Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKAD MUDHARABAH, REKSADANA SYARIAH


DAN SUKUK

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


FIQIH MUAMALAH KONTEMPORER
 

DISUSUN OLEH:
ACHMAD HABIBHI
1910101001

FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

            Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat dan ridho-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah  Akad Mudharabah, Reksadana Syariah Dan Sukuk. Makalah ini
diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Fiqih Muamalah Kontemporer.
Kami menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari segala pihak. karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Desi
Amalia, MA.Hk selaku Dosen mata kuliah Fiqih Muamalah Kontemporer dan kepada teman-
teman yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
           Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Demikian kiranya semoga makalah yang telah dibuat ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pringsewu, 05 Oktober 2021

penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................................................ 1

BAB II Pembahasan
A. Pengertian Mudharabah .......................................................................................... 2
B. Jenis-Jenis Mudharabah .......................................................................................... 2
C. Landasan Hukum Mudharabah ............................................................................... 2
D. Sifat Utama Mudharabah ........................................................................................ 3
E. Ketentuan Pembiayaan ............................................................................................... 3
F. Rukun dan Syarat Pembiayaan ...................................................................................... 4
G. Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan ....................................................................... 5
H. Aplikasi Mudharabah Dalam Perbankan ................................................................ 5
I. Pengertian Reksadana Syariah ................................................................................ 6
J. Macam-Macam Reksadana Syariah ....................................................................... 7
K. Operasionalisasi Reksadana Syariah ...................................................................... 8
L. Contoh Implementasi Reksadana Syariah .............................................................. 9
M. Pengertian Sukuk .................................................................................................... 9
N. Sejarah Perkembangan Sukuk ................................................................................ 9
O. Karakteristik Sukuk ................................................................................................ 10
P. Tantangan dan Prospek Sukuk ............................................................................... 11
Q. Peranan Sukuk Dalam Pembangunan Nasional ...................................................... 11

BAB III Penutup


A. Kesimpulan ............................................................................................................13

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya bank syari’ah maka propogandanya dikatakan sebagai bank bagi hasil. Hal ini
dilakukan untuk membedakan bank syari’ah dangan bank konvensional yang beroperasional
dengan sistem bunga. Namun praktik bank syari’ah belum sepenuhnya menggunakan sistem bagi
hasil. Karena selain sistem bagi hasil masih ada sistem jual beli, sewa menyewa. Dengan
demikian, bank syari’ah memiliki ruang gerak produk yang lebih luas dibandingkan dengan bank
konvensional.
Dalam operasional bank Syariah, mudharabah merupakan salah satu bentuk akad
pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari mudharabah ini merupakan
akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak. Dalam penentuan kontraknya, harus dilakukan diawal ketika
akan memulai akad mudharabah tersebut.
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional
bank syari’ah secara keseluruhan. Secara syari’ah prinsip berdasarkan pada kaidah mudharabah
akan berfungsi sebagai mitra baik dengan penabung demikian juga dengan pengusaha yang
meminjam dana.
Dalam kontrak mudharabah ini, mudharib (si pengelola) harus menjalankan
kewajibannya menjalankan usaha dengan cara sebaik-baiknya. Dalam menjalankan usaha, harus
jelas dan sesuai dengan prisip syariah. Maka dari itu penulis ingin lebih jauh mengetahui
bagaimana jalannya system pembiayan ini (mudharabah) dalam suatu operasional bank syariah
secara jelas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Akad Mudharabah?
2. Apa pengertian dari Reksadana Syariah?
3. Apa pengertian dari Sukuk?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Akad Mudaharabah
2. Untuk Mengetahui Pengertian Reksadana Syariah
3. Untuk Mengetahui Pengertian Sukuk

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. MUDHARABAH

1. Pengertian Mudharabah
Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan diatas yang maksudnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya.
Sedangkan pengertian mudharabah yang secara teknis adalah suatu akad kerja sama
untuk suatu usaha antara dua belah pihak dimana pihak yang pertama ( shahibul maal )
menyediakan seluruh modalnya dan sedangkan pihal yang lain menjadi pengelolanya.
Keuntungan dari usahanya tersebut secara Mudharabah akan dibagi hasilnya menurut
kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal, dan apabila usaha tersebut mengalami
kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak pemodal selama kerugian tersebut
bukan disebabkan kelalaian pengelola modal. Dan jika kerugian tersebut disebabkan karena
kecurangan atau kelalaian pengelola modal, maka pengelola modal yang harus bertanggung
jawab atas kerugian yang telah dialaminya.
Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan di mana pemilik
modal ( shahibul maal ) menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut
dengan ( mudharib ), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai
dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh
pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka
pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut.
Pada hakikatnya pengertian dari mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama antara
shohibul maal dan mudhorib, dimana dana 100% dari shohibul maal. Sedangkan mudhorib hanya
sebagai pengelola yang keuntungannya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah
disepakati di awal.
Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan berdasarkan prinsip berbagi
untung dan rugi (profit and loss sharing principle), dilakukan sekurang-kurangnyaoleh dua pihak,
dimana yang pertama memiliki dan menyediakan modal, disebut shohibul maal, sedang ke dua
memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana / menejemen usaha halal
tertentu, disebut mudhorib.

2. Jenis-Jenis Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a.  Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara penyedia modal (shahibul maal) dan
pengelola modal (mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah yang akan digunakan untuk usahanya.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah atau  specified mydharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah, yaitu
mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usahanya. Dengan adanya
pembatasan tersebut seringkali mencerminkan kecenderungan umum shahibul maal dalam
memasuki jenis dunia usahanya.

3. Landasan Hukum Mudharabah

َ‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنت َِشرُوا فِي اأْل َر‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإ ِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."(Q.S Al-jumuah:10)

2
{ ‫عن صالح بن صهيب عن أبيه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ثالث فيهن البركة البيع إلى أجل والمقارضة وأخالط‬
‫} البر بالشعير للبيت ال للبيع‬
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya
terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280,
kitab at-Tijarah)

4. Sifat Utama Mudharabah


a. Berdasarkan prinsip bagi hasil dan berbagi risiko
1. Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak nisbah yang telah
disepakati sebelumnya
2. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana sedangkan pengelola tidak
memperoleh imbalan atas usaha yang telah dilakukan.

b. Pemilik dana tidak diperbolehkan mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari


Mudharabah dilakukan oleh dua orang yang mempunyai maksud yang sama tetapi
kapasitas yang berbeda, antara lain:
1. Pemilik modal yang tidak dapat mengelola modalnya atau tidak memiliki waktu untuk
mengelolanya
2. Orang yang tidak memiliki modal tetapi mempunyai keahlian dalam mengelola modal
sehingga dapat mengahsilkan keuntungan yang nantinya akan dibagi hasil sesuai
akad/perjanjian awal.

Akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (malik, shahib al-
mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (‘amil, mudharib, nasabah)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak.

5. Ketentuan Pembiayaan

a. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif.

b. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 %
kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.

c. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

d. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan
sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau
proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

e. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.

f. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah kecuali
jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi
perjanjian.

g. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib

3
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

h. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur


oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.

i. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.

j. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang
telah dikeluarkan.

6. Rukun dan Syarat Pembiayaan


a. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:

1. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak


(akad).

2. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

3. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan


menggunakan cara-cara komunikasi modern.

c. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:

1. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.

2. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam
bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.

3. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik
secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

d. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.
Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:

1. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
satu pihak.

2. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan
pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari
keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan.

3. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan


pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

e. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal yang
disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

4
2. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

3. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudhara-bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktivitas itu.

7. Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan


a. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.
b. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang
belum tentu terjadi.

c. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini
bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan.

d. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

8. Aplikasi Mudharabah Dalam Perbankan


a. Mudharabah dalam perbankan syari’ah biasanya diterapkan pada produk-produk
pembiayaan dan pendanaan. Sedangkan pada sisi penghimpunan dana mudharabah
diterapkan pada:
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, yaitu
seperti tabungan haji, dan tabungan kurban, dan sebagainya;
b. Diposito biasa dan special, diposito special (special investment), dimana dana yang
dititipkan nasabah, khusus untuk bisnis tertentu, misalnya saja dalam murabahah ataupun
ijarah saja.
b. Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa;
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus
dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul
maal.
c. Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau mencampurkan dana
mudharabah. Seperti dalam penjelasan dibawah ini, yaitu:
a. Dana harta-harta lainnya, Pemisahan total antara dana mudharabah termasuk harta
mudharib. Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari teknik ini ialah
bahwa pendapatan dan biaya dapat dipisahkan dari masing-masing dana dan dapat
dihitung dengan tepat. Selain itu, keuntungan atau kerugian dapat dihitung dan
dialokasikan dengan benar. Sedangkan kekurangan teknik ini terutama menyangkut
masalah moral hazard dan preferensi invertasi seorang mudharib.
b. Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana lainnya.
System ini menghilangkan munculnya masalah etika dan moral hazard seperti di atas,
namun dalanm system ini pendapatan dan biaya mudharabah tercampur dengan
pendapatan dan biaya lainnya.
d. Mudharabah dalam bank syari’ah terdapat manfaat dan risikonya, manfaat mudharabah
tersebut terbagi menjadi lima, yaitu:
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
semakin meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap,
tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak pernah
mengalami negative spread.

5
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau kas usaha
nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selktif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal,
aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi
itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda dengan prinsip
bungan tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan dari nasabah satu jumlah
bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan
terjadi krisis ekonomi.
Sedangkan resiko dari mudharabah, yaitu:
1. streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak;
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja;
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabah tidak jujur.
Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari’ah, terdapat pula permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan mudharabah. Berdasarkan teori
perbankan kontemporer, prinsip mudharabah dijadikan sebagai alternatif penerapan
sistem bagi hasil. Meskipun demikian, dalam praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil
dalam memainkan operasional investasi dana bank peranannya sangat lemah. Menurut
beberapa pengamatan perbankan syari’ah, hal ini terjadi karena beberapa alasan,
diantaranya:
a. Standar moral
Terdapat anggapan bahwa standar moral ynag berkembang di kebanyakan komunitas
muslim tidak memberi kebebasan penggunaaan bagi hasil sebagai mekanisme investasi.
b. Ketidakefektifan modal pembiayaan bagi hasil
Pembiayaan bagi hasil (mudharabah) tidak menyediakan berbagai macam kebutuhan
pembiayaan dari ekonomi kontemporer.
c. Berkaitan dengan para pengusaha
Keterkaitan bank dengan pembiayaan sistem bagi hasil untuk membantu perkembangan
usaha lebih banyak melibatkan pengusaha secara langsung daripada sistem lainnya pada
bank konvensional. Bank syari’ah memerlukan informasi yang lebih rinci tentang
aktivitas bisnis yang dibiayai dan besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi
setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya.
d. Dari segi biaya
Pemberian pembiayaan berdasrkan sistem bagi hasil memerlukan kewaspadaan yang
lebih tinggi dari pihak bank.
e. Segi teknis
Problem teknis menyangkut penggunaan sistem bagi haasil berkaitan dengan pihak bank,
nasabah, perhitungan keuntungan.bank membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai
perilaku aktivitas ekonomi yang berguna untuk memprediksi keuntungan. Dari sisi
nasabah, kebutahurufan masih menyelimuti dunia muslim.
f. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalm aktivitas bisnis
Dalam dunia bisnis dan industri, biaya yang dikeluarkan dari dana-dana yang diperoleh
berdasarkan sistem bagi hasil tidak diketahui secara pasti.

B. REKSADANA SYARIAH
a. Pengertian Reksadana Syariah

Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27, Reksadana adalah wadah yang
digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan
dalam portfolio efek oleh manajer investasi. Efek yang dimaksud adalah surat-surat berharga,
termasuk surat pengakuan utang, saham, obligasi, dan pasar uang. Lembaga reksadana adalah
emiten (penerbit) unit-unit sertifikat saham yang kegiatan utamanya adalah melakukan investasi
dalam efek, investasi kembali atau perdagangan efek di bursa efek.

6
Reksadana syariah adalah penghimpunan dana  yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
syariat Islam. Baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal)
dengan manajer investasi sebagai wakil, maupun antara manajer investasi sebagai wakil dengan
pengguna investasi.

Reksadana syariah pertama kali di perkenalkan di Indonesia pada tahun 1998 oleh PT Dana reksa
Investment Management, dimana pada saat itu PT Dana reksa mengeluarkan produk Reksadana
berdasarkan prinsip syariah berjenis Reksadana campuran yang dinamakan Dana reksa Syariah
Berimbang. 

Reksadana syariah merupakan lembaga intermediasi yang membantu surplus unit melakukan
penempatan dana untuk di investasikan. Salah satu tujuan dari reksadana syariah adalah
memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari
sumber dan cara yang bersih dan data di pertanggung jawabkan secara agama serta sejalan
dengan prinsip-prinsip syariah.

b. Macam-Macam Reksadana Syariah

1. Reksadana Saham Syariah

Reksa Dana Saham Syariah adalah jenis reksa dana yang komposisi portofolio efeknya
fokus pada saham. Seluruh dana yang masuk akan dialokasikan pada saham-saham yang dinilai
menguntungkan. Reksadana ini menanamkan mayoritas investasi di Saham yang termasuk
kategori Syariah. Kenapa disebut mayoritas karena tidak 100% akan ditanamkan di saham.
Terdapat sebagian kecil, biasanya max 20%, yang akan dibelikan instrumen pasar uang berbasis
Syariah.

2. Reksadana Pendapatan Tetap Syariah

Yaitu jenis reksadana yang sebagian besar alokasi investasinya ditempatkan pada efek
utang yang memberikan pendapatan tetap. Reksadana ini menanamkan mayoritas investasi di
Obligasi Syariah (Sukuk) yang diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia dan/atau Obligasi
Syariah (Sukuk) yang memiliki peringkat minimum BBB (investment grade) atau yang setara,
yang ditawarkan melalui Penawaran Umum dan/atau diperdagangkan di Bursa Efek. Obligasi
Syariah adalah jenis obligasi yang diterbitkan sesuai dengan prinsip Syariah. Obligasi
memberikan bunga tetap kepada Reksadana selama jangka waktu yang telah ditetapkan.

3. Reksadana Campuran Syariah

Yaitu Reksadana yang menanamkan investasi secara merata di antara Saham, Obligasi
Pendapatan Tetap dan Pasar Uang. Komposisinya bisa merata atau lebih tinggi di beberapa
instrumen, tergantung strategi di masing-masing Reksadana. Reksadana ini didesain bagi
investor yang khawatir akan risiko fluktuasi saham tetapi juga tidak ingin return pendapatan
tetap yang terlampau rendah. 

Menghadapi ini, pengelola reksadana menawarkan pengelolaan kombinasi, campuran


antara saham dan pendapatan tetap. Perlu diingat bahwa reksadana ini memiliki risiko yang lebih
tinggi dibandingkan pendapatan tetap, sehingga sebaiknya digunakan untuk target tujuan
keuangan menengah (3-5 tahun)

7
4. Reksadana Pasar Uang Syariah

Yaitu Reksadana yang menanamkan dana di instrumen keuangan jangka pendek yang
resikonya paling rendah. Reksadana Syariah Pasar Uang Reksadana ini berinvestasi 100 persen
di instrumen pasar uang berbasis syariah dalam negeri, seperti sukuk dan deposito syariah. Jenis
reksadana ini menempatkan dana di instrumen keuangan jangka pendek yang risikonya paling
rendah. Keunggulan reksadana ini adalah faktor keamanan serta likuiditas. 

Reksadana ini paling aman di antara jenis yang lainnya. Namun, karena paling aman, return jenis
reksadana ini paling kecil. Oleh karena itu, reksadana ini lebih cocok jika Anda ingin investasi
dalam jangka pendek atau sekitar 1 tahun.

c. Operasionalisasi Reksadana Syariah

Reksadana syariah dalam pengelolaannya ada tahapan screening yang harus dilalui dan
sesuai prinsip syariah. Produknya pun terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Daftar ini
nantinya akan diumumkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan ketentuan syariah. 

Reksadana syariah tidak akan berinvestasi pada perusahaan yang dianggap melarang
prinsip syariah, misalnya perusahaan judi, minuman beralkohol hingga rokok. Nilai utang pun
sangat diperhitungkan, total utang harus lebih kecil dari nilai aset.

Dalam operasinalisasinya reksadana syariah memperhatikan beberapa tahap, diantaranya :

 Return/Cleansing

Semua produk Reksadana syariah harus menempatkan proses pembersihan, atau dikenal juga
dengan Cleansing. Proses Cleansing merupakan cara untuk memilah apakah sebuah perusahaan
memiliki pendapatan tidak halal dalam proses bisnisnya. Ini menjadi penting karena kategori
pendapatan tidak halal ini erat dengan riba, dan dalam hukum Islam.

 Pengawasan

Reksadana syariah menempatkan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang memiliki tanggung
jawab untuk memastikan pengelolaan reksa dana sesuai dengan prinsip syariah.

 Akad

Reksadana syariah akan berjalan selama tidak bertentangan dengan syariah. Akad syariah ini
bisa meliputi akad kerjasama (musyarakah), sewa-menyewa (ijarah), dan akad bagi hasil
(Mudharabah).

 Transaksi

Dalam Transaksi pembagian keuntungan reksadana syariah dihitung berdasarkan ketentuan-


ketentuan syariah Islam dan kesepakatan bersama. Tidak boleh berspekulasi yang mengandung
gharar seperti najsy (penawaran palsu), ikhtikar, maysir, dan riba.

8
d. Contoh Implementasi Reksadana Syariah

Pengimplementasian reksadana syariah dalam praktiknya, di industri pasar modal syariah


mengacu pada prinsip-prinsip syariah yang operasionalnya secara umum sejalan dengan konsep
Islam dalam pemerataan dan peningkatan kemakmuran. 

Implementasi akad dalam reksadana syariah menggunakan akad wakalah dan mudhorobah,
sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman
pelaksanaan investasi untuk reksa dana syariah yaitu reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik
harta (sahib al-mal/rab al mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun
antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. 

Reksadana syariah Manulife bisa dijadikan salah satu alternatif investasi, selain aman,
reksadana juga bisa menjadi jalan keluar untuk pemodal kecil yang ingin berinvestasi pada pasar
modal syariah.

C. SUKUK
a. Pengertian Sukuk

Sukuk, shikâk atau ashukk berasal dari kata shakk (‫ )صك‬yang pada mulanya berarti
lembar pernyataan/kesaksian yang digunakan orang Arab kuno untuk keperluan keamanan,
jaminan imbalan dan perdagangan. Sukuk dapat pula diartikan dengan Efek Syariah
berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas :
1. Kepemilikan aset berwujud tertentu;
2. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau
3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

Sementara itu, menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia, sukuk adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang berupa bagi hasil
margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sedangkan menurut
Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-130/BL/2006
tahun 2006 Peraturan No. IX .A. 13, sukuk ádalah efek syariah berupa sertifikat atau
bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak
terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu nilai manfaat dan jasa
atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas aset proyek
tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

b. Sejarah Perkembangan Sukuk


Sesungguhnya, sukuk / ini bukan merupakan istilah yang baru dalam sejarah
Islam. Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, dimana umat Islam
menggunakannya dalam konteks perdagangan internasional. Sukuk merupakan bentuk jamak
dari kata sakk. Ia dipergunakan oleh para pedagang pada masa itu sebagai dokumen yang
menunjukkan kewajiban finansial yang timbul dari usaha perdagangan danaktivitas
komersial lainnya (Ayub, 2005). Namun demikian, sejumlah penulis Barat yang memiliki
concern terhadap Investasi Syariah di Pasar Modal, Menggagas Tuntas Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio syariah, Gramedia, Jakarta. Sejarah Islam dan bangsa Arab,
menyatakan bahwa sakk inilah yang menjadi akar kata “cheque” dalam bahasa latin, yang
saat ini telah menjadi sesuatu yang lazim dipergunakan dalam transaksi dunia perbankan
kontemporer (Adam, 2005). Dalam perkembangannya, the Islamic Jurispudence Council

9
(IJC) kemudian mengeluarkan fatwa yang mendukung berkembangnya sukuk. Hal tersebut
mendorong Otoritas Moneter Bahrain (BMA –Bahrain Monetary Agency) untuk
meluncurkan salam sukuk berjangka waktu 91 hari dengan nilai 25 juta dolar AS pada
tahun 2001. Kemudian Malaysia pada tahun yang sama meluncurkan global corporate
Sukuk di pasar keuangan Islam internasional. Inilah sukuk global yang pertama kali muncul di
pasar internasional.

Selanjutnya, penerbitan sukuk di pasar internasional terus bermunculan bak cendawan di


musim hujan. Tidak ketinggalan, pemerintahan di dunia Islam pun mulai melirik hal
tersebut. Sebagai contoh, pada tahun 2002 pemerintah Malaysia menerbitkan sukuk
dengan nilai 600 juta dolar AS dan terserap habis oleh pasar dengan cepat, bahkan
sampai terjadi over subscribe. Begitu pula pada Desember 2004, pemerintah Pakistan
menerbitkan sukuk di pasar global dengan nilai 600 juta dolar AS dan langsung terserap
habis oleh pasar. Dan masih banyak contoh lainnya. Harus kita akui, bahwa sukuk atau ini
adalah salah satu bentuk terobosan baru dalam dunia keuangan Islam, meskipun istilah
tersebut adalah istilah yangmemiliki akar sejarah yang panjang. Inilah salah satu bentuk
produk yang paling inovatif dalam pengembangan sistem keuangan syariah kontemporer.

c. Karakteristik Sukuk
Karakteristik sukuk merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat
(benefical title).
· Pendapatan berupa bagi hasil sesuai perjanjian kontrak kerja dan jenis akad yang digunakan.
· Terbebas dari riba, gharar, dan maysir.
· Penerbitannya melalui special purpose vechicle (SPV)
· Memerlukan underlying asset.
· Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

TIPE-TIPE SUKUK
Tipe sukuk berdasarkan akadnya terdapat berbagai jenis sukuk tetapi yang dikenal secara
international dan telah mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) adalah :
 Sukuk Ijarah :
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, dimana satu pihak
bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada
pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa diikuti perpindahan
kepemilikan aset itu sendiri.
 Sukuk Mudharabah:
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah, dimana satu pihak
menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan pihak lain menydiakan tenaga dan
keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi
perbandingan (nisbah) yang disepakati sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung
sepenuhnya oleh pihak penyedia modal, sepanjang kerugian tersebut tidak ada unsur moral
hazard (niat tidak baik dari mudharib).
 Sukuk Musyarakah :
Sukuk yang diterbitkan berdasarka perjanjian atau akad musyarakah, dimana dua pihak
atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing pihak.
 Sukuk Istishna :
Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna,

10
dimana para pihakmenyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang.
Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan.
Sedangkan berdasarkan institusi yang menerbitkannya maka sukuk terdiriatas dua macam
yaitu sukuk Negara dan sukuk korporasi.
 Sukuk Korporasi ( Retail)
Sukuk korporasi ini di terbitkan oleh swastaDalam operasionalnya peritel menjalankan
beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan
jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara
keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-
fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya
manusia, maupun operasional.

 SBSN (Sukuk Negara)


Pengertian Surat Berharga Syariah Negara, yang selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat
disebut Sukuk Negara, terdapat pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara, adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap
Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.SBSN Ritel atau yang
selanjutnya disebut Sukuk Negara Ritel dalam Peraturan MenteriKeuangan Nomor 218
Tahun 2008 Tentang Penerbitan Dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel Di
Pasar Perdana Dalam Negeri Pasal 1 ayat 2 adalah SBSN yang dijual kepada individu atau orang
perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual. Menurut Direktorat Pembiayaan
Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Surat Berharga Syariah Negara Ritel
(Sukuk Ritel) adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset Surat Berharga Syariah Negara, yang
dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual,
dengan volume minimum yang telah ditentukan.

d. Tantangan dan Prospek Sukuk


Pasar keuangan di Indonesia baru saja mencatat sejarah baru. Meski terlambat, Pada Mei
2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk). kita patut
memberikan apresiasi tinggi atas upaya pemerintah dan DPR yang berhasil menghasilkan UU
Sukuk Negara ini. Dikatakan terlambat, karena perkembangan sukuk di Indonesia,
sesungguhnya sudah dimulai oleh swasta, meskipun pangsanya masih kecil.

e. Peranan Sukuk Dalam Pembangunan Nasional


Indonesia mempunyai banyak projek infrastruktur yang menjadikannya daya tarik luar
biasa bagi investor syariah. Industri energi (pertambangan, migas), industri berbasis sumber
daya alam (perkebunan), dan industri infrastruktur berpendapatan valas (airport, seaport)
merupakan sektor yang biasanya paling diminati investor syariah. Dalam hal jangka waktu
investasi, perilaku investor syariah juga agak berbeda. Investor syariah biasanya memilih
dan memiliki horison investasi jangka panjang, 5 sampai 15 tahun. Perhatian utama
investor ini adalah pada keutuhan modal, return yang kompetitif, tetapi dengan horison
investasi yang panjang, bukan pada return jangka pendek.Pemerintah Indonesia telah
menerbitkan sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebanyak empat kali pada
periode antara 2008 dan 2009 dengan total mencapai Rp 19,8 trilliun. Awal 2009,
pemerintah menerbitkan sukuk ritel dan sukuk global. Sukuk global
telah mengalami tujuh kali lipat oversubscribed dari penerbitan awalnya 650 juta dolar AS
menjadi 4,7 miliar dolar AS. Ini menjadi sinyal positif prospek sukuk sebagai alternatif
sumber pembiayaan untuk membiayai pembangunan dalam negeri khususnya pembangunan

11
infrastruktur. Berdasarkan itu, kita berharap penerbitan kembali SBSN pada 2010 ini tidak
hanya akan menjadi salah satu sumber pembiayaan untuk menambal defisit APBN. Namun,
sudah seharusnya modal yang terkumpul melalui penerbitan SBSN dapat lebih
dimanfaatkan pada sektor-sektor produktif, khususnya untuk pengembangan proyek
infrastruktur yang berdampak pada pertumbuhan sektor rill

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan di berikan kepada
nasabah dalam suatu Bank. secara umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis,
yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.
Dalam sistem Mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola,
keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Manfaat
dari Mudharabah ini adalah Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat
Akad Mudharabah harus bejalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah dimana si
pengelola harus menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, sesuai
dengan prisip Syari’ah dan berupaya agar usahanya tidak terjadi kerugian. Kerugian bisa
di akibatkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Disebabkan oleh resiko bisnis;
2. Disebabkan oleh musibah atau bencana alam dan
3. Disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh sipengelola.
Apabila kerugian terjadi disebabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka atas
kerugian tersebut ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik modal tetapi kalau kerugian itu
terjadi disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang sengaja dilakukan oleh
sipengelola maka, atas segala kerugian itu harus ditanggung oleh si mudharib sepenuhnya
dan modal yang diberikan harus dikembalikan oleh mudharib sepenuhnya. Oleh karena
itu untuk memperkecil kesempatan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kelalaian
atau penyimpangan yang dilakukan oleh mudharib atau sipengelola maka, shahibul mal
harus dapat membuat aturan atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan
mudharib untuk melakukan tindakan yang merugikan.
Pembiayaan mudharabah dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Adapun tujuan akhir dari pembiayaan mudharabah adalah memperoleh keuntungan.

Reksadana syariah adalah penghimpunan dana  yang beroperasi menurut ketentuan dan


prinsip syariat Islam. Baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta
(shahib al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil, maupun antara manajer investasi
sebagai wakil dengan pengguna investasi

Sukuk, shikâk atau ashukk berasal dari kata shakk (‫ )صك‬yang pada mulanya
berarti lembar pernyataan/kesaksian yang digunakan orang Arab kuno untuk
keperluan keamanan, jaminan imbalan dan perdagangan. Sukuk dapat pula
diartikan dengan Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi
atas :
1. Kepemilikan aset berwujud tertentu;
2. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau
3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://kukm.gunungkidulkab.go.id/berita-818/landasan-hukum-dan-sifat-
mudharabah.html#:~:text=Mudharabah%20adalah%20bentuk%20kerja%20sama,dengan
%20suatu%20perjanjian%20di%20awal.

https://kukm.gunungkidulkab.go.id/berita-538/ketentuan-rukun-syarat-mudharabah.html

http://makalah-makalah-makalah.blogspot.com/2014/03/makalah-mudharabah.html

https://study.adityatekno.com/2021/04/makalah-reksadana-syariah.html

https://studylibid.com/doc/487728/makalah-sukuk-tugas-mata-kuliah-lembaga-keuangan-syariah

14

Anda mungkin juga menyukai