PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
NIM : 1714080076
1. Pengertian
3
Organisator adalah orang yang bertugas untuk menggerakkan atau
memimpin organisasi dengan memanfaatkan segala sumber daya yang
tersedia untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepala sekolah sebagai
organisator juga berarti kepala sekolah itu merupakan seorang manajer
(pemimpin).
Dalam kaitan ini kepala sekolah harus dapat menciptakan
hubungan yang harmonis di antara orang-orang yang terlibat dalam
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Hubungan kerjasama itu harus
disusun dalam suatu struktur organisasi, berupa kerangka yang terdiri atas
satuan-satuan organisasi beserta segenap orang-orang yang terlibat dalam
kegiatan organisasi tersebut, serta wewenang dan hubungan satu sama
lainnya yang masing-masingnya mempunyai peranan tertentu dalam
satuan kerja yang utuh.
Sebagai wadah, organisasi merupakan tempat kegiatan-kegiatan
adminstrasi itu dilakukan. Dan jika dipandang sebagai proses, maka
organisasi merupakan kegiatan-kegiatan atau menyusun dan menetapkan
hubungan-hubungan kerja antar personel. Kewajiban-kewajiban,
wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian yang termasuk
dalam organisasi itu disusun dan ditetpakan menjadi pola-pola kegiatan
yang tertuju kepada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Kepala sekolah sebagai administrrator pendidikan perlu menyusun
organisasi sekolah yang dipimpinnya, dan melaksanakan pembagian tugas
dan wewenang kepada guru-guru dan pegawai sekolah sesuai dengan
struktur organisasi sekolah yang telah disusun dan disepakati bersama.
4
a) Kejelasan tujuan
5
1) Kontrol terhadap unit kerjaPengawasan dilakukan pada
unit-unit kerja, sehingga dapat mencakup personal yang
cukup banyak jumlahnya. Dalam rentangan kontrol ini,
perintah diberikan pada pimpinan unit kerja dan
pertanggungjawaban diterima diterima juga dari
pimpinan unit kerja tersebut.
f) Fleksibilitas
6
a) Pengelompokkan segenap pekerjaan ke dalam satuan organisasi
berdasarkan sifat pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
7
Hadari Nawari,Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas, Jakarta:CV Hji
Masagung(1989). Cet. Ke-3,h.93
A. Sebagai Edukator
Pembinaan mental
8
Pembinaan moral
9
Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran untuk menambah
wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan
kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya
memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai jenjang sarjana
untuk mengikuti kuliah di universitas terdekat dengan sekolah, yang
pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah
harus berusaha untuk mencari peserta didik bagi para guru yang melanjutkan
pendidikan, melalui kerjasama dengan masyarakat, engan dunia usaha atau
kerjasama lain yang tidak mengikat.
Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar hasil
elajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan
secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermafaat
untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan
prestasinya.
10
pengembangan program melalui kegiatan pengayaan dan perbaikan pembelajaran
(remedical teaching).
Kemampuan membimbing tenaga kependidikan non guru dalam penyusunan
program kerja, dan pelaksanaan tugas sehari-hari, serta mengadakan penilaian dan
pengendalian terhadap kinerjanya secara periodik dan berkesinambungan.
Penilaian dan pengendalian kinerja secara periodik dan berkesinambungan
penting dilakukan untuk mrncapai peningkatan kualitas kerja secara kontinue
(continuous quality improvement).
Kemampuam membimbing peserta didik terutama berkaitan dengan kegiatan
ekstra kurikuler, partisipasi dalam berbagai perlombaan kesenian, olahraga, dan
perlombaan matapelajaran. Kemampuan membimbing peserta didik ini menjadi
sangat penting bila dikaitkan dengan manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah (MPMBS), dalam MPMBS, kepala sekolah tidak khanya dituntut untuk
meningkatkan prestasi akademis, tetapi juga harus mampu meningkatkan berbagai
prestasi peserta didik dalam kegiatan nonakademis, baik disekolah maupun di
masyarakat.
Kemampuan mengembangkan tenaga kependidikan, terutama berkaitan
dengan pemberian kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk mengikuti
berbagai pendidikan dan pelatihan secara teratur; revitilasi musyawarah guru mata
pelajaran (MGP), dan kelompok kerja guru (KKG); diskusi, seminar lokakarya,
dan penyediaan sumber belajar. Dalam rangka pengembangan tenaga
kependidikan , kepala sekolah juga harus memperhatikan kenaikan pangkat dan
jabatannya.
Kemampuan mengikuti perkambangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan; pertemuan profesi seperti
musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS); mengikuti diskusi, seminar, dan
lokakarya dalam profesinya; menganalisis dan mengkaji berbagai bahan bacaan;
serta menelusuri perkembangan informasi melalui media elektronika, seperti
komputer dan internet.
Kemampuan memberi contoh model pembelajaran dan bimbingan konseling
yang baik, dengan mengadakan analisis terhadap materi pelajaran (AMP),
11
program tahunan (PT), program semester (PS), dan program pembelajara (PP)
atau satuan pelajaran (SP), serta mengembangkan daftar mulai peserta didik dan
program layanan bimbingan konseling. Kepala sekolah juga dituntut memiliki
kemampuan memberikan alternatif model pembelajaran yang efektif, dengan
mendayagunakan berbagai metode dan sumber belajar secara bervariasi, seperti
pendayagunaan komputer, OHP, LCD, dan tape recorder dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyosa, M.Pd. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jakarta : ROSDA
1
Suryobroto, B, Drs., Manajemen Pendidikan Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta,
2010
12
Kegiatan supervisi ini beraneka ragam, mulai dari meneliti gedung sekolah
hingga pengadaan tenaga-tenaga profesional dalam sekolahnya. Kepala sekolah
berhak menentukan bagian-bagian mana saja dari gedung sekolah yang harus
direnovasi dan bagian mana saja yang perlu ditambah atau dibangun kembali,
bagaimana kebersihan lingkungan,apakah perlu penambahan pohon, apakah perlu
penambahan lapangan olahraga,apakah kantin sekolah menyediakan jajanan yang
memenuhi standar kesehatan,dll. selain itu kepala sekolah juga harus
menyediakan sarana dan prasarana bagi pengembangan sekolah, seperti
penambahan laboratorium, alat-alat peraga, menyediakan tenaga pengajar andal
yang mampu mengajar dengan baik, dan mengusahakan berbagai cara untuk
mempertinggi semangat bekerja diantara para pegawainya, dan masih banyak lagi.
Semua itu berfungsi meningkatkan perkembangan sekolah yang dipimpinnya.
Semua kegiatan supervisi tersebut kepala sekolah melibatkan para stafnya
sehingga seluruh kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dan berjalan dengan
lancar. Beberapa prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi
adalah :
1. Seorang supervisor hendaknya bersifat konstrutif dan kreatif sehingga
menimbulkan dorongan untuk semangat bekerja bagi para pegawai yang dinilai.
2. Seorang supervisor hendaknya bersifat sederhana, realistis dan informal dalam
pelaksanaannya.
3. Seorang supervisor harus bersifat objektif, tidak mencari kesalahan, tidak bersifat
otoriter, dan mementingkan hubungan profesional, bukan berdasarkan hubungan
pribadi, kedudukan dan pangkat pribadi.
4. Seorang supervisor bersifat preventif, yaitu mencegah timbulnya hal-hal yang
berakibat buruk.
5. Seorang supervisor bersifat korektif, yaitu memperbaiki penyimpangan-
penyimpangan dalam kegiatan organisasi sekolah.
6. Seorang supervisor bersifat kooperatif, yaitu menemui penyimpangan yang ada,
dan berusaha memperbaikinya secara bersama-sama.
13
7. Dan seorang supervisor harus memperhatikan kemampuan para anggota
organisasi sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik. ( Ngalim Purwanto,
117 ).
14
DAFTAR PUSTAKA
Suryobroto, B, Drs., Manajemen Pendidikan Disekolah. Jakarta: Rineka Cipta,
2010
Burhanuddin. Yusak, administrasi pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 1998
15
16