuan dan
perkembangan perbankan syariah. Bank syariah di Indonesia diyakini akan cepat
tumbuh dan berkembang.
Perkembangan industri lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu memperkuat
stabilitas sistem keuangan nasional. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai
alat untuk mendapat keuntungan atau pendapatan maupun membebankan bunga atas
imbalan penggunaan dana dan pinjaman, karena bunga identik dengan riba yang
diharamkan dalam Islam.
Ketika muncul bank syariah maka propagandanya dikatakan sebagai bank bagi hasil.
Hal ini dilakukan untuk membedakan bank syariah dengan bank konvensional yang
beroperasi dengan sistem bunga. Hal ini betul, tetapi tidak sepenuhnya benar. Karena
sesungguhnya bagi hasil itu hanya merupakan bagian saja dari sistem operasi bank
syariah. Mekanisme bagi hasil di bank syariah dijalankan berdasarkan prinsip
mudharabah dan/atau musyarakah.
Kemampuan dari lembaga perbankan syariah yang berorientasi kepada sistem bagi
hasil dapat memberikan keuntungan kepada setiap pengelola usaha, tidak hanya
kepada bank sebagai kreditur yang memberikan pembiayaan, namun juga kepada
nasabah sebagai debitur yang mendapatkan pembiayaan untuk mengembangkan
usahanya.
A. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi dikenal dengan profit sharing. Profit dalam kamus
ekonomi diartikan dengan pembagian laba, profit sharing juga dapat diartikan distribusi
beberapa bagian dari laba pada pegawai dari suatu prusahaan. Menurut Antonio, bagi
hasil adalah suatu sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni
pembagian hasil usaha antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (mudharib).
Banyak sekali para pakar perbankan syariah mengemukakan mengenai arti dari bagi
hasil tersebut, termasuk dalam buku karangan Veithzal Revai bekerja sama dengan
Arviyan Arifin yang berjudul Islamic Banking, beliau mengemukakan bahwa bagi hasil
adalah bentuk return (perolehan aktivitas usaha) dari kontrak investasi. Dari waktu
kewaktu, tidak pasti dan tidak tetap pada bank Islam. Besar kecilnya perolehan
tergantung pada hasil usaha yang benar-benar diperoleh bank Islam. Pendapat lain juga
di kemukakan oleh Ismail dalam buku Perbankan Syariah, yaitu bagi hasil merupakan
pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan
perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank syariah. Dalam hal ini terdapat dua pihak
yang melakukan perjanjian dalam usaha, maka hasil atas usaha dilakukan oleh kedua
belah pihak, akan dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang melakukan
akan perjanjian.
Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat
akad utama yaitu, al-musyarokah, al-mudhorobah, al-muzara’ah, dan almusaqolah.
keempat prinsip tersebut yang sering banyak dipakai adalah almusyarokah dan al
mudhorobah, sedangkan al-muzara’ah, dan al-musaqolah di
pergunakan khusus untuk plantation financing atau pembayaran pertanian untuk
beberapa bank Islam.
Bagi hasil adalah keuntungan/hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi
maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah dengan persyaratan sebagai
berikut:
a. Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan/pola:
1. Revenue sharing
2. Profit & loss sharing
b. Pada saat akad terjadi wajib disepakati sistem bagi hasil yang digunakan.
1. Waktu dibagikannya bagi hasil harus disepakati oleh kedua belah pihak, misalnya
setiap bulan atau waktu yang telah ditentukan
2. Pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati diawal dan tercantum
dalam akad Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian atau
ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut
diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua
belah pihak atau lebih.
Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan
kepada masyarakat, dan didalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil
usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad).
Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai dengan
kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya unsur kerelaan di masing-
masing pihak, tanpa adanya unsur pemaksaan
1). Pendapatan margin dan pendapatan bagi hasil, dihitung berdasarkan perolehan
pendapatan pada bulan berjalan
2). Saldo dana pihak ketiga, yang dihitung dengan menggunakan saldo rata-rata harian
bulan bersangkutan
3). Pembiayaan, yang dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian bulanan bersangkutan.
Namun ada juga bahwa yang diambil adalah saldo rata-rata harian bulan sebelumnya,
dengan alasn karena mempengaruhi pendapatan bulan berjalan (pembiayaan bulan
sebelumnya).
Sedangkan pembiayaan bulan berjalan baru akan memperoleh pendapatan pada bulan
berikutnya.
4). Investasi pada surat berharga/penenpatan pada bank Islam lain.
5). Penentuan kapan bagi hasil efektif dibagikan kepada para pemilik dana, apakah
mingguan, pada akhir bulan, pada tanggal valuta, pada tanggal jatuh tempo, pada
tanggal akhir tahun dan lain sebagainya
6). Penggunaan bobot dalam menghitung besarnya dana pihak ketiga
Margin adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat darimemegang aset yang
mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan.
Keuntungan juga bisa diperoleh dari pemindahan saling tergantung insidental yang sah
dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak saling tergantung dengan
pemegang saham, atau pemegang- pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang
setara dengannya. penetapan margin/ keuntungan dari harga jual sejumlah tertentu
dengan mempertimbangkan keuntungan yang akan diambil, biaya-biaya yang
ditanggung termasuk antisipasi timbulnya kemacetan dan jangka waktu pengembalian.
Parisi, S. Al. (2017). Determinan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia.
Journal of Islamic Economics and Business.
Rusdiana, N. (2012). Analisis Pengaruh CAR, LDR, NIM, NPL, BOPO dan DPK Terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus pada Bank Umum Yang Terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2011).
Syakhrun, M., Anwar, A., & Amin, A. (2019). Pengaruh Car, Bopo, Npf Dan Fdr Terhadap
Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. Bongaya Journal for Research in
Management (BJRM), 2(1), 1–10. https://doi.org/10.37888/bjrm.v2i1.102
Utami, M. S. M., & Muslikhati. (2019a). Pengaruh Dana Pihak Ketiga ( DPK ), Capital
Adequacy Ratio ( CAR ), Non Performing Financing ( NPF ) terhadap Likuiditas Bank
Umum Syariah. FALAH Jurnal Ekonomi Syariah, 4, 33–43.